Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 De Quervain’s syndrome

Aktivitas yang berlebihan bisa menimbulkan berbagai keluhan, salah satu


diantaranya keluhan pada tangan dan jari-jari tangan. Aktivitas sehari-hari seperti
memasak, mencuci, mengetik di keyboard dan lain sebagainya bisa menimbulkan
keluhan jika dilakukan tanpa istirahat. Keluhan yang timbul seperti nyeri, panas serta
tangan yang tidak bisa digerakkan. Berbagai penyakit yang sering timbul pada tangan
dan jari-jari tangan akibat aktivitas yang berlebihan seperti De Quervain’s syndrome.1

De Quervain’s syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah


prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon ototabduktorpolisis
longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua
tendon tersebut. Trauma minor yang berulang-ulang umumnya memberikan
kontribusi terhadap perkembangan penyakit de Quervain’s syndrome. Aktivitas-
aktivitas yang mungkin menyebabkan trauma ulangan pada pergelangan tangan
termasuk faktor pekerjaan, tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau permainan
olahraga yang menggunakan raket. Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi
penyakit ini. Beberapa morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien
dengan riwayat nyeri progresif di mana berhubungan dengan aktivitas yang
memerlukan penggunaan tangan yang terkena. De Quervain’s syndrome lebih banyak
diderita oleh orang dewasa disbanding pada anak-anak.1,2,3

1.1.2 Carpal Tunnel Syndrome

Carpal tunnel (terowongan karpal) terletak di bagian bawah pergelangan


tangan yang terdiri dari tulang-tulang carpal di median, dorsal, dan sisi lateral dan
terselubungi secara ventral oleh flexor retinaculum. Carpal tunnel syndrome (CTS)
atau disebut juga entrapment neuropathy adalah keadaan dimana nervus medianus

1
tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parastesia,
dan kelemahan pada pergelangan tangan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan
tangan yang eksesif tak terbatas dan trauma repetitif akibat paparan okupasi
berkelanjutan 1.
Beberapa penyebabnya telah diketahui seperti trauma, infeksi, gangguan
endokrin dan lain-lain, tetapi sebagian tetap tidak diketahui penyebabnya. CTS lebih
umum dijumpai pada wanita, dengan puncak usia 42 tahun (40-60 tahun). Resiko
untuk menderita CTS sekitar 10% pada usia dewasa. Sindrom ini biasanya timbul
pada orang-orang yang sering bekerja menggunakan tangan (memanipulasi tangan),
seperti memeras baju, orang yang sering bertepuk (guru TK), pengendara motor,
mengetik, olahraga taichi, sering bermain game.
Ras kaukasia memiliki resiko tertinggi terkena CTS jika dibandingkan dengan
ras yang lain. Perempuan beresiko lebih tinggi dibandingkan laki – laki dengan
tingkat perbandingan sebesar 3:1 pada usia antara 45 – 60 tahun. Hanya sebesar 10%
kasus CTS yang dilaporkan ditemukan pada usia yang lebih muda di usia 30-an
tahun. Kaum perempuan diduga memiliki ukurang canalis carpi yang lebih kecil
dibandingkan kaum laki – laki.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 De Quervain’s Syndrome

2.1.1 Definisi

De Quervain’s syndrome atau tenosinovitisstenosans ini merupakan tendo


vaginitis kronik yang disertai penyempitan sarung tendon. Sering juga ditemukan
penebalan tendon. De Quervain’s syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada
daerah prosesusstiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon
ototabduktorpolisis longus dan ekstensorpolisis brevis setinggi radius distal dan
jepitan pada kedua tendon tersebut. Lokasi de Quervain’s syndrome ini adalah pada
kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan. 1,2,3

Gambar 1. MekanismeTerjadinya De Quervain’s syndrome

3
Gambar2. Kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan pada daerah tepi
lateral dari snuffbox.

2.1.2 Epidemiologi3

Angka kejadian penyakit ini relatif, biasanya pada orang-orang yang


menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-ulang, seperti pekerja
pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris. Beberapa sumber
memperlihatkan rasio yang sangat tinggi pada wanita dibandingkan pria, yaitu 8:1 De
Quervain’s syndrome lebih banyak di derita oleh orang dewasa disbanding pada
anak-anak.

2.1.3 Anatomidan Fisiologi1,4

Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang
dibungkus dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan
langsung melekat pada tulang. Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiridari otot-
otot ekstensor dibungkus oleh sebuah retina kulum ekstensor yang berjalan melalui
tulang-tulang karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari

4
retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian lateralnya
melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen jaringan fibrosa
yang melalui otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh
jaringan fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon sheath yang berisi
cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi.

Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama yang


terdiri dari tendon otot ekstensorpolisis brevis dan tendon otot abduktorpolisis longus,
kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpiradialis brevis dan
tendon otot ekstensor karpiradialis longus, kompartemen ketiga yaitu tendon otot
ekstensorpolisis longus, kompartemen keempat yaitu tendon otot ekstensor digitorum
dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima adalah tendon otot ekstensordigiti
minimi, dan kompartemen keenam adalah tendon otot ekstensor karpi ulnaris.

Gambar 3. Anatomi Tangan1,4

5
Gambar 4. Tendon dari otot abduktor polisislongus dan otot ekstensor polisis
brevis.1,4

Gambar 5. Kompartemen pertama sampai kompartemen keenam.4

6
2.1.4 Etiologi3

Aktivitas-aktivitas yang mungkin menyebabkan trauma ulangan pada


pergelangan tangan termasuk faktor pekerjaan, tugas-tugas pekerjaan, olahraga
contohnya golf, atau permainan olahraga yang menggunakan raket. Faktor-faktor lain
yang mungkin dapat memberikan kontribusi terjadinya de Quervain’s
syndrome antara lain :
1)
Trauma akut pada tangan terutama ibu jari
2)
Berhubungan dengan rheumatoid arthritis.

Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi inflamasi tendon yang terjadi
berhubungan dengan gesekan yang berlebihan / berkepanjangan antara tendon dan
pembungkusnya, terjadi misalnya pada wanita yang pekerjaannya memeras kain.

2.1.5 Patofisiologi1,3,5

Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada jari-
jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendonsheath. Tendonsheath yang
memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas cairannya.
Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan otot
dengan tendonsheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi sebagai
lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai
inflamasi dari tendonsheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan tendón menjadi
terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendonsheath. Terjadilah
stenosis atau penyempitan pada tendonsheath tersebut dan hal ini akan mempengaruhi
pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan
tendón dengan tendonsheath. Pergesekan otot-otot ini merangsang nervus yang ada
pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu jari bila digerakkan
yang sering merupakan keluhan utama pada penderita penyakit ini.Pembungkus
fibrosa dari tendón abduktorpolisis longus dan ekstensor polisis brevis menebal dan
melewati puncak dari prosesus stiloideusradius.

7
Gambar 6. Lokasi Nyeri PadaDe Quervain’s syndrome4

Gambar 7. Karakteristik De Quervain’s syndrome6

8
2.1.6 Diagnosis7,8,9,10
Ada beberapatandadangejalaklinis yang dapatkitaamatidaripenderita
De Quervain syndrome, antara lain:
a. Nyeri padasekitaribujari
b. Bengkakpadapergelangantangansisiibujari
c. Rasa tebal-tebal pada sekitar pergelangan tangan sisi ibu jari karena syaraf yang
menempel padaselubung tendon ikut teriritasi maupun karena penjepitan syaraf
dari tendon yang membengkak.
d. Adanya penumpukan cairan pada daerah yang mengalami bengkak
e. Krepitasi saat menggerakkan ibu jari
f. Persendian ibu jari terasa kaku saat bergerak
g. Adanya penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpal.

Tanda-tanda klasik yang ditemukan pada de Quervain’s syndrome adalah tes


Finkelstein positif. Cara melakukannya adalah dengan menyuruh pasien untuk
mengepalkan tanganya di mana ibu jari diletakkan di bagian dalam dari jari-jari
lainnya. Si pemeriksa kemudian melakukan deviasi ulnar pasif pada pergelangan
tangan si pasien yang dicurigai di mana dapat menimbulkan keluhan utama berupa
nyeri pergelangan tangan daerah dorsolateral.

Gambar 8. Tes Finkelstein 4

9
Pemeriksaan laboratorium dan radiologi umumnya tidak ada yang spesifik
untuk menunjang diagnosis penyakit ini. Penemuan terbaru dalam delapan orang
pasien yang dilakukan ultrasonografi dengan transduser 13 MHz resolusi tinggi
diambil potongan aksial dan koronal didapatkan adanya penebalan dan edema
pada tendon sheath. Pada pemeriksaan dengan MRI terlihat adanya penebalan
pada tendon sheath tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot abduktor polisis
longus.

2.1.7 Diagnosa Banding3,10

1) Carpal Tunnel Syndrome, di mana pada penyakit ini dirasakan nyeri pada ibu jari
tangan. Nyeri ini tidak hanya dirasakan pada ibu jari tangan, akan tetapi dapat ke
seluruh pergelangan tangan bahkan dapat sampai ke lengan
2) Osteoarthritis pada persendian di pergelangan tangan.
3) Kienbockdisease yaituosteonekrosis pada os lunate.

2.1.8 Tatalaksana3,5,7,10

1. Konservatif

Tatalaksana yang dilakukan adalah dengan terapi konservatif dan intervensi


bedah. Pada terapi konservatif kasus-kasus dini, sebaiknya penderita menghindari
pekerjaan yang menggunakan jari-jari mereka. Idealnya, immobilisasi ini dilakukan
sekitar 4-6 minggu. Kompres dingin pada daerah edema dapat membantu
menurunkan edema (cryotherapy). Jika gejala terus berlanjut dapat diberikan obat-
obat anti inflamasi baik oral maupun injeksi.

Beberapa obat oral dan injeksi yang diberikan sebagai berikut :


1) Non steroid anti-inflammatory drug misalnya ibuprofen yang merupakan drug of
choice untuk pasien dengan nyeri sedang. Dosis dewasa 200-800 mg, sedang
dosis untuk anak-anak usia 6-12 tahun 4-10 mg/kgBB/hari. Untuk anak > 12
tahun sama dengan dewasa.

10
2) Kortikosteroid dapat digunakan sebagai anti inflamasi karena dapat mensupresi
migrasi dari sel-sel polimorfonuklear dan mencegah peningkatan permeabilitas
kapiler. Pada orang dewasa dapat diberikan dosis 20-40 mg metilprednisolon atau
dapat juga diberikan hidrokortison yang dicampur dengan sedikit obat anestesi
lokal misalnya lidokain. Campuran obat ini disuntikkan pada tendon sheath dari
kompartemen dorsal pertama yang terkena.

2. Rehabilitasi Medik

3. Fisioterapi
Dengan memberikan modalitas terapi berupa terapi dingin pada fase akut dan dapat
pula dimodifikasi dengan stimulasi listrik TENS untuk mengurangi nyeri dan terapi
panas SWD yang juga digunakan untuk mengurangi nyeri serta mengurangi inflamasi
yang terjadi pada fase kronik.

a) Ortotik-Prostetik
Dengan memberikan splint untuk mengistirahatkan ibu jari dan pergelangan
tangan.

Gambar 9. Splint yang digunakan sebagai terapi konservatif4

11
Splint tidak diperkenankan dipakai sepanjang hari secara terus menerus,
penderita perlu membuka splint minimal 2 kali dalam sehari. Saat splint dilepas,
penderita dapat melakukan latihan-latihan sebagai berikut :

Gambar 10. Rangkaian latihan pergelangan tangan6

b) Opposition stretch
Letakkan tangan anda di atas meja, angkat pergelangan tangan. Kemudian
ujung ibu jari menyentuh ujung jari kelingking. Tahan posisi tersebut selama
kurang lebih 6 detik, Ulangi 10 kali.

c) Wrist stretch
Dengan tangan yang lain, Bantu tangan sisi yang lain untuk menahan dalam
posisi fleksi selama 15-30 detik. Kemudian dengan cara yang sama, tahan
dalam posisi ekstensi dalam rentang waktu yang sama. Lakukakan masing-
masing 3 kali untuk tiap tangan. Sendi siku tetap dalam kondisi lurus.

12
d) Wrist flexion
Genggam sebuah sabun dalam posisi tangan supinasi. Lakukan gerakan fleksi
pada sendi pergelangan tangan secara perlahan. Lakukan 10 kali. Beban dapat
secara perlahan ditingkatkan.

2.1.9 EDUKASI

a) Sebaiknya pergelangan tangan di istirahatkan untuk sementara waktu dan


penderita menghindari kegiatan seperti mencuci, menulis, dll yang dapat
memperberat kerja otot pergelangan tangan.
b) Penderita di edukasi untuk sering melakukan kompres dingin pada bagian
pergelangan tangan kanannya di rumah.
c) Intervensi bedah diperlukan jika terapi konservatif tidak efektif lagi terutama
pada kasus-kasus lanjut di mana telah terjadi perlengketan pada tendon sheath.

2.1.10 Prognosis3

Prognosis penyakit ini umumnya baik. Pada kasus-kasus dini, biasanya


berespon dengan baik pada terapi konservatif. Sedangkan pada kasus-kasus lanjut dan
tidak memberikan respon yang baik dengan terapi konservatif, dilakukan tindakan
bedah untuk dekompresi pada kompartemen dorsal pertama dari pergelangan tangan.

13
2.2 Carpal Tunnel Syndrome

2.2.1 Definisi

Sindroma Carpal Tunnel merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan


karena tekanan pada nervus medianus dan nervus ulnaris di Carpal Tunnel. Adapun
definisi lain yaitu neuropati tekanan atau jeratan terhadap nervus medianus di dalam
terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum.
Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis
atau partial thenar atrophy.

Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana


tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh
beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan
sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor
retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan
melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang
mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling
rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.12

2.2.2 Anatomi

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar


pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam
canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal.
Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari
tangan. Jari tangan dan otot – otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon –
tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada
tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal
yang membentuk jari tangan dan jempol.11

Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis


carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan
lubrikasi pada tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut
90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis.11
14
Gambar 11. Lokasi Carpal Tunnel Syndrome

2.2.3 Epidemiologi

Menurut penelitian CTS lebih sering terjadi pada wanita. CTS adalah
entrapment neuropathy yang paling sering dijumpai 1.5-11. Nervus medianus
mengalami tekanan pada saat berjalan melalui terowongan karpal di pergelangan
tangan menuju ke tangan. Penyakit ini biasanya timbul pada usia pertengahan.
Umumnya pada keadaan awal bersifat unila~ral tetapi kemudian bisa juga bilateral.
Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan. Pada beberapa keadaan tertentu,
misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah.12

Prevalensi CTS bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun 1976-1980


insidensnya 173 per 100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien
pria/tahun. Di Maastricht, Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun
dari tidurnya akibat parestesi jari-jari. 45% wanita dan 8% pria yang mengalami
gejala ini terbukti menderita CTS setelah dikonfirmasi dengan pemeriksaan
elektrodiagnostik 1°. Pada populasi Rochester, Minnesota, ditemukan rata-rata 99
kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sedangkan Hudson dkk menemukan bahwa
62% entrapment neuropathy adalah CTS.

15
2.2.4 Etiologi

Sebagian besar kasus CTS (>50%) bersifat idiopatik, tetapi berbagai kondisi
dapat berkontribusi sebagai penyebab, yaitu14 :

a. Kondisi kesehatan lain seperti artritis reumatoid, kelainan hormonal tertentu seperti
diabetes, kelainan tiroid, menopause, retensi cairan pada kehamilan.

b. Karakteristik fisik. Carpal tunnel seseorang dapat lebih sempit daripada populasi
umum

c. Proses penuaan normal dengan peningkatan massa di tenosinovium

d. Tekanan langsung atau lesi desak ruang di dalam carpal tunnel dapat meningkatkan
tekanan pada nervus medianus dan menyebabkan CTS

e. Tenosinovitis,yaitu peradangan membran musin tipis yang menyelimuti tendon

f. Sindrom double crush, kompresi atau iritasi nervus medianus di atas pergelangan
tangan

g. Aktifitas yang membutuhkan penggunaan tangan dengan kombinasi gerakan berulang


pergelangan tangan atau jari, dan pekerjaan yang menggunakan alat yang
menimbulkan getaran

h. Faktor keturunan

2.2.5 Gejala Klinis


Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala
sakit sedang hingga gejala sakit yang berat. Gejala – gejala ini akan semakin
bertambah berat dan penderita yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel
syndrome akan mengeluhkan sensasi mati rasa (numbness), kesemutan, dan
sensasi terbakar pada jari jempol, jari telunjuk dan jari tengah dimana ketiga jari
tersebut diinervasi oleh N. Medianus.12,13 Pada beberapa penderita juga sering
mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan tangan dan hilangnya

16
kekuatan menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta
benjolan pada tangan; rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam
hari saat tidur.

2.2.6 Patogenesis

Adanya disproporsi antara volume CT dengan isinya, yaitu bertambahnya


volume dari isi carpal Tunnel atau berkurangnya volume dari CT tersebut. Dengan
adanya Disproporsi akan terjadi penekanan pd vasa vasorum dari N. Medianus serta
ischemic sehingga akan menekan syaraf pada pembedahan akan tampak syaraf yang
pipih seperti pita.
Bertambahnya volume CT, karena15:
 Penebalan / fibrosis dari Fleksor sinovialis merupakan penyebab tersering. Hasil
biopsi: RA, inflamasi non spesific kronis, Penyakit degeneratif
 Udema di dlm CT , sehingga memberi tekanan dan kompresi pada syaraf, karena
faktor:
a. Hormonal adanya retensi cairan pd jaringan yang ada di CT. misalnya: Menstruasi,
kehamilan, menopouse, diabetes mellitus, dsn miksudema pd hipotiroidisme.
b. Proses radang, misal: RA, osteoarhtritis.
c. Tumor dan keadaan lain yang menambah isi dari CT, misalnya: Ganglion, neuroma,
lipoma, kista sinovitis, hematoma, deposit Calsium, amiloidosis, Chondrocalsinosis.
d. Penyakit Ocupasi adalah penyakit yang disebabkan karena penggunaan tangan secara
berlebihan pada keadaan Hiperekstensi pada pergelangan tangan, sehingga tekanan
CT meningkat dari pada tangan dengan posisi netral.
e. Trauma akan merubah ”countour” normal CT atau pembentukan tulang baru yang
berlebihan pada Colles fracture
Terjadinya Neurophaty saat injuri disebabkan karena fragmen tulang patah atau
ujung ligamentum menekan n. medianus.
f. Infeksi pada tenosinovitis kronis dan tuberkulosa.
g. Kongenital, apabila ada anomali didaerah CT, misal perpanjangan
“Muscle Belly” dari M. Fleksor digitorum sublimis, atau pembesaran pembuluh darah
sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus.

17
h. Vascular “Shunt” pada renal dialisis yang berulang, pembuatan shunt
didaerah tangan, tetapi hal ini masih dalam perdebatan.

Dasar patofisiologi dari penekanan dari saraf ini di awali dengan berkurang
nya aliran darah yang timbul dengan tekanan 20 – 30 mmHg. Pada penderita CTS
tekanan pada terowongan sedikitnya mencapai 33 mmHg dan bahkan sering
mencapai 110 mmHG saat pergelangan tangan pada dalam posisi ekstensi posisi
dorsofleksi ini nampaknya merupakan posisi yang meningkatkan tekanan intra karpal
yang paling tinggi. Tekanan sebesar 50 mmHG selama 2jam akan menyebabkan
oedema epineurium bila tekanan tersebut berlangsung selama 8 jam maka akan
mengakibatkan tekanan cairan endoneurium meningkat sebesar 4 kali dan
menghambat transport aksonal jika trauma ini terus terjadi pada endotel kapiler maka
akan semakin banyak protein yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga oedema
makin menghebat dengan demikian lingkaran akan terjadi11.

18
2.2.7 Diagnosa
Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga
didukung oleh beberapa pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian
khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan
tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah 14 :
a. Flick's sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-
jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa CTS.
Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dynamometer
Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari
dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung
jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita
melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test
Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan
serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik
timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.
e. Phalen's test
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik
timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis
berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.
f. Torniquet test
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku
dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala
seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.

19
g. Tinel's sign
Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada daerah
distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h. Luthy's sign (bottle's sign)
Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau
gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat,
tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.
i. Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada
jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan
menyokong diagnose

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)


a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa
kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31
% kasus CTS. 14
b. Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang
lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang,
menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di pergelangan tangan. Masa
laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.14

3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher berguna untuk
menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.

20
4. Pemeriksaan laboratorium.

Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

2.2.8 Terapi / Penatalaksanaan

Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih


dipergunakan hingga saat ini, antara lain:

Non operasi

1. Splint (Bidai Immobilisasi)

Splint atau bidai pada pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa
dengan mengurangi fleksi pergelangan tangan. Bidai digunakan pada malam hari
untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi atau ekstensi tangan saat tidur yang bisa
meningkatkan tekanan. Bidai biasanya digunakan pada pasien dengangelaja yang
ringan sampai sedang yang berlangsung kurang dari 1 tahun. 14,15

2. Peregangan (Stretching)

Beragam gerakan peregangan dapat membantu pencegahan terhadap CTS,


namun banyak orang yang tidak tahu akan kegunaan peregangan otot – otot
pergelangan tangan dan tangan. Untuk mengurangi insiden terserang CTS, berikut ini
adalah gerakan peregangan yang bisa dilakukan: 12,14

21
Gambar 3. Gerakan 1, Gerakan Mengepal dan Membuka

Kepalkan tangan dengan kencang selama 3 – 5 detik, lalu lepaskan dan


ratakan seluruh jari – jari tangan. Ditahan selama 3 – 5 detik juga. Ulangi gerakan ini
sebanyak 5 kali di tiap tangan.

Gerakan 2 : Peregangan

Gerakan perengan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan yang
disebabkan oleh pergerakan tangan repetitif dalam periode tertentu. Dengan
menggunakan salah satu tangan, jari – jari di tangan lain di lebarkan sebisa mungkin
tanpa menimbulkan rasa nyeri. Hasil dari peregangan dapat dirasakan pada telapak
tangan dan pergelangan tangan. Tahan posisi peregangan ini selama 3 – 5 detik lalu
lepaskan. Lakukan gerakan ini sebanyak 5x di tiap tangan yang telah dilakukan gerak
mengepal dan meregang.

3. Injeksi Kortikosteroid Lokal


Injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang gejala CTS secara
temporer dalam waktu yang singkat. Metilprednisolon atau hidrokortison bisa
disuntikkan langsung ke carpal tunnel untuk menghilangkan nyeri. Injeksi
kortikosteroid dapat mengurangi peradangan, sehingga mengurangi tekanan pada
nervus medianus. Pengobatan ini tidak bersifat untuk dilakukan dalam jangka waktu
yang panjang. Pada kebanyakan pasien, pembedahan merupakan satu –satunya
pengobatan yang bisa memberikan penyembuhan permanen.

22
4. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

Obat-obatan jenis NSAID dapat mengurangi inflamasi dan membantu


menghilangkan nyeri. Pada umumnya digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan
sampai sedang. Obat pilihan untuk terapi awal biasanya adalah ibuprofen. Untuk
pilihan lainnya ada ketoprofen dan naproxen.13,14,15

5. Fisioterapi dan Terapi Okupasi

Prosedur fisioterapi ini harus dilakukan secaraspesifik terhadap pola


nyeri/gejala dan disfungsi yang ditemukan.

Terapi okupasi memberikan penyaranan ergonomik untuk mencegah gejala


yang semakin parah. Terapi okupasi memfasilitasi fungsi tangan melalui terapi
adaptif tradisional. Olahraga dengan gerakan merelaksasi dan meregangkan otot –
otot lengan dan tangan dapat mengurangi resiko trauma ganda pada N. Medianus. 2

Operasi

Pada umumnya, terapi nonoperasi digunakan untuk kasus yang ringan. Jika
gejala menetap maka direkomendasikan untuk operasi. Tujuan dari operasi CTS
adalah membelah lapisan transkutaneus (Transcutaneus Layer/TCL). Pada saat TCL
dipotong, maka tekanan nervus di bawahnya akan berkurang. 12,14

Pembedahan Carpal Tunnel Syndrome

23
Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome. Dapat
dilihat adanya atrofi otot thenar eminensia di tangan kiri yang merupakan tanda
kronik CTS.

Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome. Dapat
dilihat teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga dikenal dengan
sebutan pembedahan “pembebasan canalis carpi”. Pembedahan ini sangat
direkomendasikan bagi pasien yang telah mengalami secara konstan dan static mati
rasa, kelemahan otot tangan, atau atrofi, dan penggunaan splint di malam hari sudah
tidak bisa lagi mengontrol gejala – gejala intermiten CTS.

2.2.9 Pencegahan

Pencegahan pada CTS dapat dilakukan dengan :

 Relaksasi dan mengurangi kekuatan pegangan

24
 Lebih sering beristirahat
 Memperbaiki postur tubuh dan memperhatikan posisi tangan
 Menjaga agar tangan tetap hangat
 Mengurangi berat badan jika terdapat obesitas
 Terapi penyakit yang bisa menyebabkan CTS
 Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh
tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya
menggunakan ibu jari dan telunjuk.11

2.2.10 Diagnosis Banding 12,13

1. Cervical radiculopathy
Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan dan bertambah hila leher
bergerak. Oistribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
2. lnoracic outlet syndrome
Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik
dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
3. Pronator teres syndrome
Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan daripada STK karena
cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome
Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis
brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan
nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test :
palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri
bertambah.

2.2.11 Prognosis

Pada CTS, prognosis biasanya baik. Terdapat bebrapa faktor yang dapat
menyebabkan prognosis menjadi buruk, seperti status mental dan penggunaan
alkohol. Gejala bilateral dan manuver Phalen yang positif merupakan indikator

25
prognosis yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa 34% pasien CTS idiopatik
mengalami resolusi sempurna dalam 6 bulan. Bila setelah dilakukan tindakan operasi,
tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut
ini : 12,14

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas


yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat
adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia,
disestesia dan gangguan trofik.

26
BAB III

KESIMPULAN

De Quervain’s syndrome

De Quervain’s syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah


prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktorpolisis
longus dan ekstensorpolisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua
tendon tersebut. Angka kejadian penyakit ini relatif, biasanya pada orang-orang yang
menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-ulang, seperti pekerja
pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris. Gejala yang timbul berupa
nyeri bila menggunakan tangan dan menggerakkan kedua otot tersebut yaitu bila
menggerakkan ibu jari, khususnya tendon otot abduktorpolisis longus dan otot
ekstensorpolisis brevis. Tanda-tanda klasik yang ditemukan pada de Quervain’s
syndrome adalah tes Finkelstein positif. Tatalaksana yang dilakukan adalah dengan
terapi konservatif dan intervensi bedah. Intervensi bedah diperlukan jika terapi
konservatif tidak efektif lagi terutama pada kasus-kasus lanjut di mana telah terjadi
perlengketan pada tendon sheath.

Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terjadi akibat penekanan nervus medianus di


dalam terowongan karpal. Sindrom ini sering terjadi pada gerakan mencuci pakaian,
mengepel lantai, kehamilan (bilateral), dll. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa baal
dan kesemutan, nyeri yang menjalar atau meluas dari pergelangan tangan ke bahu
atau turun ke telapak tangan. Beberapa kondisi yang dapat memicu timbulnya carpal
tunnel syndrome, antara lain: obesitas, hipotiroidisme, arthritis, diabetes dan trauma.

Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa
kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV
dengan onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat,

27
rasa nyeri dapat menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar.
Penegakan diagnosis baru dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes
Phalen dan tes Tinel.

Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel syndrome akibat aktivitas repetitif


yang menimbulkan rasa baal dan nyeri, perlu dilakukan gerakan meregang
pergelangan tangan, tangan dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi
penderita carpal tunnel syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi
kortikosteroid dan pembedahan

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Polsdorfer, R, de Quervain’s Tenosynovitis, available athttp: //healthlibrary.


epnet. com, last reviewed November 2011.
2. NN, Biography of Fritz de Quervain, available
athttp://www.whonamedit.com/doctor.cfm, 1994-2001.
3. Foye, PM, de Quervain’s Tenosynovitis, available athttp: //www. emedicine.
com/pmr/topic36. htm, last updated October 13, 2005.
4. L. Turturici et all. 2014. Treatment of De Quervain's Syndrome with
ultrasound (US)-guided infiltration of steroids and hyaluronic acid. European
Society Of Radiology.
5. Sjamsuhidajat, R. , Tenosinovitis Stenosans dalam Buku-Ajar Ilmu Bedah,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998. halaman : 1246.
6. American Society for Surgery of the Hand . 2015. www.handcare.org
7. Rasjad, C, Penyakit de Quervain (Tenovaginitis Stenosans) dalam Pengantar
Ilmu Bedah Ortopedi, Penerbit Bintang Lamumpatue, Ujung Pandang, 1998.
halaman : 228-9.
8. Duckworth, T. , De Quervain’sTeno-Vaginitis in Lectura Notes On
Orthopaedics And Fractures, Second Edition, P G Publishing Pte Ltd,
Singapore, 1985. page : 249.
9. Bunnel, S. , Stenosing Tenosynovitis at Radiostyloid Process (de Quervain’s
Disease) in Surgery of The Hand, Third Edition, Pitman Medical Publishing
Co., LTD, London, 1992. page 774-5.
10. Chase, RA, Anatomy in Atlas of Hand Surgery, Stanford University School of
Medicine, W.B. Saunders Company, California, 1973. page : 3-20.
11. M Brust, John C. Current Diagnosis and Treatment Neurology. Edisi kedua.
Lange. 2012;h.296-297

12. Rambe, Aldy S. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome).


Available at : http: //repository. usu. ac. id/bitstream/123456789/3459/1/
penysaraf-aldi2.pdf. Accesed on : 19 April 2013

29
13. Misbach, Jusuf. Sitorus, Freddy. AS Ranakusuma, Teguh, et al. Panduan
Pelayanan Medis Departemen Neurologi RSCM. 2007;h.76

14. George, Dewanto. Riyanto, Budi. Turana, Yuda, et al. Panduan Praktis
Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. 2009;h.120-123

15. Tana, Lusianawaty. Sindrom terowongan karpal pada pekerja: pencegahan


dan pengobatannya. J Kedokter Trisakti. September-Desember 2003, Vol 22
No.3

30

Anda mungkin juga menyukai