Anda di halaman 1dari 41

REFLEKSI KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI DENGAN KEJANG DEMAM SIMPLEKS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak

Oleh :
Joko Santosa
012116423
Pembimbing :
dr. Ariawan Setiadi, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Joko Santosa


NIM : 012116423
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Seorang Anak Laki-Laki dengan Kejang Demam Simpleks

Demak, Oktober 2017


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Sunan Kalijaga Kab. Demak

Pembimbing,

dr. Ariawan Setiadi, Sp.A


STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : An. Mr
Umur : 2 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Demak
Tanggal Masuk : 06 oktober 2017
Jam : 12.41
Ruang : Dahlia
No. CM : KLJG0120017xxxx
No Reg : RG00671xxx
Status Pasien : Jamkesda

b. Identitas Orang tua


Ayah
Nama : Tn. F
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan terakhir : SMA

Ibu
Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan terakhir : SMA
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 06 oktober 2017
pukul 14.00 WIB yang dilakukan di ruang Dahlia bed nomer 20 RSUD Sunan
Kalijaga Demak serta didukung catatan medik.
a. Keluhan Utama
Kejang
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang anak perempuan usia 2 tahun datang dengan ke IGD RSUD
Sunan Kalijaga Demak pada tanggal 06 oktober 2017 pukul 12.41 dengan

Keluhan utama : Kejang.


Sebelum masuk RS :
Demam 1 hari sebelum masuk rumah sakit, demam mendadak, tinggi terus
menerus, tidak menggigil, tidak keringat dingin, selama demam pasien tidak
diberi obat penurun panas. Keluhan disertai dengan batuk pilek 1 hari. Batuk
tidak ngekel dan tidak berdahak serta pilek sekret cair dan berwarna bening.

Masuk RS
1 jam sebelum pasien masuk RS, pasien kejang 1 kali dengan durasi kejang <
10 menit. Tangan dan kaki pasien kaku serta mata melirik ke atas. Sebelum
kejang pasien tidur dan sesudah kejang pasien sadar kemudian menangis,
muntah dan bibir membiru.

Setelah kejang berhenti, pasien langsung dibawa ke IGD oleh orang tuanya.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat batuk pilek (+)
 Riwayat kejang demam (-)

 Riwayat mondok (+) usia 1 tahun karna Typhoid

 Riwayat trauma (-)

 Riwayat pijit (+)

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga kejang demam (-)
Riwayat keluarga epilepsi (-)
e. Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak pertama. Pendidikan terakhir ayah dan ibu SMA.

f. Riwayat Ekonomi
Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai pekerja swasta. Pasien berobat
menggunakan JAMKESDA.
Kesan ekonomi: cukup.

g. Riwayat Pemeliharaan Prenatal


Ibu memeriksakan kandungannya secara teratur. ANC (+) dilakukan sejak

bulan pertama mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 37 minggu rutin

dilakukan 1 kali per bulan di bidan. Ibu mengkonsumsi vitamin yang diberikan

oleh bidan. Ibu mengaku tidak menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat

trauma dan perdarahan disangkal. Ibu tidak konsumsi obat dan jamu selama

kehamilan. Kenaikan berat badan ibu selama hamil ± 12 kg sejak awal hingga

akhir kehamilan. Intake nutrisi ibu saat hamil cukup yaitu makan 3 kali sehari

dengan nasi, sayur dan lauk pauk cukup serta minum air putih ± 1500 ml air/hari.

Kesan : Riwayat pemeliharaan prenatal baik.

h. Riwayat Pemeliharaan Natal


Pasien merupakan anak perempuan yang lahir dari ibu G1P1A0 hamil 37
minggu, lahir spontan ditolong oleh bidan, lahir langsung menangis, badan tidak
membiru, tidak ada lilitan tali pusat, KK pecah <6 jam dan warna ketuban lupa,
plasenta dan kotiledon lengkap.
Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lupa, lingkar kepala lupa dan
lingkar dada lupa serta tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : Neonatus aterm, lahir spontan per vaginam, vigorous baby.

i. Riwayat Pemeliharaan Postnatal


Pemeliharaan setelah lahir dilakukan di posyandu dan anak dalam kondisi sehat.
Kesan : Riwayat pemeliharaan postnatal baik.

j. Riwayat Imunisasi
 Hepatitis B : Sudah dilakukan
 BCG : Sudah dilakukan
 Polio : Sudah dilakukan
 DPT : Sudah dilakukan
 Campak : Sudah dilakukan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap tanpa bukti KMS.

k. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


Pasien sering dibawa ke posyandu untuk mengisi KMS
Usia : 2 tahun
Pertumbuhan
BBL : 3000 gram
BB Sekarang : 11,51 kg
TB Sekarang : 88 cm
LK : 47 cm
LD : 50 cm
BMI : 11,51/0,77 = 14,94
Kesan  Status Gizi baik
Perkembangan
Personal sosial :
 Memakai pakaian : (+)
 Menggosok gigi dengan bantuan : (+)
 Mencuci tangan : (+)

Motorik halus :

 Menumpuk 4 mainan kubus (+)

Bahasa :

 Menunjuk gambar : (+)


 Bicara sebagian dimengerti : (+)
 Menyebut gambar : (+)
 Menggabungkan kata : (+)
Motorik kasar :

 Tengkurap : usia 4 bulan


 Duduk : usia 7 bulan
 Berdiri sendiri : usia 11 bulan
 Merangkak : pasien tidak merangkak
 Berjalan : 14 bulan
 Menendang bola : (+)
 Melompat : (+)

Kesan : Perkembangan sesuai usia


l. Riwayat Pemberian Makan dan Minum
ASI tidak diberikan eksklusif selama 6 bulan, ASI dicampur dengan susu
formula sejak usia 2 bulan. Setelah umur 5 bulan anak diberikan makanan
pendamping berupa bubur susu buatan ibu sendiri, pisang yang dilumat halus,
nasi tim, dan buah. Mulai umur 7-10 bulan anak diberikan makanan yang di
buat dengan ditumbuk contohnya nasi, sayur dan ikan. Mulai usia 11 bulan
hingga sekarang diberikan makanan seperti orang dewasa seperti nasi, sayur
bening, sayur sup tahu, tempe hingga sekarang. Makanan diberikan 3 kali
sehari, porsi 9-12 sendok makan sekali makan. Konsumsi air putih ± 1500 ml
dan susu 4 kali sebanyak ± 250 ml/gelas perhari.

Kesan : kualitas dan kuantitas makanan cukup baik

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 30 Agustus 2017 pukul 08.00 WIB di bangsal
Dahlia bed nomer 16 RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Anak perempuan usia 2 tahun, berat badan 11,51 kg, tinggi badan 88 cm dan BMI
14,94.
1. Keadaan Umum : Lemas
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital :
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 118 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
- RR : 28 x/menit, reguler
- Suhu : 37,9° C (aksila)
4. Status Gizi

WAZ = Usia 2 Tahun , BB 11,51 kg, TB 88 cm


Status gizi IMT (antara – 0 SD hingga -1 SD)
=BB/TB2 (dalam m)
=11,51/0,772
=14,94
Kesan : Gizi baik
HAZ = Usia 2 tahun, PB 88 cm

Kesan : Perawakan sesuai untuk usianya ( 0 SD)\


WAZ = Usia 2 tahun, BB 11,51 kg
Kesan : gizi baik ( 0 sampai -2 SD)
WHZ = BB 11,51 kg, TB 88 cm
Kesan : status gizi baik ( 0 SD sampai -2 SD)

5. Status Internus
a. Kepala : mesocephale, kulit kepala tidak ada kelainan, rambut hitam dan
distribusi merata.
b. Mata : Pupil bulat, refleks cahaya (+/+) normal, isokor OD = OS
(±3mm), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cowong (-/-).
c. Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (+/+), nafas cuping
hidung (-), epistaksis (-/-), massa (-).
d. Telinga : normotia, discharge (-/-).
e. Bibir : kering (-), sianosis (-).
f. Mulut dan tenggorokan : sianosis (-), pendarahan gusi (-), sariawan (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1
g. Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-).
h. Thorax : bentuk thorax normal dan simetris. Retraksi suprasternal,
intercostal dan epigastrial (-)
 Pulmo
- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis.
- Palpasi : sterm fremitus dextra = sterm fremitus sinistra
- Perkusi : sonor (+) seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
 Cor
- Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid
clavicula sinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
- Perkusi : Redup
- Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
i. Abdomen :
- Inspeksi : Perut datar, massa (-)
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : timpani (+) seluruh lapang abdomen
- Palpasi : defense muscular (-), turgor < 2 detik (+), nyeri tekan (-
), hepar dan lien tidak membesar.
j. Genitalia : Laki-laki, tidak ada kelainan.
k. Ekstremitas :

Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Capillary Refill <2" <2"
Time
Sianosis -/- -/-

j. Pemeriksaan Neurologis
Superior Inferior
Reflek Fisiologis +/+ +/+
Reflek Patologis -/- -/-
- Kernig sign (-)
- Brudzinsky I / Chick sign (-)
- Brudzinsky II / Neck sign (-)
- Brudzinsky III / Simphysis sign (-)
- Brudzinsky IV / Leg sign (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal 06/10/2017
 Darah Rutin (CITO IGD)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 10,6 g/dL 11
Ht 26,8 % 33 – 42
Leukosit 9.400/ mm3 6.000–17,500

Trombosit 421.000/ mm3 150.000 – 450.000

Kesan : Hemoglobinemia, hemodelusi

 Gula Darah Sewaktu


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

GDS Stik 100/Dl 70-115

Kesan : Normal

Tanggal 09/10/2017
 Darah Rutin

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 10,6 g/dL 11
Ht 26.5 % 33 – 42
3
Leukosit 7.400/ mm 6.000–17,500

Trombosit 305.000/ mm3 150.000 – 450.000

Kesan : Hemoglobinemia, hemodelusi


 Faeses Rutin

Pemeriksaan 10/10/2017

Warna Kuning

Lendir Lembek

Darah Negatif

Lemak Negatif

Leukosit Positif

Eritrosit Positif

Telur cacing Negatif

Amoeba Negatif

Bakteri Positif
Kesan : Bakteri

Tanggal 11/10/2017
 Darah Rutin

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 9,90 g/dL 11
Ht 28.8 % 33 – 42
Leukosit 6.400/ mm3 6.000–17,500

Trombosit 440.000/ mm3 150.000 – 450.000

Kesan : Hemoglobinemia, hemodelusi

 Tes Widal : S typhi O : Negatif


S typhi H : Negatif
Problem aktif Problem pasif
Demam 1 hari tinggi terus -
menerus
Kejang 1 kali durasi <10
menit
Batuk
Muntah
Pilek
Hemoglobinemia
Hemodelusi

V. DIAGNOSIS BANDING
- Diagnosis utama : Kejang demam simpleks
- Diagnosis banding : Kejang demam simpleks, kejang demam kompleks

VI. DIAGNOSIS KERJA


• Diagnosis utama : Kejang demam simpleks
• Diagnosis komorbid : ISPA
• Diagnosis komplikasi :-
• Diagnosis gizi : Gizi baik, perawakan sesuai usia, mesocephal
• Diagnosis social ekonomi : Cukup
• Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap tanpa bukti KMS
• Diagnosis Pertumbuhan : Baik, Pertumbuhan sesuai dengan usia
• Diagnosis Perkembangan : Baik, Pertumbuhan sesuai dengan usia

VII. INITIAL PLAN


 Ip. Dx :
a. Subyektif :-
b. Obyektif : EEG, CT-Scan
 Ip. Tx :
Medikamentosa
 Infus RL 10 tpm
 Inj. Ceftriakson 1x500 mg IV
 Inj. Dexa 3x1/2 A IV
 Inj. Paracetamol 4x125 mg IV
 Inj. Diazepam 3 mg (prn)
 Inj Ranitidin 2 x 5 mg
 Inj Ondan 3 x 1,5 mg
 Po : Diazepam 3 x 1 mg (prn)

Non medikamentosa
 Tirah baring
 Bila suhu meningkat, kompres dengan air hangat.
 Ip. Mx :
 Awasi KU dan tanda vital
 Peningkatan suhu tubuh
 Kejang berulang

 Ip. Ex :

 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami, penyebab, dan


penatalaksanaan yang dilakukan.
 Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang baik.
 Memberi informasi kemungkinan kejang kembali dan penatalaksanaan.
 Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
adanya efek samping obat.
 Memotivasi pasien dan keluarganya agar mengkonsumsi makanan bergizi
supaya meningkatkan daya tahan tubuh.

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
IX. PROGRES NOTE
Waktu/tgl 06/10/2017 07/10/2017 08/10/2017 09/10/2017 10/10/2017 11/10/2017
Keluhan Kejang 1 kali Batuk (+) Batuk (+) Batuk (+) Batuk, pilek Tidak ada
<10 menit, Pilek (+) Pilek (+) Pilek (+) (berkurang) keluhan
panas (+), Panas naik Muntah (+) Demam (+)
batuk (+), turun Demam (+)
pilek (+). Muntah (+)
Muntah (+)
Kesadaran Compos Compos Compos Compos Compos Compos
/Keadaan Mentis, Mentis, lemah Mentis, aktif Mentis, aktif Mentis, aktif Mentis, aktif
Umum lemah
Vital:
Nadi 108 x/mnt 118 x/mnt 112 x/mnt 120 x/mnt 118 x/mnt 112 x/mnt
RR 30 x/mnt 30 x/mnt 28 x/mnt 28 x/mnt 30 x/mnt 28 x/mnt
Suhu 38,3 ºC 37,9 ºC 37,7º C 37,6º C 36,7º C 36,8º C
Antopometr
BB 11,59 kg 11,59 kg 11,59 kg 11,59 kg 11,59 kg 11,59 kg
PB 88 cm 88 cm 88 cm 88 cm 88 cm 88 cm
PF :
Kepala Mesochepal Mesochepal Mesochepal Mesochepal Mesochepal Mesochepal
Mata Reflek pupil Reflek pupil Reflek pupil Reflek pupil Reflek pupil Reflek pupil
(+/+), Isokor (+/+), Isokor (+/+), Isokor (+/+), Isokor (+/+), Isokor (+/+), Isokor
OD=OS OD=OS ±3mm OD=OS OD=OS OD=OS OD=OS
±3mm ±3mm ±3mm ±3mm ±3mm

Hidung NCH (-), NCH (-), NCH (-), NCH (-), NCH (-),
NCH (-), sekret bening sekret bening sekret bening sekret bening sekret bening
sekret bening (+/+) (-/-) (-/-) (-/-) (-/-)
(+/+)
Bibir Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-), Sianosis (-),
Sianosis (-), kering (-) kering (-) kering (-) kering (-) kering (-)
kering (-)
Mulut Lidah kotor (-) Lidah koto(-) Lidah koto(-) Lidah koto(-) Lidah koto(-)
Lidah kotor
Leher (-) Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran
Kelenjar Getah Kelenjar Kelenjar Kelenjar Kelenjar
Pembesaran Bening (-) Getah Bening Getah Bening Getah Bening Getah Bening
Kelenjar (-) (-) (-) (-)
Thorak Getah Bening Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
(-) retraksi (-), retraksi (-), retraksi (-), retraksi (-), retraksi (-),
suara dasar suara dasar suara dasar suara dasar suara dasar
Simetris, vesikuler (+/+) vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler
retraksi (-), (+/+) (+/+) (+/+) (+/+)
Abdomen suara dasar Supel, Bising Supel, Bising Supel, Bising Supel, Bising Supel, Bising
vesikuler Usus (+), nyeri Usus (+), Usus (+), Usus (+), Usus (+),
(+/+) tekan(-) nyeri tekan(-) nyeri tekan(-) nyeri tekan(-) nyeri tekan(-)
hepatosplenom hepatospleno hepatospleno hepatospleno hepatospleno
egali (-) megali (-) megali (-) megali (-) megali (-)
Supel, Bising
Ekstremita Usus (+),
s nyeri tekan(-) Akral dingin (- Akral dingin Akral dingin Akral dingin Akral dingin
hepatospleno ) (-) (-) (-) (-)
megali (-) Sianosis (-) Sianosis (-) Sianosis (-) Sianosis (-) Sianosis (-)

Pemeriksa Akral dingin Reflek Reflek Reflek Reflek Reflek


an (-) fisiologis: fisiologis: fisiologis: fisiologis: fisiologis:
Neurologi Sianosis (-) Superior (+/+) Superior Superior Superior Superior
s Inferior (-/-) (+/+) (+/+) (+/+) (+/+)
Reflek Inferior (-/-) Inferior (-/-) Inferior (-/-) Inferior (-/-)
Reflek patologis: Reflek Reflek Reflek Reflek
fisiologis: Superior (-/-) patologis: patologis: patologis: patologis:
Superior Inferior (-/-) Superior (-/-) Superior (-/-) Superior (-/-) Superior (-/-)
(+/+) Kernig sign (-) Inferior (-/-) Inferior (-/-) Inferior (-/-) Inferior (-/-)
Inferior (-/-) Kernig sign Kernig sign Kernig sign Kernig sign
Brudzinsky
Reflek
(-) (-) (-) (-)
patologis: I/Chick sign (-)
Superior (-/-) Brudzinsky Brudzinsky Brudzinsky Brudzinsky
Brudzinsky
Inferior (-/-)
I/Chick sign I/Chick sign I/Chick sign I/Chick sign
Kernig sign II/Neck sign (-
(-) (-) (-) (-)
(-) )
Brudzinsky Brudzinsky Brudzinsky Brudzinsky
Brudzinsky Brudzinsky
II/Neck sign II/Neck sign II/Neck sign II/Neck sign
I/Chick sign III/Simphysis
(-) (-) (-) (-)
(-) sign (-)
Brudzinsky Brudzinsky Brudzinsky Brudzinsky
Brudzinsky Brudzinsky
IV/Leg sign (-) III/Simphysis III/Simphysis III/Simphysis III/Simphysis
II/Neck sign
sign (-) sign (-) sign (-) sign (-)
(-)
Brudzinsky Brudzinsky Brudzinsky Brudzinsky
Brudzinsky
IV/Leg sign IV/Leg sign IV/Leg sign IV/Leg sign
III/Simphysis (-) (-) (-) (-)
sign (-)
Brudzinsky
IV/Leg sign
(-)

Penunjang
:
Hb 10.6 g/dL 10.6 g/dL 9,9 g/dL
Ht 26.8 % 26,5 % 28,8 %
Leukosit 9.400/mm3 7.400/mm3 6.400/mm3
Trombos 421.000/mm3 305.000/m 440.000/m
it m3 m3
GDS 100/dL
Widal Negatif

Assesment KDS KDS KDS KDS KDS KDS


ISPA ISPA ISPA ISPA ISPA ISPA
Terapi o Infus DS o Infus DS ¼ o Infus DS o Infus RL o Infus RL o Infus RL
¼ NS 12 NS 12 tpm ¼ NS 12 12 tpm IV 12 tpm IV 12 tpm IV
tpm IV IV tpm IV o Inj. o Inj. o Inj.
o Inj. o Inj. o Inj. Paraceta Paraceta Paraceta
Paraceta Paracetamo Paraceta mol 4 x mol 4 x mol 4 x
mol 4 x l 4 x 125 mol 4 x 125 mg 125 mg 125 mg
125 mg mg IV 125 mg IV IV IV
IV o Inj. IV o Inj. o Inj. o Inj.
o Inj. Ceftriaxon o Inj. Ceftriaxo Ceftriaxo Ceftriaxo
Ceftriaxo 1 x 500 mg Ceftriaxo n 1 x 500 n 1 x 500 n 1 x 500
n 1 x 500 IV n 1 x 500 mg IV mg IV mg IV
mg IV o Inj. mg IV o Inj Dexa 3 o Inj Dexa 3 o Inj Dexa 3
o Inj. Diazepam o Inj. x 2 mg x 2 mg x 2 mg
Diazepam 3mg (prn) Diazepam o o o
3mg (prn) IV 3mg (prn) o Inj. o Inj. o Inj.
IV o Inj Dexa 3 IV Diazepam Diazepam Diazepam
o Inj Dexa 3 x 2 mg o Inj Dexa 3 3mg (prn) 3mg (prn) 3mg (prn)
x 2 mg o Inj x 2 mg IV IV IV
o Inj Ranitidin 2 o Inj o Po: o Po: o Po:
Ranitidin x 5 mg Ranitidin diazepam diazepam diazepam
2 x 5 mg o Inj Ondan 3 2 x 5 mg pulv 3 x 1 pulv 3 x 1 pulv 3 x 1
o Inj Ondan x 1,5 mg o Inj Ondan mg (prn) mg (prn) mg (prn)
3 x 1,5 mg o Po: 3 x 1,5 mg o Nebul 3 o o
o Po: diazepam o Po: x1
diazepam pulv 3 x 1 diazepam
pulv 3 x 1 mg (prn) pulv 3 x 1
mg (prn) mg (prn)
Diit Makan Makan minum Makan Makan Makan Makan
minum biasa biasa minum biasa minum biasa minum biasa minum biasa
Program Terapi lanjut Terapi lanjut Terapi lanjut Terapi lanjut Terapi lanjut Cek ulang lab
Awasi kejang Awasi kejang Awasi kejang Awasi kejang Awasi kejang Bila baik
berulang berulang berulang berulang berulang boleh pulang
Awasi KU & Awasi KU & Awasi KU & Awasi KU & Awasi KU & Obat pulang
TTV TTV TTV TTV TTV Po: Cefixime
2 x ½ cth
Paracetamol
3x1 cth
X. RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan usia 2 tahun, BB 11,51 kg, PB 88 cm
dengan keluhan kejang. Kejang diawali dengan demam 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, demam mendadak dan tinggi terus menerus, tidak menggigil, tidak
keringat dingin, selama demam pasien tidak diberi obat penurun panas. Keluhan
disertai dengan batuk pilek 1 hari. 1 jam sebelum pasien masuk RS, pasien kejang
1 kali dengan durasi kejang < 10 menit. Tangan dan kaki pasien kaku serta mata
melirik ke atas. Sebelum kejang pasien tidur dan sesudah kejang pasien sadar
kemudian menangis, muntah dan bibir membiru.
Saat pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum composmentis anak tampak
lemah, gizi baik. Tanda vital HR : 118 x/ menit, RR : 30 x/menit, suhu : 37,9 derajat
celcius. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ukuran kepala mesocephal, kaku kuduk
(-), reflek patologis (-), reflek fisiologis (+), sekret hidung (+/+). Pada pemeriksaan
penunjang hasil laboratorium darah rutin saat hari pertama rawat inap Hb:10,6
gr/dL; Ht: 28,8 %; leukosit 9.400/mm3; trombosit: 421.000/mm3, dan GDS 100/dL.
TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM SIMPLEKS

Definisi kejang demam


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti
suhurektal di atas 38 °C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Menurut Consensus
Statement on Febrile Seizures kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak
biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.

Klasifikasi kejang demam


Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu kejang demam simpleks dan kejang demam
kompleks. Kejang demam sederhana yaitu kejang yang berlangsung singkat, kurang dari 15
menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum, tonik dan atau klonik,
tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana
merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. Sedangkan kejang demam kompleks yaitu
kejang demam dengan salah satu ciri berikut: kejang lama >15 menit, kejang fokal atau parsial
satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial, dan kejang berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam.

Etiologi Kejang Demam


Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui.Faktor resiko kejang
demam yang penting adalah demam. Namun kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi
dapat menyebabkan kejang. Selain itu terdapat faktor resiko lain, seperti riwayat kejang demam
pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus,
anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Demam dapat muncul pada
permulaan penyakit infeksi (extra Cranial), yang disebabkan oleh banyak macam agent, antara
lain :
Bakteri :
• Penyakit pada Tractus Respiratorius
Pharingitis
Tonsilitis
Otitis Media
Laryngitis
Bronchitis
Pneumonia
• Pada Gastro Intestinal Tract :
Dysenteri Baciller ,Shigellosis Sepsis.
• Pada tractus Urogenitalis :
Pyelitis
Cystitis
Pyelonephritis
Virus :
Terutama yang disertai exanthema :
Varicella
Morbili
Dengue

Manifestasi Klinis
Bangkitan kejang pada bayi dan anak-anak sering terjadi bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat, biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39°C atau
lebih, disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat (ISPA, OMA, dll). Serangan
kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam. Kejang dapat bersifat tonik-klonik,
tonik, klonik, fokal, atau akinetik.Berlangsung singkat beberapa detik sampai 10 menit, diikuti
periode mengantuk singkat pasca kejang.Kejang demam yang menetap lebih dari 15 menit
menunjukkan adanya penyebab organik seperti infeksi atau toksik dan memerlukan
pengamatan menyeluruh.
Patofisiologi kejang demam
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipid) dan
permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah dilalui
oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya
kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan ion Na
rendah.Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka terdapat
potensial membran sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
- Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.
- Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya.
- Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan menaikan metabolisme basal 10-15%
dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berusia 3 tahun, sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron,dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K maupun Na melalui membran.
Perpindahan ini mengakibatkan lepas muatan listrik yang besar, sehingga meluas ke membran
sel lain melalui neurotransmitter, dan terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda.Pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C.Pada anak dengan ambang kejang yang
tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C.Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada
anak dengan ambang kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.
Faktor risiko kejang demam
Tata Laksana kejang demam
1. Penilaian Awal
Langkah pertama dalam pengelolaan pasien yang mengalami kejang adalah untuk
menilai dan mendukung saluran napas, pernapasan dan sirkulasi. Ini akan memastikan
bahwa kejang tidak membahayakan pasokan darah beroksigen ke otak dan tidak
menyebabkan cedera sekunder terhadap hipoksia dan atau iskemia. Penilaian awal terdiri
dari :
a. Airway
Saluran napas yang bebas adalah syarat pertama. Lakukan penilaian patensi
jalan napas dengan metode look, listen dan feel. Jika jalan napas tidak bebas, maka
kita harus membuka dan menjaganya dengan cara head tilt- chin lift atau jaw thrust
manuver dan memberikan ventilasi dengan bag-valve-mask jika perlu. Jika jalan napas
terganggu karena kejang, mengendalikan kejang dengan antikonvulsan umumnya
akan mengontrol jalan napas. Bahkan jika jalan napas telah bebas, orofaring mungkin
perlu dibersihkan dari sekret oleh suction.
b. Breathing
Penilaian kemampuan pernapasan dilihat dari laju pernapasan, suara napas
yang merintih, ekspansi dada, denyut jantung dan warna kulit. Pemantauan saturasi
oksigen dilakukan dengan menggunakan pulse oksimetry. Jika anak menderita
hipoventilasi, respirasi harus didukung dengan oksigen melalui perangkat bag-valve -
mask.
c. Circulation
Menilai kecukupan sirkulasi dilakukan dengan palpasi denyut nadi.Capillary
refill time yang lebih dari dua detik, pucat, sianosis serta akral yang dingin
menunjukkan sirkulasi perifer yang tidak adekuat. Jika perlu, lakukan pemberian
cairan intravena.Jika akses pembuluh darah tidak dapat diperoleh, pemberian
antikonvulsan harus diberikan melalui rektal, intramuskular atau rute
bukal.Intraosseous acces (IO) dipergunakan pada anak-anak dengan tanda-tanda syok
jika akses intravena tidak dapat diperoleh.Akses IO mungkin dibutuhkan untuk
administrasi long acting antikonvulsan jika tidak ada akses intravena setelah dua dosis
benzodiazepin. Berikan 20 mL/kg BB bolus cepat normal saline untuk setiap pasien
dengan tanda-tanda syok, lalu periksa tekanan darah segera setelah pemberian normal
saline atau setelah kejang selesai. Pengambilan tes glukosa darah dan uji laboratorium
tetap diperlukan.Jika terdapat hipoglikemi berikan dextrose 10% sebanyak 5 mL/kg
untuk pasien yang hipoglikemi tersebut.
d. Disability
Menilai fungsi neurologis dengan skor AVPU (Alert, Voice, Pain, Responsive)
tidak dapat diukur secara bermakna selama kejang yang disertai dengan penurunan
kesadaran. Ukuran dan reaksi pupil harus diperhatikan. Perubahan pupil dapat terjadi
selama kejang tetapi mungkin juga hasil dari keracunan opiat, amfetamin, atropin dan
trisiklik atau peningkatan tekanan intrakranial.2,4 Perhatikan tanda-tanda defisit
neurologis fokal, baik selama atau setelah kejang dan perhatikan postur anak, apakah
terdapat dekortikasi atau deserebrasi sikap dimana sebelumnya postur anak normal.
Hal ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan tekanan intrakranial, tetapi postur
ini kadang dapat keliru untuk fase tonik-klonik. Carilah kaku kuduk pada anak dan
fontanelle yang membubung pada bayi, yang dapat menunjukkan tanda – tanda
meningitis. Perlu diingat bahwa penggunaan berkepanjangan atau berulang-ulang dari
obat anti konvulsan dapat menyebabkan depresi kesadaran.
e. Exposure
Carilah ruam dan memar sebagai tanda-tanda cedera.
2. Menilai kembali ABC
Tanda-tanda vital harus dinilai ulang setiap 15 menit sementara kejang berlangsung
atau setiap 30 menit setelah kejang sampai tingkat kesadaran kembali ke normal atau
setelah setiap pemberian dosis obat anti – epilepsi. Jika memungkinkan beri pula
pemantauan dengan ECG dan pulse-oksimetri.
3. Medikasi pada kejadian akut (first dan second line anticonvulsant)
Pengobatan dengan obat anti kejang diberikan setelah ABC di stabilisasi.Dahulu di
tahun 1960an obat antiepilepsiyang digunakan dalam pengelolaan kejang telah
berkembang karena ketersediaan obat diazepam intravena.Sekarang obat anti kejang yang
menjadi pilihan pertama adalah benzodiazepin.Hal ini dikarenakan benzodiazepin dapat
dengan cepat mengkontrol kejang dengan efek samping yang minimal. Selain itu
benzodiazepin dapat diberikan dari beberapa rute dan dapat diberikan kembali dalam
waktu singkat.
Obat anti kejang yang menjadi pilihan kedua, untuk kejang refrakter harus kompatibel
dengan obat pilihan pertama.Idealnya bekerja secara sinergis tanpa efek samping dan
menjadi lebih efektif dalam mencegah berkelanjutan kejang. Pilihan obat lini kedua
tersebut adalah fenitoin dan fenobarbital.
Dalam pemilihan obat anti konvulsan, hasil yang diinginkan adalah yang paling cepat
menghentikan kejang akut dengan efek samping terkecil dan biaya yang
minimal.Persyaratan obat tersebut belumlah cukup karena harus pula meliputi kemudahan
pemberian dan tersedianya obat tersebut di pasaran. Pengobatan dini sangat
penting,karena setelah kejangditetapkan selama lebih dari 15 menit, penangannanya akan
lebih sulit. Protokol penanganan kejang berbasis lini ini digunakan di tiga rumah sakit
anak-anakdi New South Wales. Protokol inipun telah di akui oleh Advance Paediatric Life
Support (APLS) di Inggris pada tahun 2000.

Diagnosis
Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria Livingston yang telah dimodifikasi,
yang merupakan pedoman yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf Anak IKA FKUI-RSCM
Jakarta, yaitu:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 6 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
7. Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali
Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakkan diagnosis kejang demam, dengan
adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak didapatkan gejala neurologis lain
dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. Tetapi perlu diingat bahwa kejang dengan suhu
badan yang tinggi dapat pula tejadi pada kelainan lain, misalnya pada radang selaput otak
(meningitis) atau radang otak (ensefalitis).
Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama dan dengan usiakurang dari 1
tahun. Elektroensefalografi (EEG) ternyata kurang mempunyai nilai prognostic, EEG tidak
dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya epilepsy atau kejang demam
berulang dikemudian hari.Saat ini pemeriksaaan EEG tidak dianjurkan untuk pasien kejang
demam sederhana.Pemeriksaan laboratorium tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi. Pasien dengan keadaan diare, muntah dan gangguan
keseimbangan cairan dapat diduga terdapat gangguan metabolisme akut, sehingga
pemeriksaan elektrolit diperlukan. Pemeriksaan labratorium lain perlu dilakukan untuk
mencari penyebab timbulnya demam.
Hal – hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis yaitu :
- Adanya kejang, jenis kejang , kesadaran, lama kejang
- Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang
- Penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran napas
akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK. Otitis media akut/OMA, dll)
- Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga
- Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan
gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat
menyebabkan hipoglikemia)
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain:
- Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran
- Suhu tubuh: apakah terdapat demam
- Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique, Lasuque dan
pemeriksaan nervus cranial
- Tanda peningkatan tekanan intrakranial: ubun ubun besar (UUB) membonjol, papil
edema
- Tanda infeksi di luar susunan saraf pusat seperti infeksi saluran pernapasan, faringitis,
otitis media, infeksi saluran kemih dan lain sebagainya yang merupakan penyebab
demam
- Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis
Pemeriksaan laboratorium seperti darah rutin tidak begitu bermanfaat untuk dilakukan pada
pasien dengan kejang demam sederhana kecuali jika terdapat komplikasi atau penyakit lain
yang mendasari seperti gangguan keseimbangan elektrolit yang berkaitan dengan dehidrasi
akibat infeksi saluran gastrointestinal. Pemeriksaan laboratorium sebaiknya dilakukan untuk
mencari penyebab demam diantaranya pemeriksaan kultur urin untuk melihat ada tidaknya
infeksi saluran kemih jika ternyata tidak ditemukan fokus infeksi dari pemeriksaan fisik.
Pemeriksaaan kadar elektrolit seperti kalsium, fosfor, magnesium dan glukosa yang biasa
dilakukan pada pasien kejang tanpa demam juga kurang memberikan arti yang bermakna jika
dilakukan pada pasien kejang demam sederhana.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah EEG
(elektroensefalogram).EEG dapat memperlihatkan gelombang lambat di daerah belakang yang
bilateral, sering asimetris kadang-kadang unilateral. Perlambatan ditemukan pada 88% pasien
bila EEG dikerjakan pada hari kejang dan ditemukan pada 33% pasien bila EEG dilakukan 3
sampai 7 hari setelah serangan kejang. Namun, perlambatan EEG ini kurang mempunyai nilai
prognostik dan kejadian kejang berulang dikemudian hari atau perkembangan ke arah epilepsi.
Saat ini sudah tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan EEG pada pasien kejang demam
sederhana karena hasil pemeriksaan yang kurang bermakna.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi kecil seringkali sulit
untuk menegakkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas, oleh karena
itu pemeriksaan pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur < 6-12 bulan, sangat
dianjurkan pada bayi berumur 12-18 bulan dan tidak rutin dilakukan pada bayi berumur >18
tahun jika tidak disertai riwayat dan gejala klinis yang mengarah ke meningitis.
Pemeriksaan radiologi tidak begitu memberikan manfaat dalam evaluasi kejang demam
sederhana dan masih kontroversial untuk dilakukan pada kejang demam kompleks sekalipun.
Pemeriksaan radiologi misalnya Magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan untuk
mengevaluasi ada tidaknya kerusakan di otak misalnya di daerah hipokampus jika penyebab
kejang masih belum diketahui.
Secara umum, perlu tidaknya pemeriksaan penunjang dilakukan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel . Pemeriksaan penunjang pada kejang yang disertai demam

Pada kejang demam sederhana tidak diperlukan pemeriksaan penunjang baik berupa
pungsi lumbal, EEG, radiologi maupun biokimia darah karena kejang demam sederhana
didiagnosis berdasarkan gambaran klinis. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk
menyingkirkan diagnosis banding kejang yang disertai dengan demam seperi meningitis.
Diagnosis kejang demam sederhana menurut konsensus ikatan dokter anak Indonesia yaitu jika
memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Terjadi pada anak usia 6 bulan - 5 tahun
- Kejang berlangsung singkat, tidak melebihi 15 menit
- Kejang umumnya berhenti sendiri
- Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal
- Kejang tidak berulang dalam 24 jam
Diagnosis Banding
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan apakah
penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat. Kelainan di dalam otak biasanya
karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain-lain.oleh sebab itu perlu
waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak.
Menegakkan diagnosa meningitis tidak selalu mudah terutama pada bayi dan anak yang masih
muda. Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas dan gangguan neurologisnya
kurang nyata. Oleh karena itu agar tidak terjadi kekhilafan yang berakibat fatal dapat dilakukan
pemeriksaan cairan serebrospinal yang umumnya diambil melalui pungsi lumbal.
Baru setelah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam atau
epilepsi yang dprovokasi oleh demam.
Tabel Diagnosa Banding
No Kriteri Banding Kejang Epilepsi Meningitis
Demam Ensefalitis

1. Kejang Pencetusnya Tidak berkaitan Salah satu gejalanya


demam dengan demam demam
2. Kelainan Otak (-) (+) (+)
3. Kejang berulang (+) (+) (+)
4. Penurunan kesadaran (+) (-) (+)

Prognosis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan.Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
awalnya normal.Kejang demam dapat berulang di kemudian hari atau dapat berkembang
menjadi epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam
adalah:
a. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
b. Usia di bawah 12 bulan.
c. Suhu tubuh saat kejang yang rendah.
d. cepatnya kejang setelah demam
Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:
a. kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
b. Kejang demam kompleks.
c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.
Edukasi pada Orang Tua
Sebagai seorang dokter sebaiknya kita mengurangi kecemasan orang tua dengan cara :
- Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang baik
- Memberitahukan cara penangan kejang
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping obat.
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang :
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah trgigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
7. Bawa kedokter atau Rumah Sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
DAFTAR PUSTAKA

Bogor Pediatric Update 2015 IDAI


Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI Jilid 1 tahun 2009
Buku Saku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit oleh Depkes RI tahun 2008
WHO Growchart dalam http://www.who.int/childgrowth/standards/en/

Anda mungkin juga menyukai