Anda di halaman 1dari 5

“FLU BURUNG”

 Nama Penyakit
Flu burung
 Nama Lain Penyakit
Avian Influenza
 Agent Penyebab
Virus Influenza tipe A, H5N1 (termasuk family Orthomyxoviridae)
 Karakteristik Agent
1. Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A.
2. Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe
influenza dan menimbulkan penyakit yang paling berat.

3. Virus influenza A dibagi dalam subtipe-subtipe berdasarkan perbedaan serologik


dan genetik glikoprotein permukaan dan gene yang mengkodenya.
4. Pada subtipe H5N1, ada 5 protein H dan 1 protein N yg menyusun tubuh virus.
5. Influenza A berasal dari keluarga Orthomyxoviridae adalah virus RNA berenvelop
dengan dua glikoprotein permukaan, hemaglutinin dan neurominidase yang
membungkus suatu inti pusat.
6. Inti pusat tersebut mengandung genom RNA bersegmnen berpolaritas negative
dan protein viral lain yang membungkus dan melindungi RNA.
7. Partikel virus ini berdiameter 80-120 nanometer dan biasanya kurang-lebih
berbentuk seperti bola.
8. Virus influenza ditularkan lewat udara dan masuk ke tubuh manusia melalui alat
pernapasan.
 Sumber Penyakit / Reservoir
Sumber penularan virus AI adalah unggas, misalnya ayam, burung dan itik. Kuda
dan babi juga dapat menjadi sumber infeksi AI karena hewan-hewan tersebut merupakan
hospes reservoir. Karena itu peternakan ayam dan babi merupakan tempat yang harus
selalu diawasi dengan ketat. Penularan virus terjadi melalui udara yang mengandung
bahan infektif dalam bentuk titik ludah (droplet) pada waktu penderita batuk atau bersin-
bersin.

 Gejala Penyakit
Gejala penyakit flu burung pada manusia :
1. Demam lebih dari 38C
2. Sesak napas
3. Menggigil
4. Tidak nafsu makan (anoreksia)
5. Diare
6. Badan terasa lemas dan lemah
7. Gejala flu seperti hidung beringus,batuk dan batuk berdahak
8. Sakit kepala, sakit pada badan dan persendian
9. Nyeri tenggorokan, otot, dan konjungtivitis yang terdapat pada pasien dengan
riwayat kontak dengan ungags (peternak, pedagang)
10. Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan
penanganan tepat dapat menyebabkan kematian

Gejala penyakit flu burung pada unggas :

1. Terjadinya kematian unggas secara mendadak dalam jumlah yang besar atau
kematian unggas tanpa gejala klinis yang jelas.
2. Unggas terlihat lemas, gelisah, dan kehilangan nafsu makan.
3. Jengger unggas bengkak, berwarna biru, dan terkadang berdarah.
4. Bulu-bulu unggas mulai rontok.
5. Timbul pembengkakan pada kepala atau kelopak mata unggas.
6. Terjadi pendarahan pada kulit atau pada bagian yang tidak ditumbuhi bulu,
terutama pada kaki.
7. Produktivitas telur menurun drastis.
8. Unggas kesulitan bernapas, diare, menggigil, dan mengeluarkan air mata.
 Masa Inkubasi
Virus mempunyai masa inkubasi yang pendek, yaitu antara beberapa jam sampai
3 hari, tergantung pada jumlah virus yang masuk, rute kontak, dan spesies unggas yang
terserang. Pada unggas masa ingkubasi mencapai 1 minggu. Masa inkubasi virus flu
burung pada manusia adalah 2-10 hari setelah terpapar. Akan tetapi, sebagian besar kasus
menunjukkan gejala setelah 3-5 hari setelah terpapar oleh virus tersebut. Flu burung bias
menular 7 hari sejak ada gejala flu burung pertama kali. Biasanya manusia tidak akan
tertular setelah 5 hari.
Masa infeksi virus ini 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada
anak bisa sampai 21 hari
 Tingkat Keganasan
Flu Burung adalah Virus H5N1 yang merupakan jenis virus flu burung yang
sangat ganas tapi sebenarnya mudah mati oleh panas, kekeringan, sinar ultraviolet dan
desinfektan. Meskipun demikian virus ini juga diketahui mampu beradaptasi terhadap
lingkungan dan bermutasi
 Cara Penularan
Penyakit flu burung yang disebabkan virus flu burung subtype H5N1 dapat cepat
menyebar di antara populasi unggas dari satu kandang ke kandang yang lain dan dari satu
peternakan ke peternakan lain. Penularan penyakit dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung.
Penularan secara langsung adalah penularan dengan cara kontak langsung antara
hewan penderita flu burung dengan hewan lain yang peka maupun manusia. Namun
demikian, sejumlah penelitian masih terus dilakukan karena virus influenza A
mempunyai potensi melakukan mutasi, sehingga menghasilkan virus baru yang sifatnya
berbeda dengan virus sebelumnya. Potensi lainnya adalah virus melakukan “persilangan”
dengan virus lain, sehingga menghasilkan virus baru dengan kombinasi sifat keduanya.
Hewan yang terinfeksi mengeluarkan virus dari saluran pernafasan, mata, dan kotoran.
Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui udara yang tercemar
material atau debu yang mengandung virus Avian Influenza, makanan, minuman, alat
atau perlengkapan peternakan, kandang, kurungan ayam, pakaian,kendaraan, peti telur
yang tercemar virus flu burung, dan semua barang yang telah pernah mengalami kontak
dengan penderita. Oleh karena itu, alat-alat yang telah berhubungan dengan penderita flu
buurng harus didesinfeksi. Kita harus tahu bahwa virus flu burung tidak bertahan lam di
udara, tetapi setelah di udara akan menempel pada benda-benda disekitarnya. Dengan
demikian, penularan diduga tidak langsung dari udara, tetapi virus flu burung dibawa
lewat udara dan menempel pada benda-benda, lalu baru menular jika virus mengalami
kontak dengan hospes yang peka.
Manusia berdekatan dengan para unggas ini, dengan kondisi sanitasi yang
umumnya buruk, maka virus avian influenza (flu burung) pada hewan akan ‘melompat’
menjadi penyakit flu burung pada manusia. Dari penelitian menunjukkan, unggas yang
sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar
dalam kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22
derajat Celcius dan lebih dari 30 hari pada nol derajat Celcius. Di dalam kotoran dan
tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan
56 derajat Celcius dalam 3 jam atau 60 derajat Celcius selama 30 menit.
 Faktor-faktor Kejadian Penyakit
a) Lingkungan Biologis
Faktor lingkungan biologis pada penyakit flu burung yaitu agent. Agent merupakan
sesuatu yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang dalam hal ini adalah virus
aviant influenza (H5N1). Sifat virus ini adalah mampu menular melalui udara dan
mudah bermutasi. Daerah yang diserang oleh virus ini adalah organ pernafasan
dalam, hal itulah yang membuat angka kematian akibat penyakit ini sangat tinggi
b) Lingkungan Fisik
1) Suhu
Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu tinggi maupun
terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang pada saat
itu sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap mudah tidaknya virus
menjangkiti seseorang. Selain itu virus flu burung juga memerlukan suhu yang
optimal agar dapat bertahan hidup.
2) Musim
Faktor musim pada penyakit flu burung terjadi karena adanya faktor kebiasaan
burung untuk bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat musim dingin.
Misalkan burung-burung yang tinggal di pesisir utara Cina akan bermigrasi ke
Australia dan Asia Tenggara pada musim dingin, burung-burung yang telah
terjangkit tersebut akan berperan menularkan flu burung pada hewan yang tinggal
di daerah musim panas atau daerah tropis tempat burung tersebut migrasi.
3) Tempat Tinggal
Faktor tempat tinggal pada penyakit flu burung misalnya apakah tempat tinggal
seseorang dekat dengan peternakan unggas atau tidak, di tempat tinggalnya
apakah ada orang yang sedang menderita flu burung atau tidak
c) Lingkungan Sosial
Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum yang
membuat seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya kebiasaan masyarakat
Bali yang menggunakan daging mentah yang belum dimasak terlebih dahulu untuk
dijadikan sebagai makanan tradisional. Begitu pula dengan orang- orang di eropa
yang terbiasa mengonsumsi daging panggang yang setengah matang atau bahkan
hanya seper-empat matang. Selain itu juga pada tradisi sabung ayam akan membuat
risiko penyakit menular pada pemilik ayam semakin besar
 Distribusi Penyakit di Indonesia
Distribusi Flu Burung di Indonesia temasuk tinggi. Penyakit ini pertama kali di
duga berada di Indonesia pada pertengahan tahun 2003 yang diawali dengan kematian
sejumlah besar unggas di Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten. Penyebaran selanjutnya terjadi pada bulan September 2003
yang meluas ke Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan. Pada bulan Oktober 2003,
dilaporkan terjadi di Provinsi Jawa Timur dan Kalimantan Tengah. Pada bulan November
2003, penyakit ini meluas lebih lanjut ke Provinsi Bali dan pada bulan Desember 2003 ke
Provinsi Kalimantan Timur.
Selanjutnya 2004, perluasan wabah terjadi di Kalimantan yaitu di Provinsi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan. Pada tahun 2005, jumlah provinsi yang
terserang wabah flu burung makin bertambah lagi berturut-turut ke Sulawesi
Selatan,Sumatera Utara, dan Aceh. Korban kematian unggas meningkat mencapai 6,27
juta ekor, dan sampai Oktober 2005 menurun menjadi 539.984 ekor. Namun daerah
penyebaran penyakit meluas dari 9 Provinsi 53 kabupaten tahun 2003, menjadi 26
Provinsi 172 Kabupaten tahun 2006.

Anda mungkin juga menyukai