Anda di halaman 1dari 12

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING DAS SUNGAI SIAK

2.1 Gambaran Umum DAS SIAK


Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman
sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang 300 kilometer, sungai Siak melewati empat wilayah
administrasi kabupaten yaitu :
1. Kabupaten Rokan Hulu,
2. Kabupaten Bengkalis,
3. Kabupaten Siak,
4. Kabupaten Kampar
dan satu wilayah administrasi kota yaitu Kota Pekanbaru dimana seluruh Daerah Aliran
Sungai (DAS) Siak berada di Provinsi Riau.
DAS Siak termasuk DAS kritis, kawasan rawan bencana banjir dan longsor, erosi dan
pendangkalan, serta terjadi berbagai macam pencemaran. Perubahan ekosistem pada DAS
siak diindikasikan dengan kejadian banjir di Provinsi Riau akibat meluapnya Sungai Siak dan
anak-anak sungainya. Perubahan ekosistem tersebut disebabkan oleh wilayah dalam DAS
Siak merupakan daerah yang potensial berkembang bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
Di sepanjang Sungai Siak terutama di Pekanbaru kearah hilirnya mem-punyai potensi
yang sangat tinggi untuk berkembangnya kegiatan sosial dan ekonomi. Perubahan ekosistem
Sungai Siak secara signifikan dipengaruhi oleh perkembangan penduduk dan ekonomi yang
kemudian mendorong berkembang-nya kawasan budidaya dan permukiman (Departemen
Pekerjaan Umum).

2.1.1 Wilayah DAS Siak


Luas wilayah sungai Siak sekitar ± 14.239 km2 yang membentang dari hulunya di
perbukitan Kubu Beringin dan Bukit Suligi-Bukit Pandan di Kabupaten Rokan Hulu hingga
hilirnya bermuara di Selat Malaka. Wilayah-wilayah yang tercakup dalam masing-masing
bagian DAS Siak, yaitu :
a. Bagian Hulu
Bagian hulu dari DAS Siak adalah dari dua sungai yaitu:
- Sungai Tapung Kanan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Rokan Hulu dan
Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar, dan
- Sungai Tapung Kiri yang termasuk dalam wilayah Tandun Kabupaten Rokan Hulu
dan Kecamatan Tapung Kiri Kabupaten Kampar.
Kedua sungai menyatu di daerah Palas (Kabupaten Kampar) dan dekat Kota Pekanbaru
pada Sungai Siak Besar.

b. Bagian Hilir
Bagian hilir dari DAS Siak adalah pada Sungai Siak Besar yang terletak di desa Palas
(Kabupaten Kampar) - Kota Pekanbaru – Kota Perawang (Kabupaten Siak) – Kota Siak Sri
Indrapura dan bermuara di Tanjung Belit (Sungai Apit, Kabupaten Siak).
Secara geografis WS Siak berada pada posisi antara 100 o28’ BT - 102o12’BT dan
0o20’ LU - 1o16’ LU dengan batasan-batasan sebagai berikut :
 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Siak,
Kabupaten Bengkalis.
 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Selat Malaka.
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak,
Kabupaten Pelalawan.
 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu
Untuk lebih jelasnya mengenai luas WS Siak beserta kabupaten/kota yang masuk
di dalamnya disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Luas WS Siak Ditinjau Dari Kab/Kota Di Dalamnya


No Kabupaten Luas (km2) Presentase Luas (%)
1 Kabupaten Rokan Hulu 979 6,88
2 Kabupaten Kampar 3.589 25,21
3 Kabupaten Bengkalis 2.813 19,76
4 Kabupaten Siak 6.304 44,27
5 Kota Pekanbaru 553 3,88
Total 14.239 100
Sumber : Keppres No.12 Tahun 2012 dan Hasil Analisis, Tahun 2012
Berikut deskripsi dari masing masing DAS yang ada di WS Siak.
1. DAS Siak
DAS Siak memiliki luas areal sebesar 11.527 km2. Wilayah ini didominasi oleh
penutupan lahan berupa kebun sawit, lahan pertanian, lahan terbuka, hutan, kebun karet dan
sebagian kecil merupakan lahan terbangun, semak belukar, kebun campuran serta badan air.
Sebagian dari areal lahan terbuka merupakan kawasan pertambangan.
2. DAS Siak Kecil
DAS Siak Kecil ini meliputi areal sebesar 2.712 km2. Wilayah ini didominasi oleh
penutupan lahan berupa kebun campuran, lahan pertanian, hutan, semak belukar, lahan
terbuka, kebun sawit dan sebagian kecil merupakan lahan terbangun dan badan air.
Berikut gambaran kondisi Daerah Aliran Sungai Siak di kawasan jembatan Leighton
1.

Gambar 2.1 Kondisi Daerah Aliran Sungai Siak di Leighton 1


2.1.2 Kondisi Fisik
Wilayah DAS Siak bertopografi relatif datar, dengan ketinggian rata-rata 0-
2 m dpl dan kemiringan sekitar 0-5 %. Di bagian hulu terdapat variasi kemiringan
yaitu sebesar 2 – 40 %. Secara garis besar, ketinggian bagian hulu DAS Siak
dikategorikan menjadi empat golongan, yaitu:
- 1 – 10 m dpl
- 1 – 25 m dpl
- 25 – 100 m dpl
- 100 – 500 m dpl

Jenis tanah di DAS Siak bagian hulu terbagi menjadi dua yaitu organosol
gley humus dan podsolik merah kuning, bertekstur halus (liat), sedang (lempung)
dan kasar (pasir), dengan kedalam topsoil antara 30-60 cm dan >90 cm dari atas
permukaan tanah.
DAS Siak hulu merupakan hulu Sungai Tapung Kanan dan memiliki
banyak anak sungai antara lain: Sungai Tapung Kiri, Sungai Kasikan, Sungai
Kepanasan. Sungai-sungai yang terdapat di bagian hilir antara lain Sungai Siak,
Sungai Perawang, Sungai Mentawai, Sungai Tualang, Sungai Basar dan Sungai
Balam Tinggi. Sungai-sungai tersebut difungsikan sebagai jaringan transportasi
terutama untuk pengangkutan bahan baku dan hasil produksi industri. Selain itu
dimanfaatkan penduduk sebagai MCK, bahan baku air minum dan pemenuhan
untuk kebutuhan industri.

2.2 Kondisi Eksisting dan Permasalahan DAS Sungai Siak 1


Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak 1 yang berada disekitar Jembatan Siak
Leighton I merupakan salah satu dari 4 sungai besar di Provinsi Riau, yang
seluruh wilayah DAS nya berada di Provinsi Riau. Saat ini, warna air DAS Siak 1
yaitu coklat kehitaman. Pencemaran yang terjadi pada DAS Siak 1 ini juga
disebabkan oleh berbagai permasalahan yang telah diperoleh dari hasil wawancara
oleh kelompok 1 pada hari Sabtu, 1 Oktober 2016 di pemukiman penduduk sekitar
pinggiran sungai siak dekat Jembatan Siak Leighton I dan akan dibuat dalam
bentuk fish bone seperti berikut.
Tabel 2.2 Sumber Perolehan Air Bersih dan Air minum Oleh Responden
Sekitar Sungai Siak 1

Sumber Air Bersih


No Jumlah (Orang) Persentase (%)
dan Air Minum
1 Sumur Bor 11 68,75 %
2 PDAM 5 31,25 %
Total 16 100 %
Sumber : Hasil wawancara 16 orang responden sekitaran DAS Siak 1, 2016

Berdasarkan tabel 2.2 diatas, responden menyatakan bahwa sebagian besar


masyarakat menggunakan sumur bor sebagai air bersih dan air minum, yakni
sebesar 68,75%. Namun untuk masyarakat yang menggunakan PDAM, beberapa
dari mereka menyatakan bahwa air PDAM hanya bisa digunakan sebagai air
bersih, sedangkan untuk air minum mereka biasanya membeli karena air PDAM
tersebut tidak layak untuk dijadikan sumber air minum.

Gambar 2.2 Permasalahan Air DAS Siak Wilayah Leighton 1


1. Lingkungan
a) Air sungai meluap saat musim hujan
Dari hasil wawancara 16 orang responden, beberapa responden menyata-
kan bahwa terjadi banjir tahunan, dan biasanya terjadi 1 kali dalam 3 tahun,
namun banjir tersebut hanya masuk ke daerah kelurahan Kampung Baru. Menurut
responden, banjir ini terjadi pada saat musim hujan yang mengakibatkan air
sungai meluap ke pemukiman. Selain itu, banjir ini juga disebabkan karena
sampah penduduk yang dibuang sembarangan ke sungai.
b) Erosi
Erosi pada air sungai disini adalah pengikisan padatan oleh adanya
gelombang air pada saat perahu/kapal melintasi daerah aliran sungai Siak.
c) Sedimen (pengendapan partikel dalam air menuju ke tepi sungai)
Banyaknya material/partikel dalam air menuju ke tepi sungai yang
disebabkan oleh terjadinya erosi dan mengakibatkan sungai menjadi tidak bersih.

2. Teknis
a) Tidak adanya tindakan penggerukan sedimentasi
Kondisi sungai Siak di kawasan Leighton 1 sekarang ini telah mengalami
pendangkalan. Pendangkalan menjadi salah satu faktor penyebab banjir di
beberapa daerah pinggiran sungai Siak. Pendangkalan ini terjadi akibat dari
banyaknya sedimen yang mengendap di dasar sungai Siak seperti sampah dan
limbah yang dibuang ke sungai Siak. Namun pemerintah setempat tidak
melakukan tindakan penggerukan sedimentasi, padahal dengan dilakukannya
penggerukan sedimentasi tersebut dapat melindungi lingkungan setempat akibat
material/partikel yang mengendap ke tepi sungai.
b) Tidak tersedia tempat sampah dan pengangkutan sampah
Berdasarkan hasil wawancara, responden menyatakan sampah yang
dihasilkan biasanya selalu diangkut oleh Dinas Kebersihan. Namun dibeberapa
daerah sudah tidak ada lagi pengangkutan dan bahkan tempat sampah pun tidak
tersedia, jadi banyak dari masyarakat tersebut hanya membuang sampahnya
langsung ke sungai ataupun membakar semua sampah-sampah yang
dihasilkannya.
3. Kelembagaan
a) Kurangnya sosialisasi dari pemerintah
Menurut warga setempat, Pemerintah sudah memberikan sosialisai terkait
masalah sungai Siak tersebut, akan tetapi belum semua penduduk yang
mendapatkan sosialisasi tersebut. Nyatanya masih banyak penduduk yang belum
mengetahui berbagai macam hal tentang permasalahan yang terjadi pada sungai
Siak tesebut.
b) Buangan limbah industri
Tingkat pencemaran air Sungai Siak yang tinggi disebabkan oleh buangan
limbah industri di sepanjang sungai dan mengakibatkan berkurangnya jumlah dan
spesies ikan. Pada DAS Siak wilayah Leighton 1 ini, industri terdekat yang
diketahui telah membuang limbahnya pada malam hari ialah industri karet. Selain
mencemari sungai, hal ini juga telah mengganggu aktivitas masyarakat karena bau
limbah karet yang tercium pada jarak sekian meter.
c) Tidak adanya sanksi bagi pelaku pencemar
Selama ini, pencemaran terhadap sungai Siak semakin lama semakin
meningkat. Baik dari limbah industri, domestik, maupun sebab-sebab lainnya.
Akan tetapi, semakin meningkatnya tingkat pencemaran ini juga disebabkan tidak
adanya sanksi bagi para pelaku pencemar. Berdasarkan wawancara yang kami
lakukan, beberapa warga sangat setuju apabila mulai dikenakan sanksi bagi para
pelaku pencemar setelah melihat kondisi sungai Siak saat sekarang ini.
d) Distribusi pengalir air tidak merata
Sebagian responden yang memperoleh sumber air dari PDAM menyatakan
bahwa tidak seluruh rumah mendapatkan pengaliran air dari PDAM atau
distribusinya tidak merata. Permasalahan lainnya adalah air yang dialirkan dari
PDAM sering mati dan sering mengalami kekeruhan pada malam hari.

4. Sosial
a) Ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan
Masalah sosial yang paling utama yang menyebabkan terjadinya
permasalahan air adalah ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan. Masih
banyak masyarakat yang dengan mudahnya membuang sampah sembarangan ke
sungai tanpa mempertimbangkan efek buruknya dimasa yang akan datang.
Masyarakat juga sudah mengetahui bahwa pipa saluran pembuangan dari toilet
pada akhirnya akan mengarah ke sungai. Namun hanya beberapa rumah saja yang
menggunakan septi tank.
b) Pembuangan sampah ke sungai
Banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke sungai disebabkan
karena kurangnya kesadaran dari masyarakat tersebut. Mereka sudah terbiasa
membuang sampah ke sungai akibat tidak meratanya sarana tempat pembuangan
sampah dan pengangkutan sampah dari pemerintah. Padahal sudah tersedia
larangan pembuangan sampah ke sungai Siak.
c) Pembuangan limbah domestik
Berdasarkan wawancara dengan beberapa warga di daerah pinggiran
Sungai Siak 1, pembuangan limbah domestik yang dialirkan melalui pipa
pembuangan selalu berakhir mengarah ke sungai. Setiap hari jumlahnya terus
meningkat sehingga pencemarannya melebihi batas kewajaran dan juga
menyebabkan rusaknya lingkungan dan ekosistem yang berada di perairan Sungai
Siak.

5. Ekonomi
a) Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian masyarakat memiliki pendapatan
rendah sehingga rendahnya tingkat ekonomi tersebut mengakibatkan kurangnya
dana untuk membuat pengolahan air bersih dan menimbulkan permasalahan air.
Selain itu, penyebab menurunnya tingkat ekonomi juga karena terjadinya banjir
sehingga banyak pedagang dipinggiran sungai siak tersebut merasa dirugikan,
yakni kawasan berjualan mereka terendam banjir sehingga menyebabkan mereka
tidak bisa berjualan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Permasalahan sumber daya air disekitar leighton 1 Siak :


a. Lingkungan : Air sungai meluap saat musim hujan, erosi, dan sedimen.
b. Teknis : Tidak adanya tindakan penggerukan sedimentasi, Tidak
tersedia tempat sampah dan pengangkutan sampah
c. Kelembagaan : Kurangnya sosialisasi dari pemerintah, Buangan limbah
industri, Tidak adanya sanksi bagi pelaku pencemar, Distribusi pengalir
air tidak merata.
d. Sosial : Ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan, Pembuangan
sampah ke sungai, Pembuangan limbah domestik.
e. Ekonomi : Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat

2. Solusi permasalahan sumber daya air di Leighton 1 siak melalui


Pengelolaan Sumber Daya Air yang Terpadu dan Berkelanjutan

a. Ekonomi : Prinsip Pemanfaat Membayar (Beneficiaries pay principle),


Prinsip Kewajiban Pemerintah (government obligation principle).
b. Sosial : Penyuluhan secara periodik dan berkesinambungan
c. Teknis : Pengendalian sedimen sungai, Pengolahan Air Bersih Secara
Sederhana, Penyediaan tempat sampah dan sarana pengangkutan
sampah.
d. Kelembagaan : Pembentukan Forum PengelolaanSumberDaya Air
(Forum PSDA).
e. Lingkungan : Menanam tanaman, Pelestarian hutan di hulu sungai,
Perbaikan Sistem Drainase disekitar rumah penduduk.

4.2 Saran
1. Sebaiknya masyarakat lebih memperhatikan dan peduli terhadap kondisi air
sungai Siak disekitar tempat tinggal mereka.
2. Sebaiknya pemerintah lebih tegas dalam penanganan terhadap permasalahan
sumber daya air di sungai Siak Leighton 1.
DAFTAR PUSTAKA

Setyawati, Nurani. 2009. DAS Sungai Siak. (https://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.-


waryono/files/2009/12/das_siak_nuranitasetyawati_0706265705.pdf).
Diakses pada tanggal 9 Oktober 2016, 14.00 WIB.

Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Siak. 2013.

Lestari, Reski dan Muhammad Ridwan. 2013. Peran Pemerintah Daerah Provinsi
Riau dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Siak : Studi Kasus
Daerah Hilir Daerah Aliran Sungai Siak Tahun 2010-2013 : FISIP UR
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai