PENDAHULUAN
Pada umumnya, perusahaan yang sudah go public diwajibkan oleh peraturan yang
salah satu informasi untuk pengambilan keputusan baik oleh pihak internal yaitu
manajemen perusahaan itu sendiri atau pihak eksternal perusahaan seperti investor,
kreditor dan pihak pemerintah. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan
merupakan sumber informasi yang sangat berguna untuk melihat bagaimana kinerja
perusahaan tersebut untuk periode sebelumnya, saat ini, maupun untuk melakukan
perusahaan itu dapat dinilai dan tercermin pada rasio-rasio keuangan yang secara
perencanaan dan aktivitas operasional dari pihak perusahaan tersebut dan kinerja
berlaku. Harga pasar saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada
1
2
saat tertentu yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
perusahaan, maka akan semakin menaikkan harga saham perusahaan tersebut. Begitu
pula sebaliknya, semakin tinggi tingkat penawaran saham suatu perusahaan, maka
tinggi rendahnya tingkat permintaan dan penawaran saham suatu perusahaan di pasar
yang baik, maka sahamnya akan diminati oleh investor dan harganya akan
meningkat.
Pada berbagai kasus, banyak para investor yang mengalami kerugian karena
mereka tidak dapat melihat bagaimana prospek perusahaan tersebut ke depannya dan
pada akhirnya berinvestasi pada perusahaan yang kurang tepat. Kerugian dalam
Selama ini yang menjadi fokus perhatian dalam menilai kinerja suatu
perusahaan adalah laba Akuntansi. Salah satu alat penilaian dan analisis kemampuan
Rasio profitabilitas dipakai untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang
dapat diperoleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh,
Profit Margin on Sales, Return on Asset (ROA) / Return on Investment (ROI), Return
on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS)” (Kasmir, 2012:198). Namun
demikian, untuk membatasi masalah dalam penelitian ini, pada rasio profitabilitas,
peneliti memilih rasio Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS)
perusahaan dalam menghasilkan laba atas keseluruhan modal yang dimilikinya, yang
dihitung berdasarkan pembagian antara laba bersih setelah pajak dengan total
ekuitas” (Kasmir, 2012:204). Semakin besar nilai ROE suatu perusahaan, maka
pandangan para investor akan semakin baik terhadap pengelolaan ekuitas perusahaan
“Earning per Share (EPS) atau laba per saham digunakan untuk mengukur
besarnya keuntungan yang diperoleh setiap lembar saham yang siap dibagikan bagi
4
antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar” (Kasmir,
2012:207). Semakin besar nilai EPS suatu perusahaan, maka pandangan para
investor akan semakin baik dikarenakan nilai EPS menunjukkan berapa besar
nantinya laba per lembar saham yang akan mereka dapatkan dari perusahaan tersebut
permintaan saham tersebut, maka harga saham perusahaan akan meningkat pula.
perusahaan, para investor juga memperhatikan rasio-rasio lain seperti rasio likuiditas
dan rasio solvabilitas. Rasio likuiditas yang digunakan sebagai variabel dalam
penelitian ini yaitu Current Ratio (CR) dan rasio solvabilitas yang digunakan yaitu
Debt to Equity Ratio (DER) yang akan diteliti pengaruhnya terhadap harga pasar
saham.
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada
saat ditagih secara keseluruhan, yang dihitung berdasarkan pembagian antara aset
lancar dengan utang lancar” (Kasmir, 2012:134). Semakin tinggi nilai CR suatu
perusahaan, maka pandangan para investor akan semakin baik dikarenakan makin
besar pula aset lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek
perusahaan yang segera jatuh tempo dan akan meningkatkan permintaan saham
saham perusahaan tersebut akan meningkat pula. Namun, CR yang terlalu tinggi juga
tidak terlalu baik bagi perusahaan dikarenakan berarti banyak kas yang menganggur,
banyak piutang yang belum tertagih, ataupun banyak persediaan yang tidak terjual.
5
“Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas
suatu perusahaan. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara seluruh
utang dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap Rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang” (Kasmir, 2012:158). Bagi
investor, semakin rendah nilai DER suatu perusahaan, maka akan semakin baik
dikarenakan lebih banyak modal sendiri yang dimiliki suatu perusahaan daripada
utangnya dan semakin kecil pula resiko yang ditanggung investor atas kegagalan
yang mungkin terjadi di perusahaan. Semakin rendah nilai DER suatu perusahaan
permintaan saham tersebut, maka harga saham perusahaan tersebut akan meningkat
pula.
penelitian ini juga padat modal sehingga cocok menggunakan rasio ROE sebagai
variabel penelitian. Lalu, alasan peneliti memilih rasio EPS, karena rasio EPS
nantinya laba per lembar saham yang akan diterima investor dari kegiatan
berinvestasi di perusahaan tersebut atau tidak. Lalu, alasan peneliti memilih rasio CR
yang likuid biasanya disukai oleh para investor dikarenakan kemampuannya dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Selain itu, perusahaan yang likuid juga
6
menjadi sampel pada penelitian ini juga memiliki tingkat likuiditas yang tinggi
sehingga rasio CR cocok dipilih sebagai variabel penelitian. Lalu, alasan peneliti
memilih rasio DER, karena DER suatu perusahaan juga penting untuk diperhatikan,
besar daripada modal sendirinya karena resiko investasinya yang lebih besar.
sendirinya lebih besar daripada kewajibannya sehingga rasio DER cocok dipilih
sebagai variabel penelitian. Alasan lainnya peneliti memilih variabel ROE, EPS, CR,
konsistenan hasil penelitian pengaruh ROE, EPS, CR, dan DER terhadap harga pasar
saham sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut bagaimana
memberikan penilaian yang baik atas kinerja perusahaan yang pada akhirnya
digunakan oleh para investor untuk menilai perusahaan tersebut sebagai bahan
dengan judul penelitian “Pengaruh Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR),
Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Earning per Share (EPS)
BEI” berkesimpulan CR, ROE (Return on Equity) dan EPS (Earning per Share)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham dan EPS memiliki
pengaruh paling dominan. Sedangkan variabel ROA (Return on Asset) dan DER
berkesimpulan secara parsial, Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)
tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan semen yang terdaftar di BEI,
sedangkan Earning per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan
penelitian “Pengaruh Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning
per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011” berkesimpulan secara parsial, ROA tidak
dan negatif terhadap harga saham, dan EPS berpengaruh signifikan dan positif
penelitian “Pengaruh EVA (Economic Value Added), ROE (Return on Equity), dan
EPS (Earning per Share) terhadap Harga Saham (Studi Kasus PT Kimia Farma Tbk
8
Periode Tahun 2001 – 2010)” berkesimpulan secara parsial, hanya variabel ROE
yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan EVA dan EPS
Mangantar (2015), dengan judul penelitian “Current Ratio, Debt to Equity Ratio,
Return on Asset, Return on Equity Pengaruhnya terhadap Harga Saham pada Indeks
Equity Ratio), ROA (return on asset) dan ROE (Return on Equity) berpengaruh
penelitian “Pengaruh Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return on Equity
(ROE), dan Dividend per Share (DPS) terhadap Harga Saham pada Perusahaan
berkesimpulan secara parsial, ROA, ROE, dan DPS berpengaruh terhadap harga
beberapa hasil penelitian terdahulu. Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk
mempengaruhi harga pasar saham yang dalam hal ini merupakan variabel dependen
(Y) yang diteliti berdasarkan variabel independen (X) nya, dalam hal ini adalah CR,
DER, ROE, dan EPS yang subjek penelitiannya adalah perusahaan LQ 45. Adapun
dari tiap-tiap sektor sehingga dalam proses analisis nantinya dapat lebih akurat secara
9
runtut waktu (time series). Selain itu, saham perusahaan LQ 45 juga yang paling
banyak diperhatikan dan diminati oleh para investor sehingga cocok untuk dijadikan
subjek penelitian. Harga pasar saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Simple Moving Average 200 (SMA 200). SMA 200 adalah nilai rata-rata dari harga
penelitian ini adalah: “Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER),
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah apakah Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity
(ROE) dan Earning per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga pasar saham pada
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Current Ratio (CR), Debt
to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS)
terhadap harga pasar saham pada Perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek
1. Manfaat Akademis
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan untuk
Efek Indonesia.
3. Bagi Penulis
pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity
(ROE) dan Earning per Share (EPS) terhadap harga pasar saham pada
perusahaan LQ 45.
BAB I : PENDAHULUAN
dan hipotesis.
data.
BAB VI : PENUTUP
BAB II
kelompok LQ 45. Kegiatan tersebut akan selalu mempunyai dampak kepada para
selambat-lambatnya 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir dan mereka pun
diijinkan untuk melakukan pelaporan melalui media massa lain seperti surat kabar
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada
hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa
lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu
perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat
dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
13
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk
(bad news) pada saat informasi diumumkan dan pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut. Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi
yang baik di masa mendatang (good news), sehingga investor tertarik untuk
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa
penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar.
2015:84).
14
keuangan, hasil operasi, dan perkembangan perusahaan itu memuaskan atau tidak.
Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat
perkembangan yang telah dicapai perusahaan yang nantinya dapat berguna untuk
keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan” (S.
Munawir, 2014:35).
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang
kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang
manajemen itu sendiri. Sementara itu, pihak luar adalah mereka yang memiliki
masing pihak memiliki kepentingan tersendiri tergantung dari sudut mana kita
memandangnya.
Metode dan teknik analisis yang tepat diperlukan untuk melakukan analisis
laporan keuangan. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah
agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu,
menginterpretasikannya.
atau prosedur tertentu. Langkah atau prosedur ini diperlukan agar urutan proses
analisis mudah untuk dilakukan. Adapun langkah atau prosedur yang dilakukan
Munawir (2014:36) menyatakan teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa
1. Analisa perbandingan laporan keuangan, metode dan teknik analisa dengan cara
memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan
menunjukkan: (a) data absolute atau jumlah-jumlah dalam Rupiah, (b) kenaikan
atau penurunan dalam jumlah Rupiah, (c) kenaikan atau penurunan dalam
persentase, (d) perbandingan yang dinyatakan dengan rasio, dan (e) presentase
dari total.
2. Tren atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan
dalam persentase, adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui
tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap,
naik atau bahkan turun.
3. Laporan dengan presentase perkomponen atau common size statement, adalah
metode analisa untuk mengetahui presentase investasi pada masing-masing aset
terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan
komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisa sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis), adalah suatu
analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6. Analisa rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-
pos tertentu dalam Neraca atau Laporan Laba Rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut.
18
7. Analisa laporan dari laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu periode dengan laba
yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisa titik impas (break-even), adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut
tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
Metode atau teknik analisa yang digunakan semuanya itu adalah permulaan
dari proses analisa yang diperlukan untuk menganalisa laporan keuangan, dan setiap
metode analisa mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat data lebih
a. Total utang dibandingkan dengan total aset atau rasio utang (Debt Ratio)
f. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas (Long Term Debt to Equity Ratio)
Period)
b. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku (Stock Market Value to Book Value
Ratio)
pembandingnya. Data pembanding untuk rasio keuangan mutlak ada sehingga dapat
dilakukan perhitungan terhadap rasio yang dipilih. Dengan adanya data pembanding
kata lain, laporan keuangan tersebut memiliki makna tertentu jika dibandingkan
dibuat atau sumber lainnya. Kemudian, target untuk masing-masing rasio sudah
ditentukan sebelumnya. Sementara itu, rasio dari rata-rata industri dapat diperoleh
diperoleh dari Bank Indonesia (BI). Khusus untuk rasio pesaing dapat diperoleh dari
laporan keuangan yang dibuat dan sudah dipublikasi atau dari intelijen pemasaran.
Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan. Rasio likuiditas berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membiayai dan memenuhi kewajiban/utang pada saat ditagih atau jatuh
tempo. Penggunaan rasio likuiditas dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan
komponen yang ada di Neraca, yaitu total aset lancar dengan total kewajiban lancar
(kewajiban jangka pendek) (Kasmir, 2012:145).
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur
kemampuan, yaitu:
Perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga
bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya terdapat banyak manfaat atau tujuan
analisis rasio likuiditas bagi perusahaan, baik bagi pihak pemilik perusahaan,
Menurut Kasmir (2012:132), tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil
Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aset
lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh
tempo. Apabila current ratio rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang
modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum
tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak
digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan kondisi perusahaan baik atau
tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk
usaha yang sejenis atau dapat pula digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan
sebelumnya. Sering kali rasio lancar dengan standar 200% (2:1) terkadang sudah
dianggap sebagai ukuran yang cukup baik bagi suatu perusahaan dalam praktiknya
(Kasmir, 2012:134).
Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara total aset lancar dan
kewajiban lancar. Angka rasio ini sangat bergantung pada jenis dan sifat industrinya.
Likuiditas suatu perusahaan yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi
profitabilitas perusahaan tersebut. Current ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya
piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang tentu saja tidak
dapat dipakai untuk membayar utang (Dwi Prastowo, 2011:84).
“Current ratio adalah rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa
posisi modal kerja suatu perusahaan yang membandingkan antara jumlah aset lancar
Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio adalah sebagai berikut:
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya seberapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan asetnya. Dalam
arti luas, rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang
apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir, 2012:151).
Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering
digunakan perusahaan, yaitu:
24
kewajiban dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
untuk mengetahui setiap Rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang”
(Kasmir, 2012:157).
Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan
yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar
rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi
25
tingkat pendanaan yang disediakan oleh pemilik dan semakin besar batas
pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aset.
Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan
perusahaan.
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi”.
laporan keuangan Neraca dan Laporan Laba Rugi. Pengukuran dapat dilakukan
untuk untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan
perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus
selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil
mencapai target yang telah ditentukan, mereka dikatakan telah berhasil dalam
sebaliknya, jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini
26
akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus
tidak terulang. Kemudian, kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan
manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh
karena itu, rasio ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen.
mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk
dari kebijakan manajemen. Semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, maka akan
semakin sempurna hasil yang akan dicapai. Artinya pengetahuan tentang kondisi dan
adalah:
Seperti rasio-rasio lain, rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat,
tidak hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga untuk pihak di luar
perusahaan.
27
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu;
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang;
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri;
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal sendiri;
2.1.16 Return on Equity (ROE)
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi
rasio ini semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat” (Kasmir,
2012:204). Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai
berikut:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
Return on Equity (ROE) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
“Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan
pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk
dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah jumlah
keuntungan dikurangi pajak, dividen, dan dikurangi hak-hak lain untuk pemegang
saham prioritas. Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah sebagai
berikut.
“Earning per Share (EPS) adalah jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap
pemegang satu lembar saham biasa. EPS hanya dihitung untuk saham biasa” (Dwi
Harga pasar saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada
saat tertentu yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan di pasar bursa. Harga pasar saham merupakan harga yang paling
mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang
29
berlangsung atau jika pasar ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya
Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh
pemilik saham dikemudian hari. Menurut Anoraga et al. (2001:100) harga saham
adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan
suatu perusahaan. Harga saham juga dapat diartikan sebagai harga yang dibentuk
dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan
mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang
pengalihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang saham. Ada beberapa jenis
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang
berfungsi untuk tujuan Akuntansi. Nilai nominal suatu saham harus ada dan
dicantumkan pada surat berharga saham dalam mata uang Rupiah, bukan dalam
Harga dasar suatu saham erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Pada
prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut
diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya berbagai
tindakan emiten yang berhubungan dengan saham, antara lain: Right Issue, Stock
30
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar
merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Apabila
pasar suatu efek sudah tutup maka harga pasar saham adalah harga
penutupannya (closing price). Jadi, harga pasar inilah yang menyatakan naik-
Harga pembukaan adalah harga pertama kali transaksi dilakukan pada hari
itu. Harga pembukaan tersebut mencerminkan semua informasi pasar yang ada,
yang terjadi atau muncul di antara harga penutupan sehari sebelumnya dan
Harga penutupan adalah harga yang terjadi pada saat terakhir pada satu hari
perdagangan. Saat bursa tutup, harga pasar saham yang saat itu sedang berlaku
akan menjadi harga penutupan untuk hari itu. Harga penutupan saham hari itu
Small Moving Average (SMA) adalah nilai rata-rata dari harga saham selama
beberapa hari pada tahun yang bersangkutan. Small Moving Average dihitung
dengan cara menambahkan semua harga yang akan dihitung kemudian dibagi
dengan periode lama waktunya. Harga yang dihitung biasanya adalah harga
31
penutupan (close), tapi bisa juga harga tertinggi (high), terendah (low), atau rata-
2.1.19 Indeks LQ 45
melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas
dalam perhitungan indeks LQ 45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas
enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.
Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi
adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan pasar dan untuk
lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah
Sehingga kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45
berikut:
2. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume, dan frekuensi transaksi.
Nilai rata-rata transaksi saham dalam 12 bulan terakhir harus masuk dalam
haruslah baik.
4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu. Saham perusahaan tersebut harus
1. Masuk dalam 60 besar saham berdasarkan nilai transaksi di pasar reguler. Dari
reguler.
pasar reguler.
pengaruh rasio CR, DER, ROE dan EPS terhadap harga saham suatu perusahaan.
dapat lebih akurat dalam analisisnya secara runtut waktu dan saham tersebut juga
yang paling banyak diperhatikan dan diminati oleh para investor sehingga cocok
33
untuk dijadikan subjek penelitian. Hal yang mendasari penelitian ini adalah karena
yang satu dengan penelitian lainnya dan peneliti ingin melihat bagaimana hasil
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
Peneliti
No. dan Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Penelitian
1. Reynard Pengaruh Return on Variabel X: CR, ROE, dan EPS
Valintino Assets (ROA), a) ROA berpengaruh signifikan
dan Lana Current Ratio (CR), b) CR secara parsial terhadap
Sularto Return on Equity c) ROE harga saham,
(2013) (ROE), Debt to d) DER sedangkan ROA dan
Equity Ratio (DER) e) EPS DER tidak berpengaruh
dan Earning Per secara parsial.
Share (EPS) terhadap Variabel Y:
Harga Saham Harga
Perusahaan saham
Manufaktur Sektor
Industri Barang
Konsumsi di BEI.
2. Sufianto Pengaruh Kinerja Variabel X: Secara parsial, ROA
(2016) Keuangan terhadap a) ROA dan ROE tidak
Harga Saham b) ROE berpengaruh terhadap
Perusahaan Semen. c) EPS harga saham,
d) PER sedangkan EPS dan
PER berpengaruh
Variabel Y: terhadap harga saham.
Harga
saham
memerlukan suatu informasi yang tepat dan akurat mengenai bagaimana kondisi
perusahaan saat ini. Salah satu informasi keuangan yang sering diperhatikan untuk
pengambilan keputusan tersebut yaitu rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio
35
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio investasi.
Baik buruknya perusahaan tercermin dari rasio-rasio keuangan yang secara rutin
internal maupun eksternal perusahaan dapat dengan mudah menilai kemampuan dan
Fokus penelitian di sini yaitu lebih tertuju pada rasio likuiditas yaitu Current Ratio
(CR), rasio solvabilitas yaitu Debt to Equity Ratio (DER), rasio profitabilitas yaitu
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada
semakin banyak aset lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban lancar dan akan
Namun, angka CR yang terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus untuk perusahaan.
baiknya apabila dibandingkan dengan rata-rata industri dengan usaha yang sejenis.
ekuitas suatu perusahaan. DER berguna untuk mengetahui setiap Rupiah modal
sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang atau untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan oleh peminjam (kreditor) dengan dana yang berasal dari pemilik
perusahaan sendiri. Bagi para investor, semakin rendah ratio DER suatu perusahaan,
dalam menghasilkan laba atas keseluruhan modal yang dimilikinya. Semakin tinggi
nilai ROE suatu perusahaan, berarti pengelolaan manajemen dalam terkait modal di
perusahaan tersebut baik yang tercermin dari laba yang dihasilkan dan akan
(EPS) digunakan untuk mengukur besarnya keuntungan yang diperoleh setiap lembar
saham yang nantinya siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan.
Semakin tinggi EPS suatu perusahaan, berarti semakin tinggi pula laba per lembar
saham yang didapatkan para investor dan akan meningkatkan permintaan saham
sebaliknya. Apabila semakin tinggi penawaran atas saham perusahaan, maka akan
Pihak investor akan melihat nilai CR, DER, ROE dan EPS sebagai langkah
awal dalam menilai kinerja perusahaan dalam analisis laporan keuangan perusahaan
untuk berinvestasi saham. Semakin baik nilai CR, DER, ROE dan EPS yang
diperoleh pihak perusahaan, maka semakin baik pula pandangan investor terhadap
perusahaan tersebut. Hal itu akan memberikan dampak positif bagi pasar di mana
minat beli terhadap saham perusahaan juga akan mengalami peningkatan. Begitu
pula sebaliknya, apabila nilai CR, DER, ROE dan EPS perusahaan buruk, maka
pandangan investor akan kurang baik terhadap kinerja perusahaan tersebut dan resiko
37
berusaha menjaga nilai CR, DER, ROE dan EPS yang dimilikinya agar memperoleh
ke 4 (empat) variabel tersebut (CR, DER, ROE dan EPS), para investor akan dapat
yang akan mereka dapat atas investasi yang ditanamkannya kepada perusahaan.
Selain itu perusahaan dapat mengetahui seberapa besar kinerja yang telah mereka
ukur mana yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga pasar saham.
Hal yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah untuk
menguji konsep yang ada apakah benar CR, DER, ROE, dan EPS berpengaruh
DER, ROE, dan EPS terhadap harga saham tersebut. Peneliti ingin melihat seberapa
besar pengaruhnya tersebut apabila diterapkan berdasarkan kondisi yang ada pada
Sesuai uraian di atas, berikut ini adalah gambar kerangka konseptual dari
Laporan Keuangan
Perusahaan LQ 45
Tahun 2013 - 2015
Uji Hipotesis
2.4 Hipotesis
teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya” (Ikhsan et
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan dengan menggunakan aset lancarnya. Para investor biasanya akan
kali dalam praktiknya yaitu 200% (2:1) (Kasmir, 2012:134), maka akan semakin baik
dan pandangan para investor terhadap perusahaan itu pun akan positif. Seiring
40
tersebut, besar kemungkinan mereka akan membeli saham perusahaan tersebut dan
semakin tinggi angka CR pada suatu perusahaan dengan catatan di atas rata-rata
industrinya, maka harga saham perusahaan tersebut juga akan semakin tinggi pula
Penelitian Valintino dan Sularto (2013) dan Sondakh, Tommy, dan Mangantar
Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Medial (2014) menyatakan bahwa CR
tidak berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada
tersebut, terdapat hasil temuan yang tidak konsisten sehingga peneliti tertarik
saham.
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang” (Kasmir, 2012:158). Bagi
investor, semakin rendah nilai DER suatu perusahaan, maka akan semakin baik,
menggunakan modal sendiri daripada modal yang berasal dari utang. Investor akan
merasa lebih aman dengan lebih banyaknya modal perusahaan sendiri yang dijadikan
untuk jaminan utang dan pandangan para investor terhadap perusahaan itu pun akan
tersebut, besar kemungkinan mereka akan membeli saham perusahaan tersebut dan
saham perusahaan tersebut. Dengan demikian, semakin rendah angka DER pada
suatu perusahaan maka harga saham perusahaan tersebut juga akan semakin tinggi
dilakukan oleh Valintino dan Sularto (2013) menyatakan bahwa DER tidak
tersebut, terdapat hasil temuan yang tidak konsisten sehingga peneliti tertarik
sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan
modal sendiri, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik. Artinya posisi
banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri, apabila semakin besar
angka ROE suatu perusahaan, berarti perusahaan tersebut menyediakan lebih banyak
keuntungan kepada para pemiliknya dan seiring dengan itu, maka akan menarik
minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dan akan
tersebut. Dengan demikian, semakin tinggi angka ROE pada suatu perusahaan, maka
harga saham perusahaan tersebut juga akan semakin tinggi pula dan ROE
Penelitian Valintino dan Sularto (2013), Hanum (2012), dan Subarjo (2012)
menyatakan bahwa ROE berpengaruh terhadap harga saham. Namun, pada penelitian
yang dilakukan oleh Sufianto (2016) menyatakan bahwa ROE tidak berpengaruh
terhadap harga saham. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada tersebut, terdapat
hasil temuan yang tidak konsisten sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah
2012:207). Semakin tinggi nilai EPS suatu perusahaan, maka akan semakin menarik
permintaan saham suatu perusahaan akan mendorong kenaikan harga saham tersebut.
Dengan demikian, semakin tinggi angka EPS pada suatu perusahaan, maka harga
saham perusahaan tersebut juga akan semakin tinggi pula dan EPS berpengaruh
Penelitian Valintino dan Sularto (2013), Sufianto (2016), dan Hanum (2012)
menyatakan bahwa EPS berpengaruh terhadap harga saham. Namun, pada penelitian
yang dilakukan oleh Subarjo (2012) menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh
43
terhadap harga saham. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada tersebut, terdapat
hasil temuan yang tidak konsisten sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian
Berdasarkan teori, kerangka pikir dan kerangka konseptual yang ada, maka
H2: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga pasar saham;
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu jenis
atau banyaknya sesuatu dan analisisnya menggunakan statistik. Sumber data pada
penelitian ini adalah data sekunder. “Data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara”
(Ikhsan et al., 2014:122). Data sekunder tersebut berupa angka-angka yang didapat
merupakan suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai dan sesuatu yang
bervariasi” (Ikhsan et al., 2014:66). Objek dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat)
variabel yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity
(ROE) dan Earning per Share (EPS) sebagai variabel bebas (independen), sedangkan
Bursa Efek Indonesia. Periode pengujian penelitiannya yaitu selama 3 (tiga) tahun
44
45
sebagai subjek penelitian” (Ikhsan et al., 2014:90). Unit analisis dalam penelitian ini
yaitu unit analisis organisasi berupa organisasi dalam skala besar yaitu perusahaan
indeks LQ 45, yang diwakilkan melalui data informasi keuangan perusahaan indeks
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2015.
kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi juga
bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan dipilih
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013-2015. Teknik pengambilan sampel yang
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik nonprobability
sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
pertimbangan tertentu.
46
adalah karena tidak semua sampel penelitian ini memiliki kriteria sesuai dengan yang
telah peneliti tentukan. Atas dasar itulah peneliti memilih teknik purposive sampling
Berikut ini adalah kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk dijadikan sampel
keuangan lainnya.
2015.
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
istilah yang diuji secara spesifik atau dengan pengukuran kriteria” (Ikhsan et al.,
2014:70). Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap pengaruh Current
Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), dan Earning per
Share (EPS) terhadap harga saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Current Ratio
48
(CR) merupakan rasio likuiditas, Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio
solvabilitas, lalu Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS) merupakan
rasio profitabilitas. Berikut ini penjelasan lebih lanjut terkait variabel-variabel pada
penelitian ini:
jenis variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel
ini secara matematis disimbolkan dengan huruf y” (Ikhsan et al., 2014:67). Variabel
“Harga pasar saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada
saat tertentu yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
penawaran terhadap suatu saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan pandangan
investor terhadap perusahaan tersebut. Harga pasar saham yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Simple Moving Average 200 (SMA 200). SMA 200 adalah nilai
rata-rata dari harga penutupan selama 200 hari pada tahun yang bersangkutan.
variabel dependen yang diduga sebagai akibatnya. Variabel ini secara matematis
Rasio ini adalah rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aset lancar yang
tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo (Kasmir,
“Rasio ini digunakan untuk menilai kewajiban dengan ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan
pemilik perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap Rupiah modal
sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang” (Kasmir, 2012:157). Rasio ini juga
“Rasio ini mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio
ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri yang mengukur hasil yang
diperoleh pemilik (baik pemegang saham preferen atau saham biasa) atas investasi di
bagi pemegang saham yaitu jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap pemegang
satu lembar saham biasa. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk
memuaskan pemegang saham” (Kasmir, 2012:207). Rumus dari rasio ini adalah:
dokumen atau literatur. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
pengunduhan internet dengan alamat situs www.idx.co.id. Selain itu, data yang
digunakan dalam penelitian ini juga didapatkan dengan cara studi pustaka yaitu
sebelumnya, serta buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai
landasan teorinya.
ringkasan, pengaturan, atau penyusunan data dalam bentuk table numeric dan grafik.
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
Pada penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier
Berganda yang terdiri dari 1 variabel dependen (Y) yaitu harga saham Perusahaan
LQ 45 dan 4 variabel independen (X) yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio
(DER), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS). Bentuk dari
persamaan Regresi Linear Berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Di mana:
a = Konstanta
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu Uji Normalitas,
penelitian mengikuti atau mendekati distribusi normal, karena model regresi yang
baik yaitu model yang memiliki distribusi data normal atau yang mendekati normal.
normal. Menurut Imam Ghozali (2016:154), ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis statistik dan analisis
grafik.
1. Analisis Statistik
Uji Statistik yang digunakan untuk menguji Normalitas adalah Uji Statistik
a) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitasnya < 0,05, maka distribusi data
b) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitasnya > 0,05, maka distribusi data
adalah normal.
2. Analisis Grafik
juga dilakukan dengan cara melihat grafik histogram atau pola distribusi datanya
distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai
53
residualnya. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independennya satu sama lain. Untuk melihat ada atau tidaknya Multikolinieritas
dalam suatu model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Menurut Ghozali (2016:103), “batasan umum yang dipakai untuk
“Tujuan dari Uji Autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam suatu
model Regresi Linier Berganda terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya” (Imam Ghozali,
2016:106). Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan tahun yang
intercePT (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara
Ha : ada Autokorelasi ( r ≠ 0)
a. Bila nilai DW terletak antara batas atau atau upper bound (du) dan (4-du), maka
b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka
koefisien Autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada Autokorelasi positif;
c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien Autokorelasi lebih
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
ini dapat dilakukan dengan cara mengamati grafik scatterplot antara nilai prediksi
2016:134).
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka
masing variabel. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial
terhadap variabel dependen dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel.
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) = 5%, jika nilai sig. T > 0,05
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap
56
variabel dependen maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, apabila nilai sig. T
< 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap
tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas
pasar. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja emiten-
emiten yang masuk dalam indeks LQ 45. Pergantian saham akan dilakukan setiap 6
ini adalah perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 3 (tiga)
tahun berturut-turut dari tahun 2013 – 2015, bukan merupakan perusahaan perbankan
dan lembaga keuangan lainnya, datanya lengkap selama periode pengamatan yaitu
tahun 2013 – 2015, dan memperoleh laba selama periode pengamatan tahun 2013-
sebagai sampel penelitian (dapat dilihat pada lampiran 2). Berikut gambaran umum
PT Astra Agro Lestari Tbk didirikan pada tanggal 3 Oktober 1988. Perusahaan
mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1995. Ruang lingkup kegiatan
manufaktur, transportasi, konsultasi dan jasa. Perusahaan ini berkantor pusat di Jalan
57
58
sebanyak 79,68%, 20,32% sisanya dimiliki oleh publik. Perusahaan pertama kali
Harga closing price akhir tahun saham PT Astra Agro Lestari Tbk pada tahun 2014,
2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp24.250, Rp15.850, dan Rp16.775.
Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara
Tabel 4.1
PT Adaro Energy Tbk didirikan pada tanggal 28 Juli 2004. Perusahaan mulai
beroperasi secara komersial pada bulan Juli 2005. Perusahaan bergerak dalam bidang
dan berlokasi di Gedung Menara Karya lantai 23 Jln. H.R. Rasuna Said Blok X-5,
43,91% dimiliki oleh PT Adaro Strategic Investment, dan 6,18% dimiliki oleh
59
Indonesia pada tanggal 16 juli 2008. Harga closing price akhir tahun saham PT
Adaro Energy Tbk pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu
Rp1.040, Rp515, dan Rp1.695. Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun
2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp1.141, Rp706, dan Rp1.116.
Tabel 4.2
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Juni 1978. Ruang
lingkup kegiatan PT AKR Corporindo Tbk terdiri dari industri kimia, perdagangan
umum dan distribusi produk terutama produk kimia, produk petroleum, gas, terlibat
dalam bisnis logistik, transportasi (termasuk untuk digunakan sendiri dan untuk
operasi transportasi melalui darat atau laut, dan operasi pipa untuk infrastruktur
dan/atau agen, dengan perjanjian distribusi dengan entitas asing dan lokal, kontraktor
dan jasa lainnya kecuali jasa hukum. Perusahaan berdomisili di Wisma AKR, lantai
Rayatama sebesar 59,17%, sisanya sebesar 40,83% dimiliki oleh publik. Perusahaan
60
pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 3 Oktober
1994. Harga closing price akhir tahun saham PT AKR Corporindo Tbk pada tahun
2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp4.120, Rp7.175, dan Rp6.000.
Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara
Tabel 4.3
didirikan pada tanggal 20 Februari 1957. Ruang lingkup kegiatan Perseroan adalah
pembangunan dan jasa konsultasi. Kantor pusat perusahaan di JI. Gaya Motor Raya
Mayoritas kepemilikan saham ASII dimiliki oleh Jardine Cycle & Carriage
Limited sebesar 50,11%, dan 49,89% sisanya dimiliki oleh publik. Perusahaan
pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 4 April
1990. Harga closing price akhir tahun saham PT Astra Internasional Tbk pada tahun
2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp7.425, Rp6.000, dan Rp8.275.
61
Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara
Tabel 4.4
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1972. Perusahaan bergerak
dalam bidang pakan unggas, pembibitan dan budidaya broiler bersama dengan
pengolahannya, makanan olahan, pengawetan daging ayam dan daging sapi termasuk
unit penyimpanan dingin, penjualan pakan ternak, ayam dan daging sapi, dan bahan
dari sumber hewani. Kantor pusat perusahaan di Jln. Ancol VIII/1, Jakarta.
sebanyak 55,53%, dan sisanya 44,47% dimiliki oleh publik. Perusahaan pertama kali
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 18 Maret 1991. Harga
closing price akhir tahun saham PT Charoen Phokphand Tbk pada tahun 2014, 2015,
dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp3.780, Rp2.600, dan Rp3.090. Sedangkan,
untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut
Tabel 4.5
"Gudang Garam" Kediri (PT Gudang Garam), didirikan pada tanggal 30 Juni 1971.
Operasi komersial perusahaan dimulai pada tahun 1958. Perusahaan ini bergerak di
bidang industri rokok dan kegiatan industri rokok terkait lainnya. Kantor pusat
perusahaan di Jln. Jend. A. Yani No. 79, Jakarta dan di Jln. Semampir II / 1, Kediri,
Jawa Timur.
sebesar 69,29%, sisanya sebesar 24,45% dimiliki publik dan 6,26% dimiliki oleh
Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1990. Harga closing price akhir tahun saham PT
Gudang Garam Tbk pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu
Rp60.700, Rp55.000, dan Rp63.900. Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada
tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp55.018, Rp47.500, dan
Rp66.463.
Tabel 4.6
63
2009. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan, antara lain, pembuatan mie dan bahan
makanan, produk makanan kuliner, biskuit, makanan ringan, nutrisi dan makanan
Sudirman Plaza, Indofood Tower 25th Fl, Jln. Jend. Sudirman Kav. 76-78, Jakarta.
Makmur sebanyak 80%, dan sisanya 20% dimiliki oleh publik. Perusahaan pertama
kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2010.
Harga closing price akhir tahun saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk pada
tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp13.100, Rp13.475, dan
Rp8.575. Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016
Tabel 4.7
64
PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 oleh
Sudono Salim dengan nama PT Panganjaya Intikusuma yang pada tanggal 5 Februari
1994 menjadi PT Indofood Sukses Makmur. Dalam beberapa dekade ini, Indofood
mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang
tersedia di rak para pedagang eceran. Produk yang diproduksi oleh PT Indofood
Sukses Makmur yaitu mie instan, es krim, makanan ringan, biskuit, tepung terigu,
sirup, susu, minyak goreng, dan pasta. Kantor pusat perusahaan di Sudirman Plaza,
Indofood Tower 27th Fl, Jln. Jend. Sudirman Kav. 76-78, Jakarta.
sebanyak 50,07% dan sebanyak 49,93% dimiliki oleh publik. Perusahaan pertama
kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 14 Juli 1994.
Harga closing price akhir tahun saham PT Indofood Sukses Makmur pada tahun
2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp6.750, Rp5.175, dan Rp7.925.
Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara
Tabel 4.8
65
mengelola tambang agregat dan tras. Indocement berdiri sejak tanggal 16 Januari
1985. Pabrik pertama Indocement sudah beroperasi sejak 4 Agustus 1975. Kantor
pusat perusahaan di Wisma Indocement 8th Fl. Jln Jend. Sudirman Kav. 70-71,
Jakarta.
sebesar 51%, 39,57% dimiliki oleh publik, dan 9,43% dimiliki oleh PT Mekar
pada 5 Desember 1989. Harga closing price akhir tahun saham PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu
Rp25.000, Rp22.325, dan Rp15.400. Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada
tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp23.761, Rp20.564, dan
Rp17.387.
Tabel 4.9
66
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1988. Ruang lingkup kegiatan
adalah bidang pertambangan dengan melakukan investasi pada anak usaha dan jasa
Office Tower III, Lantai 3, Jln. Sultan Iskandar Muda, Pondok Indah Kav. V-TA,
Jakarta Selatan.
(Singapore) Private Limited sebesar 65,14%, dan sisanya 34,86% dimiliki oleh
pada tanggal 18 Desember 2007. Harga closing price akhir tahun saham PT Indo
Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut
yaitu Rp15.375, Rp5.725, dan Rp16.875. Sedangkan, untuk harga saham SMA 200
pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp24.422, Rp11.217,
dan Rp11.199.
Tabel 4.10
67
PT Jasa Marga dibentuk pada tanggal 1 Maret 1978 setelah jalan tol pertama,
Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang pembangunan, operasi dan
penggunaan lahan di daerah jalan tol dan usaha terkait lainnya. Kantor pusat
Indonesia sebesar 70%, dan sisanya 30% dimiliki oleh publik. Perusahaan pertama
2007. Harga closing price akhir tahun saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk pada
tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp7.050, Rp5.225, dan
Rp4.320. Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016
Tabel 4.11
68
mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1966. Ruang lingkup kegiatan
perdagangan dan layanan kesehatan. Kantor pusat perusahaan di Kalbe Building 3rd
10,17% dimiliki oleh PT Gira Sole Prima, 9,71% dimiliki oleh PT Santa Seha
Sanadi, 9,49% dimiliki oleh PT Diptanala Bahana, 9,47% dimiliki oleh PT Lucasta
Murni Cemerlang, 9,21% dimiliki oleh PT Ladang Ira Panen, dan 8,58% dimiliki
Bursa Efek Indonesia pada tanggal 30 Juli 1991. Harga closing price akhir tahun
saham PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut
yaitu Rp1.830, Rp1.320, dan Rp1.515. Sedangkan, untuk harga saham SMA 200
pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp1.645, Rp1.603, dan
Rp1.545.
Tabel 4.12
69
tahun 1963 dan terlibat dalam usaha perkebunan yang berlokasi di Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan
dengan luas tanaman total 110.656 hektar per 30 September 2014. Produk utama
adalah minyak kelapa sawit dan karet, kakao, teh dan bibit. Kantor Pusat perusahaan
di Ariobimo Sentral 12th Fl, Jln. HR. Rasuna Said Blok X-2 Kav. 5, Jakarta.
sebesar 59,48%, dan sisanya 40,52% dimiliki oleh publik. Perusahaan pertama kali
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 5 Juli 1996. Harga
closing price akhir tahun saham PT PP London Sumatera Tbk pada tahun 2014,
2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp1.890, Rp1.320, dan Rp1.740.
Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara
Tabel 4.13
70
PT Media Nusantara Citra Tbk didirikan pada tahun 1997. MNC bergerak di
lainnya, jasa dan investasi. Bisnis utama perseroan saat ini adalah media. Kantor
pusat perusahaan di MNC Tower 26th Fl. Jln. Kebon Sirih Kav. 17-19, Jakarta.
sebesar 60,7%, dan sisanya 39,7% dimiliki oleh publik. Perusahaan pertama kali
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 22 Juni 2007. Harga
closing price akhir tahun saham PT Media Nusantara Citra Tbk pada tahun 2014,
2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp2.540, Rp1.855, dan Rp1.755.
Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara
Tabel 4.14
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. didirikan pada tahun 1859. Pada 13
Mei 1965, perusahaan dinyatakan sebagai perusahaan milik negara dan dikenal
sebagai Perusahaan Negara Gas (PN. Gas). Status perusahaan diubah dari perusahaan
Tahun 1994. Saat ini, usaha utama perusahaan adalah distribusi dan transmisi gas
bumi ke pelanggan industri, komersial dan rumah tangga. Kantor pusat perusahaan di
sebesar 56,96%, dan sisanya 43,04% dimiliki oleh publik. Perusahaan pertama kali
Harga closing price akhir tahun saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp6.000, Rp2.745, dan
Rp2.700. Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016
Tabel 4.15
Pertambangan yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia yang didirikan pada tahun
1950. Produksi untuk kepentingan komersial dimulai pada 1938. Ruang lingkup
internal dan eksternal, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap untuk kebutuhan
internal dan eksternal, dan memberikan konsultasi layanan yang terkait dengan
Menara Kadin Indonesia 15th Fl & 9th Fl, Jln. H.R. Rasuna Said X-5, Kav 2 & 3,
Jakarta.
sebesar 65,02%, 26,47% dimiliki oleh publik, dan 8,51% dimiliki oleh PTBA sendiri.
tanggal 23 Desember 2002. Harga closing price akhir tahun saham PT Tambang
Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara
saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu
Tabel 4.16
pertama. Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan
bidang produksi semen. Kantor pusat perusahaan di Semen Gresik Main Building
Keuangan RI sebesar 51,01%, dan sisanya 48,99% dimiliki oleh publik. Harga
closing price akhir tahun saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2014,
2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp16.200, Rp11.400, dan Rp9.175.
Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara
Tabel 4.17
Indonesia yang didirikan pada tanggal 24 September 1991. Telkom merupakan salah
satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (52,56%),
dan 47,44% dimiliki oleh Publik, Bank of New York, dan Investor dalam Negeri.
Kantor pusat perusahaan di Graha Merah Putih 5th Fl, Jln. Gatot Subroto No. 52,
Jakarta.
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara
berturut-turut yaitu Rp2.865, Rp3.105, dan Rp3.980. Sedangkan, untuk harga saham
SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp2.606,
Tabel 4.18
dengan nama PT Inter Astra Motor Works dan memulai kegiatan operasinya pada
tahun 1973. Kegiatan utama perusahaan meliputi penjualan dan penyewaan alat berat
(mesin konstruksi) dan pelayanan purna jual, penambangan batubara dan kontraktor
penambangan. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22,
Cakung, Jakarta.
sebesar 59,5%, dan sisanya 40,5% dimiliki oleh publik. Perusahaan pertama kali
Harga closing price akhir tahun saham PT United Tractors Tbk pada tahun 2014,
2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp17.350, Rp16.950, dan Rp21.250.
Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan 2016 secara
Tabel 4.19
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1933. Perusahaan bergerak
berbasis the dan jus buah. Kantor pusat perusahaan di Graha Unilever Jln. Jend.
Holding BV sebesar 84,99%, dan sisanya 15,01% dimiliki oleh publik. Perusahaan
pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 Januari
1982. Harga closing price akhir tahun saham PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun
2014, 2015, dan 2016 secara berturut-turut yaitu Rp32.300, Rp37.000, dan
Rp38.800. Sedangkan, untuk harga saham SMA 200 pada tahun 2014, 2015, dan
Tabel 4.20
Tabel 4. 21
Pada tahun 2013, rata-rata Current Ratio untuk semua perusahaan sebesar
216,11%. Perusahaan yang memiliki Current Ratio tertinggi pada tahun 2013 yaitu
PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) sebesar 614,81% dan yang terendah
yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sebesar 45%. Pada tahun 2014, rata-rata
Current Ratio untuk semua perusahaan sebesar 226,34%. Perusahaan yang memiliki
Current Ratio tertinggi pada tahun 2014 yaitu PT Media Nusantara Citra Tbk
(MNCN) sebesar 971,69% dan yang terendah yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk
(AALI) sebesar 58,47%. Sedangkan, pada tahun 2015, rata-rata Current Ratio untuk
tertinggi pada tahun 2015 yaitu PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) sebesar
743,11% dan yang terendah yaitu PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) sebesar
48,16%.
Tabel 4. 22
Pada tahun 2013, rata-rata Debt to Equity Ratio untuk semua perusahaan
sebesar 0,76. Perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio tertinggi pada tahun
2013 yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 2,14 dan yang terendah yaitu
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sebesar 0,16. Pada tahun 2014, rata-
rata Debt to Equity Ratio untuk semua perusahaan sebesar 0,81. Perusahaan yang
memiliki Debt to Equity Ratio tertinggi pada tahun 2014 yaitu PT Unilever Indonesia
Tbk (UNVR) sebesar 2,11 dan yang terendah yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk (INTP) sebesar 0,17. Sedangkan, pada tahun 2015, rata-rata Debt to Equity
Ratio untuk semua perusahaan sebesar 0,83. Perusahaan yang memiliki Debt to
Equity Ratio tertinggi pada tahun 2015 yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
sebesar 2,26 dan yang terendah yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
sebesar 0,16.
Tabel 4. 23
Pada tahun 2013, rata-rata Return on Equity untuk semua perusahaan sebesar
24,35%. Perusahaan yang memiliki Return on Equity tertinggi pada tahun 2013 yaitu
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 125,81% dan yang terendah yaitu PT
Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 7,18%. Pada tahun 2014, rata-rata Return on
Equity untuk semua perusahaan sebesar 23,13%. Perusahaan yang memiliki Return
on Equity tertinggi pada tahun 2014 yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
sebesar 124,78% dan yang terendah yaitu PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar
5,62%. Sedangkan, pada tahun 2015, rata-rata Return on Equity untuk semua
pada tahun 2015 yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 121,22% dan
Tabel 4. 24
Pada tahun 2013, rata-rata Earning per Share untuk semua perusahaan sebesar
Rp599,64. Perusahaan yang memiliki Earning per Share tertinggi pada tahun 2013
yaitu PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar Rp2.249,76 dan yang terendah yaitu
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar Rp37,8. Pada tahun 2014, rata-rata Earning
per Share untuk semua perusahaan sebesar Rp739,54. Perusahaan yang memiliki
Earning per Share tertinggi pada tahun 2014 yaitu PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
sebesar Rp2.790,19 dan yang terendah yaitu PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar
82
Rp44,05. Sedangkan, pada tahun 2015, rata-rata Earning per Share untuk semua
tertinggi pada tahun 2015 yaitu PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar Rp3.344,78
dan yang terendah yaitu PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar Rp42,76.
Tabel 4. 25
Pada tahun 2014, rata-rata harga saham untuk semua perusahaan sebesar
Rp12.835. Perusahaan yang memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2014 yaitu
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar Rp55.018 dan yang terendah yaitu PT
83
Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar Rp1.141. Pada tahun 2015, rata-rata harga
saham untuk semua perusahaan sebesar Rp11.135. Perusahaan yang memiliki harga
saham tertinggi pada tahun 2015 yaitu PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar
Rp47.500 dan yang terendah yaitu PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar Rp706.
Sedangkan, pada tahun 2016, rata-rata harga saham untuk semua perusahaan sebesar
Rp12.136. Perusahaan yang memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2016 yaitu
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar Rp66.463 dan yang terendah yaitu PT
sedangkan variabel independen (X) yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio
(DER), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS). Penelitian ini
dilakukan dengan mengambil data informasi keuangan pada laporan yang diterbitkan
oleh IDX untuk perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode tahun 2013-2015. Berikut ini adalah deskripsi data yang diperoleh
Tabel 5.1
Std.
Variabel Minimum Maximum Mean
Deviation
Harga Saham 706 66.463 12.035,03 13.906,942
Current Ratio (CR) 45 971,69 221,4542 164,27751
Debt to Equity Ratio (DER) 0,16 2,26 0,7990 0,51952
Return on Equity (ROE) 4,5 125,81 22,1155 24,37493
Earning per Share (EPS) 37,80 3344,78 639,6577 694,48709
Sumber : Lampiran (data diolah, 2017)
sebesar Rp66.463 dan nilai terendahnya (min) yaitu Rp706 dengan rata-rata harga
84
85
terendah yaitu PT Adaro Energy Tbk (ADRO) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut
sebesar 971,69% dan nilai terendahnya (min) yaitu 45% dengan rata-rata Current
Perusahaan yang memiliki Current Ratio tertinggi pada tahun 2013 yaitu PT
Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) sebesar 614,81%, tahun 2014 dan 2015
yaitu PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) sebesar 971,69% dan 743,11%.
Perusahaan yang memiliki Current Ratio terendah pada tahun 2013 dan 2014 yaitu
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sebesar 45% dan 58,47%, dan tahun 2015 yaitu
(max) sebesar 2,26 dan nilai terendahnya (min) yaitu 0,16 dengan rata-rata Debt to
Equity Ratio sebesar 0,7990 dan standar deviasinya yaitu sebesar 0,51952.
sebesar 2,14, 2,11, dan 2,26. Perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio
terendah yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) selama 3 (tiga) tahun
(max) sebesar 125,81% dan nilai terendahnya (min) yaitu 4,5% dengan rata-rata
Return on Equity sebesar 22,1155% dan standar deviasinya yaitu sebesar 24,37493.
Equity terendah yaitu PT Adaro Energy Tbk (ADRO) selama 3 (tiga) tahun berturut-
(max) sebesar Rp3.344,79 dan nilai terendahnya (min) yaitu Rp37,80 dengan rata-
rata Earning per Share sebesar Rp639,6577 dan standar deviasinya yaitu sebesar
694,48709.
Garam Tbk (GGRM) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut periode 2013-2015 sebesar
Share terendah yaitu PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) selama 3 (tiga) tahun berturut-
variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak” (Imam
Ghozali, 2016:154). Normal atau tidaknya suatu data dapat diketahui dengan
signifikansi 5%, jadi distribusi data penelitian dinyatakan normal apabila memiliki
nilai probabilitas (sig) > 0,05. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan
Tabel 5.2
Kolmogorov-
Variabel Signifikansi Keterangan
Smirnov Z
Unstandardized Berdistribusi
0,711 0,692
Residual Normal
Sumber : Lampiran (data diolah, 2017)
Z sebesar 0,711 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,692. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai signifikansi pada unstandardized residual lebih besar dari 0,05 (0,692 >
0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
berdistribusi normal
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen” (Imam Ghozali,
dapat dilihat nilai Variable Inflation Factor (VIF) dan Tolerance, suatu variabel
tidak terkena Multikolonieritas apabila nilai VIF tidak lebih dari 10, dan nilai
Tolerance adalah lebih dari 0,1. Hasil output SPSS untuk Uji Multikolonieritas,
yaitu:
88
Tabel 5.3
Variance Inflation
Variabel Tolerance Keterangan
Factor (VIF)
CR (X1) Tidak terjadi
0,696 1,438
Multikolonieritas
DER (X2) Tidak terjadi
0,501 1,998
Multikolonieritas
ROE (X3) Tidak terjadi
0,691 1,446
Multikolonieritas
EPS (X4) Tidak terjadi
0,892 1,121
Multikolonieritas
Sumber : Lampiran (data diolah, 2017)
gejala Multikolonieritas. Karena semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai
Tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10.
lain” (Imam Ghozali, 2016:134). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
persamaan regresi dapat menggunakan Uji Glejser yang dilakukan dengan cara
meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai
signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka
tidak terjadi masalah Heteroskedastisitas. Adapun hasil output Uji Glejser adalah
sebagai berikut:
89
Tabel 5.4
variabel independen adalah lebih besar dari 0,05, hal ini berarti bahwa model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas Autokorelasi (Imam Ghozali, 2016:107). Untuk
mengetahui ada atau tidaknya Autokorelasi dalam persamaan regresi digunakan Uji
Durbin-Watson.
1) Bila DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4 – du), maka
2) Bila DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka
3) Bila DW lebih besar daripada (4 – dl), maka koefisien Autokorelasi lebih kecil
4) Bila DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak
Adapun nilai Durbin – Watson pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.5
dL dU DW 4 - dU Keterangan
1,4443 1,7274 2,027 2,2726 Tidak terjadi Autokorelasi
Sumber : Lampiran (data diolah, 2017)
nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 60 (n), dan jumlah variabel independen 4 (k=4).
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai Durbin Watson dalam model regresi
sebesar 2,027 terletak antara batas atas atau upper bound (dU) dan (4 – dU) yaitu
1,7274 < 2,027 < 2,2726, maka koefisien Autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak
ada Autokorelasi.
Setelah terpenuhinya uji asumsi klasik yang telah dipaparkan di atas, maka
Analisis Regresi Linier Berganda layak dipergunakan dalam model penelitian karena
persyaratan statistik terpenuhi. Tujuan dari Analisis Regresi Linier Berganda yaitu
untuk mengetahui pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel
dependen. Berdasarkan data hasil penelitian dan output program SPSS (Statistical
91
Product and Service Solutions) 23, maka selanjutnya akan dirangkum dalam tabel
berikut:
Tabel 5.6
Koefisien
Variabel thitung Sig Keterangan
Regresi
Konstanta 7,725
CR (X1) 0,00049 -0,937 0,353 Tidak
Signifikan
DER (X2) 0,244 1,244 0,219 Tidak
Signifikan
ROE (X3) 0,011 3,189 0,002 Signifikan
EPS (X4) 0,001 11,113 0,000 Signifikan
ttabel = 2,004 Fhitung = 42,385
R = 0,869 Sig F = 0,000
R Square = 0,755 Ftabel = 2,540
Adjusted R Square = 0,737
Sumber : Lampiran (data diolah, 2017)
akan diuraikan model summary statistic, yang antara lain adalah sebagai berikut:
a. Nilai R dengan nilai sebesar 0,869 atau 86,9% adalah koefisien korelasi yang
menunjukkan tingkat hubungan antara variabel CR (X1), DER (X2), ROE (X3),
dan EPS (X4) dengan variabel Harga Saham (Y). Nilai korelasi tersebut
menunjukkan tingkat hubungan yang sangat kuat karena berada di antara 0,800
Tabel 5.7
b. Nilai R Square dengan nilai 0,755 adalah R kuadrat, yang menunjukkan bahwa
penelitian ini.
c. Nilai Adjusted R Square model regresi ini adalah sebesar 0,737 yang
sebagai berikut :
a. Nilai konstanta sebesar 7,725 menunjukkan bahwa apabila variabel X1, X2, X3,
dan X4 memiliki nilai 0, dengan kata lain tidak adanya CR, DER, ROE, dan
b. Peningkatan terhadap variabel Current Ratio (X1) sebesar 1 satuan, maka akan
dependen secara parsial. Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang dalam hal ini Current
Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, dan Earning per Share secara parsial
terhadap variabel dependen yang dalam hal ini harga saham (Y) adalah dengan
menggunakan uji t pada Level of Confidence sebesar 95% atau α = 5%. Langkah ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari variabel CR (X1), DER (X2),
ROE (X3), dan EPS (X4) secara parsial berpengaruh terhadap harga saham (Y).
