Disusun Oleh :
NIM. 160611033
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHCIREBON
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran
mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb),
Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin
itu mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan
untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah,
peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak,
atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth Corwin,2002).
B. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam laporan ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab ini. Beberapa masalah tersebut antaralain :
1. Bagaimana dan seperti apa pola asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan anemia ?
2. Apa saja yang jadi penyebab utama anemia ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan laporan ini
bertujuan agar kami memahami dan mengaplikasikannya langsung dalam proses
keperawatan tentang gejalanya serta penanganan utamanya.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam pembuatan makalah ini adalah :
Bab I : berisi tentang Pendahuluan
Bab II : berisi tentang Tinjauan Teoritis
Bab III : berisi tentang Asuhan Keperawatan
Bab IV : berisi tentang Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (Red Cell Count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga
parameter tersebut tidak sejalan dengan masa eritrosit, seperti pada dehidrasi,
pendarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnose anemia cukup
hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar
yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo Aru).
Kriteria anemia menurut WHO (dikutip dari Hoffbrand AV, et al. 2001)
Kelompok Kriteria Anemia Hb
B. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (Disease Entity) tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar. Pada dasarnya anemia
disebabkan oleh karena:
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang;
2. Kehilangan darah keluar tubuh (Pendarahan);
3. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya
(hemolisis). Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai
berikut : Klasifikasi anemia menurut Etiopatogenesis
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
- Anemia difesiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat
berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis, karena
cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan
pembentukan hemoglobin berkurang.
- Anemia difesiensi asam folat
Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu dan daun yang
hijau umumnya berhubungan dengan mal nutrisi.
- Anemia difesiensi vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik kekurang B12 akibat faktor instrinsik terjadi
karena gangguan karena gangguan absorbsi vitamin yang
merupakan penyakit herediter autoimun. Kekurangan vitamin
B12 karena faktor instrinsik ini tidak dijumpai diindonesia. Yang
lebih sering dijumpai di Indonesia adalah penyebab instrinsik
karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala
yang tidak berat.
2. Gangguan penggunaan besi
- Anemia akibat penyakit kronik
Penyakit kronis sering menyebabkan anemia, terutama pada
penderita usia lanjut. Keadaan-keadaan seperti infeksi,
peradangan dan kanker, menekan pembentukan sel darah merah
di sumsum tulang. Karena cadangan zat besi di dalam tulang
tidak dapat digunakan oleh sel darah merah yang baru, maka
anemia ini sering disebut anemia penggunaan ulang zat besi.
- Anemia sederoblastik
3. Kerusakan sumsum tulang
- Anemia aplastik
Terjadi karena ketidak sanggupan sumsum tulang untuk
membentuk sel-sel darah.
- Anemia mieloptisik
- Anemia pada keganasan hematologi
- Anemia diseritropoietik
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia akibat kekurangan eritropoietin : anemia pada gagal
ginjal kronik
b. Anemia akibat hemoragi
1. Anemia pasca pendarahan akut
2. Anemia akibat pendarahan kronik
c. Anemia Hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120
hari) baik sementara atau terus menerus.
1. Anemia Hemolitik Intrakorpuskular
- Gangguan membrane eritrosit (membranopati)
- Gangguan enzim eritrosit (enzimipati) anemia akibat defisiensi
G6PD
- Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati); talasemia dan
hemoglobin structural
2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
- Anemia hemolitik autoimun
- Anemia hemolitik mikroangiopatik
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan pathogenesis yang
komplek. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi
1. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV <80 fl dan MCH <27 pg
- Anemia defisiensi besi
- Anemia akibat penyakit kronik
- Thalassemia major
- Anemia sideroblastik
2. Anemia nomorkromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH
27-34 pg
- Anemia paska pendarahan akut
- Anemia aplastik
- Anemia hemolitik
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia pada gagal ginjal kronik
- Anemia pada keganasan hematologic
3. Anemia makrositer, bila MCV > 95 fl
Bentuk megaloblastik :
- Anemia difesiensi asam folat
- Anemia defisiensi B12 , termasuk anemia pernisiosa
Bentuk non-megaloblastik :
- Anemia pada penyakit hati kronik
- Anemia pada hipotiroidisme
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
C. Manifestasi klinis
1. Manifiestasi klinis yang sering muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang-kunang
c. Lesu
d. Aktivitas kurang
e. Rasa mengantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja/pikiran menurun
2. Gelaja khas masing-masing anemia
a. Pendarahan berkurang/kronik pada anemia pasca pendarahan, anemia
difesiensi besi
b. Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit
pada anemia hemolitik
c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda anemia umum : pucat, takikardi, pulsus, celer, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,
pembesaran jantung
b. Manifestasi khusus pada anemia :
- Defisiensi besi : spoon nail, glositis
- Defisiensi B12: paresis, ulkus ditungkai
- Hemolitik : ikterus, splenomegali
- Aplastik : anemia biasanya berat, pendarahan, infeksi
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks
eritrosit, (MCV dan MCHC) apusan darah tepi
b. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit
c. Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hematopoesis
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk
mengonfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut
ini :
- Anemia defisiensi besi : serum ion, TIBC, saturasi transferin, dan
feritin serum
- Anemia megaloblastik : asam folat darah/ertrosit, vitamin b12
- Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis
- Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, perkembangbiakan kuman
3. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH =
fluorescence in situ hybridization)
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7
– 10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil.
Bila diperlukan dapat diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Padaa pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat.
Kalau tersedia dapat diberikan eritropoietin rekombinan.
3. Anemia pada pennyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya, dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfuse darah diberikan bila kadar Hb kurang
dari 5 gr%
5. Anemia megaloblastik
a. Devisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita penyakit anemia
pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari
d. Anemia difesiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penganganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari
secara IM
6. Anemia asca perdarahan
Dengan memberikan transfuse darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia.
7. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfuse darah menggantikan darah yang hemolisis
F. Discharge Planning
1. Menjalani diet dengan gizi seimbang
2. Asupan zat besi yang terlalu berlebihan bisa membahayakan yang
menyebabkan sirosis, kardiomiopati, diabetes, dan kanker jenis tertentu.
Suplemen zat besi hanya boleh dikonsumsi atas anjuran dokter
3. Makan makanan yang tinggi asam folat dan vitamin B12, seperti ikan,
produk susu, daging, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau tua, jeruk
dan biji-bijian
4. Batasi minum alcohol dan pada ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi
suplemen asam folat untuk mencegah terjadinya anemia difesiensi asam
folat
5. Pastikan untuk menggunakan sepatu atau sandal untuk menghindari resiko
kecacingan
6. Hindari pemaparan berlebihan terhadap minyak, insektisida, zat kimia dan
zat toksik lainnya karena juga dapat menyebabkan anemia
7. Konsultasi kembali jika gejala anemia menetap dan untuk mengetahui
faktor penyebab
8. Ajarkan kepada orang tua tentang cara-cara melindungi anak dari infeksi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. H
Umur : 49 thn
Tanggal lahir : 7 Februari 1969
Agama : Islam
Alamat : Jayapura Kidum Manis I, Kec. Astana Japura
Tanggal masuk RS : Senin, 5 Maret 2018
Tanggal pengkajian : Senin, 5 Maret 2018
Diagnose medis : Anemia
c. Keluhan utama
Kliem mengatakan sesak nafas.
d. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sudah 2 hari sesak nafas, lemas, pusing, tidak nafsu
makan, oedema tungkai.
Palliative : Klien merasa sesak nafas saat berbaring,
klien merasa pusing saat melakukan
aktivitas
Quantity & Quality : Pusing akan bertambah saat klien
melakukan aktivitas berat atau terlalu lama
berbaring.
Region & Radiation : Sesak terasa di bagian dada
Skala : Skala nyeri 5
Time : Sesak nafas sudah 2 hari.
Warna kulit pucat, oedema tungkai, turgor kulit tidak elastis, tidak
ada lesi.
b. Rambut
Warna rambut hitam sedikit beruban, keadaan rambut kotor dan
tidak ada lesi dan oedema
c. Kuku
Warna kuku putih pucat, bentuk kuku normal. Keadaan kuku kotor
dan panjang
II. Kepala
a. Mata
Bentuk mata simetris, sklera putih, pupil n ormal, konjungtiva
anemis, tidak ada lesi dan oedema
b. Hidung
Bentuk hidung normal, tidak ada sinus, lesi dan oedema
c. Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada lesi dan oedema
d. Mulut
Bentuk mulut normal, mukosa mulut kering, tidak ada lesi dan
oedema
e. Leher
Tidak ada lesi, refleks menelan normal
III. Dada dan paru
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi dan oedema
IV. Abdomen
Tidak ada lesi dan oedema
V. Genetalia
Bentuk normal tidak ada lesi
VI. Ekstermitas
Oedema pada tungkai kaki kanan dan kiri
2. Electrocardiogram
ANALISA DATA
Dsypnea
↓
Penurunan transport
oksigen
Hipoksia
Penurunan jumlah
eritrosit
Penurunan kadar Hb
Efek GI
↓
Gangguan penyerapan
nutrisi & devisiensi folat
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
Anemia
3 DS: Intoleransi aktivitas b.d
↓ ketidak seimbangan
- Klien mengatakan lemas
antar suplai dan
saat berbaring Defisiensi besi, vit.b12,
kebutuhan oksigen ,
asam folat, depresi
DO: proses metabolisme
sumsum tulang
-Klien tampak pucat yang terganggu
eritropoetin
- Klien tampak lemas
↓
-TTV
produksi SDM menurun
T: 110/70 mmHg ↓
P: 108 x/menit
Penurunan jumlah
R: 28 x/menit
eritrosit
S: 36,5 c
SPO2: 95 % ↓
- Hb : 7,6 %
Penurunan kadar Hb
-Terpasang oksigen canul
↓
nasal
kompensasi paru
-Terpasang infus RL
↓
peningkatan frekuensi
nafas
Dsypnea
Penurunan transport
oksigen
Hipoksia
Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Berikan makanan
- Agar jumlah klaori
yg terpilih ( sudah
dan nutrisi klien
dikonsulkan ke
terpenuhi
ahli gizi )
3 Intoleransi - Energy - Monitor tanda- - Untuk mengetahui
aktivitas b.d conservation tanda vital keadaan umum
ketidak klien
- Activity tolerance
seimbangan antar
suplai dan - Self care ADLs
kebutuhan - Untuk
- Kolaborasikan
oksigen , proses mengindentifikasi
denga tenaga
metabolism yang Kriteria hasil: tingkat
rehabilitasi medik
terganggu perkembangan klien
- Tanda-tanda vital dalam
terhadap simtomatik
normal merencanakan
program terapi
- Mampu melakukan
yang tepat
aktivitas sehari-
hari scara mandiri
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
A. Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah
(Price, 2006 : 256).
B. Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari itu
selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Cara mengatasi
anemia yaitu dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit anemia,
hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan pencegahan terhadap
penyakit anemia dari pada kita sudah terkena dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA