Assalamu’alaikum w.w
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang menciptakan manusia dan menambah ilmu
pengetahuan bagi mereka yang berusaha mendapatkannya. Salawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah, penghulu dan mahaguru bagi kita
semua. Alhamdulillah Panduan Pelayanan Pemberian Anti Retroviral Therapy (ART)
RSUD Prof DR MA Hanafiah SM Batusangkar telah kita miliki. Panduan ini
diharapkan menjadi acuan dalam peningkatan mutu pelayanan di lingkungan RSUD
Prof DR MA Hanafiah SM Batusangkar yang kita cintai ini.
Ucapan terimakasih kepada Tim HIV yang telah menyelesaikan Panduan Pelayanan
Pemberian Anti Retroviral Therapy (ART) di RSUD Prof DR MA Hanafiah SM
Batusangkar ini. Kami percaya bahwa tidak ada yang sempurna kecuali Allah SWT,
saran dan masukan dari kita sangat diharapkan untuk kesempurnaan panduan ini
untuk masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum w. w.
Batusangkar,
Direktur,
A. LATAR BELAKANG
Pada beberapa tahun terakhir ini, penatalaksanaan klinis penyakit HIV di Negara maju
berubah secara drastis dengan tersedianya obat antiretroviral (ARV). ARV bekerja
langsung menghambat replikasi (penggandaan diri) HIV. Terapi antiretroviral (ART)
dengan mengkombinasi beberapa obat ARV bertujuan untuk mengurangi viral load
(jumlah virus dalam darah) agar menjadi sangat rendah atau di bawah tingkat yang
dapat terdeteksi untuk jangka waktu yang lama.
Obat – obat tersebut tersedia dalam bentuk kapsul dan tablet . Hanya sebagian dari
obat di atas tersedia di Indonesia.
ARV dapat juga dipakai untuk mencegah infeksi HIV misalnya setelah tusukan jarum
suntik yang tercemar HIV pada petugas kesehatan atau kasus perkosaan oleh
tersangka yang di curigai terinfeksi HIV. Ini disebut profilaksis pasca pajanan (PEP =
post exposure prophylaxis). ARV juga dapat dipakai untuk mengurangi penularan HIV
dari ibu ke bayi. Penggunaan ARV dengan tujuan ini dibahas di bagian lain dalam buku
pedoman ini.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait HIV
2. Memperbaiki mutu hidup
3. Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan
4. Menekan replikasi virus semaksimal mungkin dalam waktu yang lama
BAB II
KONSEP ANTI RETROVIRAL THERAPY (ART)
ARV golongan NRTI dan NNRTI mempunyai cara kerja menghambat enzim
reverse transcriptase sehingga menghambat pembentukan RNA virus menjadi DNA
pada langkah ke 4 siklus hidup virus HIV. Sementara ARV yang termasuk golongan
Protease Inhibitor (PI) sesuai namanya PI memiliki cara kerja menghambat ensim
protease.
Ensim protease sendiri adalah ensim yang berfungsi sebagai “gunting kimiawi”
dalam pemotongan protein rantai panjang menjadi molekul protein yang lebih kecil pada
langkah ke 10 : yaitu langkah yang memungkinkan protein virus yang baru di bentuk dan
disusun. Gambar dalam keadaan sebenarnya yang dihasilkan dengan menggunakan
mikroskop-elektron yang menggambarkan langkah tonjolan dan langkah-langkah
selanjutnya tampak pada kulit muka buku ini.
Dampak ART
Penggunaan ART di Negara maju menyebabkan penurunan drastis morbiditas dan
mortalitas akibat AIDS serta menimbulkan pemulihan kembali system kekebalan tubuh.
Peningkatan jumlah CD4 rata – rata 100-200 pada tahun pertama. Pasien dengan kemajuan
seperti ini dapat menghentikan profilaksis primer atau sekunder untuk beberapa infeksi
oportunistik.
Catatan : bila ART dimulai pada waktu jumlah CD4 sangat rendah maka ada kemungkinan
gejala infeksi Oportunistik tertentu dapat muncul lagi pada saat system kekebalan tubuh
mulai pulih kembali dan melawan infeksi yang sudah ada. Hal ini disebut sebagai immune
reconstitution syndrome atau sindrom pemulihan kembali kekebalan.
Keterbatasan ART
Walaupun ART sudah menjadi kunci dalam penatalaksanaan penyakit HIV, ada beberapa
keterbatasan :
1. ART tidak mampu memberantas virus. Terapi ini gagal mengendalikan viremia dalam
kurang – lebih sepertiga pasien pada uji klinis. Viremia cepat meningkat kembali
setelah berhenti terapi, atau menghentikan salah satu obat dalam kombinasi. Pasien
harus melanjutkan terapi seumur hidup agar memperoleh manfaatnya yang optimal.
2. Jenis HIV yang resisten sering muncul, terutama jika kepatuhan pasien pada terapi
tidak hampir sempurna (95% atau lebih). Kegagalan lebih mungkin terjadi pada
tahap penyakit yang sudah lanjut. Kepatuhan pada terapi jangka panjang adalah sulit
: semakin lama kepatuhan cenderung semakin menurun.
3. Penularan HIV melalui perilaku yang berisiko dapat terus terjadi, walaupun viral load
tidak terdeteksi. Jenis virus yang resisten terhadap semua obat dalam regimen ART
dapat ditularkan ke orang lain melalui perilaku berisiko.
4. Efek samping jangka pendek akibat ART sering terjadi, mulai dari yang ringan
termasuk anemia, neutropenia, mual, sakit kepala, sampai yang berat, misalnya
hepatitis akut, reaksi hipersensitif dan sindrom Stevens Johnson. Sedangkan efek
samping jangka menengah baru mulai diketahui, misalnya resistensi insulin, asidosis
laktat, hiperlipidemia dan perpindahan lemak dalam tubuh (lipodistrofi/lipoatrofi). Efek
samping jangka panjang belum diketahui. Selain efek samping dapat pula ditemukan
interaksi dengan obat yang dipakai untuk penyakit lain, misalnya TB.
5. Pada saat ini di Indonesia hanya ada sedikit pilihan untuk pasien yang gagal dengan
pengobatan regimen baku atau mengalami efek samping yang berat.
Mengurangi biaya rawat inap dan Biaya terus menerus untuk obat dan
memelihara anak yatim piatu pemantauan terapi
Ketersediaan ART mendorong orang dengan Layanan bermutu dan terjangkau dibutuhkan
HIV untuk meminta tes HIV dan untuk meyakinkan konseling dan tindak
mengungkapkan status HIV nya secara lanjut medis .
sukarela .
BAB III
TATALAKSANA PEMBERIAN ANTI RETROVIRAL THERAPY (ART)
Tablet 150 mg
Lamivudi GlaxoSmithKline Epivir,Lamivox* Larutan 10 mg/ml
3TC
NRTI ne Kimia Farma hiviral Tablet 150 mg
Kolom A Kolom B
Karena nelfinavir jauh lebih mahal daripada nevirapine maka nevirapine digunakan sebagai
pilihan pertama dan nelfinavir dicadangkan sebagai pilihan kedua apabila pilihan pertama
gagal atau pasien tidak tahan efek samping nevirapine.
Pasien dengan Haemoglobin rendah dari 5 tidak dianjurkan memakai kombinasi dengan
AZT karena salah satu efek samping AZT adalah anemia.
Efek samping ARV
Efek samping atau efek yang merugikan ARV merupakan hal yang harus diperhatikan
karena dapat mengganggu kepatuhan pengobatan. Beberapa efek samping mungkin
sedemikian berat sehingga membutuhkan penghentian obat.
Berikut ini adalah table yang menggambarkan efek samping ARV
Pasien yang sudah memakai ART dan terkena TB aktif harus menyesuaikan regimen ART
agar cocok dengan pengobatan TB. Setelah terapi TB selesai, regimen ART dapat
diteruskan seperti semula atau diubah tergantung pada status klinis dan imunologis pasien.
Kesimpulan
Pelaksanaan ART secara efektif adalah rumit dan jika tidak dilaksanakan dengan
baik, dapat berdampak buruk pada penanggulangan HIV / AIDS yaitu memicu timbulnya
resistensi obat. Untuk menjamin bahwa semua unsur ART ditangani secara baik, protokol
khusus akan dibuat untuk menuntun dokter dan tenaga kesehatan lain.
Beberapa aspek ART berubah secara cepat, misalnya penemuan obat baru,
perubahan regimen, penurunan harga obat, munculnya resistensi obat, dll. Karena itu,
dokter yang meresepkan ART harus selalu mengikuti perkembangan ilmiah terbaru. Protokol
untuk ART harus sering diperbarui.
Pelaksanaan ART secara efektif membutuhkan tingkat komitmen yang tinggi dari petugas
kesehatan, pasien dan pendampingnya.