Anda di halaman 1dari 5

1.

BIODIESEL
Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan
segala komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip
dengan solar biasasehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin
diesel yang ada hampirtanpa modifikasi, dapat terdegradasi dengan mudah
(biodegradable), 10 kali tidakberacun dibanding minyak solar biasa, memiliki
angka setana yang lebih baikdari minyak solar biasa, asap buangan biodiesel tidak
hitam, tidak mengandungsulfur serta senyawa aromatic sehingga emisi
pembakaran yang dihasilkan ramahlingkungan serta tidak menambah akumulasi
gas karbondioksida di atmosfer sehinggalebih jauh lagi mengurangi efek
pemanasan global atau banyak disebut denganzero CO2 emission.
Biodiesel secara teoritis tidak mengandung sulfur hingga dapat
dikategorikan sebagai Ultra-low sulfur diesel (ULFD) dengan kandungan
maksium sulfur 50 ppm (standar emisi EURO IV). Ditinjau dari segi emisi,
pembakaran biodiesel menghasilkan emisi Sulfur dalam jumlah yang sangat kecil.
Namun, seperti layaknya pembakaran bioethanol justru menghasilkan emisi NOx
yang lebih besar dari petrodiesel.
Menurut data EPA (Environmental Protection Agency) pembakaran 1
Liter biodiesel akan menghasilkan sekitar 2.7 kg gas karbon dioksida.

Menurut Syah (2006), karakteristik emisi pembakaran biodiesel dibandingkan


dengan solar adalah sebagai berikut :
1. Emisi karbon dioksida (CO2) netto berkurang 100%
2. Emisi sulfur dioksida berkurang 100%
3. Emisi debu berkurang 40-60%
4. Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10-50%
5. Emisi hidrokarbon berkurang 10-50%
6. Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH = polycyclic aromatic hydrocarbon)
berkurang, terutama PAH beracun seperti : phenanthren
7. berkurang 98%, benzofloroanthen berkurang 56%, benzapyren berkurang
71%, serta aldehidadan senyawa aromatik berkurang 13%

2. BIOETANOL
Pada tahun 1985 brazil mengeluarkan program pencampuran 20%
bioetanol dengan bensin untuk menghemat 40% konsumsi bensin. Negara ini
telah memasarkan 1 juta mobil dengan bahan bakar 100% bioetanol.
Kelebihan-kelebihan bioetanol dibandingkan bensin:
1. Bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali
lebih tinggi dibandingkan bensin.
2. Emisi hidokarbon lebih sedikit
Kekurangan-kekurangan bioetanol dibandingkan bensin:
1. Mesin dingin lebih sulit melakukan starter
2. Bioetanol bereaksi dengan logam seperti magnesium dan aluminium.
Sebagai alternatif digunakan campuran bioetanol dengan bensin. Sebelum
dicampur, bioetanol harus dimurnikan hingga 100%. Campuran ini dikenal
dengan sebutan gasohol.
Bioetanol bersifat multi-guna karena dicampur dengan bensin pada
komposisi berapapun memberikan dampak yang positif. Pencampuran bioetanol
absolut sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol E-10.
Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) plus alkohol (bioetanol). Etanol absolut
memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol E-10
secara proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini
bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan
dan di negara-negara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL)
maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE).
3. Bahan Bakar Nabati Biofuel dari Mikroalga
Tim Nasional Bahan Bakar Nabati telah mencanangkan lahan 6,50 juta ha
untuk pengembangan empat komoditas utama penghasil BBN, yaitu kelapa sawit,
jarak pagar, tebu, dan ubi kayu. Dari luasan tersebut, 1,50 juta ha diperuntukkan
bagi pengembangan jarak pagar. Namun luas lahan yang sesuai secara biofisik
hanya 76,40 juta ha. Selain itu, sebagian besar lahan tersebut telah dimanfaatkan
untuk penggunaan lain, baik di sektor pertanian maupun nonpertanian (Mulyani
dan Las, 2008). Permasalahan yang terjadi adalah persaingan dalam penggunaan
lahan dan produk yang selanjutnya berdampak pada ketersediaan pangan nasional.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BBN berbahan dasar komoditas
pertanian dinilai tidak cukup efektif dan efisien.
Mikroalga mengandung protein, lemak, dan karbohidrat, yang semuanya
dapat dimanfaatkan. Lemak dapat diolah menjadi biodiesel melalui proses
ekstraksi, sedangkan karbohidrat dapat diolah menjadi bioetanol dengan proses
fermentasi. Mikroalga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku
biofuel jika dibandingkan dengan tanaman pangan karena mempunyai beberapa
keuntungan antara lain pertumbuhan yang cepat, produktivitas tinggi,
memungkinkan penggunaan air tawar dan air laut, dan biaya produksi yang tidak
terlalu tinggi. Mikroalga juga memiliki struktur sel yang sederhana, kemampuan
fotosintesis yang tinggi, siklus hidup yang pendek, dapat mensintesis lemak, dapat
bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim serta tidak membutuhnya nutrisi
yang banyak (Amini dan Susilowati, 2010).

4. POME
Setiap pengoalahan 1 ton TBS akan menghasilkan limbah pada berupa
tandan kosong sawit (TKS) sebanyak 200 kg, sedangkan untuk setiap produksi 1
ton minyak sawit mentah (MSM) akan menghasilkan 0,6 – 0,7 ton limbah cair
dengan BOD 20.000-60.000 mg/liter. Kandungan hara limbah cair PKS adalah
450 mg N/l, 80 mg P/l, 1,250 mg K/l dan 215 mg/l.
Jumlah Produksi limbah cair di indonesi 28,7 ton per tahun.
5. Pemanfaatan Fosfor untuk Mikroalga
Pengurangan kadar phosphor dalam medium limbah dapat dilakukan oleh
mikroalga. Mikroalga membutuhkan phosphor untuk memproduksi phospholipid,
ATP, dan asam nucleat. Alga mengasimilasi phosphor sebagai ortho phosphor
anorganik, baik dalam bentuk H2PO4- or HPO4. Phosphor organik tersebut
dirubah menjadi ortho phosphor lewat proses fotosnintesis pada permukaan sel,
dan hal ini terjadi ketika ortho phosphor berada dalam supply yang sedikit.
Meskipun demikian, mikroalga dapat mengasimilasi phosphor alam keadaan
ekses di mana pada nantinya akan disimpan dalam sel dalam bentuk polipospat.
Secara umum kadar posphor dalam mikroalga berbeda beda tergantung dari
supply konsentrasinya. Seperti contoh kadar 1 mg P dalam 1 gram alga basis
kering dengan supplu konsentrasi 0.1mg P/l, atau supply 5mg P/l menghasilkan
100mg P dalam 1 gram alga basis kering. Rata – rata sel alga mengandung 13 mg
P pergram alga basis berat. Sedangkan alga yang dikultivasi dalam limbah yang
mengandung kadar phosphor yang tinggi dapat menyerap poshpohor sebanyak 10
- 20 mg P/l , lebih tinggi dari jumlah phosphor yang dibutuhkan sel untuk tumbuh.

6. Pemanfaatan Nitrogen untuk Mikroalga


Nitrogen merupakan unsur terpenting untuk mikroalga setelah sumber
karbon, dan dapat menyumbang 10% dari total berat biomassa. Nitrogen banyak
terdapat pada limbah organik dalam berbagai bentuk senyawa. Sedangkan
mikroalga dapat menyerap senyawa nitrogen dalam bentuk ammonium (NH4 +)
dan nitrat (NO3-). Ammonium merupakan senyawa yang lebih disukai mikroalga.
Akan tetapi kadar ammonium yang tinggi pada medium tidak dianjurkan karena
dapat menyebabkan terjadinya racun. Sumber ammonium dan nitrat ini juga dapat
diambil dari senyawa urea dan nitrit. Akan tetapi penggunaan nitrit
dalam konsentrasi tinggi dapat mengganggu pembiakan alga (Larsdoter, 2006 ).

Pada kondisi aerob, material organik akan diubah oleh mikroba (bakteri) menjadi
karbon dioksida, amonia, dan phosphat. Selanjut nya, phospat akan digunakan
oleh algae sebagai sumber nutrien sehingga terjadi simbiosis yang saling
menguntungkan. Sementara itu, pada kondisi anaerob, materi organik akan diubah
menjadi gas seperti methane, hidrogen sulfida, dan amonia serta lumpur sebagai
produk sisa. Gas yang dihasilkan oleh mikroba anaerob selanjutnya digunakan
oleh mikroba aerob dan algae yang berada pada zona diatasnya.

KOLAM MATURASI

Kolam maturasi digunakan untuk mengolah air limbah yang berasal dari kolam
fakultatif dan biasanya disebut sebagai kolam pematangan. Kolam ini merupakan
rangkaian akhir dari proses pengolahan aerobik air limbah sehingga dapat
menurunkan konsentrasi padatan tersuspensi (SS) dan BOD yang masih tersisa
didalamnya. Fungsi utama kolam maturasi adalah untuk menghilangkan mikroba
patogen yang berada di dalam limbah melalui perubahan kondisi yang
berlangsung dengan cepat serta pH yang tinggi. Proses degradasi terjadi secara
aerobik melalui kerjasama antara mikroba aerobik dan algae. Alga melakukan
fotosintesis membantu meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air olahan
yang digunakan oleh mikroba aerob.Kolam maturasi dirancang untuk mengolah
limbah (septage) dengan konsentrasi organik yang sudah jauh lebih rendah
dibandingkan konsentrasi limbah awal saat masuk IPLT. Pada umumnya kolam
maturasi terdiri dari dua kolam yang disusun seri. Jumlah dan ukuran kolam
bergantung pada kualitas effluent yang diinginkan. Dinding kolam diberi
perkerasan selain untuk memperkuat juga untuk mencegah/menghindari
terjadinya rembesan ke samping atau arah horisontal dinding kolam

Anda mungkin juga menyukai