Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembuatan makalah ini dilatar belakangi oleh tugas sekolah untuk membahas tentang
Anti Lock Brake System (ABS) namun sebelum masuk kedalam pembahasan tersebut
kami akan mengulas tentang rem merupakan salah satu bagian kendaraan yang sangat
penting pada sebuah kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang saat ini banyak
digunakan oleh masyarakat dari perkotaan sampai pedesaaan.
Rem ini dapat mengatur kecepatan ataupun menghentikan lajunya kendaraan sesuai
dengan yang kita harapkan, pengaturan kecepatan ataupun diberhentikannya lajunya
kendaraan ini diatur melalui suatu gesekan antara komponen rem dengan roda yang
berputar. Syarat–syarat sebuah rem adalah sebagai berikut:

1. Dapat bekerja dengan cepat.


2. Apabila beban pada semua roda sama, maka daya pengereman harus sama dengan
atau gaya pengereman seimbang dengan beban yang di terima oleh masing-masing
roda.
3. Dapat dipercaya dan mempunyai daya tahan cukup.
4. Mudah disetel dan diperbaiki pengemudi waktu pengereman

Cara kerja rem adalah pengubah tenaga mekanik menjadi tenaga gesekan dengan
jalan menekan sepatu rem (kanvas) terhadap tromol yang berputar

B. TUJUAN
Untuk bahan presentasi serta penilaian dari tugas mata kuliah Teknologi Chasis dan
untuk sarana pembelajaran siswa.
C. Manfaat
Kita dapat mengetahui sistem dan komponen dari rem terutama tentang Anti Lock
Brake System (ABS)

Teknologi Chasis 1
BAB II
ISI
A. Sistem Rem
Rem merupakan salah satu bagian kendaraan yang sangat penting pada sebuah
kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang saat ini banyak digunakan oleh
masyarakat dari perkotaan sampai pedesaaan.
Rem ini dapat mengatur kecepatan ataupun menghentikan lajunya kendaraan sesuai
dengan yang kita harapkan, pengaturan kecepatan ataupun diberhentikannya lajunya
kendaraan ini diatur melalui suatu gesekan antara komponen rem dengan roda yang
berputar. Syarat–syarat sebuah rem adalah sebagai berikut:
1. Dapat bekerja dengan cepat.
2. Apabila beban pada semua roda sama, maka daya pengereman harus sama dengan
atau gaya pengereman seimbang dengan beban yang di terima oleh masing-masing
roda.
3. Dapat dipercaya dan mempunyai daya tahan cukup.
4. Mudah disetel dan diperbaiki pengemudi waktu pengereman
Cara kerja rem adalah pengubah tenaga mekanik menjadi tenaga gesekan dengan jalan
menekan sepatu rem (kanvas) terhadap tromol yang berputar
B. Pengertian Anti-Lock Brake System
ABS (Anti-Lock Brake System) adalah sebuah sistem pada kendaraan bermotor yang
mencegah terjadinya roda menjadi terkunci pada saat pengereman. Tujuannya adalah
memungkinkan pengemudi untuk mempertahankan kontrol pengendalian pada saat
pengereman mendadak dan digunakan untuk memperpendek jarak pengereman (dengan
memperbolehkan pengemudi menginjak pedal rem secara penuh tanpa perlu khawatir
kendaraan akan selip dan lepas kendali seperti bila kita melakukan pengereman pada
kendaraan non ABS (Anti-Lock Brake System ). Cara kerjanya adalah pada kendaraan
terdapat electronic unit, speed sensor dan hydraulic valve pada brake circuit. Electronic
unit memonitor kecepatan dari roda pada saat pengereman, jika berbeda maka rem akan
me’release’(lepas), dan selanjutnya mengerem lagi. Hampir sama dengan apabila kita
melakukan pengereman sedikit-sedikit atau dalam artian tekan-lepas-tekan lepas. ABS
tersebut bisa melakukan pengereman dalam artian ‘tekan-lepas’ sebanyak 20 kali per
detik. Jadi dengan teknologi ini berguna untuk mencegah ban terkunci.

