Anda di halaman 1dari 23

PORTOFOLIO

HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS


(HIV)/ ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (AIDS)

Disusun oleh:

dr. Idama Asido Rohana Simanjuntak

Pendamping :

dr. Hesti S. Wardani

dr. Siti Ningsih

Pembimbing :

dr. Abdul Halim, Sp. PD

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

KEMENTERIAN KESEHATAN INDONESIA

DAN DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA BANJARBARU

RSUD BANJARBARU 2016-2017


HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
(HIV)/ ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (AIDS)

PENGERTIAN
Infeksi HIV adalah suatu spectrum penyakit yang menyerang sel-sel
kekebalan tubuh (dari infeksi primer, dengan atau tanpa sindrom akut, stadium
asimtomatik, hingga stadium lanjut) yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency
virus.1,2

PENDEKATAN DIAGNOSIS1-4
Anamnesis
 Kemungkinan sumber infeksi HIV
 Gejala dan keluhan pasien saat ini
 Riwayat penyakit sebelumnya, diagnosis dan pengobatan yang diterima
termasuk infeksi oportunistik
 Riwayat penyakit dan pengobatan tuberculosis (TB) termasuk kemungkinan
kontak dengan TB sebelumnya
 Riwayat kemungkinan infeksi menular seksual (IMS)
 Riwayat dan kemungkinan adanya kehamilan
 Riwayat penggunaan terapi anti retroviral (Anti Retroviral Therapy (ART))
termasuk riwayat rejimen untuk PMTCT (prevention of mother to child
transmission) sebelumnya
 Riwayat pengobatan dan penggunaan kontrasepsi oral pada perempuan
 Kebiasaan sehari- hari dan riwayat perilaku seksual
 Kebiasaan merokok
 Riwayat alergi
 Riwayat vaksinasi
 Riwayat penggunaan NAPZA suntik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda vital, berat badan, tanda-tanda yang
mengarah ke infeksi oportunistik sesuai dengan stadium klinis HIV seperti yang
terdapat pada tabel di bawah ini. Pemeriksaan fisik juga bertujuan untuk mencari
factor risiko penularan HIV dan AIDS seperti needle track pada pengguna NAPZA
suntik, dan tanda-tanda IMS.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah untuk Skrining HIV
 Anti HIV rapid
Pemeriksaan Darah untuk Diagnosis HIV
 Anti-HIV ELISA 3 X
 Anti-HIV Western Blot 1 X
Pemeriksaan darah lainnya
 DPL dengan Diff Count
 Total Limfosit Count (TLC) atau hitung limfosit total: % limfosit x jumlah
Leukosit (dengan catatan jumlah leukosit dalam batar normal)
 Prediksi Hitung CD4+ Berdasarkan Hitung Limfosit Total

CD4+ = 0,3 limfosit - 8,2

Persamaan ini digunakan bila tidak didapatkan factor perancu seperti infeksi
CMV dan Tuberkulosis.

CD4+ = 0,3 limfosit – 41 CMV + 37 antiretrovirus -16

Persamaan di atas dapat membantu dokter untuk mengestimasi hitung CD4+


pada penderita infeksi HIV dimana sudah diketahui ada infeksi oportunistik
seperti infeksi CMV atau tuberculosis.
 Hitung CD4
 Jumlah virus HIV dengan RNA-PCR
Pemeriksaan HIV dipertimbangkan pada keadaan dibawah ini:
 Infeksi menular secara seksual (IMS)
 Pasangan atau anak:
 Diketahui positif HIV
 Mengidap HIV atau penyakit yang terkait dengan HIV
 Kematian pasangan muda yang tidak jelas penyebabnya
 Pengguna NAPZA suntikan
 Pekerjaan yang beresiko tinggi
 Aktif secara seksual dan mempunyai banyak mitra seksual

Berikut merupakan strategi penyaring tes HIV menurut WHO dan UNAIDS (tabel 1).

Tabel 1. Strategi Penyaring Tes HIV menurut WHO dan UNAIDS Berdasarkan
Tujuan Pemeriksaan dan Prevalens Infeksi pada Populasi Sampel3
Tujuan Pevalensi Infeksi Strategi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Keamanan Semua Prevalensi I
transfuse/
tranplantasi
Surveilans ≥ 10% I
≤10% II
Diagnosis Terdapat gejala >30% I
klinis infeksi HIV ≤30% II

Tanpa gejala >10% II


klinik infeksi HIV ≤10% III
Stadium WHO2
 Stadium 1: asimtomatik, limfadenopati generalisata
 Stadium 2
 Berat badan turun <10%
 Manifestasi mukokutan minor (dermatitis seboroik, prurigo, infeksi
jamur kuku, ulkus oral rekuren, cheilitis angularis)
 Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
 Infeksi saluran napas atas rekuren
 Stadium 3
 Berat badan turun >10%
 Diare yang tidak diketahui penyebab, >1 bulan
 Demam berkepanjangan (intermiten atau konstan), >1 bulan
 Kandidiasis oral
 Oral hairy leucoplakia
 Tuberculosis paru
 Infeksi bakteri berat (pneumonia, piomiositis)
 Stadium 4
 HIV wasting syndrome
 Pneumonia Pneumocystis carinii
 Toksoplasma serebral
 Kriptosporidiosis dengan diare > 1 bulan
 Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa atau kelenjar getah
bening (misalnya retinitis CMV)
 Infeksi herpes simpleks, mukokutan (> 1 bulan) atau visceral
 Progressive mutifocal leucoencephalopathy
 Mikosis endemic diseminata
 Kandidiasis esophagus, trakea, dan bronkus
 Mikobakteriosis atipik, diseminatan atau paru
 Septicemia, salmonella non-tifosa
 Tuberculosis ekstrapumonar
 Limfoma
 Sarcoma Kaposi
 Ensefalopati HIV

DIAGNOSIS BANDING1,2
Penyakit imunodefisiensi primer
TATALAKSANA1-4
 Konseling
 Suportif
 Terapi infeksi oportunistik dan pencegahan infeksi oportunistik (dapat dilihat
pada bab Infeksi Oportunistik)
 Terapi antiretrovirus (ARV) kombinasi, efek samping dan penanganannya

Tabel 2. Oat ARV yang digunakan2-4


No Nama Generik Formulasi Data Dosis
Farmakokinetik
Lini Pertama
1. Zidofudin (ZDV) Tablet: 300 mg Semua umur <4 minggu: 4
mg/kg/dosis, 2x/hari
(untuk pencegahan)
4 minggu sampai 13
tahun: 180-240
mg/m2/dosis 2x/hari
Dosis maksimal:
≥ 13 tahun: 300
mg/dosis, 2x/hari
2. Lamivudin (3TC) Tablet: 150 mg Semua umur < 30 hari: 2
mg/kg/dosis, 2x/hari
(dosis pencegahan)
≥ 30 hari atau < 60
kg:
4 mg/kg/dosis,
2x/hari
Dosis maksimal:
>60kg: 150
mg/dosis, 2x/hari
3. Kombinasi tetap Tablet: 300 mg Remaja dan Dosis maksimal:
ZDV + 3TC ZDV plus 150 Dewasa >13 tahun atau > 60
mg 3TC kg:
1 tablet/dosis,
2x/hari
(tidak untuk berat
badan <30 kg)
4. Nevirapin (NVP) Tablet: 200 mg Semua umur <8 tahun:
200mg/m2, dua
minggu pertama
sekali sehari.
Selanjutnya dua kali
sehari.
>8 tahun: 120-150
mg/m2, dua minggu
pertama sekali
sehari, selanjutnya
dua kali sehari.
5. Etavirenz (EFV) 600 mg Hanya untuk 10-15 kg: 200 mg
anak > 3 tahun sekali sehari
dan berat > 10 15-<20 kg: 250 mg
kg Sekali sehari
20-<25 kg: 300 mg
Sekali sehari
25-<33 kg: 350mg
sekali sehari
33-<40 kg: 400 mg
Sekali sehari
Dosis maksimal:
≥ 40 kg: 600 mg
sekali sehari
6. Stavudin (d4T) Tablet: 30 mg Semua umur < 30 kg: 1
mg/kg/dosis, 2x/hari
30 kg atau lebih: 30
mg/dosis, 2x/hari
7. Abacavir (ABC) Tablet: 300 mg Umur>3 bulan < 16 tahun atau <
37,5 kg: 8
mg/kg/dosis, 2x/hari
Dosis maksimal:
>16 tahun atau
≥37,5 kg: 300
mg/dosis, 2x/hari
8. Tenofovir Tablet : 300 mg Diberikan setiap 24
disoproxil fumarat jam interaksi obat
(TDF) dengan didanosine
(ddl), tidak lagi
dipadukan dengan
ddl
9. Tenofovir+ Tablet 200 mg/
Emtricitabin 300 mg
Lini Kedua
1. Lopinavir/ Tablet tahan ≥ 6 bulan 400 mg/100 mg
ritonavir (LPV/r) suhu panas, 200 setiap 12 jam untuk
mg pasien naïf baik
lopinavir+50 dengan atau tanpa
mg ritonavir kombinasi EFV atau
NVP
600 mg/150 mg
setiap 12 jam bila
dikombinasi dengan
EFV atau NVP-
untuk pasien yang
pernah mendapat
terapi ARV 2
minggu-6 bulan: 16
mg/4 mg/kgBB
2x/hari
6bulan-18 tahun: 10
mg/kgBB/dose
lopinavir
2. TDF Tablet: 300 mg Diberikan setiap 24
jam
Interaksi obat
dengan ddl, tidak
lagi dipadukan
dengan ddl

Tabel 3. Rekomendasi Rejimen Lini Pertama pada Target Populasi yang belum
pernah Terapi ARV1-5
Target Populasi Rekomendasi Catatan
Dewasa dan ZDV atau TDF + Pilih rejimen yang sesuai untuk
Remaja 3TC atau FTC + mayoritas ODHA Gunakan FDC
EFV atau NVP
Tidak boleh menggunakan EFV pada
Perempuan Hamil ZDV + 3TC + EFV trimester pertama
atau NVP TDF bias merupakan pilihan
Pada perempuan HIV yang pernah
menjalani rejimen PMTCT, lihat
rekomendasi di bagian lain
(Tabel 4)

Koinfeksi HIV/TB ZDV atau TDF + Mulailah terapi ARV secepat mungkin
3TC atau FTC + (dalam 8 minggu pertama) setelah
EFV memulai terapi TB
Gunakan NVP atau triple NRTI bila
EFV tidak dapat digunakan
Konveksi
HIV/HBV TDF +3T atau FTC + Pertimbangkan screening HBsAg
EFV atau NVP sebelum memulai terapi ARV
Diperlukan penggunaan 2 terapi ARV
yang memiliki aktivitas anti-HBV

Pada ODHA yang mengalami resistensi pada lini pertama maka kombinasi obat yang
digunakan adalah:
(TDF ATAU ZDV) +3TC atau FTC+(LPV/RTV)

Tabel 4. Rekomendasi Pemeriksaan Labortorium untuk Memonitor Paien


dalam Terapi ArV (Modifikasi Depkes)3
Tahap Terapi ARV Tes yang Direkomendasikan Tes yang Dianjurkan
Pada saat diagnosis HIV CD4 - HbsAg (periksa
Sebelum memulai ARV CD4 HCV)
Pada saat memulai ARV CD4
- Hb untuk ZDV
- Kreatinin Klirens
untuk TDF
Pada saat menjalani CD4 (tiap berapa bulan) - SGPT untuk NVP
ARV - Hb untuk ZDV
- Kreatinin klirens
untuk TDF
CD4 - SGPT untuk NVP
Pada saat kegagalan Viral Load - Viral Load
klinis Viral load enam bulan setelah
Pada saat kegagalan memulai terapi ARV
imunologis
Wanita yang menjalani
PMTCT dengan NVP
dosis tunggal dengan
lanjutan dalam 12 bulan

Tabel 5. Efek Samping ARV dan Substitusinya1,2


Nama Obat Efek Samping Substitusi
Zidovudin - Supresi sumsum tulang Jika digunakan pada
- Anemia Makrositik atau terapi lini pertama. TDF
neutropenia (atau d4T jika tidak ada
- Intoleransi gastrointestinal, sakit pilihan lain)
kepala, insomnia, asthenia Jika digunakan pada
- Pigmentasi kulit dan kuku terapi lini kedua, d4T
Stavudin - Asidosis laktat dan steatosis
hepatic ZDV atau TDF
- Pankreatitis, neuropati perifer,
Lamivudin asidosis laktat dengan steatosis
hepatitis (jarang), lipoatrofi -
- Toksisitas rendah
Abacavir - Asidosis laktat dengan steatosis
hepatitis (jarang) ZDV atau TDF
- Reaksi hipersensifitas (dapat
fatal)
- Demam, ruam, kelelahan, mual,
muntah, tidak nafsu makan
- Gangguan pernafasan (sakit
Tenofavir tenggorokan, batuk)
- Asidosis laktat dengan steatosis Jika digunakan pada lini
hepatitis (jarang) pertama, ZDV (atau d4T
- Asthenia, sakit kepala, diare, jika tidak ada pilihan)
mual, muntah, sering buang Jika digunakan pada lini
angina, insufisiensi ginjal, kedua secara pendekatan
sindrom Fanconi kesehatan masyarakat,
- Osteomalasia maka tidak ada pilihan
- Penurunan Densitas tulang lain jika pasien telah
- Hepatitis eksaserbasi akut berat gagal ZDV/d4T pada
pada pasien HIV dengan terapi lini pertama. Jika
koinfeksi Hepatitis B yang memungkinkan
menghentikan TDF dipertibangkan merujuk
Emtricitabine ke tingkat perawatan
Etavirenz yang lebih tinggi dimana
terapi individual tersedia.
-
- NVP
Ditoleransi dengan baik - bPI jika tidak toleransi
- Reaksi Hipersensitivitas terhadap kedua NNRTI
- Sindrom Steven-Johnson - Tiga NRTI jika tidak
- Ruam ada pilihan lain
- Toksisitas Hepas
- Toksisitas system saraf pusat
yang berat dan persisten (depresi
dan pusing)
Nevirapin - Hyperlipidemia
- Ginekomastia (pada laki-laki)
- Kemungkinan efek teratogenik
(pada kehamilan trimester -EFV
pertama atau wanita yang tidak - bPI jika tidak toleransi
Ritonavir menggunakan kontrasepsi yang terhadap kedua NRTI
adekuat) - Tiga NRTI jika tidak
- Reaksi Hipersesitivitas ada pilihan lain
- Sindrom Steven Johnson Jika digunakan pada lini
- Ruam kedua tidak ada pilihan
- Toksisitas Hepar lain
- Hiperlipidemia
Hiperlipidemia

Tabel 6. Jadwal Vaksin pada Pasien HIV Dewasa6


Vaksinasi Hitung CD4 + Limfosit T
< 200 sel/uL >200 sel/uL
Influenza 1 dosis TIV* setiap tahun
Tetanus, difteri, pertussis Ganti 1 dosis tetap dengan booster Td, lanjutkan
(Td/Tdap) dengan booster Td tiap 10 tahun
Varisela Kontraindikasi 2 dosis
HPV (wanita) 3 dosis setelah berusi 26 tahun
HPV (pria)
Zoster Kontraindikasi 1 dosis
MMR Konraindikasi 1 atau 2 dosis
Polisakarida penumokokus 1 atau 2 dosis
Meningokokus Dosis 1 atau lebih **
Hepatitis A 2 dosis **
Hepatitis B 3 dosis

Keterangan:
*TIV : trivalent inactivated influenza virus
**Dianjurkan apabila ada factor resiko lain (riwayat kesehatan, pekerjaan, gaya
hidup, dll)

Penatalaksaan Penanganan Pajanan HIV di Tempat Kerja2-4


 Pertolongan pertama diberikan segera setelah cedera: luka dan kulit yang
terkena darah tau cairan tubuh dicuci dengan sabun dan air, dan permukaan
mukosa dibilas dengan air.
 Penilaian pajanan tentang potensi penularan infeksi HIV (berdasarkan cairan
tubuh dan tingkat berat pajanan).
 PPP (profilaksis pasca pajanan) untuk HIV dilakukan pada pajanan bersumber
dari ODHA (atau sumber yang kemungkinan terinfeksi dengan HIV)
 Sumber pajanan perlu dievaluasi tentang kemunginan adanya infeksi HIV
pemeriksaan HIV atas sumber pajanan hanya dapat dilaksanakan setelah
diberikan konseling pra-tes dan mendapatkan persetujuan (informed consent),
dan tersedia rujukan untuk konseling,dukungan selanjutnya serta kaminan
untuk menjaga konfidensialitas.
 Evaluasi klinik dan pemeriksaan terhadap petugas yang terpajan hanya
dilaksanakan setelah diberikan konseling dan dengan persetujuan (informed
consent).
 Edukasi tentang cara mengurangi pajanan yang beresiko terkena HIV perlu
diberikan oleh konselor yang menilai urutan kejadian pajanan dengan cara
yang penuh perhatian dan tidak menghakimi
 Harus dibuat laporan pajanan.

Pemberian PPP dengan ARV2-4


PPP harus dimulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalam waktu
2-4 jam. Pemberian PPP setelah 72 jam dilaporkan tidak efektif. Direkomendasikan
pengobatan kombinasi dua atau tiga jenis obat ARV.
Pilihan jenis obat ditetapkan berdasarkan pengobatan ARV pada sumber
pajanan sebelumnya dan infromasi tentang kemungkinan resistensi dari obat yang
pernah digunakan. Pilihan juga berdasarkan tingkat keseriusan pajanan dan
ketersediaan ARV.
Pemberian ARV tersebut didasarkan pada pedoman yang ada, dan disediakan
satu “kit” yang berisi ARV yang direkomendasi, atau berdasarkan konsultasi dengan
dokter ahli.konsultasi dengan dokter ahli sangat penting dalam hal adanya resisten
terhadap ARV. Perlu tersedia jumlah ARV cukup untuk pemberian satu bulan penuh
sejak awal emberian PPP.

Tabel 7. Penilaian Pajanan untuk Profilaksis Pascapajanan HIV4


Perlukaan Kulit
Status Infeksi sumber pajanan
Jenis HIV positif HIV positif Tidak diketahui Tidak HIV
Pajanan Tingkat 1a Tingkat 2a,b status HIV- diketahui negatif
nyac sumbernyad
Kurang Dianjurkan Anjuran Umumnya Umumnya Tidak
berat pengobatan pengobatan tidak perlu tidak perlu perlu
dasar 2- obat dengan 3- PPP, PPPh,i PPP
PPP obat PPP pertimbangkang
2-obat PPP bila
sumber
berisikoh
Lebih Pengobatan Anjuran Umumnya Umumnya Tidak
Berat dengan 3-obat pengobatan tidak perlu PPP tidak perlu perlu
PPP dengan 3- pertimbangkan PPPh,i PPP
obat PPP 2-obat PPP bila
sumber
berisikoh
Pajanan pada lapisan mukosa atau pajanan pada luka di kulit
Status infeksi sumber pajanan
Volume Pertimbangkan Anjuran Umumnya Umumnya Tidak
sedikit pengobatan pengobatan tidak perlu PPP tidak perlu perlu
(beberapa dasar 2-obat dengan 3- pertimbangkang PPPh,i PPP
tetes) PPP obat PPP 2-obat PPP bila
sumber
berisikoh
Volume Dianjurkan Anjuran Umumnya Umumnya Tidak
banyak pengobatan pengobatan tidak perlu PPP tidak perlu perlu
(tumpahan dasar 2-obat dengan 3- pertimbangkan PPPh,i PPP
banyak PPP obat PPP 20obat PPP
darah) bila sumber
berisikoh,i
Keterangan:
A HIV Asimtomatis atau diketahui viral load rendah (yaitu <1500 RNA/mL)
B HIV Simtomatis AIDS, serokonversi akut, atau diketahui viral load tinggi,
bila dikhawatirkan adanya resistensi obat, konsultasikan kepada ahlinya. Pemberian
PPP tidak boleh ditunda dan perlu tersedia sarana untuk melakukan perawatan
lanjutan secepatnya
C contoh pasien meninggal & tidak dapat dilakukan pemeriksaan darah
D contoh jarum dari tempat sampah
E y.i. jarum buntu, luka dipermukaan
F y.i. jarum besar berlubang, luka tusuk dalam, Nampak darah pada alat, atau
jarum bekas di pakai pada arteri atau vena
G pernyataan “Pertimbangkan PPP” menunjukkan bahwa PPP merupakan
pilihan tidak mutlak dan harus diputuskan secara individual tergantung dari orang
yang terpajan dari keahlian dokternya. Namun, pertimbangkanlah pengobatan dasar
dengan 2-obat PPP bila ditemukan factor risiko pada sumber pajanan atau bila terjadi
di daerah dengan sisiko tinggi HIV
H Bila diberikan PPP dan diterima dan sumber pajanan kemudian diketahui HIV
negative, maka PPP harus dihentikan
I Pada pajanan kulit, tindak lanjut hanya diperlukan bila ada tanda-tanda kulit
yang tidak utuh (seperti, dermatitis, abrasi atau luka)

Tabel 8. Rejimen ARV untuk Profilaksis Pascapajanan4


Tingkat risiko pajanan Rejimen1
Risiko menengah Rejimen kombinasi dua obat dasar,
(kemungkinan ada risiko terjadi infeksi) contohnya:
AZT 2X300 mg + 3TC 2X150 mg atau
d4T 2x40 mg + 3TC
atau
ddl 1x400 mg + d4T
Risiko tinggi Rejimen kombinasi 3 obat, contohnya:
(Risiko terjadi infeksi yang nyata, AZT/ 3TC/ IDR (3X800mg) atau NFV
misalnya pajanan dengan darah volume (3x750 mg)
banyak, luka tusuk yang dalam) AZT/ 3TC/ IDV/r
AZT/ 3TC + NNRTI (EFV 1X 600mg)2
Keterangan:
1. Rejimen PPP perlu disesuaikan dengan menggunakan obat yang tidak resisten
terhadap sumber pajanan (bila diketahui)
2. Elavirenz lebih baik dari pada NVP tapi tidak dianjurkan untuk perempuan
hamil. Telah dilaporkan 2 kematian dari petugas kesehatan dengan toksisitas
hati yang terkait dengan PPP yang mengandung NVP oleh karena itu tidak
dianjurkan.

Efek samping2-4
Efek samping yang paling sering terjadi pada pemberian ARV adalah mual
dan rasa tidak enak. Pengaruh yang lainnya kemungkinan sakit kepala, lelah, mual
dan diare. Efek samping lain yang berat pada pemberian ARV adalah seperti di
bawah ini
 NVP: pernah dilaporkan hepatotoksisitas berat pada PPP (NVP tidak
dianjurkan untuk rejimen kombinasi pada PPP)
 ddl: pankreatitis yang fatal
 IDV/ NFV: diare, hiperglikemia, lipodistrofi

Pemeriksaan Tindak lanjut dan Konseling4


Orang yang mendapatkan ARV untuk PP perlu dievaluasi dan ditindak lanjuti
dalam 72 jam setelah pajanan serta perlu dipantau terhadap timbulnya gejala
toksisitas obat untuk sedikitnya selama 2 minggu. Pemeriksaan antibody HIV sebagai
data dasar dapat dilakukan dalam 8 hari pascapajanan dan untuk selanjutnya
dievaluasi secara berkala selama 6 bulan pascapajanan, misalnya pada minggu ke 6,
bulan ke 3 dan bulan ke 6, namun apabila timbul gejala penyakit yang sesuai dengan
sindrom retroviral akut maka pemeriksaan antibodi HIV perlu dilakukan segera. Perlu
diberikan konseling dukungan dan juga anjuran untuk melakukan pencegahan
terhadap penularan sekunder HIV sedapat mungkin selama masa pemantauan.

Table 9. Pemantauan Laboratorium pada Profilaksis Pascapajanan2-4


Waktu Jika meminum PPP Tidak meminum PPP
Data dasar HIV, HCV, HBV, DL, HIV, HCV, HBV
(dalam waktu 8 hari) Transaminase
Minggu ke 4 Transaminase, DL Transaminase
Bulan ke 3 HIV, HCV, HBV, HIV, HCV, HBV,
Transaminase Transaminase
Bulan ke 6 HIV, HCV, HBV, HIV, HCV, HBV,
Transaminase Transamanise
Keterangan:
HIV : pemeriksaan antibody HIV
HCV : pemeriksaan diagnostic untuk hepatitis C
HBV : pemeriksaan diagnostic untuk hepatitis B
DL : pemeriksaan darah lengkap
PENATALAKSAAN INFEKSI HIV PADA KEHAMILAN5
Semua ARV diketahui memiliki toksisitas terhadap kehamilan, namun tetap
diperlukan dalam keadaan seperti:
 Terapi kombinasi poten bagi penyakit HIV maternal; atau
 Sebagai profilkaksis untuk mencegah infeksi HIV ke janin

Status HIV dari wanita

Sudah didiagnosis HIV Tes HIV (+) Tes HIV (-)


sebelumnya dan sudah
mendapatkan terapi.

ZDV+3TC+NVP atau
TDF+3TC+EFC atau
TDF+3TC (atau FTC)+ EFV

Lanjutkan terapi ARV

Gambar 1. Algoritma Tatalaksana HIV pada Wanita Hamil

KOMPLIKASI
Infeksi oportunistik, kanker terkait HIV, dan manifestasi HIV pada organ
lain.1-4
PROGNOSIS
Pemberian terapi ARV kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat
menurunkan penyebaran virus Human Immunodefficiency Virus (HIV) hingga 92%.1-
4

UNIT YANG MENANGANI


 RS pendidikan : Divisi Tropik Infeksi, Divisi Alergi Imunologi –
Departemen Penyakit dalam
 RS non pendidikan : Badgian Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
 RS Pendidikan : Divisi Pulmonologi, Divisi Hematologi –
Departemen Penyakit Dalam
 RS non pendidikan :-

REFERENSI
1. Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus; AIDS and related
disorders. In: Fauci A, Braunwald E. Kasper D. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 17th ed. New York; Mc Graw-Hill;1009;1138-1204
2. HIV. Dalam; Sudyo AW. Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009.p 2130-32
3. Departemen Kesehatan RI. Tata Laksana HIV/AIDS. 2012
4. World Health Organization. Antiretroviral therapy for hiv infection in adults
and adolescent. 2010 revision. [Update 2010;cited 2011 Mar 11] Availabe
from http://222.who.int
5. Antiretroviral Drugs for Treating Pregnant Woman and Preventing HIV
Infections in infants; Guidelines on care, treatment and support for woman
living with HIV/AIDS and their children in rescure-contrained settings. World
Health Organization. Switzerland. 2004
6. Centers for disease control and prevention. Recommended Adult
Immunization Schedule. United States. 2012. Diunduh dari
http;//www.cdc.gov/vaccines/recs/schedules/downloads/adult/adult-
schedule.pdf pada tanggal 2 Mei 2012.

Anda mungkin juga menyukai