Anda di halaman 1dari 111

BAB III

HASIL KAJIAN

A. Profil dan Gambaran Umum Ruang IRNA II RSUD KOTA Mataram

1. Profil Rumah sakit

Rumah sakit umum kota mataram merupakan salah satu rumah

sakit milik pemerintah kota mataram yang terletak di kecamatan

mataram. Berdiri dilahan seluas 20.473 m2 dengan luas bangunan

7063m2 . rumah sakit umum kota mataram terletak di jalan raya

bungkarno pagutan, dengan batas wilayah sebelah utara dan selatan

berbatasan denagan komplek pertokoan bungkarno, sebelah barat

berbatasan dengan jalan raya bungkarno pagutan, dan sebelah timur

berbatasan dengan perumahan gebang mataram.

Rumah sait umum kota mataram mulai beropersional dan

memberikan pelayanan pada masyarakat sejak maret 2010 berdasarkan

surat keputusan walikota nomor:163/11/2010 tentang ijin

penyelenggaraan operasional pelayanan.

Berdasarkan keputusan mentri kesehatan republic indonesia

nomor: 1225/MENKES/SK/VIII/2010 tanggal 27 agustus 2010 dan

peraturan daerah nomor 6 tahun 2010. Rumah sakit umum daerah kota

mataram menjadi rumah sakit kelas C.

Fasilitas rumah sakit umum daerah kota mataram terdiri dari :

a. fasilitas rawat jalan, meliputi

1) poli klinik bedah

2) poli klinik bedah tulang

3) poli klinik kandungan dan kebidanan

20
4) poli klinik penyakit dalam

5) poli klinik anak

6) poli klinik syaraf

7) poli klinik mata

8) poli klinik kulit dan kecantikan

9) poli klinik gigi

10) poli klinik patologi anatomi

11) poli klinik patologi klinik

12) poli klinik umum

13) poli klinik THT

14) poli klinik fisioterapi

b. fasilitas rawat inap

1) ruangan VVIP

2) ruangan VIP

3) ruangan kelas I

4) ruangan kelas II

5) ruangan kelas III

6) ruangan nifas

c. fasilitas ICU

d. fasilitas NICU

e. fasilitas ruang tindakan

1) Ruang IGD

2) Ruang bersalin VK

3) Ruang operasi/OK

f. Fasilitas penunjang

1) Instalasi farmasi

21
2) Instalasi laboratorium

3) Instalasi radiologi

4) Instalasi gizi

5) Instalasi kesehatan lingkungan

6) Instalasi perawatan sarana rumah sakit

7) Hemodialisa

8) Fisiotarapi

9) Rekam medis

10) Ambulance

11) Mobil jenazah

12) Instalasi CSSD

13) Kamar jenazah

g. Visi dan Misi RSUD Kota Mataram

Visi:

Rumah sakit pilihan masyarakat dalam bidang pelayanan

kesehatan, pendidikan dan penelitian yang berstandar

internasional

Misi:

1. Memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan dan

penelitian yang berstandar internasional

2. Meningktkan kompetensi sumber daya manusia yang

berdaya saing

3. Meningkatkan kerjasama antar institusidalam bidang

pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian

4. Meningkatkan sarana prasarana sesuai standar RS

pendidikan dan kemajuan IPTEKDOK

22
5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan/karyawati

h. Tujuan

1. Menjadi rumah sakit rujukan utama di wilayah NTB yang

berstandar internasional

2. Menciptakan kepuasan bagi semua pasien dan karyawan di

RS Kota Mataram

3. Menjadi pusat pendidikan kesehatan yang menciptakan

tenaga-tenaga kesehatan yang berkualitas profesional

dan berdaya saing

4. Menjadi pusat penelitian untuk penemuan-penemuan baru

bdang kesehatan yang berguna bagi seluruh masyarakat

5. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas,

beretika, dan profesional.

i. Motto

SMILE:

S: senyum

M:mutu

I:InovatIf

L:lengkap

E:efisien

23
2. Profil Ruangan

Ruangan IRNA II merupakan salah satu ruangan rawat inap di

RSUD kota mataram yang melayani perawatan pasien rawat

gabung.Ruang IRNA II terletak di lanatai II gedung lama RSUD kota

mataram, berbatasan dengan Sebelah Utara:Irna 3A Sebelah

Barat:apotek rawat inap Sebelah selatan:Gedung VIP Graha Mataram

Sebelah Timur:ICU Berdasarkan observasi tanggal 10 januari 2017,

ruang irna II memiliki kapasitas 8 ruangan terdiri dari 8

ruangan, masing-masing ruangan terdapat 3 bad pasien. Ruangan

irna II RSUD kota mataram di pimpin oleh seorang kepala ruangan

yang di bantu oleh katim,penanggung jawab sift dan perawat

pelaksana,di ruangan irna II di bagi menjadi 4 tim di mana dalam

satu tim terdiri dari 1 perawat primer (katim) dan 2 perawat

asosiatif (perawat pelaksana). Di ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

menerapkan 1 tim berkewajiban untuk merawat semua klien sesuai

pembagian tugasnya pada saat jadwal dinasnya yang terbagi atas

shif pagi, siang dan malam.

3. Struktur organisasi

Ruang irna II RSUD kota mataram di pimpin oleh seorang

kepala ruangan yang di bantu oleh 4 perawat primer (katim), 8

orang perawat asosiatif,1 oarang tenaga administrasi serta 1

orang clining service.

24
STRUKTUR ORGANISASI RUANG IRNA II RSUD KOTA MATARAM

25
DENAH RUANGAN IRNA II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM

26
4. Visi dan Misi RUANGAN IRNA II

VISI

Menjadi ruangan yang nyaman dan memberikan pelayanan yang

terbaik dan profesional untuk pasien.

MISI

1. Memberikan pelayanan yang profesional sesuai SAK.

2. Meningkatkan kenyamanan perawatan pasien.

3. 1Menuntaskan pekerjaan tanpa ditunda.

4. Berbuatlah hari ini lebih baik dari hari kemarin.

5. Mendukung manajemen dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan.

B. UNSUR INPUT/MASUKAN

1. Man

1) Pasien

a. Kajian Teori

Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi

kesehatan yang membutuhkan pelayanan medis/keperawatan yang

terganggu kondisi kesehatannya baik jasmani maupun rohani

(WHO, 1999).

b. Kajian Data

Ruang IRNA II adalah ruang rawat inap kelas II dan VIP

yang memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien rawat

gabung yang terdiri dari pasien anak, dewasa hingga lansia.

Jumlah pasien yang dirawat selama periode Agustus

sampai dengan Desember 2016 dapat dilihat pada tabel 3.1:

27
Tabel 3.1. 10 Distribusi Jumlah Pasien di Ruang IRNA II

RSUD Kota Mataram Periode Agustus 2016 samapai tanggal 10

januari 2017

Jumlah Prosentase
Bulan
No (Orang) (%)

1 Agustus 108 18,6%

2 September 101 17,4%

3 Oktober 115 19,8%

4 Nopember 124 21,3%

5 Desember 134 23%

Jumlah 582 100%

c. Analisa Data

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah pasien

pada bulan Agustus hingga desember 2016 di ruang IRNA II

RSUD Kota Mataram adalah 582 pasien diantaranya jumlah

terbanyak di bulan Desember sebanyak 134 pasien dengan

presentase 23% dan jumlah yang paling sedikit di bulan

September sebanyak 101 pasien dengan presentase 17,4%.

2) Penyakit

a. Kajian Teori

Penyakit adalah perihal hadirnya sekumpulan respon

tubuh yang tidak normal terhadap agen, dimana manusia

memiliki toleransi yang sangat terbatas atau bahkan tidak

memiliki toleransi sama sekali (Elizabeth J. Crown, 2008)

28
b. Kajian Data

Ruang IRNA II adalah ruang rawat inap kelas II dan VIP

yang memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien rawat

gabung yang mengalami masalah penyakit dalam dan bedah.

Jumlah 10 penyaki terbanyak selama periode Agustus samapi

dengan Desember 2016 dapat dilihat pada tabel 3.2:

Tabel 3.2. 10 Distribusi 10 Jenis Penyakit Terbanyak di

Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram Periode Agustus sampai

dengan Desember 2016

Jumlah Prosentase
Jenis Kasus
No (Orang) (%)

1 SST 43 20,7%

2 DHF 41 19,7%

3 Febris 19 9,1%

4 Anemia 19 9,1%

5 CKD 18 8,7%

6 Tumor 17 8,2%

7 GEA 16 7,7

8 DM 14 6,7%

9 Pnemonia 11 5,3%

10 Hipoglikemia 10 4,8%

Jumlah 208 100%

29
c. Analisa Data

Dari data diatas dapat dilihat bahwa hasil pendataan

pada bulan Agustuss hingga Desember 2016 persentase 10

kasus terbanyak di ruang IRNA II RSUD Kota Mataram adalah

dengan kasus terbanyak yaitu SST sebanyak 43 penderita

(20,7%) dan kasus yang paling sedikit adalah Hipoglikemia

sebanyak 10 penderita (4,8%). Penentuan 10 besar kasus ini

dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat standar asuhan

keperawatan.

3) Sistem Rujukan Kesehatan

a. Kajian Teori

Sistem Rujukan Kesehatan merupakan suatu system

penyelenggaraan pelayanan yang melaksanaakan pelimpahan

wewenang atau tanggung jawab timbale balik, terhadap suatu

kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam

arti dari unit terkecil atau berkemampuan kurang kepada

unityang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti

antar unit-unit yang setingkat kemampuannya. ( Trihono,

2005 ).

b. Kajian Data

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan Rumah

Sakit yang mempunyai izin operasional Kepmenkes dimana

berfungsi sebagai pemberi pelayanan medis, pelayanan

penunjang medis dan non medis, pelayanan dan asuhan

keperawatan, pendidikan dan penelitian, pelayanan rujukan

30
ke luar Rumah Sakit maupun menerima rujukan dari instansi

pelayanan kesehatan lainnya .

Jumlah asal rujukan pasien selama periode Agustus

sampai dengan Desember 2016 dapat dilihat pada tabel 3.3:

Tabel 3.3. Distribusi asal rujukan Pasien di Ruang IRNA II

RSUD Kota Mataram Periode Agustus Sampai dengan Desember

2016

Jumlah Prosentase
Asal Rujukan
No (Orang) (%)

1 Poli 167 32,9

2 IGD 340 67,1

Jumlah 507 100

c. Analisa Data

Dari data diatas dapat dilihat bahwa asal rujukan

pasien pada bulan Agustus hingga Desember 2016 di ruang

IRNA II RSUD Kota Mataram berjumlah 507 orang, dapat

dilihat pada tabel diatas yaitu asal rujukan dari Poli dan

IGD berjumlah 507 orang dengan persentase 100%.

4) Mahasiswa Praktek

a. Kajian Teori

Pendidikan dan praktek keperawatan profesional

merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam

31
mengembangkan calon perawat secara komprehensif dalam hal

pengetahuan (Sardjito, 2000). Mahasiswa keperawatan berhak

mendapatkan bimbingan yang optimal dari pembimbing, baik

pembimbing klinik maupun pembimbing akademik (Pusdiknakes).

Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI) yang dikutip

oleh Aditama (2003) menyatakan bahwa untuk menjadi rumah

sakit pendidikan perlu memiliki sumber daya yang

profesional, seperti tersebut di bawah:

1. Organisasi

2. Sarana dan fasilitas medik maupun penunjang

3. Jumlah dan variasi teaching material

4. Budaya profesional dan atmosfer akademik

5. Transformasi perilaku pada peserta didik

6. Perpustakaan

b. Kajian Data

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan Rumah

Sakit yang mempunyai izin operasional Kepmenkes dimana

berfungsi sebagai pemberi pelayanan medis, pelayanan

penunjang medis dan non medis, pelayanan dan asuhan

keperawatan , pelayanan rujukan, pendidikan dan penelitian.

Saat pengkajian tanggal 14 Juni 2016 di ruang IRNA II Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Mataram memberikan kesempatan kepada

mahasiswa keperawatan untuk melakukan praktek klinik

seperti terlihat pada tabel 3.2:

32
Tabel 3.4 Ditribusi Data Mahasiswa Praktek di Ruang IRNA II

RSUD kota Periode Juni 2016

No Nama Institusi Jumlah (Orang)

1 STIKES Mataram 13

Universitas
2 7
Nahdatul Wathan

3 Stikes Yarsi 5

4 Stikes Bagu 6

Total 30

Sumber : Wawancara dengan kepala ruangan IRNA II RSUD Kota

Mataram

c. Analisa Data

Berdasarkan data tabel 3.4. pada saat pengkajian yaitu

pada tanggal 10 januari 2016 terdiri dari 4 institusi dan

terbanyak dari Stikes mataram yaitu 13 orang, dimana jumlah

pembimbing yang di tunjuk berjumlah 1 orang untuk mahasiswa

praktekan.

5) Ketenagaan

a. Kajian Teori

Keberhasilan Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan

kesehatan salah satu indikatornya ditentukan oleh

pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan

keperawatan yang berkualitas memerlukan sumber daya yang

sesuai dengan kualitas dan profesionalitas perawat dalam

33
melaksanakan tugas dan fungsinya. Praktek profesional

yang merupakan ciri profesi yang harus tetap dipelihara

dan tingkatkan dalam rangka mempertahankan akuntabilas

dan standar kinerja yang tinggi.

b. Kajian Data

1. Distribusi tenaga keperawatan di ruang IRNA II RSUD

Kota Mataram berdasarkan kualifikasi pendidikan.

Tabel 3.5. Ditribusi Tenaga Keperawatan berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

Persentase
No Kualifikasi Jumlah/Orang
(%)

1 Ners 8 53,3%

2 S.Kep 1 6,7%

3 D3 6 40%

Jumlah 15 100

Sumber: Data primer yang diolah dari dokumentasi

34
2. Distribusi Tenaga Non Keperawatan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

Tabel 3.6. Ditribusi Tenaga Non Keperawatan

berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang IRNA II RSUD

Kota MATARAM

Persentase
No Kualifikasi Jumlah/Orang
(%)

1 Dokter Umum 1 20%

Tenaga
2 1 20%
Administrasi

3 Tenaga Gizi 1 20%

Cleaning
4 1 20%
Service

5 Farmasi 1 20%

Jumlah 5 100

b. Analisa Data

Berdasarkan tabel 3.5. dapat dilihat bahwa tingkat

pendidikan perawat di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

yang paling banyak adalah Ners sebanyak 8 orang yaitu

53,% sedangkan yang paling sedikit adalah S1 Keperawatan

sebanyak 1 oramg yaitu 6,7% %. Dimana latar belakang

Kepala Ruangan adalah Ners.

Dan berdasarkan data tabel 3.6. dapat dilihat bahwa

tenaga non keperawatan dokter umum (tetap) yaitu sebanyak

35
1 orang yaitu 20%, tenaga administrasi sebanyak 1 orang

yaitu 20 %, dan cleaning service sebanyak 1 orang yaitu

20%.

Selain hal tersebut terdapat tenaga administrasi dan

cleaning service yang membantu mengurangi beban kerja

perawat yang ada di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram.

6) Jumlah Ketenagaan

a. Kajian Teori

Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah suatu proses

membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan

kriteria tenaga yang seperti apa pada suatu ruangan pada

setiap shifnya. Beberapa ahli mengembangkan beberapa formula

untuk menetapkan jumlah tenaga tersebut. Formula tersebut

antara lain:

(1) Menurut Douglas (1984)

Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas

dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien

untuk setiap shiftnya seperti tabel 6 berikut:

Tabel 3.7. Jumlah Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi

Ketergantungan Pasien Menurut Douglas

Kebutuhan Perawat
Klasifikasi
Pagi Sore Malam

Minimal 0,17 0,14 0,07

36
Intermediate 0,27 0,15 0,10

Maksimal 0,36 0,30 0,20

Sumber: Douglas (1984)

Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien

terhadap keperawatan berdasarkan kriteria sebagai

berikut:

a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam,

dengan kriteria:

- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan

sendiri

- Makan, minum dilakukan sendiri

- Ambulasi dengan pengawasan

- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiftt

- Pengobatan minimal, status psikologi stabil

- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

b) Intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan

kriteria

- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

- Folley kateter, intake output dicatat

- Klien dengan pemasangan infus, persiapan

pengobatan memerlukan prosedur

c) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6

jam/24 jam dengan kriteria:

37
- Segala diberikan atau dibantu

- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam

- Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena

- Pemakaian suction

- Gelisah/disorientasi

(2) Menurut Depkes (2002)

Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes:

a) Asuhan Keperawatan Minimal

- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan

sendiri

- Makan dan minum dilakukan sendiri

- Ambulasi dengan pengawasan

- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift

b) Asuhan Keperawatan Sedang

- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

- Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam

- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

c) Asuhan Keperawatan Agak Berat

- Sebagian besar aktivitas dibantu

- Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali

- Terpasang folley kateter, intake output dicatat

- Terpasang infus

- Pengobatan lebih dari sekali

- Persiapan pengobatan perlu prosedur

d) Perawatan Maksimal

38
- Segala aktivitas diberikan perawat

- Posisi diatur

- Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam

- Makan memerlukan NGT, terapi intra vena

- Penggunaan suction

- Gelisah/disorientasi

Penghitungan tenaga perawat berdasarkan:

a) Tingkat ketergantungan pada pasien berdasarkan jenis

kasus

b) Rata-rata pasien perhari

c) Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien

d) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/ hari

e) Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari

Kebutuhan tenaga perawat di unit perawatan menggunakan rumus:

Kebutuhan tenaga I=jumlah jam perawatan di ruang/hari

Jam efektif perawat

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor

koreksi) dengan: Hari libur/cuti/hari besar (Loss day).

Loss day = jml hr mg dlm 1 thn + cuti + hr besar

Jml hari kerja efektif

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan

diperkirakan 25 % dari jam pelayanan keperawatan.

Faktor koreksi= (kebutuhan tenaga I + Loss day) x 25 %


100
39
b. Kajian Data

Tabel. 3.8. tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan

tenaga perawat tanggal 10 januari 2017 di ruang

IRNA II RSUD Kota Mataram

Klasifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga

Tingkat
Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan

Minimal 0 0 0 0

Parsial 18 18x0,27 18x0,15 18x0,07

=4,86 =2,7 =1,26

Total 5 5x0,36 = 5x0,30 = 5x0,20 = 1

1,8 1,5

Jumlah 23 6,66=7 4,2=4 2,26 = 2

Total tenaga perawat:

Pagi: 7 orang

Sore: 4 orang

Malam: 2 orang +

13 orang

Jumlah tenaga lepas dines per hari 86x13= 4 org

279

Keterangan:

Angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dalam 1 tahun,

sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1

tahun. Jadi jumlah total perawat yang di butuhkan untuk

bertugas perhari di ruangan IRNA II adalah 13 orang + 4

orang lepas dines + 1 orang kepala ruangan = 18 orang.

40
Tabel. 3.9. tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan

tenaga perawat tanggal 11 Januari 2017 di ruang IRNA II RSUD

Kota Mataram

Klasifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga

Tingkat
Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan

Minimal 0 0x 0,17 = 0x0,14 = 0x0,10 =

Parsial 18 18x0,27 18x0,15 = 18x0,07 =

=4,86 3,24 1,26

Total 6 6x0,36 = 6x0,30 = 6x0,20 =

2,16 1,8 1,2

Jumlah 24 7,2=7 5,04=5 2,46=2

Total tenaga perawat:

Pagi: 7 orang

Sore: 5 orang

Malam: 2 orang +

14 orang

Jumlah tenaga lepas dines per hari 86x14= 4,31org = 4 org

279

Keterangan:

Angaka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dalam 1 tahun,

sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1

tahun.

41
Jadi jumlah total perawat yang di butuhkan untuk bertugas

perhari di ruangan IRNA II adalah 14 orang + 4 orang lepas

dines + 1 orang kepala ruangan = 19 orang.

c. Analisa Data

Berdasarkan hasil observasi di dapatkan bahwa kebutuhan

tenaga kesehatan di ruang IRNA II RSUD Kota Mataram pada

tanggal 10 Januari 2017 adalah sebanyak 18 orang dan pada

tanggal 11 Januari 2017 adalah sebanyak 19 orang.

7) Pelatihan Tenaga Keperawatan

a. Kajian Teori

Sumber daya manusia atau tenaga kerja adalah unsur

terpenting dalam institusi. Salah satu indikator

keberhasilan rumah sakit/pelayanan sosial dalam

memberikan pelayanan kesehatan ditentukan oleh pemberian

asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan

yang berkualitas memerlukan SDM yang sesuai dengan

kualitas yang tinggi dan profesional sesuai dengan tugas

dan fungsinya. Dan Kualitas yang tinggi dan professional

dikembangkan melalui pelatihan Medis dari dalam dan luar

Rumah Sakit. Menurut Djojoibroto (1997) konsep

pengembangan SDM atau disebut juga Human Resource

Development (HRD) mempunyai tiga program, yaitu:

a) Training, yaitu aktifitas dimana proses belajar

diarahkan kepada pekerjaan saat ini.

42
b) Education, yaitu aktifitas dimana proses belajar

diarahkan pada pekerjaan yang akan datang.

c) Development, yaitu aktifitas dimana proses belajar

tidak diarahkan untuk pekerjaan pegawai yang

bersangkutan secara langsung.

b. Kajian Data

Tabel 3.10. Distribusi Pelatihan yang Dilakukan Oleh

Tenaga Keperawatan di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

Jenis Persentase
No Jumlah/Orang
Pelatihan (%)

BHD (Bantuan
1 15 100%
Hidup Dasar)

3 BCTLS 8 53,3%

Service
2 15 100%
Exelent

c. Analisa Data

Berdasarkan tabel 3.10. di atas dapat dilihat bahwa semua

tenaga keperawatan sudah melakukan pelatihan BHD dan

Service Exelent tdan 8 orang perawat yang sudah mengikuti

pelatihan BCTLS dari 15 perawat yang ada diruangan IRNA

II RSUD Kota Mataram.

43
2. Money (Sumber Dana)

a. Kajian Teori

Sesuai dengan ketentuan umum PP No. 6 Tahun 2000 perjan

adalah badan usaha milik negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam

UU no 9 tahun 1969 dimana seluruh modalnya oleh pemerintah dan

merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan serta tidak

terbagi atas saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap

merupakan aset dari Depkes. Pengelolaan RS perjan dilakukan

oleh direksi serta dibentuk dewan pengawas untuk melakukan

pengawasan (Djoyo Sugito, 2002).

Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan pelayanan

kesehatan, baik medis maupun non medis, dalam kaitaan tersebut

agar pelayanan Rumah Sakit dapat berjalan seoptimal mungkin

dan dapat dirasakan oleh masyarakat maka untuk itu Rumah Sakit

perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis, non medis atau

jasa pemborongan.

Sumber dana Rumah Sakit yaitu:

1) Daftar isian proyek pemerintah pusat dari anggaran

pendapatan Belanja Negara (APBN)

2) Daftar isian kegiatan dari anggaran pendapatan belanja

negara

3) Pendapatan fungsional dari pendapatan pelayanan rumah sakit

b. Kajian Data

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan IRNA II

dan bagian HUMAS RSUD Kota Mataram sumber dana untuk

44
operasional berasal dari APBD dan BLUD. Tidak ada sumber dana

lain, sehingga berdampak pula pada minimnya anggaran

operasinal. Dan pengelolaan keuangan tidak dilakukan secara

mandiri oleh ruang IRNA II. Segala kebutuhan dilakukan dengan

penyusulan ulang dari ruangan yang disampaikan ke bidang

penunjang yang kemudian bidang penunjang menyampaikan ke bidang

keuangan dengan menyesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada.

Kemudian standarisasi gaji tenaga perawat belum menggunakan

standar UMR. Gaji tenaga perawat masih berdasarkan jasa

pelayanan atau atau intensif pelayanan.

Tabel 3.11. Distribusi pasien yang berkunjung menggunakan jasa

kesehatan di ruang IRNA II RSUD Kota Mataram periode agustus

samapi desember 2016

No Sumber dana Jumlah Persentase (%)

1 BPJS 438 76,3%

2 UMUM 136 23,7%

Jumlah 574 100%

c. Analisa Data

Dari data diatas dapat dilihat bahwa sumber dana pada bulan

Agustus sampai desember 2016 di ruang IRNA II RSUD Kota

Mataram terbanyak dari BPJS dengan presentase 76,3% dan umum

sebanyak 136 sengan persentase 23,7%.

45
3. Material

a. Kajian Teori

Pelaksanaan proses manajemen pelayanan keperawatan sangat

memerlukan adanya pengelolaan fasilitas dan peralatan sebagai

faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan

keperawatan yang efektif.

Standar fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun

keperawatan telah ditetapkan oleh masing-masing institusi

dengan memperhatikan jenis alat, bahan/warna, ukuran, jenis

kegiatan, jumlah yang dibutuhkan, juga didasarkan atas

pertimbangan bahan yang dipakai, disimpan maupun dicuci.

Penyediaan alat-alat menggunakan pedoman buku standar Fasilitas

dan Peralatan Keperawatan Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram.

Standar tersebut meliputi alat medis dan non medis.

b. Kajian Data

Data berikut ini adalah hasil pengkajian dan observasi

alat-alat :

1) Daftar Infestaris Alat Medis Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

Tabel 3.12 Distribusi Alat Medis Ruang IRNA II RSUD Kota

Mataram

Keterangan

No Nama Alat Jumlah Baik Kurang Rusak

Baik

1 Stetoskop 4 4 0 0

46
2 Tensi Airaksa 3 3 0 0

3 Bak instrument 3 3 0 0

4 Pinset cerugis 2 2 0 0

5 Gunting anatomis 2 2 0 0

6 Klem 2 2 0 0

7 Bengkok 2 2 0 0

8 GDS 2 2 0 0

9 Gunting Plester 2 2 0 0

10 Torniket 3 3 0 0

11 Troli 4 4 0 0

12 O2 Mobile 2 2 0 0

13 Tensi anak 1 1 0 0

30 30 0 0

Jumlah

2) Daftar Infestaris Non Medis Ruang IRNA II RSUD Kota

Mataram

Tabel 3.13 Distribusi Alat Non Medis Ruang IRNA II RSUD

Kota Mataram

Keterangan

No Nama Alat Jumlah Baik Kurang Rusak

Baik

47
1 Bed Pasien 24 24 0

2 Bak Sampah 8 8 0 0

3 Seprei 72 72 0 0

4 Tiang Infus 24 24 0 6

5 Handrub 8 8 0 0

6 Lemari Pasien 24 24 0 0

7 Lemari Alat 3 3 0 0

8 Lemari Linen 2 2 0 0

9 Jam dinding 10 10 0 0

10 Kipas Angin 5 5 0 0

11 Wastafel 11 11 1 0

12 TV 4 4 0 0

13 Kulkas 1 1 0 0

14 Sketsel 120 120 0 0

15 Kursi Kantor 3 3 0 0

16 Kursi Roda 2 2 0 0

17 Meja 3 3 0 0

18 Kursi Plastik 32 32 0 0

19 Kaca 8 8 0 0

20 Rak Sepatu 8 8 0 0

48
21 Selimut 72 72 0 0

22 Sarung Bantal 72 72 0 0

23 Keranjang Obat 24 24 0 0

24 Komputer 1 1 0 0

25 Perlak 24 24 0 0

26 Tempat jemuran 8 8

27 Tempat linen 3 3 0 0

kotor

28 Lemari pasien 24 24 0 0

Jumlah 600 600

c. Analisa Data

Berdasarkan tabel 3.12 dapat dilihat bahwa alat medis dapat

digunakan semua dalam kategori baik sebanyak 30 alat dan tidak

ada yang rusak. Tetapi berdasarkan standar idel alat kesehatan

yang digunakan di rungan masih belum ideal (Nursalam,edisi 5)

Berdasarkan tabel 3.13 dapat dilihat bahwa dari fasilitas

ruangan semua dalam kategori baik sebanyak 600 alat dan tidak

ada yang rusak akan tetapi seprai jarang diganti dan di ruang

IRNA II jumlah kursi untuk perawat masih terbtas.

49
Machine : Mesin

a. Kajian Teori

Mesin adalah peralatan yang digerakkan oleh mesin maupun

elektronik yang digunakan untuk membantu menangani pasien baik

secara medis maupun keperawatan (Gillies, 1994).

b. Kajian data

Berdasarkan hasil observasi inventaris, mesin yang ada di

Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Daftar Infestaris alat mesin Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

Tabel 3.14 Distribusi Inventaris Alat (Mesin) Ruang IRNA II RSUD

Kota Mataram

No Nama Mesin Jumlah Ket

1 Nebulizer 2 Baik

2 Suction Listrik 1 Baik

3 O2 Mobile 2 Baik

4 Sterilisator Alat - -

5 Sterilisator Ruangan 1 Baik

6 Fulse Oxymeter (spo0) 2 Baik

7 EKG 1 Baik

8 Infuse Pump 9 Baik

9 Siringe Pump 2 Baik

50
c. Analisa data

Berdasarkan tabel 3.14 di atas yang di peroleh dari hasil

wawancara alat mesin sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

ruangan.

4. Thod (Metode)

a. Kajian teori

Menurut Grant and Massey dan Marquis & Huston, jenis metode

pemberian asuhan keperawatan telah dijabarkan sebagai berikut :

1) Metode Kasus (Total care Method)

Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana

seorang klien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam

perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh

kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh

perawat yang berbeda untuk setiap shif dan tidak ada

jaminan bahawa pasien akan dirawat oleh orang yang sama

pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa

diterapkan satu pasien satu perrawat dan hal ini umumnya

dilaksanankan untuk perawat vrivat atau untuk keperawatan

khusus seperti di Ruang rawat intensif.

Kelebihan dari metode ini adalah:

a) Sederhana dan langsung

b) Garis pertanggung jawaban jelas

c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi

d) Memudahkan perencanaan tugas

51
Kekurangan dari metode ini adalah:

a) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab

b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan

dasar yang sama

c) Tak dapat dilakukan oleh perawatt baru atau kurang

pengalaman

d) Mahal, perawatprofesional ttermasuk melakukan

tugasbnon professional

2) Metode Fungsional

Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien.

Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan

dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan tergantung pada

kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik,

membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan

manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian

tugas yang jelas dan pengawasan yang lebih mudah. Semua

prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standar. Perawat

senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya

sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada

perawat yunior.

Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara

fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien

terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan.

Seecara kerja yang diawasi membosankan perawat karena

berorientasi pada tugas dan sisitem ini baik dan berguna

52
untuk situasi dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga perawat,

namun disisi lain asuhan ini tidak profesional dan tidak

berdasar pada masalah klien.

Keuntugan dari metode ini adalah:

1) Lebih sedikit membutuhkan perawat

2) Efisien

3) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan

4) Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas

5) Tunggu cepat selesai

Kerugian dari metode ini adalah:

1) Tidak efektif

2) Fragmentasi pelayanan

3) Membosankan

4) Komunikasi minimal

5) Tidak holistic

6) Tidak profesional

7) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat

3) Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuahan keperawatan terhadap

sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab membuat

perencanaan dan evaluasi asuahan keperawatan untuk semua

klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim

melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai

perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim.Tujun

53
perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang

lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia.

Keuntungan dari metode ini adala:

a) Berikan kepuasan bagi perawat dan klien

b) Kemampuan anggota tim dikenal dan di mampaatkan secara

optimal

c) Komperehensip dan holitik

d) Produktif,kerjasama,komunikasi,dan moral

Kerugian dari metode ini adalah:

a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik

b) Membutuhkan banyak kerja sama dan komunikasi

c) Membingungkan bila komposisi tim sering di ubah

d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non

professional

4) Metode primer

Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik

dalam suatu pelayanan dengan semua staff keperawatan yang

professional. Pada metode ini setiap perawat primer

memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai

dari pasien masuk sampe keluar dari rumah sakit, mendorong

peraktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat

rencana asuhan dan pelaksana.

Penangung jawab dilaksanakan oleh perawat primer

(Primary/Nurse/PN). Setiap PN merawat 4-6 klien dan

54
bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari klien

masuk sampe dengan pulang. Kelebihan dari modal primer ini

adalah:

a) Model ini bersipat kontinu dan komprehensif dalam

melakukan proses keperawatan kepada klien

b) Perawat primer mendapat akutabilitas yang tinggi

terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri

c) Pasien merasa di manusiakan karena terpenuhinya

kebutuhan secara individu.

d) Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercpai

pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan,

proteksi, informasi dan advokasi.

e) Kelemahan dari modal ini adalah model ini hanya dapat

dilaksankan oleh perawat yang dimiliki pengetahuan dan

pengalaman yang memadai dengan kriteria:

i. Asertif

ii. Mampu mengatur diri sendiri

iii. Kempuan pengambilan keputusan yang tepat

iv. Penguasaan klinik

v. Akuntabel dan mampu berkomunikasi dan

berkolaborasi dengan berbagai disiplin

d. Kajian Data

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan

Kepala Ruangan IRNA II RSUD kota Mataram, Metode yang

digunakan adalah metode MPKP Tim modifikasi. Di Ruang IRNA

II RSUD Kota Mataram menerapkan 1 tim berkewajiban untuk

55
merawat semua klien sesuai pembagian tugasnya pada saat

jadwal dinasnya yang terbagi atas shif pagi, siang, malam.

e. Analisa Data

Dari hasil kajian data diatas dapat diketahui bahwa

model pelaksanaan asuhan keperawatan Di ruang IRNA II RSUD

Kota Mataram sudah optimal dengan model tim modifikasi,

untuk menggunakan metode primer/tim masih tidak bisa

dilakukan karena tingkat pendidikan perawat di ruang IRNA

II masih banyak yang belum ners.

5. Marketing(Pemasaran)

a) Kajian Teori

Pemasaran adalah salah satu kegiaan dalam perekonomian yang

membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu

sendiri menentukan harga barang dan jasa. Factor penting dalam

menciptakan nilai terebut adalah produksi, pemasaran dan

konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan

produksi dan komsumsi. Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah

suatu proses social dan manajerial yag didalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang

bernilai kepada pihak lain. Sedangkan rumah sakit sebagai

salah satu penyedia layanan kesehatan merupakan institusi yang

penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

56
Jumlah rumah sakit yang semakin meningkat membuat setiap

rumah sakit saling bersaing untuk mendapatkan pelanggan. Oleh

karena itu, pemasaran rumah sakit yang baik akan dapat

membantu rumah sakit untuk terus bertahan dalam persaigan dan

berkembang menjadi lebih baik. Keluarnya peremenkes

No.80/Menkes/Per/1ii/90 yang menyatakan bahwa badan hokum

termasuk perorangan diperkenankan memiliki dan mengelola rumah

sakit dengan sifat profit oriented, membuat rumah sakit sadar

untuk menerapkan menajemen pemasaran untuk bias mempertahankan

eksistensinya. Sehingga tidak mengherankan jika keadaan ini

memaksa pihak rumah sakit, baik rumah sakit swasta maupun

rumah sakit pemerintah untuk menerapkan manajemen pemasaran

yang modern, dengan melaksanakan proses pemasaran yang baik,

termasuk promosi yang termasuk kedalam bauran pemasaan.

Artinya, rumah sakit akan melakukan berbagai upaya promosi

dalam rangka menarik minat consoling sebanyak-banyaknya.

Managemen pemasaran adalah proses perencanaan dan

pemekiran, pnetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan,

harga, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk

menciptakan pertukaran yang memuasakan tu

Uan-tujuan individu dan orgnisasi (cotlete,1997).

Promosi dapat di lkukan berbagai cara,salah satunya adalah

iklan.

Namaun bolehkan rumah sakit beriklan? Selama ini pengelola

rumah sakit, baik pemeritah maupun swasta berpedoman dan

meyakini bahwa rumah sakit tidak boleh beriklan.Banyak alasan

57
yang di kemukakan antara lain tidak etis jika rumah sakit

mengharapkan kesakitan dari pasien untuk kemudian pasien

tersebut dating kerumah sakit yang mereka kelola.Namun ketika

rumah sakit memutuskan untuk beriklan,rumah sakit harus benar-

benar siap.Jika tidak,mereka akan berhadapan dengan undang-

undang perlindungan konsumen seperti yang dialami oleh RS

Siloamgeleneages,Hiffokaruaci yang pernah memiliki pengalaman

tidak menyenangkan saat mereka berusaha melakukan promosi di

media massa.Saat pembukaan,RS Siloam berupaya untuk menarik

minat pelanggan dengan memasang iklan pemberitahuan dan

informasi sebanyak setengah halaman di salah media cetak,pada

iklan tersebut di cantumkan mengenai fasilitas kesehatan dan

tenaga medis yang di miliki oleh rumah sakit tersebut.Tetapi

ternyata iklan tersebut mendapat sambutan yang tidak

menyenangkan dari anggota DPR karna dinilai tidak etis.Dengan

adanya kejadian ini,Rumah sakit lainnya berfikir dua kaliuntuk

meiklankan rumah sakit mereka karena takut akan menjadi

masalah dengan anggota dewan.

b) Kajian data

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di ruang RSUD

kota mataram, untuk data pemasaran di ruangan sudah berjalan

maksimal. Seperti kegiatan promosi kesehatan, dan untuk

pemasaran pelayanan sudah menerapkan service excellent dengan

motto SMILE

S : SENYUM

M : MUTU

58
I : INOVATIF

L : LENGKAP

E : EFISIEN

c) Analisa data

Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa di ruang IRNA II

RSUD Kota Mataram sudah berjalan dengan optimal.

B. UNSUR PROSES
1. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

a. Kajian Teori

1) Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses

keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi

atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,

mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan

lingkungan.Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses

keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari

klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang

ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan). Pengkajian

keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi dan komunikasi data tentang klien (Fundamental

Keperawatan).

Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif

dan subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul

59
mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau

kebudayaan. (Mc Farland & mc Farlane).

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama

pengkajian antara lain:

a) Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi

oleh klien dengan cara memperhatikan kondisi fisik,

psikologi, emosi, sosialkultural, dan spiritual yagn

bisa mempengaruhi status kesehatannya.

b) Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan

masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu yang

berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu

database yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari

perawat-klien selama berinteraksi dan sumber yang lain.

(Gordon, 1987;1994)

c) Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.

d) Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga,

orang yang berperan penting dan catatan kesehatan klien.

Metode pengumpulan data meliputi :

 Melakukan interview/wawancara.

 Riwayat kesehatan/keperawatan

 Pemeriksaan fisik

 Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan

diagnostik lain serta catatan kesehatan (rekam medik).

2) Diagnosa

60
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data

subjektif dan objektif untuk membuat diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks

tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam

medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.

The North American Nursing Diagnosis Association

(NANDA, 2010) mendefinisikan diagnosa keperawatan semacam

keputusan klinik yang mencakup klien, keluarga, dan respon

komunitas terhadap sesuatu yan berpotensi sebagai masalah

kesehatan dalam proses kehidupan.

Dalam membuat diagnosa keperawatan dibutuhkan

ketrampilan klinik yang baik, mencakup proses diagnosa

keperawatan dan perumusan dalam pembuatan pernyataan

keperawatan.Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi

kelompok interpretasi dan menjamin keakuratan diagnosa dari

proses keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan

diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat yaitu

mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu

yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa

keperawatan.

Perumusan diagnosa keperawatan :

 Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai

dengan data klinik yang ditemukan.

 Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi

jika tidak dilakukan intervensi.

61
 Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data

tambahan untuk memastikan masalah keperawatan

kemungkinan.

 Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu,

keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat

sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih

tinggi.

 Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa

keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan

muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi

tertentu.

3) Perencanaan

Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan, untuk menanggulangin

masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah

ditentukan.

Tujuan perencanaan yakni Untuk mengidentifikasi tujuan

klien, Untuk menentukan prioritas asuhan. Menentukan hasil

yang diperkirakan, Untuk merancang strategi keperawatan,

Untuk mencapai tujuan keperawatan.

Langkah-langkahnya yakni Menentukkan urutan prioritas

masalah, Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai,

Menentukan rencana tindakan yang akan dicapai.

4) Implementasi

Implementasi Merupakan inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan

62
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada

nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik

dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien.Adapun tahap-tahap

dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

 Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk

mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

 Tahap 2 : intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan

perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari

perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi

tindakan:independen,dependen,dan interdependen.

 Tahap 3 : dokumentasiPelaksanaan tindakan keperawatan

harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat

terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

5) Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses

dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses

dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan

antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-

hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan

63
yang telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah

sebagai berikut:

 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana

yang telah disusun.

 Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria

keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana

evaluasi.

Hasil Evaluasi

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

 Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/

kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

 Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai

secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara

mengatasinya.

 Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan

perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah

baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara

lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,

tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang

menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan

dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien

,seluruh tindakannya harus didokumentasikan dengan benar

dalam dokumentasi keperawatan.

64
b. Kajian Data

1) Pengkajian

Setelah dilakukan observasi di ruang IRNA II RSUD Kota

Mataram menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan

untuk setiap pasien yang sudah baku

2) Diagnosa keperawatan

Setelah dilakukan observasi di IRNA II RSUD Kota

menggunakan format diagnose keperawatan untuk setiap pasien

yang sudah baku.

3) Perencanaan

Setelah dilakukan observasi di IRNA II Kota Mataram

menggunakan format rencana keperawatan untuk setiap pasien

yang sudah baku.

4) Implementasi

Setelah dilakukan observasi di IRNA II RSUD Kota Mataram

menggunakan format implementasi yang dilakukan sesuai

dengan perencanaan yang ditulis di format lembar

terintegrasi.

5) Evaluasi

Setelah dilakukan observasi di IRNA II RSUD Kota Mataram

menggunakan format evalusi keprawatan dengan menggunakan

SOAP.

c. Analisa Data

Dari hasil kajian teori dan kajian data yang dilakukan di

Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram didapatkan hasil bahwa asuhan

65
keperawatan ditulis pada format baku yang terdiri dari

(pengkajian, diagnose, perencanaan, imlementasi dan evaluasi).

2. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

a. Kajian teori

Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan

tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur,

proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan

berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai

pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan

antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling

terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi

sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk (Wilkinson,

2008).

Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan pada

dasarnya mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan

efektifitas manajemen organisasi. Dalam pengembangan standar

menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim sehingga

dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan

standar bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan

berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada

kinerja perawat professional untuk memberdayakan proses

keperawatan. Standar finansial juga harus dikembangkan dalam

pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi pasien,

profesi perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2006).

66
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar

yang ada seperti merancang kebutuhan dan jumlah tenaga

berdasarkan volume kerja, standar pemerataan dan distribusi

pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi perawat

professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek

dalam tatanan pelayanan keperawatan professional (Suparti,

2005)PPNI telah menyusun Standar Asuhan Keperawatan sebagai

panduan bagi perawat Indonesia untuk melakukan Asuhan

Keperawatannya.

Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar

yang ada seperti merancang kebutuhan dan jumlah tenaga

berdasarkan volume kerja, standar pemerataan dan distribusi

pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi perawat

professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek

dalam tatanan pelayanan keperawatan professional (Suparti,

2005).

b. Kajian data

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan di Ruang IRNA II RSUD Kota

Mataram memiliki SAK meliputi pengertian, tujuan, prosedur

(masalah yang mungkin timbul dan potensial terjadinya

infeksi), standar tindakan perawatan serta prinsip pengakajian

kasus penyakit untuk 10 penyakit terbesar di ruang IRNA II

RSUD Kota Mataram.

67
c. Analisa Data

Dari hasil kajian data di atas bahwa Ruang IRNA II RSUD

Kota Mataram memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang

dijadikan standar dalam memberikan asuhan keperawatan kepeda

klien. Ruangan perawatan di IRNA II RSUD Kota Mataram telah

memiliki SAK sebagai panduan melakukan asuhan keperawatan

sehingga mutu pelayanan bias lebih baik lagi.

3. PROSES MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN

Manajemen pelayanan keperawatan merupakan proses pelaksanaan

pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan : asuhan

keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada klien, keluarga dan

masyarakat. Manajer keperawatan harus merencanakan, organisir,

mengarahkan dan mengontrol serta efektif dan ekonomis. Swanburg

mengatakan manajemen pelayanan keperawatan berhubungan dengan

fungsi manajemen: perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf,

memimpin dan mengendalikan aktivitas upaya keperawatan.

a. Perencanaan

1) Kajian teori

Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan

merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan

menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui

perencanaan akan dapat ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan

tugas – tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman

untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan

68
sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan

tugas – tugasnya.

2) Kajian data

Dari hasil wawancara didapatkan bahwa di IRAN II RSUD

Kota Mataram telah dilakukan manajemen perencanaan oleh

kepala ruangan kepada semua lingkup yang ada di IRNA II

RSUD Kota Mataram baik dalam hal pembuatan jadwal dinas

bulanan, berkoordinasi dengan perawat ruangan baik katim

maupun perawat pelaksana, perencanaan tahunan

alat/fasilitas, kebutuhan tenaga dan cuti tenaga kesehatan

IRNA II RSUD Kota Mataram.

Tabel 3.12 pembuatan jadwal dinas bulanan

No Standar Dokumen Ket

1 Jadwal Dinas Ada

2 Koordinasi dengan

Perawat Primer Ada

3 Perencanaan Tahunan oleh

Ka-Ru

- Perencanaan Ada
Pengembangan Staf

- Alat/Fasilitas Ada
- Kebutuhan Tenaga Ada

- Cuti Ada

3) Analisa data

Berdasarkan hasil kajian data di atas disimpulkan bahwa

pelaksanaan manajemen keperawatan dalam hal perencanaan oleh

69
kepala ruangan di ruang IRNA II RSUD Kota Mataram sudah

terlaksana dan tertata secara optimal memiliki dokumentasi

tersendiri.

b. Pengorganisasian

1) Kajian teori

Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan

manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang

dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien

untuk mencapai tujuan organisasi.

2) Kajian data

pengorganisasian staf dalam pembagian kerjanya dan pemberian

asuhan keperawatan kepada klien menggunakan pendekatan tim.

Metode penugasan yang diterapkan di Ruang IRNA II RSUD Kota

Mataram adalah metode modifikasi tim, terbentuk 4 tim.

setiap timnya terdiri dari 1 perawat primer (perawat primer)

dan 2 perawat asosiatif (perawat pelaksana). Untuk

pelaksanaan pelayanan 1 tim bertanggung jawab setiap

shiftnya.

3) Analisa data

Berdasarkan kajian data yang diperoleh dapat dianalisa bahwa

di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram telah diterapkan model

modifasikasi tim, akan tetapi dalam proses pelaksanaanya

(pembagian tugas katim dan PA) masih kurang optimal karena

kurangnya tenaga cukup profesional yang ada di ruang

perawatan. Hal ini terlihat dari kualifikasi pendidikan

70
petugas yang berada di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram yang

semuanya belum S.kep.Ners.

c. Pengarahan (Actuating)

1) Kajian teori

Actuating (directing, commanding, coordinating) atau

penggerakkan adalah proses memberikan bimbingan kepada staf

agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas

– tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki

sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.

2) Kajian data

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai

pergerakan dan pelaksanaan di Ruang IRNA II RSUD Kota

Mataram kepada kepala Ruangan didapatkan bahwa kepala

ruangan telah melaksanakan tugasnya dalam pengarahan

terhadap staf yang berada di ruangan. Pengarahan dalam hal

sistem dan aturan yang ada di ruangan.

3) Analisa data

Ruang IRNA II dipimpin oleh seorang kepala ruangan yang

dibantu oleh empat perawat (Katim) telah menjalankan fungsi

pengarahan, dimana jika ada hal-hal yang penting, kepala

ruangan berkumpul dengan staf yang lain untuk membahas hal

tersebut. Dengan mengarahkan bawahan atau stafnya untuk

menjalankan fungsi masing-masing dengan baik.

71
d. Pengawasan (controling)

1) Kajian teori

Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk

mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja

yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap

penyimpangan yang terjadi.

2) Kajian data

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, pengontrolan

(supervisi) sudah dilaksanakan dengan baik, hal ini terlihat

dengan adanya supervisor internal yakni kepala ruangan sudah

memberikan pengawasan seperti memberikan masukan dan teguran

pada perawat yang memiliki kinerja yang kurang optimal dalam

melaksanakan tugas keperawatan serta memberikan penilaian

terhadap kinerja perawat. Supervisor eksternal sudah

dilakukan dengan optimal karena sudah terlihat adanya

sipervisor yang mengawasi secara rutin ke setiap ruangan

termasuk ruang IRNA II.

3) Analisa data

Secara umum pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh

supervisor eksternal dan supervisor internal (kepala

ruangan) yang dibantu oleh ketua tim sudah cukup baik.

72
4. PROSES MANAJEMEN BIMBINGAN BAGI MAHASISWA PRAKTIK

A. Proses manajemen bimbingan klinik

1. Perencanaan (planning)

a) Kajian teori

Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai

dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan

menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk

mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan

tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang

pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi

dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan

oleh staf dalam menjalankan tugas – tugasnya.

b) Kajian data

Tabel 3.13 Distribusi Kajian Planning Proses Bimbingan

PKK di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

No Standar Data Ket

1 Pemberitahuan dari Dilakukan

Institusi ke lahan praktik

sebelum praktik dengan

kerangka acuan lengkap

2 Penentuan lokasi praktik Dilakukan

dengan kompetensi yang

ingin dicapai

3 Penerimaan dan orientasi Dilakukan

mahasiswa

73
4 Orientasi tugas Dilakukan

5 Penyiapan pembimbing PKK dilakukan

c) Analisa data

Sebelum mahasiswa melakukan praktik di ruangan, pihak

institusi pendidikan mengirimkan permohonan praktik ke

RSUD Kota Mataram. Setelah mendapatkan persetujuan,

institusi mengirimkan kerangka kajuan pelaksanaan praktik

dan diadakannya pertemuan antara kedua pihak untuk

mendapatkan kesepakatan dalam melaksanakan praktik. Untuk

selanjutnya sebelum memulai praktik, mahasiswa diterima

pihak ruangan IRNA II RSUD Kota Mataram dan

diorientasikan khusus dipimpin langsung oleh kepala

ruangan atau CI klinik.

2. Pengorganisasian

a) Kajian teori

Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian

kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya

(potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan

memanfatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan

organisasi.

b) Kajian data

Tabel 3.14 distribusi kajian organizing proses bimbingan

PKK di ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

74
No Standar Data Ket

1 Adanya serah terima Dilakukan

peserta didik

2 Penetapan pembimbing Dilakukan

PKK sesuai kriteria

yang ditetapkan

3 Menjelaskan pelaksanaan Dilakukan

PKK

4 Pembagian jadwa dinas Dilakukan

5 Penentuan sanksi bagi Dilakukan

peserta didik

6 Adanya proses Dilakukan

pembimbing dari

pembimbing PKK sesuai

dengan ketentuan

c) Analisa data

Dalam melaksanakan manajemen, pembimbing klinik (CI)

keperawatan juga melaksanakan tugas sebagai kepala

ruangan dan memberikan bimbingan serta arahan kepada

praktikan sesuai kompetensi. Serah terima peserta didik

tetap dilakukan.

3. Pengarahan

a) Kajian teori

75
Actuating (directing, commanding, coordinating) atau

penggerakkan adalah proses memberikan bimbingan kepada

staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan

melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang

mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang

tersedia.

b) Kajian data

Tabel 3.15 kajian actuating proses bimbingan PKK di ruang

IRNA II RSUD Kota Mataram

No Standar Data Ket

1 Pengarahan dilakukan

sesuai dengan metode

pembimbingan yang

dilakukan :

a) Pre-post confrence Dilakukan

b) Post confrence Dilakukan

c) Ronde keperawatan Belum

Dilakukan

d) Bed side teaching Dilakukan

2 Monitoring kehadiran Dilakukan

3 Monitoring kompetensi Dilakukan

peserta didik

4 Bimbingan pelaksanaan Dilakukan

tindakan perawatan

76
5 Diskusi laporan individu Dilakukan

c) Analisa data

Dalam pelaksanaan bimbingan, CI klinik metode yang

dilakukan adalah orientasi pre confrence dan post

confrence dilakukan hanya pada saat praktik dan akhir

waktu praktik untuk mengevaluasi pencapaian kompetensi.

Bed side teaching dilakukan ketika ada tindakan ke pasien

secara langsung, sehingga tidak ada jadwal tersendiri.

4. Pengawasan

a) Kajian teori

Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses

untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana

kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap

penyimpangan yang terjadi.

b) Kajian data

Tabel 3.16 kajian controling proses bimbingan PKK di

Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

No Standar Data Ket

1 Memonitor pelaksanaan Lakukan

dinas peserta didik

- Tata tertib

- Observasi

- Reward dan

77
punishment

2 Mengetahui pasien Lakukan

kasus kelolaan peserta

didik

3 Mengecek dokumentasi Lakukan

di status pasien

kelolaan peserta didik

4 Memberikan teguran Lakukan

jika terjadi

pelanggaran

c) Analisa data

Controling terhadap mahasiswa praktik dilakukan dengan

melakukan observasi kehadiran mahasiswa serta keaktifan

dari mahasiswa selama praktik. Sebelum praktik dimulai

mahasiswa sudah dijelaskan tentang tata tertib yang

berlaku. Penilaian terhadap peserta didik dokumentasikan

dalam buku nilai laporan dan sikap mahasiswa.

5. GAYA KEPEMIMPINAN

a. Kajian teori

Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa

individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala

sosial. Brown berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat

dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai

suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal

78
sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan

dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai

agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana

kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas

kelompok. Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel

orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi

sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan

merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.

Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana

dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan

dengan cara yang pasti. Sondang (1994) menyimpulkan bahwa

seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif

apabila : seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat

kepemimpinan bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan

melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya

ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui

pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang

menyangkut teori kepemimpinan. Untuk menjawab pertannyaan

kedua dapat dirumuskan dua kategori yang sudah barang tentu

harus dikaji lebih jauh lagi: Keberhasilan seseorang memimpin

satu organisasi dengan sendirinya dapat dilaihkan kepada

kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain

Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi tidak

merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi lain

Tipe-tipe Kepemimpinan :

79
a) Tipe Otokratik Semua ilmuan yang berusaha memahami segi

kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang

tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang

negatif. Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang

otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang

pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang

menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk

:kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan

alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan

demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka

pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian

tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan

kepentingan dan kebutuhan para bawahannya. Pengabaian

peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik

antara lain: menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya

dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya bernada

keras dalam pemberian perintah atau instruksi menggunakan

pendekatan punitifdalam hal terhadinya penyimpangan oleh

bawahan.

b) Tipe Kepemimpinan Kharismatis

Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya

tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi

orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat

besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.

Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib

80
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang

superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha

Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi,

keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.

Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan

daya tarik yang amat besar.

c) Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik

Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan

kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai

berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia

yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu

dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3)

mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah

memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,

(5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan

kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan

imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu

bersikap maha tahu dan maha benar. Sedangkan tipe

kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe

kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam

kepemimpinan maternalistik terdapat sikapover-protective

atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih

sayang yang berlebih lebihan.

d) Tipe Kepemimpinan Militeristik

81
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan

tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe

kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak

menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat

otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2)

menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat

menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-

tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya

disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak

menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan

dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.

e) Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)

Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1)

mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang

harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai

pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4)

setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,

(5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail

tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua

pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas

pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8)

selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan

prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10)

pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka

patuh.

f) Tipe Kepemimpinan Laissez Faire

82
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin,

dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat

semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun

dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung

jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin

hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan

teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak

buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak

mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan

sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan,

suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu

organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau

balau.

g) Tipe Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai

masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan

kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan

jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap

nasionalisme.

h) Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang

mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara

efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-

teknokrat dan administratur-administratur yang mampu

menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh

karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi

83
yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini

diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,

indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah

masyarakat.

i) Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan

memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.

Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan

penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri

sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan

demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi

terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu,

mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia

mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-

masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota

seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:

Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang

mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis

gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing.

Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya

kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya

kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena

itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan

gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga,

84
organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang

menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk

mendapatkan.

b. Kajian data

Menurut hasil wawancara dengan perawat pelaksana di ruang

IRNA II RSUD Kota Mataram bahwa gaya kepemimpinan kepala

ruangan IRNA II di RSUD Kota Mataram saat ini adalah gaya

pemimpinan demokratis. Dari hasil observasi Kepala ruangan

mengkoordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan

pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan

kerjasama yang baik. menghargai potensi setiap individu dan

mau mendengarkan nasehat dan saran bawahan.

c. Analisa data

Gaya kepemimpinan demokratis yang diterapkan kepala ruangan

ditentukan dengan pengambilan keputusan melalui musyawarah

dengan bawahan.

6. TIMBANG TERIMA

a. Kajian teori

Timbang terima sering disebut dengan operan atau over

hand. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima

sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Harus

dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan

lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif

yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan saat itu

85
Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga

kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan

sempurna.

Tujuan Umum:Mengkomunikasikan keadaan pasien dan

menyampaikan informasi yang penting.

Tujuan Khusus:

1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)

2) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian

asuhan keperawatan kepada pasien

3) Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh

perawat dinas berikutnya

4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

Manfaat bagi perawat :

1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat

2) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab

antar perawat

3) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna

4) Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien

5) Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan

6) Menimbulkan rasa aman

7) Meningkatkan percaya diri/bangga

Manfaat bagi pasien:

Klien dapat menyampaikan masalah

secaralangsung bila ada yang belum terungkap

86
Manfaat bagi Rumah sakit

Meningkatkan pelayanankeperawatan kepada klien secara

komprehensif

Alur Operan
PASIEN

Diagnosis medis Diagnosa keperawatan


masalah kolaboratif (didukung data)

tindakan

Telah dilakukan Belum dilakukan

Tindakan

Masalah
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru

(Nursalam, 2012)

87
Satandar timbang terima:

1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.

2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggjung jawab pasien

(PP/Katim).

3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas

4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan

pasien.

5) Overran harus berorientasi pada permasalahan pasien

6) Pada saat overran di kamar pasien, menggunakan volume suara yang

cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang

rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya

tidak dibicarakan secara lansung didekat klien

7) Sesuatu yang diangggap membuat lien terkejut dan syok sebaiknya

dibicarakan di Nurse Station.

Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan

Operan memiliki 3 tahapan yaitu :

1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan

tanggung jawab. Meliputi factor informasi yang akan disampaikan

oleh perawat jaga sebelumnya.

2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang

dan dating melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya

operan itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang mungkin

adanya komunikasi dua arah anatar perawat yang shift sebelumnya

epada perawat shift yang dating.

88
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang dating tentang

tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas

dari perawat yang menerima operan untu melakukan pengecekan data

informasi pada medical record atau pada pasien lansung.

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan

pergantian shift atau operan jaga, diantaranya (Nursalam. 2002):

a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu

mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan.

c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung

jawab shift yang selanjutnya meliputi :

 Kondisi atau keadaan klien secara umum

 Tidak lanjut untuk dinas yang menerima operan

 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

d) Penyampain operan di atas (point c) harus dilakukan secara

jelas dan tidak terburu-buru

e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift

bersama-sama secara lansung melihat keadaan klien.

Efek Shift Kerja atau Operan

Shift kerja atau operan memiliki efek-efek yang sangat

mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi pelayanan

kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan :

a) Efek fisiologis

Kualitas tidyr termasuk tidur siang tidak seefektif tidur

malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu

89
istirahat umtuk menebus kurang tidur selama kerja malam.

Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan

mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan

pencernaan.

b) Efek psikologis

Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga,

efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk

berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok

dalam masyarat. Saksonno (1991) mengemukakan pekerjaan malam

berpengaruh terhadao kehidupan masyarakat yang biasanya

dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu

bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atai tidur,

sehinggga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan

tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.

c) Efek kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan

oleh efek fisiologis dan efek psikologis. Menurunnya kinerja

dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh

terhadap perilau kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas

kendali pemantauan.

d) Efek terhadap kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal,

masalah ini cendrung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift

kerja juga dapat menjadi maalah terhadap keseimbangan kadar

gula dalam darah bagi penderita diabetes.

e) Efek terhadap keselamatan kerja

90
Survey pengaruh shift erja terhadap kesehatan dan

keselamatan krja yang dilakukan Smith et. Al (dalam

Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan

paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam)

dengan rata-rata jumlah kcelakaan 0,69% pertenaga kerja.

Tetapi tidak semua penilaian menyebutkan bahwa kenaikan

tingkat kecelakaan industry terjadi pada shift malam.

Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cendrung banyak

terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift

malam.

Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan

Operanmemiliki 3 tahapanyaitu:

a) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan

tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan

disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.

b) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang

dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya

operan itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang

memungkin adanya komunikasi dua arah antara perawat yang

shift sebelumnya kepada perawat shift yang dating.

c) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang

tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan

aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk melakukan

pengecekan data informasi pada medical record atau pada

pasien langsung.

91
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan

pergantian shift atau operan jaga, diantaranya (Nursalam, 2002):

a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu

mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan

c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung

jawab shift yang selanjutnya meliputi :

 Kondisi atau keadaan klien secara umum

 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan

 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

d) Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan secara

jelas dan tidak terburu-buru

e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift

bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien.

Efek Shift Kerja atau Operan

Shif kerja atau operan memiliki efek-efek yang sangat

mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada

pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan :

a) Efek Fisiologis

Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur

malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu

istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.

Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan

mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan

pencernaan.

92
b) Efek Psikososial

Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga,

Efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk

berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok

dalam masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan malam

berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya

dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu

bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur,

sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan

tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.

c) Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan

oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja

dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh

terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas

kendali dan pemantauan.

d) Efek Terhadap Kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah

ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga

dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam

darah bagi penderita diabetes.

e) Efek Terhadap Keselamatan Kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. Al (dalam

Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan

paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam)

93
dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja.

Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan

tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam.

Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak

terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift

malam.

b. Kajian data

Berdasarkan wawancara dengan beberapa perawat di IRNS II

prosedur timbang terima selama ini dilakukan pada setiap

pergantian shift dengan model SBAR. Pada saat observasi selama

2 hari di raung IRNA II diadakan timbang terima sudah berjalan

sesuai tahapan timbang terima dan optimal seperti dilakukan

seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap

tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang

sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu, serta

dilakukan point SKP keselamatan pasien sebelum dilakukan

operan/timbang terima seperti 6 langkah cuci tangan yang

didemostrasikan secara bersama-sama agar tetap menjadi

kebiasaan wajib sebelum melakukan tindakan perawatan pasien.

c. Analisa data

Berdasarkan hasil yang dilakukan selama 2 hari pengkajian

tentang timbang terima di ruang IRNA II RSUD Kota Mataram

telah optimal untuk penggunaan waktu, tindakan

kolaboratif/terapi, ruang IRNA II sudah mengunakan model SBAR

7. DISCHARGE PLANNING

1) Kajian teori

94
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen

sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan

klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan

berlanjut pada klien dan membantu keluarga menemukan jalan

pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang

tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse)

Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Discharge planning

yang efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan di

saat keadaan yang penuh dengan stress. Rencana pulang yang

dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara periodik

diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan,

Periksa apakah pasien/orang terdekat telah mendapat instruksi

tertulis atau instruksi verbal tentang penanganan, obat-obatan

dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah. Tanda dan gejala

yang menunjukkan perlunya kontak yang terus-menerus dengan

pelayanan kesehatan perlu ditinjau.

Manfaat dilakukan discharge planning :

a) Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah

sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak

perlu kecuali untuk beberapa diagnosa.

b) Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan

dan biaya pengobatan.

c) Bahan pendokumentasian keperawatan.

95
Hal-hal yang perlu diperhatikan yakni Meskipun pasien telah

dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui apa

yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan

untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu,

ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat

praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke dokter

primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan

institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan

kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan

yang berubah (Doenges & Moorhouse: 126).Discharge Planning

harus disesuaikan dengan: Kebutuhan klien, tersedianya tim

kesehatan, Dimulai sejak awal masuk rumah sakit,Disusun oleh

tim.

2) Kajian data

Discharge planning telah dilaksanakan secara optimal.

Pelaksanaan Discharge planning di ruang irna II dilakukan

secara lisan, flipshart yang ada di ruangan sudah ada

penggunaannya sebagai media untuk persiapan pasien pulang dan

digunakan secara maksimal serta ada media gambar / lembar

balik maupun leaflet yang dapat dibawa pulang oleh pasien atau

keluarga pasien sebagai media untuk perawatan pasien secara

mandiri di rumah (perawatan lanjutan).

3) Analisa data

96
Pelaksanaan discharge planning sudah terlaksana dan metode

yang digunakan sudah optimal yaitu berupa lisan dengan adanya

media sebagai alat bantu. Media penyampaian informasi

berkaitan dengan perawatan seperti lembar balik/ gambar dan

leaflet untuk membantu pemahaman pasien terhadap penyampaian

informasi yang telah diberikan bidan maupun perawat terhadap

perawatan yang harus dilakukan saat pasien sudah berada di

rumah.

8. PROGRAM SENTRALISASI OBAT

1) Kajian teori

Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh

obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolahan

sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002).

Tujuan penggelolaan obat adalah menggunakan obat secara

bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan

asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.Hal-hal berikut ini

adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu

disentralisasikan:

a) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien

b) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat

standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki

efektifitas dan keamanan yang sama.

c) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk

mencoba”

97
d) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang

diperlukan

e) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya,

dan yang akan membuang atau lupa untuk minum

f) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga

banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa

g) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat

menjadi tidak efektif

h) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau

panas

i) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak

pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri

(Mc. Mahon, 1990).

Tekhnik Pengelolaan Obat (sentralisasi)

Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh

perawat.

a) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan

yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf

yang ditunjuk

b) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta menggontrol

penggunaan obat

c) Penerimaan obat

d) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan

obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada

perawat dengan menerima lembar obat.

98
e) Perawat menuliskan nama pasien, register jenis obat, jumlah

dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, dan diketahui

(ditanda tangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku

masuk obat. Keluar pasien selanjutnya mendapatkan

penjelasan kapan atau bila obat tersebut akan habis, serta

penjelasan tentang 5 T (Jenis, dosis, waktu pasien dan cara

pemberian).

f) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat

yang harus diminum beserta kartu sediaan obat

g) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh

perawat dalam kontak obat.

99
Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter
Kordinasi dengan
perawat
Pasien/keluarga

Farmasi/apotik

Pasien/keluarga - Surat perstujuan


setralisasi obat
dari perawt
- Lembar srah terima
obat
PP/Perawat yang - Buku serah
menerima terima/masuk obat

Pengaturan & pengelolaan


obat oleh perawat

Pasien/keluarga

100
Pembagian Obat

a) Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku

daftar pemberian obat.

b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh

perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku

daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu dicocokan

dengan terapi yang diinstruksikan dokter dan kartu obat

yang ada pada pasien

c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,

kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan

tempat atau wadah obat kembali ke perawat setelah obat

dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien.

d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi

oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk kepada dokter

penanggung jawab pasien.

Penambahan Obat Baru

a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis

atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan

dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan

perubahan dalam kartu sediaan obat.

b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu

saja)

Obat Khusus

a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga,

yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup,

101
besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu

saja.

b) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus

obat dilaksanakan oleh perawat ketua tim

c) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama

obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping,

penanggung jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya

diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah

pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat

pemberian obat.

Menyimpan Persediaan Obat

a. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah

obat dan menulis etiket dan alamat pasien pasien.

Penyimpanan stok (pesediaan) yang teratur dengan baik

merupakan bagian penting dari manejemen obat. Obat yang

diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam

kartu persediaan.

b. Sistem kartu persediaan.

Sebuah kartu pesediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan

untuk menggantikan buku besar persediaan. Kartu ini

berfungsi seperti seperti buku besar persediaan, yakni

neraca dikeseirnbangkan dengan menambahkan barang yang

diterima dan mengurangi dengan jumlah barang ditempatkan

pada, halaman yang terpisah, tetapi dalam sistem kartu

102
persediaan, msing-msing barang dituliskan dalam kartu yang

terpisah.

Lemari obat

Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat

Berta lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan

antara, obat untuk penggunaan oral (untuk diminum) dan obat

luar (pedoman,1990). Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi

dengan manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai

salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak dapat

diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu. Obat harus

ada, dalam persediaan setiap rumah sakit sebagi bahan utama

dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai health provider.

Menejemen farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya dan

kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagi salah satu

penunjang untuk tercapainya tujuan. Upaya dan kegiatan ini

meliputi: penetapan standart obat, perencanaan, pengadaan

obat, penyimpanan, pendistribusian/saran/informasi tentang

obat, monitoring efek camping obat. Faktor kunci yang perlu

diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien meliputi :pelayanan

yang cepat, ramah yang baik (yoga, 2003). Obat akan memberi

manfaat kepada para pengguna dan juga bermanfaat dalam

pengendalian biaya runah sakit. Persediaan obat, baik dari

segi jenis maupun volume, harus selalu mencukupi kebutuhan

tanpa ada efek samping seperti kadaluarsa dan rusak, tujuan

obat adalah penggunaan obat yang tepat untuk pasien yang

103
memerlukan penggobatan. Obat- obatan dikeluarkan dari tempat

penyimpanan yang terkunci atau dari lemari penyimpanan, oleh

orang bertugas menangani persediaan obat kepada bagian yang

menggunakan. Obat digunakan secara teratur dan dalam jumlah

yang diketahui: hal ini memungkinkan pemantauan (observasi)

dan pengawasan penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan dalam

mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat

mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang, mencocokan

pemakaian obat dengan pengobatan pasien, segera sadar akan

ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa perubahan

pemakaian obat.

2) Kajian data

Berdasarkan observasi dan wawancara alur sentralisasi obat

yang terdapat di Ruang IRNA II RSUD Kota mataram berawal dari

dokter yang diberikan kepada keluarga berupa surat persetujuan

obat (resep) dengan membawa kartu obat kemudian obat yang

diambil bagian farmasi yang telah didapatkan kemudian

diserahkan ke tenaga kesehatan di ruangan, perawat ruangan

menerima obat dan kartu obat. Obat oral yang diterima perawat

dikembalikan ke pasien, sedangkan obat injeksi disimpan di

loker obat. Sisa penggunaan obat pasien (injeksi) dikembalikan

ke bagian farmasi. Selain itu, loker obat juga berisi obat-

obatan emergensi yang disimpan berdasarkan label loker.

104
3) Analisa data

Berdasarkan observasi didapatkan bahwa alur sentralisasi

obat sudah dilakukan secara optimal,karena obat oral yang

diterima oleh perawat dikembalikan ke pasien.

C. UNSUR OUTPUT
1. Efisiensi Ruang Rawat

a. Kajian Teori

Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu

pelayanan kesehatan yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO.

BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi rendahnya

pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam

jangka waktu tertentu, bila nilai ini mendekati 100 %

berarti ideal. Standar nasional untuk dalam satu tahun adalah

: 75,85 %.

BOR :Jumlah pasien x 100 %


Jumlah TT x hari perawatan

LOS (Length of Stay) menunjukkan rata-rata lamanya

perawatan setiap pasien, Lama waktu rawat yang baik maksimum

12 hari, standar Nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun

adalah 1-3 hari (DEPKES 2006).

LOS : Jumlah lama dirawat_

Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)

105
TOI (Turn Over Interval) menunjukkan waktu rata-rata

suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur

ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar 1-

3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun.

TOI : (Jumlah TT x Periode)- Hari perawatan


Jumlah pasien keluar (hidup dan Mati)

BTO (Bed Turn Over) menunjukkan frekuensi pemakaian

tempat tidur rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu.

Jadi BTO memberikan gambaran tentang tingkat pemakaian tempat

tidur rumah sakit. Standar 5 - 45 kali untuk rumah sakit

dalam satu tahun, sedangkan yang baik lebih dari 40 kali

(Djojodibroto, 1997).

BTO : Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)


Jumlah tempat tidur

106
Tabel 3.17 Indikator Efisiensi Ruangan IRNA II Standar

Nasional RSU

No Indikator No Standar

1 BOR 60 – 85 %

2 LOS 1 – 3 hari

3 BTO 40 – 50 kali

4 TOI 1 – 3 hari

Sumber : Depkes RI,2002

b. Kajian Data

Tabel 3.18 Distribusi Efisiensi Ruang IRNA II RSUD kota

Mataram BOR

1) BOR pasien pada hari Selasa, 10 Januari 2016

Tanggal IRNA II BOR

10 23 bed (1 24

Januari kosong)

2015 23 23/24x

100% =

95,8%%

Sumber: wawancara dari kepala ruangan IRNA II

Tabel 3.19 Distribusi Efisiensi Ruang IRNA II RSUD kota

Mataram BOR

BOR pasien pada hari rabu, 11 januari 2017

Tanggal IRNA II BOR

107
11 bed 24(0 24

Januari kosong)

2017 24 24/24x= 100%

Sumber :observasi ruangan tanggal 11 januari 2017

2) LOS

Tabel 3.20 Distribusi LOS diruang IRNA II RSUD Kota

Mataram tanggal 10 Januari 2017

Nama pasien Jumlah hari

Ny. S 3

Ny. I 3

Ny. N 3

Tn. A 3

Ny. L 3

Tn. M 3

Ny. B 3

Ny. B 3

Ny. N 3

LOS 30/10=3 hari

Sumber: observasi ruangan tanggal 11 januari 2017

108
Tabel 3.21. Distribusi LOS diruang IRNA II RSUD Kota

Mataram tanggal 11 Januari 2017

Sumber: observasi ruangan tanggal 11 Januari 2017

Nama pasien Jumlah hari

An. A 2

Tn. S 2

An. M 2

An. L 2

Tn. A 2

Ny. N 2

LOS 12/6= 2 hari

3) BTO

Tabel 3.23 Distribusi BTO Di Ruang IRNA II RSUD Kota

Mataram Tanggal 11 januari 2017

Jumlah pasien Jumlah Tempat BTO

KRS Tidur

4 24 4/24=

0,17 hari

Sumber: Observasi Ruangan Tanggal 11 januari 2017

BTO = 0,17 X 360= 61 kali/tahun

4) TOI

Distribusi BTO di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram tanggal

11 Januari 2017.

TOI = (24x1)-(4x3) = 3

109
c. Analisa

1. BOR : Dari hasil perhitungan BOR selama 2 hari didapatkan

hasil tertinggi 100% dan terendah 95,8%. Hal ini menunjukkan

hasil diatas standar (60%-85%) yang berarti adanya

peningkatan beban kerja perawat sehingga berimplikasi pada

kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang

lebih maksimal.

2. LOS (lama rata-rata hari perawatan) : Berdasarkan kajian

yang dilakukan dari tanggal 10-11 januari 2017 terhadap

pasien pulang, lama rata-rata hari perawatan pasien diruang

IRNA II RSUD Kota Mataram adalah 3 dan 2 hari . Angka ini

menunjukan lama rata-rata hari perawatan sudah sesuai dengan

standar nasional yang telah ditetapkan untuk RSU yaitu 3

hari (DEPKES, 2006).

3. BTO : berdasarkan kajian yang dilakukan dari tanggal 10-11

januari 2017, menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur

rumah sakit, frekuensi pemakaian tempat tidur di RSUD Kota

Mataram adalah 0,17 kali/hari atau 61 kali/tahun. Angka ini

menunjukkan tingkat pemakaian tempat tidur Ruang IRNA II

RSUD Kota Mataram dibawah standar hal ini sesuai dengan

pendapat DEPKES RI (2006), dimana standar untuk rumah sakit

dalam satu tahun (40-50 kali).

4. TOI : berdasarkan kajian yang dilakukan dari tanggal 10-11

Januari 2017 menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur

kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh

110
pasien sampai dengan diisi lagi, waktu rata-rata tempat

tudur di RSUD Kota Mataram ruang IRNA II adalah 3 hari.

Angka ini menunjukan rata-rata suatu tempat tidur kosong

atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien

tidak sesuai dengan standar, sesuai dengan pendapat DEPKES

RI (2006) yang mengatakan bahwa standar untuk rumah sakit

dalam satu tahun 1-3 hari.

111
2. Mutu Asuhan Keperawatan

a. Instrumen A

1) Kajian Teori

Instrumen A adalah instrumen untuk melihat

pendokumentasian asuhan keperawatan pada status pasien.

Melalui instrumen ini bisa dinilai kelengkapan dan

sistematika dari pengkajian, perumusan masalah dan

diagnosa keperawatan, penyusunan tujuan dari intervensi

yang akan dilaksanakan, penetapan rencana intervensi,

implementasi dari rencana serta evaluasi dari asuhan

keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien.

Selain itu juga mengetahui apakah terdapat kesinambungan

dari keseluruhan proses keperawatan.

Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan

kegiatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan

keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan

tercatat bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien, tetapi

juga jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan

dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan

merupakan suatu yang mutlak yang harus ada untuk

perkembangan keperawatan, khususnya proses profesionalisme

keperawatan serta upaya untuk membina dan mempertahankan

akuntabilitas perawat dan keperawatan. Dalam membuat

dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek:

1. Keakuratan data

2. Breavity (ringkas)

112
3. Legibility (mudah dibaca)

Komponen Dokumentasi Keperawatan :

1. Pengkajian: meliputi pengumpulan data, pengorganisasian

data. Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik dan penunjang dari data pengkajian bisa

diketahui masalah yang dialami klien, sehingga merupakan

dasar untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa keperawatan: menggambarkan masalah pasien baik

aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian

data. Perumusan diagnosa didasarkan pada data status

kesehatan klien dianalisa untuk kemudian dibandingkan

dengan fungsi normal kehidupan klien. Diagnosa

keperawatan mengandung unsur problem, penyebab dari

masalah serta sindrom atau tanda dan gejala dari masalah

yang dialami klien. Dalam proses keperawatan dikenal tiga

macam diagnosa yaitu diagnosa untuk masalah keperawatan

aktual, potensial dan resiko.

3. Rencana keperawatan: menentukan prioritas, tujuan,

kemungkinan pemecahan, metode pendekatan pemecahan

masalah. Menurut NIC (Nursing Intervension Clasification)

tujuan terdiri dari label tujuan dan kriteria hasil.

4. Implementasi/tindakan: pemberian tindakan keperawatan.

Ini merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi yang

sudah disusun.

5. Evaluasi: memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan

intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan

113
rencana keperawatan pasien termasuk strategi keperawatan

yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien.

evaluasi dilaksanakan secara periodik, sistematis, dan

berencana untuk menilai perkembangan pasien dan sejauh

mana keberhasilan pencapaian tujuan yang sudah

ditetapkan. Evaluasi juga bermanfaat untuk menentukan

perencanaan berikutnya sesuai dengan kondisi klien .

6. Catatan Asuhan Keperawatan: pencatatan merupakan data

tertulis tentang kesehatan pasien dan perkembangan pasien

selama dalam pemberian asuhan keperawatan. Selain itu

catatan merupakan data otentik tindakan yang sudah

dilakukan perawat terhadap klien.

2) Kajian Data

Tabel 3.24 Distribusi Penerapan Asuhan Keperawatan Di IRNA

II RSUD Kota Mataram Tanggal 11 Januari 2017

No Aspek yang dinilai Persentasi

1 Pengkajian 94,6%

2 Diagnosa Keperawatan 81,1%

3 Rencana Keperawatan 95,7%

4 Tindakan Keperawatan 94,6%

5 Evaluasi 100%

6 Dokumentasi 98,3%

Rata-rata 94,1%

114
Tabel 3.25 Distribusi sup aspek yang di nilai dalam

penerapan asuhan keperawatan di IRNA II RSUD Kota mataram

11 Januari 2017

No Aspek yang di Dilakukan % Tdak Di & Total &

Nilai lakukan

A Pengkajian

1. Mencatatat data 20 87 3 13 23 100

yang di kaji

sesuai dengan

pedoman

pengkajian

2. Data di 23 100 0 0 23 100

kelompokan

(Biopsikosoial

spiritual)

3. Data di kaji 21 91,3 1 4,3 23 100

sejak pasien

masuk sampai

pulang

4. Berdasarkan 23 100 0 0 23 100

kesenjangan

antara status

kesehatan dengan

norma dan pola

fungsi kehidupan

115
Total 87 94,6 4 5,4% 92 100

B Diagnosa

1. Dx 23 100% 0 0 23 100

Keperawatan

berdasarkan

masalah yang

telah di

rumuskan

2. Dx 10 43,5% 13 56,5% 23 100

Keperawatan

Mencerminkan

PE/PS

3. Merumuskan 23 100% 0 0 23 100

dignosa

keperawatan

actual/potensial

Total 56 81,1 13 18,9 69 100

C Perencanaan

1. Berdasarkan 23 100 0 0 23 100

Dx.Keperawatan

2. Disusun 23 100 0 0 23 100

berdasarkan

urutan

priroritas

3. Rumusan tujuan 19 82,6 4 17,4 23 100

116
mengandung

kompenen

pasien/subyek,pr

ubahan,prilaku,k

ondisi pasien

dan atau kteria

4 Rencana mengacu 21 91,3 2 8,7 23 100

pada tujuan dan

kalimat

perintah,terinci

dan jelas dan

atau melibatkan

pasien.

5. Rencanakan 23 100 0 0 23 100

tindakan

menggambarkan

keterlibatkan

pasien/keluarga

6. Rencana tindakan 23 100 0 0 23 100

menggambarkan

keja sama dengan

tim kesehatan

lain.

Total 132 95,7 6 4,3 138 100

D Tindakan

117
1. Tindakan di 21 91,3 2 8,7 23 100

laksankan megacu

pada rencana

keperawatan

2. Perawat 23 100 0 0 23 100

mengobservasi

respon pasien

terhadap

tindakan

keperawatan.

3. Revisi tindakan 23 100 0 0 23 100

berdasarkan

hasil evaluasi

4. Semua tindakan 20 87 3 13 23 100

yang telah di

laksanakan di

catat ringkas

dan jelas.

Total 87 94,6 5 5,4 92 100

E. Evaluasi

1. Evaluasi mengacu 23 100 0 0 23 100

pada tujuan

2 Hasil evaluasi 23 100 0 0 23 100

di catat

Total 46 100 0 0 46 100

118
F. Catatan asuhan keperawatan

1. Menulis pada 23 100 0 0 23 100

Format yang baku

2. Pencatatan 23 100 0 0 23 100

dilakukan sesuai

dengan tindakan

yang di

laksanakan

3. Pencatatan di 21 91,3 2 8,7 23 100

tulis dengan

jelas,ringkas,is

tilah yang baku

dan benar

4. Setiap melakukan 23 100 0 0 23 100

tindakan/kegiata

n perawat

mencantumkan

paraf/nama

jelas,dan

tanggal jam di

lakukan tindakan

5. Berkas catatan 23 100 0 0 23 100

keperawatan di

simpan sesuai

dengan ketentuan

119
yang berlaku

Total 113 98,3 2 1,7 115 100

Berdasarkan Tabel 3.24, studi dokumentasi yang

dilakukan pada 23 status pasien di ruang IRNA II RSUD Kota

Mataram pada tanggal 10 januari 2017 didaapatkan hasil

bahwa pada proses pengkajian 94,6%, rencana keperawatan

81,1%, tindakan keperawatan 95,7%, evaluasi 100% dan

dokumentasi keperawawatan 98,3% dengan rata-rata 94,1%.

Berdasarkan tabel 3.25, dari sub aspek yang dinilai

dalam penerapan asuhan keperawatan, perawat yang tidak

mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian

sebanyak 13%dari 23 rekam medis yang diobservasi,

kemudian terdapat diagnose keperawatan yang tidak sesuai

dengan dengan PE/PES terdapat 56,5% dari 23 rekam medis

yang diobservasi.

3) Analisa Data

Penerapan asuhan keperawatan di ruang IRNA II RSUD

Kota Mtaram telah dilakukan dengan baik dengan nilai rata-

rata 94,1%. Didalam setiap aspek yang di nilai rata-rata

masih ada yang tidak dilakukan oleh perawat pada format

asuhan keperawatan yang sudah bakuseperti perawat yang

tidak mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman

pengakajian 13% dari rekam medis yang diobservasi, kemudian

terdapat diagnose keperawatan yang tidak sesuai dengan

120
dengan PE/PES terdapat 56,5% dari 23 rekam medis yang

diobservasi.

B. Instrumen B

1. Kajian Teori

Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien

terhadap mutu asuhan keperawatan. Salah satu indikator mutu

asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi klien

tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk

mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrument yang baku.

2. Kajian Data

Tabel 3.26 Distribusi Mutu Asuhan Keperawatan persepsi

pasien di IRNA II RSUD Kota Mataram Tanggal 11 Januari 2017

No Daftar pertanyaan Jawaban Keteranga

Ya % Tidak %

1. Apakah perawat selalu 3 75% 1 25% -

memperkenalkan diri

2. Apakah perawat melarang 4 100% 0 0 -

anda/pengunjung merokok di

ruangan

3. Apakah perawat menanyakan 4 100% 0 0 -

bagaimana nafsu makan

anda/keluarga pasien

4. Apakah perawat pernah 4 100% 0 0 -

menanyakan pantangan dalam

121
hal makanan anda/keluarga

anda

5. Apakah perawat 4 100% 0 0 -

menanyakan/memperhatikan

berapa jumlah makanan dan

minuman yang biasa

anda/keluarga anda habiskan

6. Apabila anda/Keluarga anda - - - - Mandiri oleh

tidak mampu makan pasien/keluarga

sendiri,apakah perawat

membantu menyuapinya.

7. Pada saat anda/keluarga 4 100% 0 0 -

anda di pasang infus,apakah

perawat selalu memeriksa

cairan/tetesanya dan area

sekitar pemasangan jarum

infuse

8. Apabila anda/keluarga anda 4 100% 0 -

kesulitan dalam membuang

air besar,apakah perawat

menganjurkan makan buah-

buahan,sayuran,minum yang

cukup dan banyak bergerak

9. Pada saat perawat membantu 4 100% 0 -

122
anda/kelurga anda waktu

buang air

besar/kecil,apakah perawat

memasang sampiran atau

selimut,menutup

pintu/jendela dan

mempersilahkan pengunjung

keluar ruangan

10. Apakah ruangan tidur anda 4 100% 0 -

selalu di jaga kebersihanya

dengan di sapu dip el

setiap hari

11. Apakah lantai kamar 4 100% 0 0 -

mandi/wc

selalu:bersih,tidak

licin,tidak berbau,dan

cukup kering

12. Selama anda/keluarga anda - - - - Mandiri oleh

belum mampu mandi,apakah keluarga

dimandikan oleh perawat

13. Apakah anda di bantu oleh 4 100% 0 0 -

perawat jika tidak

mampu:Menggosok

gigi,membersihkan mulut

atau mengganti pakaian atau

123
menyisir rambut.

14. Apakah alat-alat tenun 4 100% 0 0 -

seperti sprai,selimut dig

anti bila kotor

15. Apakah perawat pernah 4 100% 0 0 -

memberikan penjelasan

akibat dari:kurang bergerak

atau berbaring terlalu lama

16. Pada saat anda masuk rumah 4 100% 0 0 -

sakit apakah perawat

memerikan penjelasan

tentang fasilitas yang

trsedia dan cara

penggunaannya,peratran atau

tata tertib yang berlaku di

rumah sakit

17. Selama anda dalam perawatan 4 100% 0 0 -

apakah perawat memanggil

nama anda dengan benar

18. Selama anda dalam perawatan 4 100% 0 0 -

apakah perawat mengawasi

keaaan anda secara teratur

pada pagi,sore dan malam

hari

19. selama anda dalam perawatan 4 100% 0 -

124
apakah perawat segera

memberi bantuan bila di

perlukan

20. Apakah perawat bersikap 4 100% 0 -

sopan dan rama pada anda

21. Apakah anda mengetahui 4 100% 0 -

perawat yang bertanggung

jawab tiap kali pergantian

dinas

22. Apakah perawat selalu 3 75% 1 25% -

memberikan penjelasan

setiap melakukan tindakan

perawatan atau pengobatan

23. Apakah perawat selalu 4 100% 0 0 -

mendengarkan dan

memperhatikan setiap

keluhan anda

24. Dalam memberikan obat 4 100% 0 0 -

apakah perawat membantu

menyiapkan /meminumkan obat

25. Selama anda di rawat apakah 4 100% 0 0 -

diberi kejelasan tentang

perawatan

,pengobatan,periksa

lanjutan setelah anda

125
diperbolehkan pulang

3. Analisa Data

Berdasarkan tabel 3.25, dari hasil pembagian angket pada

tanggal 10-11 januari 2017 terhadap pasien yang pulang

diperoleh pasien dan keluarga mengatakan mutu asuhan

keperawatan di IRNA II dalam kategeri baik (100%), akan

tetapi ada 1 pasien/keluarga (20%) mengeluh perawat tidak

menjelaskan setiap melakukan tindakan perawatan atau

pengobatan.

3. Kepuasan Pasien

a. Kajian Teori

Menurut oliver (Supratno 2001) mendefinisikan kepuasan sebagai

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau

hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan

merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan

harapan

Kepuasan pasien adalah persasaan senang, puas individu karena

terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan

kesehatan (Budi astuti 2002)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut budi

astuti 2002

1. Kualitas produk atau jasa

2. Kualitas pelayanan

3. Faktor emosional

126
4. Biaya

Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut Grivihith

1987 :

a. Sikap pendekatan staf kepada pasien

b. Kualitas perawatan yang diterima

c. Prosedur administrasi yang mudah

d. Waktu kunjungan keluarga

e. Fasilitas umum yang tersedia

f. Fasilitas ruang inap untuk pasien rawat inap

g. Hasil trethment atau perawatan yang diterima

b. Kajian Data

Berdasarkan hasil pengkajian data kepada 13 pasien yang

dirawat di ruang IRNA II RSUD Kota Mataram pada tanggal 10-11

Januari 2017 didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 3.24. Distribusi Kepuasan Pasien Terhadap Kinerja Perawat

diruang IRNA II RSUD Kota Mataram (N=) tanggal 11 januari 2017

No Item pertanyaan Ya % Kadang- % Tidak %

kadang

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Perawat memperkenalkan 3 75% 0 0 1 25%

diri kepada anda

2 Dalam melayani pasien 4 100% 0 0 0 0

perawat bersikap sopan dan

127
ramah

3 Perawat menjelaskan 4 100% 0 0 0 0

peraturan atau tata tertib

rumah sakit saat pertama

kali anda masuk rumah

sakit

4 Perawat menjelaskan 4 100% 0 0 0 0

fasilitas yang tersedia di

Rumah Sakit pada pasien

baru

5 Perawat menjelaskan dimana 4 100% 0 0 0 0

tempat-tempat yang penting

untuk kelancaran perawatan

(kamar mandi, ruang

perawat, tata usaha dan

lain-lain)

6 Perawat menjelaskan tujuan 4 100% 0 0 0 0

perawatan pada pasien.

7 ada perawat atau Kepala 3 75% 1 25% 0 0

Ruangyang menunjukkan

kepada pasien tentang

perawat yang

bertanggungjawab kepada

pasien

8 Perawat memperhatikan 4 100% 0 0 0 0

128
keluhan pasien

9 Perawat menanggapi 4 100% 0 0 0 0

keluhan dari pasien

10 Perawat memberikan 4 100% 0 0 0 0

keterangan tentang masalah

yang dihadapi oleh pasien

11 Perawat memberikan 3 75% 0 0 1 25%

penjelasan sebelum

melakukan tindakan

keperawatan

12 Perawat meminta 4 100% 0 0 0 0

persetujuan kepada pasien

atau keluarga sebelum

melakukan tindakan

13 Perawat menjelaskan 4 100% 0 0 0 0

prosedur tindakan yang

akan dilakukan sebelum

melakukan tindakan

14 Perawat menjelaskan resiko 4 100% 0 0 0 0

atau bahaya suatu tindakan

pada pasien sebelum

melakukan tindakan

15 Perawat memberikan 4 100% 0 0 0 0

keterangan atau penjelasan

129
dengan lengkap dan jelas

16 Perawat selalu memantau 4 100% 0 0 0 0

atau mengobservasi keadaan

pasien secara rutin

17 Perawat selalu menjaga 4 100% 0 0 0 0

kebersihan rumah sakit

18 Perawat melakukan 4 100% 0 0 0 0

tindankan keperawatan

dengan terampil dan

percaya diri

19 Dalam melakukan tindakan 4 100% 0 0 0 0

keperawatan, perawat

selalu berhati-hati

20 Setelah melakukan tindakan 4 100% 0 0 0 0

keperawatan, perawat

selalu menilai kembali

keadaan anda

Sumber : Observasi kepuasan pasien

c. Analisa

Dari hasil pengkajian kepuasan pasien didapatkan

seluruh pasien puas dengan pelayanan di IRNA II.

130

Anda mungkin juga menyukai