Teknologi Chasis 2
Anti-lock Brake Systems dirancang untuk mencegah terjadinya penguncian roda
(wheel lockup) saat pengeman mendadak di segala medan jalan. Hasil saat pengeraman
adalah:
1. Mobil tetap stabil.
2. Arah kemudi stabil (Vehicle Stability).
3. Mengerem lebih cepat (jarak pengereman lebih dekat, kecuali jalan tanah,
bersalju).
4. Penguasaan kontrol kendaraan menjadi maksimal (tinggat kestabilan).
5. Jika roda depan terkuci, mobil tidak mungkin bisa di arahkan
6. Jika roda belakang terkunci, mobil bisa tidak stabil dan tergelincir ke salah satu
sisi.
Jika permukaan jalan saat pengereman tidak rata, roda yang mengalami selip akan
mudah terkunci dan mobil akan berputar putar .namun dengan sistem ABS mobil akan
tetap stabil sampai mobil tersebut berhenti .
Sistem cerdas ABS membagi kekuatan pengereman pada tiap ban secara seimbang
dan proporsional. Sistem ABS dilengkapi sensor, modul, dan komputer yang terintegrasi
dengan Electronic Control Unit (ECU) dengan fungsi utama mengatur keseimbangan
pengereman pada tiap roda sehingga tidak ada roda yang melambat lebih cepat yang
menyebabkan selip pada kendaraan. ABS mampu memerintahkan piston rem untuk
mengendur dan mengencang dalam mengontrol pengereman tiap ban dengan kecepatan
sampai 15 kali per detik.
C. Komponen-Komponen Rem ABS (Anti-Lock Brake System)
1. Master selinder
Master selinder berfungsi :
 Membangun tekanan hidraulis sesuai dengan gaya tekan pengemudi.
 Tekanan hidraulis ini mengalir ke unit tekanan.
2. Unit control tekanan (akuator)
Unit control tekanan (akuator) berfungsi mengatur tekanan hidraulis rem untuk setiap
roda sesuai dengan perintah computer.
3. ABS control module
ABS control module berfungsi :
 Mendapat informasi dari sensor putaran.
 Menghitung tekanan ideal pada roda.

Teknologi Chasis 3
 Mengirimkan perintah pengatur ke unit control tekanan rem
 ABS control module selalu memeriksa fungsi diri secara otomatis
 Bila fungsinya salah, ABS control module akan memberitahu aliran dengan
lampu control pengemudi.
4. Sensor putaran roda
Sensor putran roda berfungsi menyensor kondisi putaran roda, dan dari sensor
tersebut menghasilkan signal.
5. Selinder roda
Selinder roda berfungsi untuk menggerakkan atau menekan sepatu rem. Selinder roda
dihubungkan dengan master selinder dengan menggunakan pipa-pipa.
6. Lampu control
Lampu control berfungsi sebagai indicator ABS, bila terjadi kerusakan pada sisitem
rem ABS. lampu indicator akan menyala.
7. Sensor putran aksel belakang
D. Cara Kerja Sistem ABS (Anti-Lock Brake System)
1. Saat ABS tidak bekerja (pengereman normal)
Karena tidak ada signal dari ABS control module dan solenoid valve tidak bekerja
maka flow control valve tertekan oleh spring sehingga ABS tidak bekerja, pada
kondisi ini cairan ditekan dari master selinder menuju flow control valve dan menuju
port 1 – port 2 selanjutnya menuju cyilender roda.
2. Saat ABS bekerja (model tekanan reduksi)
Saat roda mengunci (direm) ABS control module membuka solenoid valve, maka
sisa cairan rem dengan tekanan yang rendah mengalir ke reservoir dan menekan
Flow control valve ke bawah sehingga saluran port 2 menutup dan cairan rem tidak
mengalir ke cylinder roda.
Ketika perbedaa tekanan antara bawah dan atas semakin bertambah, maka flow
control valve menekan ke bawah danport 3 terbuka selanjutnya cairan rem dalam
cylinder roda mengalir ke port 3 – port 4 dan ke dalam reservoir (tekanan di dalam
cylinder roda menurun/berkurang. Selama pump dan ABS system bekerja cairan rem
dalam reservoir menurun/berkurang karena dialirkan ke cylinder master.
3. Saat ABS Bekerja (model penambahan tekanan)
Ketika wheel cylinder memerlukan tekanan cairan yang tinggi, ABS control module
menutup solenoid valve akibatnya low control valve berada pada posisi di bawah

Teknologi Chasis 4
sehingga cairan rem dari master cylinder mengalir ke port 1 dan 3 selanjutnya
menuju wheel selinder bertambah.
Pada saat yang sama, flow control valve bekerja akibatnya perbedaan tekanan cairan
rem antara atas dan bawah menjadi sama sehingga port 1 terbuka dan berhubungan
dengan master cylinder sehingga tekanan cairan di wheel cylinder bertambah secara
konstan.
4. Siklus Kontrol ABS (Anti-Lock Brake System)
a. Pengaturan rem pada permukaan yang tidak rata (koefisien gaya rem)
Saat awal pengeman, tekanan rem di dalam wheel brake cylinder dan masing-
masing akan naik turun. Di akhir tahap 1, deselerasi roda melebihi ambang batas
(-a), akibatnya solenoid valve akan memindahkan posisi “pressure hold” sesuai
dengan kebutuhannya. Tekanan rem tidak harus berkurang karena ambang batas
(-a) dapat dilebihkan ke dalam range stabil dari koefisiennya, atau dari kurva
brake slip.Pada saat bersamaan kecepan referensi dikurangi, besaran untuk slip
switching ambang batas •1 di dapat dari keceatan referensi.
Kecepatan roda turun dibawah ambang batas •1 di akhir tahap 2. Kemudian
solenoid valve pindah ke posisi “pressure drop” , sehingga tekanan rem bisa
dikurangi sampai deselerasi roda melebihi ambang batas (-a). Kecepatan turun
lagi dibawah ambang batas (-a) di akhir tahap 3 dan tekanan bertahan mengikuti
panjangnya.Pada saat tersebut akselerasi roda bertambah mengikuti
bertambahnya ambang batas (+a).Tekanan tetap konstan.Dan diakhir tahap 4,
akselerasi melebihi kecepatan ambang batas (+A) tertinggi, tekanan rem
kemudian bertambah mengikuti naiknya ambang batas (+A).
Di tahap 6, tekanan ren dipertahankan kembali agar tetap konstan karena ambang
batas (+a) dilebihkan.Di akhir tahap ini, akselerasi sekeliling roda turun dibawah
ambang batas (+a).ini menandakan bahwa roda sudah memasuki batasan gaya
rem yang stabil (coefficient/brake slip curve) dan agak ringan. Tekanan rem
sekarang mulai masuk tahapan 7 sampai deselerasi roda melebihi ambang batas
(-a) (akhir tahap 7).Pada saat tersebut, tekanan rem langsung diturunkan tanpa
melalui sinyal •1.
b. Kontrol rem di jalan licin (koefisisen gaya rendah)
Pada permukaan jalan licin seperti ini, dengan sedikit injakan saja pada brake
pedal, bisa cukup untuk membuat roda terkunci sehingga memungkinkan terjadi

Teknologi Chasis 5
selip pada ban.Logic circuit di dalam ECU dapat mengenali kondisi aspal suatu
jalan kemudian menyesuaikannya karakter ABS.
Pada tahap 1 dan 2, pengaturan rem dilakukan dengan cara yang sama
berdasarkan koefisien gaya pengereman tinggi. Tahap 3 dimulai dengan
penahanan tekanan dalam waktu singkat, kemudian kecepatan roda
diperbandingkan dengan slip switching ambang batas •1. Selama kecepan roda
kurang dari angka ambang batas slip switching, tekanan rem akan diturunkan
sebentar, dalam waktu yang tetap, dan ini diikuti oleh tahap selanjutnya yaitu
penahanan tekanan singkat. Kemudian dibuat pembaharuan perbandingan antara
kecepatan roda dan switching ambang batas •1, sehingga tekanan bisa turun
dalam waktu singkat.
Roda kemudian berputar kembali mengikuti tahapan tekanannya dan roda-roda
tersebut berputar melebihi ambang batas (+a).selanjutnya, tekanan tertahan
sampai akselerasinya dibawah ambang batas (+a) lagi (akhir tahap 4). Ini di ikuti
oleh tahap 5 melalui step-type yang terbentuk di dalam tekanan yang sudah
dikenalnya dari bagian sebelumnya sampai siklus kontrol baru bias dikenali oleh
pressure reduction tahap 6.
Pada siklus yang telah dijelaskan sebelumnya, controller logic dapat mengenali
kedua tahapan penurunan tekanan sebelumnya dimana diperlukan untuk
akselerasi roda kembali setelah penurunan tekanan yang dikenali oleh sinyal (-
a).Roda berputar dengan batasan selip tinggi untuk waktu yang relatif lama,
sehingga tidak aman untuk kestabilan mobil dan penguasaan kemudi. Untuk
mengatasi kedua masalah ini, diperlukan perbandingan secara terus-menerus
antara kecepatan roda dan slip switching ambang batas •1 ini dan juga siklus
control berikutnya. Sebagai akibatnya, di tahan 6 tekanan rem secara tetap akan
dikurangi sampai akselerasi roda melebihi ambang batas (+a) tahap 7. Berkat
penurunanan tekanan secara tetap, roda berputar dengan selip tinggi dalam
waktu singkat, sehingga bisa meningkatkan kestabilan kendaraan dan kontrol
kemudi dibanding dengan siklus pertama.

E. Kekurangan Dan Kelebihan Anti-lock Brake System (ABS)


1. Kelebihan
 Lebih cepat melakukan pengereman dari pada sistem biasa yang terdapat pada
mobil dan lebih stabil apabila terjadi suatu pengereman mendadak namun tidak
Teknologi Chasis 6
membuat mobil kehilangan pengendalian, dibandingkan dengan pengereman
standar yang terdapat di mobil yang umumnya menggunakan dua buah rem
cakram dan dua buah tromol tekanan gas yang di setting oleh pabrik.
 Sistem keamanan lebih terjamin karena meminimalisir terjadinya selip saat
pengereman.
 Cocok digunakan untuk menjelajahi jalanan licin.
 Saat roda mobil terperosok lumpur, cenderung lebih mudah lepas
2. Kekurangan
 Rem tidak pakem di jalan berkerikil, atau kontur jalan tidak rata, atau saat rem
basah terkena air. Dalam tiga keadaan ini rem ABS tidak berkerja optimal.
Mobil tetap juga meluncur saat direm di jalan selain beraspal. Dan juga ketik
rem basah akan berbunyi jika di rem.
 Jika terjadi masuk angin/ada udara didalam sistem rem, maka sulit untuk
mengeluarkan.
 Minyak rem tidak boleh kosong.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ABS (Anti-Lock Brake System) merupakan sebuah system kendaraan dalam hal
pengereman yang mencegah terjadinya roda menjadi terkunci pada saat pengereman.
Tujuannya adalah memungkinkan pengemudi untuk mempertahankan kontrol
pengendalian pada saat pengereman mendadak dan digunakan untuk memperpendek
jarak pengereman (dengan memperbolehkan pengemudi menginjak pedal rem secara
penuh tanpa perlu khawatir kendaraan akan selip dan lepas kendali seperti bila kita
melakukan pengereman pada kendaraan non ABS (Anti-Lock Brake System ).
Cara kerjanya adalah pada kendaraan terdapat electronic unit, speed sensor dan
hydraulic valve pada brake circuit. Electronic unit memonitor kecepatan dari roda pada
saat pengereman,jika berbeda maka rem akan me’release’(lepas), dan selanjutnya
mengerem lagi. Hampir sama dengan apabila kita melakukan pengereman sedikit-sedikit
atau dalam artian tekan-lepas-tekan lepas. ABS tersebut bisa melakukan pengereman
dalam artian ‘tekan-lepas’ sebanyak 20 kali per detik. Jadi dengan teknologi ini berguna
untuk mencegah ban terkunci.

Teknologi Chasis 7

Anda mungkin juga menyukai