PENDAHULUAN
1
tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parastesia,
dan kelemahan pada pergelangan tangan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan
tangan yang eksesif tak terbatas dan trauma repetitif akibat paparan okupasi
berkelanjutan 1.
Beberapa penyebabnya telah diketahui seperti trauma, infeksi, gangguan
endokrin dan lain-lain, tetapi sebagian tetap tidak diketahui penyebabnya. CTS lebih
umum dijumpai pada wanita, dengan puncak usia 42 tahun (40-60 tahun). Resiko
untuk menderita CTS sekitar 10% pada usia dewasa. Sindrom ini biasanya timbul
pada orang-orang yang sering bekerja menggunakan tangan (memanipulasi tangan),
seperti memeras baju, orang yang sering bertepuk (guru TK), pengendara motor,
mengetik, olahraga taichi, sering bermain game.
Ras kaukasia memiliki resiko tertinggi terkena CTS jika dibandingkan dengan
ras yang lain. Perempuan beresiko lebih tinggi dibandingkan laki – laki dengan
tingkat perbandingan sebesar 3:1 pada usia antara 45 – 60 tahun. Hanya sebesar 10%
kasus CTS yang dilaporkan ditemukan pada usia yang lebih muda di usia 30-an
tahun. Kaum perempuan diduga memiliki ukurang canalis carpi yang lebih kecil
dibandingkan kaum laki – laki.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
3
Gambar2. Kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan pada daerah tepi
lateral dari snuffbox.
2.1.2 Epidemiologi3
Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang
dibungkus dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan
langsung melekat pada tulang. Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiridari otot-
otot ekstensor dibungkus oleh sebuah retina kulum ekstensor yang berjalan melalui
tulang-tulang karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari
4
retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian lateralnya
melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen jaringan fibrosa
yang melalui otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh
jaringan fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon sheath yang berisi
cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi.
5
Gambar 4. Tendon dari otot abduktor polisislongus dan otot ekstensor polisis
brevis.1,4
6
2.1.4 Etiologi3
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi inflamasi tendon yang terjadi
berhubungan dengan gesekan yang berlebihan / berkepanjangan antara tendon dan
pembungkusnya, terjadi misalnya pada wanita yang pekerjaannya memeras kain.
2.1.5 Patofisiologi1,3,5
Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada jari-
jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendonsheath. Tendonsheath yang
memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas cairannya.
Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan otot
dengan tendonsheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi sebagai
lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai
inflamasi dari tendonsheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan tendón menjadi
terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendonsheath. Terjadilah
stenosis atau penyempitan pada tendonsheath tersebut dan hal ini akan mempengaruhi
pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan
tendón dengan tendonsheath. Pergesekan otot-otot ini merangsang nervus yang ada
pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu jari bila digerakkan
yang sering merupakan keluhan utama pada penderita penyakit ini.Pembungkus
fibrosa dari tendón abduktorpolisis longus dan ekstensor polisis brevis menebal dan
melewati puncak dari prosesus stiloideusradius.
7
Gambar 6. Lokasi Nyeri PadaDe Quervain’s syndrome4
8
2.1.6 Diagnosis7,8,9,10
Ada beberapatandadangejalaklinis yang dapatkitaamatidaripenderita
De Quervain syndrome, antara lain:
a. Nyeri padasekitaribujari
b. Bengkakpadapergelangantangansisiibujari
c. Rasa tebal-tebal pada sekitar pergelangan tangan sisi ibu jari karena syaraf yang
menempel padaselubung tendon ikut teriritasi maupun karena penjepitan syaraf
dari tendon yang membengkak.
d. Adanya penumpukan cairan pada daerah yang mengalami bengkak
e. Krepitasi saat menggerakkan ibu jari
f. Persendian ibu jari terasa kaku saat bergerak
g. Adanya penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpal.
9
Pemeriksaan laboratorium dan radiologi umumnya tidak ada yang spesifik
untuk menunjang diagnosis penyakit ini. Penemuan terbaru dalam delapan orang
pasien yang dilakukan ultrasonografi dengan transduser 13 MHz resolusi tinggi
diambil potongan aksial dan koronal didapatkan adanya penebalan dan edema
pada tendon sheath. Pada pemeriksaan dengan MRI terlihat adanya penebalan
pada tendon sheath tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot abduktor polisis
longus.
1) Carpal Tunnel Syndrome, di mana pada penyakit ini dirasakan nyeri pada ibu jari
tangan. Nyeri ini tidak hanya dirasakan pada ibu jari tangan, akan tetapi dapat ke
seluruh pergelangan tangan bahkan dapat sampai ke lengan
2) Osteoarthritis pada persendian di pergelangan tangan.
3) Kienbockdisease yaituosteonekrosis pada os lunate.
2.1.8 Tatalaksana3,5,7,10
1. Konservatif
10
2) Kortikosteroid dapat digunakan sebagai anti inflamasi karena dapat mensupresi
migrasi dari sel-sel polimorfonuklear dan mencegah peningkatan permeabilitas
kapiler. Pada orang dewasa dapat diberikan dosis 20-40 mg metilprednisolon atau
dapat juga diberikan hidrokortison yang dicampur dengan sedikit obat anestesi
lokal misalnya lidokain. Campuran obat ini disuntikkan pada tendon sheath dari
kompartemen dorsal pertama yang terkena.
2. Rehabilitasi Medik
3. Fisioterapi
Dengan memberikan modalitas terapi berupa terapi dingin pada fase akut dan dapat
pula dimodifikasi dengan stimulasi listrik TENS untuk mengurangi nyeri dan terapi
panas SWD yang juga digunakan untuk mengurangi nyeri serta mengurangi inflamasi
yang terjadi pada fase kronik.
a) Ortotik-Prostetik
Dengan memberikan splint untuk mengistirahatkan ibu jari dan pergelangan
tangan.
11
Splint tidak diperkenankan dipakai sepanjang hari secara terus menerus,
penderita perlu membuka splint minimal 2 kali dalam sehari. Saat splint dilepas,
penderita dapat melakukan latihan-latihan sebagai berikut :
b) Opposition stretch
Letakkan tangan anda di atas meja, angkat pergelangan tangan. Kemudian
ujung ibu jari menyentuh ujung jari kelingking. Tahan posisi tersebut selama
kurang lebih 6 detik, Ulangi 10 kali.
c) Wrist stretch
Dengan tangan yang lain, Bantu tangan sisi yang lain untuk menahan dalam
posisi fleksi selama 15-30 detik. Kemudian dengan cara yang sama, tahan
dalam posisi ekstensi dalam rentang waktu yang sama. Lakukakan masing-
masing 3 kali untuk tiap tangan. Sendi siku tetap dalam kondisi lurus.
12
d) Wrist flexion
Genggam sebuah sabun dalam posisi tangan supinasi. Lakukan gerakan fleksi
pada sendi pergelangan tangan secara perlahan. Lakukan 10 kali. Beban dapat
secara perlahan ditingkatkan.
2.1.9 EDUKASI
2.1.10 Prognosis3
13
2.2 Carpal Tunnel Syndrome
2.2.1 Definisi
2.2.2 Anatomi
2.2.3 Epidemiologi
Menurut penelitian CTS lebih sering terjadi pada wanita. CTS adalah
entrapment neuropathy yang paling sering dijumpai 1.5-11. Nervus medianus
mengalami tekanan pada saat berjalan melalui terowongan karpal di pergelangan
tangan menuju ke tangan. Penyakit ini biasanya timbul pada usia pertengahan.
Umumnya pada keadaan awal bersifat unila~ral tetapi kemudian bisa juga bilateral.
Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan. Pada beberapa keadaan tertentu,
misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah.12
15
2.2.4 Etiologi
Sebagian besar kasus CTS (>50%) bersifat idiopatik, tetapi berbagai kondisi
dapat berkontribusi sebagai penyebab, yaitu14 :
a. Kondisi kesehatan lain seperti artritis reumatoid, kelainan hormonal tertentu seperti
diabetes, kelainan tiroid, menopause, retensi cairan pada kehamilan.
b. Karakteristik fisik. Carpal tunnel seseorang dapat lebih sempit daripada populasi
umum
d. Tekanan langsung atau lesi desak ruang di dalam carpal tunnel dapat meningkatkan
tekanan pada nervus medianus dan menyebabkan CTS
f. Sindrom double crush, kompresi atau iritasi nervus medianus di atas pergelangan
tangan
h. Faktor keturunan
16
kekuatan menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta
benjolan pada tangan; rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam
hari saat tidur.
2.2.6 Patogenesis
17
h. Vascular “Shunt” pada renal dialisis yang berulang, pembuatan shunt
didaerah tangan, tetapi hal ini masih dalam perdebatan.
Dasar patofisiologi dari penekanan dari saraf ini di awali dengan berkurang
nya aliran darah yang timbul dengan tekanan 20 – 30 mmHg. Pada penderita CTS
tekanan pada terowongan sedikitnya mencapai 33 mmHg dan bahkan sering
mencapai 110 mmHG saat pergelangan tangan pada dalam posisi ekstensi posisi
dorsofleksi ini nampaknya merupakan posisi yang meningkatkan tekanan intra karpal
yang paling tinggi. Tekanan sebesar 50 mmHG selama 2jam akan menyebabkan
oedema epineurium bila tekanan tersebut berlangsung selama 8 jam maka akan
mengakibatkan tekanan cairan endoneurium meningkat sebesar 4 kali dan
menghambat transport aksonal jika trauma ini terus terjadi pada endotel kapiler maka
akan semakin banyak protein yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga oedema
makin menghebat dengan demikian lingkaran akan terjadi11.
18
2.2.7 Diagnosa
Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga
didukung oleh beberapa pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian
khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan
tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah 14 :
a. Flick's sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-
jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa CTS.
Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dynamometer
Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari
dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung
jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita
melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test
Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan
serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik
timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.
e. Phalen's test
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik
timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis
berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.
f. Torniquet test
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku
dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala
seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
19
g. Tinel's sign
Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada daerah
distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h. Luthy's sign (bottle's sign)
Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau
gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat,
tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.
i. Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada
jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan
menyokong diagnose
3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher berguna untuk
menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.
20
4. Pemeriksaan laboratorium.
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
Non operasi
Splint atau bidai pada pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa
dengan mengurangi fleksi pergelangan tangan. Bidai digunakan pada malam hari
untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi atau ekstensi tangan saat tidur yang bisa
meningkatkan tekanan. Bidai biasanya digunakan pada pasien dengangelaja yang
ringan sampai sedang yang berlangsung kurang dari 1 tahun. 14,15
2. Peregangan (Stretching)
21
Gambar 3. Gerakan 1, Gerakan Mengepal dan Membuka
Gerakan 2 : Peregangan
Gerakan perengan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan yang
disebabkan oleh pergerakan tangan repetitif dalam periode tertentu. Dengan
menggunakan salah satu tangan, jari – jari di tangan lain di lebarkan sebisa mungkin
tanpa menimbulkan rasa nyeri. Hasil dari peregangan dapat dirasakan pada telapak
tangan dan pergelangan tangan. Tahan posisi peregangan ini selama 3 – 5 detik lalu
lepaskan. Lakukan gerakan ini sebanyak 5x di tiap tangan yang telah dilakukan gerak
mengepal dan meregang.
22
4. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
Operasi
Pada umumnya, terapi nonoperasi digunakan untuk kasus yang ringan. Jika
gejala menetap maka direkomendasikan untuk operasi. Tujuan dari operasi CTS
adalah membelah lapisan transkutaneus (Transcutaneus Layer/TCL). Pada saat TCL
dipotong, maka tekanan nervus di bawahnya akan berkurang. 12,14
23
Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome. Dapat
dilihat adanya atrofi otot thenar eminensia di tangan kiri yang merupakan tanda
kronik CTS.
Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome. Dapat
dilihat teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga dikenal dengan
sebutan pembedahan “pembebasan canalis carpi”. Pembedahan ini sangat
direkomendasikan bagi pasien yang telah mengalami secara konstan dan static mati
rasa, kelemahan otot tangan, atau atrofi, dan penggunaan splint di malam hari sudah
tidak bisa lagi mengontrol gejala – gejala intermiten CTS.
2.2.9 Pencegahan
24
Lebih sering beristirahat
Memperbaiki postur tubuh dan memperhatikan posisi tangan
Menjaga agar tangan tetap hangat
Mengurangi berat badan jika terdapat obesitas
Terapi penyakit yang bisa menyebabkan CTS
Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh
tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya
menggunakan ibu jari dan telunjuk.11
1. Cervical radiculopathy
Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan dan bertambah hila leher
bergerak. Oistribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
2. lnoracic outlet syndrome
Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik
dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
3. Pronator teres syndrome
Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan daripada STK karena
cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome
Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis
brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan
nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test :
palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri
bertambah.
2.2.11 Prognosis
Pada CTS, prognosis biasanya baik. Terdapat bebrapa faktor yang dapat
menyebabkan prognosis menjadi buruk, seperti status mental dan penggunaan
alkohol. Gejala bilateral dan manuver Phalen yang positif merupakan indikator
25
prognosis yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa 34% pasien CTS idiopatik
mengalami resolusi sempurna dalam 6 bulan. Bila setelah dilakukan tindakan operasi,
tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut
ini : 12,14
26
BAB III
KESIMPULAN
De Quervain’s syndrome
Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa
kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV
dengan onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat,
27
rasa nyeri dapat menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar.
Penegakan diagnosis baru dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes
Phalen dan tes Tinel.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
13. Misbach, Jusuf. Sitorus, Freddy. AS Ranakusuma, Teguh, et al. Panduan
Pelayanan Medis Departemen Neurologi RSCM. 2007;h.76
14. George, Dewanto. Riyanto, Budi. Turana, Yuda, et al. Panduan Praktis
Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. 2009;h.120-123
30