Bila nilai t memiliki probabilitas masing-masing faktor tersebut lebih kecil dari
tingkat alpha (α) = 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen tersebut
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Adapun nilai t tabel berdasarkan
(df) = (n-1-k) = (60-1-4) = 55 adalah sebesar 2,004 (Lampiran pada tabel distribusi
t).
Tabel 5.8
Hasil Uji t
Uraian tersebut di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengaruh yang diberikan
berikut:
1. Hasil uji t antara CR (X1) terhadap harga saham (Y) di mana CR (X1) memiliki
nilai thitung sebesar -0,937 dan tingkat signifikansinya sebesar 0,353. Hal
harga saham (Y). Pembuktian dari pernyataan tersebut adalah berdasarkan nilai
thitung yang lebih kecil dari nilai ttabel (-0,937 < 2,004) dan besarnya nilai
signifikan yang lebih besar dari taraf signifikan (0,353 > 0,05), sehingga H1
ditolak.
2. Hasil uji t antara DER (X2) terhadap harga saham (Y) di mana DER (X2)
memiliki nilai thitung sebesar 1,244 dan tingkat signifikansinya sebesar 0,219.
berdasarkan nilai thitung yang lebih kecil dari nilai ttabel (1,244 < 2,004) dan
besarnya nilai signifikan yang lebih besar dari taraf signifikan (0,219 > 0,05),
sehingga H2 ditolak.
3. Hasil uji t antara ROE (X3) terhadap harga saham (Y) di mana ROE (X3)
memiliki nilai thitung sebesar 3,189 dan tingkat signifikansinya sebesar 0,002.
harga saham (Y). Pembuktian dari pernyataan tersebut adalah berdasarkan nilai
thitung yang lebih besar dari nilai ttabel (3,189 > 2,004) dan besarnya nilai
signifikan yang lebih kecil dari taraf signifikan (0,002 < 0,05), sehingga H3
diterima.
95
4. Hasil uji t antara EPS (X4) terhadap harga saham (Y) di mana EPS (X4)
memiliki nilai thitung sebesar 11,113 dan tingkat signifikansinya sebesar 0,000.
harga saham (Y). Pembuktian dari pernyataan tersebut adalah berdasarkan nilai
thitung yang lebih besar dari nilai ttabel (11,113 > 2,004) dan besarnya nilai
signifikan yang lebih kecil dari taraf signifikan (0,000 < 0,05), sehingga H4
diterima.
Hasil pengujian Analisis Regresi Linier Berganda yang dapat dilihat pada tabel
5.6 menyatakan bahwa nilai koefisien regresi variabel CR dengan arah positif
sebesar 0,00049 dengan nilai thitung yang lebih kecil dari nilai ttabel (-0,937 < 2,004)
dan besarnya nilai signifikan yang lebih besar dari taraf signifikan (0,353 > 0,05).
ditolak.
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa
banyak aset lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang
segera jatuh tempo. Perusahaan yang memiliki CR tinggi di atas rata-rata cenderung
memiliki harga saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki CR di bawah rata-rata, karena pandangan para investor akan semakin baik
dikarenakan makin besar pula aset lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban
96
jangka pendek perusahaan yang segera jatuh tempo, dan akan meningkatkan
permintaan dan harga saham perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa CR
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini berarti baik perusahaan
yang memiliki CR yang tinggi di atas rata-rata atau rendah di bawah rata-rata tidak
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif (tabel 5.1) dapat diketahui bahwa
tinggi, di atas rata-rata perusahaan sampel namun memiliki harga saham yang
rendah, seperti PT Charoen Phokphand Tbk (CPIN) tahun 2013-2014 yang memiliki
tahun 2014-2015 secara berturut-turut sebesar Rp3.976 dan Rp2.766. Lalu PT Kalbe
Farma Tbk (KLBF) tahun 2013-2015 yang memiliki CR secara berturut-turut sebesar
283,93%, 340,36%, dan 369,78%, namun harga sahamnya tahun 2014-2016 secara
Citra Tbk (MNCN) tahun 2013-2015 yang memiliki CR secara berturut-turut sebesar
424,02%, 971,69%, dan 743,11% namun harga sahamnya tahun 2014-2016 secara
harga saham yang tinggi, seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tahun 2013-
2015 yang memiliki CR secara berturut-turut sebesar 45%, 58,47%, dan 79,9%,
Rp19.911, dan Rp15.582. Lalu PT Gudang Garam Tbk (GGRM) tahun 2013-2015
Rp47.500, dan Rp66.463. Lalu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tahun 2013-
2015 yang memiliki CR secara berturut-turut sebesar 69,64%, 71,49%, dan 65,4%
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Medial
terhadap harga saham. Pada dasarnya perusahaan yang memiliki CR yang tinggi
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Namun di sisi lain, perusahaan yang
banyak kas yang menganggur (Kasmir, 2012:134), atau mungkin memiliki banyak
piutang yang belum tertagih sehingga perputaran piutang menjadi lambat, atau bisa
juga banyak persediaan yang tidak terjual dan menumpuk sehingga perputaran
misalnya kas yang menganggur tersebut dapat digunakan untuk berinvestasi, piutang
yang belum tertagih tersebut dapat segera ditagih dan persediaan yang menumpuk
tersebut dapat segera terjual agar uang kasnya dapat digunakan untuk berinvestasi.
keuntungan yang ada tersebut dan mengakibatkan turunnya permintaan serta harga
saham perusahaan.
98
manufaktur di dalam aset lancarnya memiliki lebih banyak persediaan dan piutang
daripada perusahaan jasa. Perbedaan jenis usaha pada sampel penelitian tidak
tidak berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan harga saham pada hasil
penelitian ini bukan dikarenakan perbedaan jenis usaha pada perusahaan sampel.
Hasil pengujian Analisis Regresi Linier Berganda yang dapat dilihat pada tabel
5.6 menyatakan bahwa nilai koefisien regresi variabel DER dengan arah positif
sebesar 0,244 dengan nilai thitung yang lebih kecil dari nilai ttabel (1,244 < 2,004) dan
besarnya nilai signifikan yang lebih besar dari taraf signifikan (0,219 > 0,05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa DER (X2) tidak
ditolak.
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas
suatu perusahaan yang dihitung dengan cara membandingkan antara seluruh utang,
dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap Rupiah modal
99
sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Perusahaan yang memiliki DER yang
rendah cenderung memiliki harga saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki DER yang tinggi, karena pandangan para investor akan
semakin baik terkait lebih banyak modal sendiri yang dimiliki suatu perusahaan
daripada utangnya dan semakin kecil pula resiko yang ditanggung investor atas
dan harga saham perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa DER tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini berarti baik perusahaan yang
memiliki DER yang rendah atau tinggi tidak mempengaruhi tinggi atau rendahnya
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif (tabel 5.1) dapat diketahui bahwa
rata-rata DER perusahaan sampel adalah 0,7990 dan rata-rata harga saham
rendah, di bawah rata-rata perusahaan sampel namun memiliki harga saham yang
rendah, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tahun 2013-2015 yang memiliki DER
secara berturut-turut sebesar 0,33, 0,27, dan 0,25, namun harga sahamnya tahun
London Sumatera Tbk (LSIP) tahun 2013-2015 yang memiliki DER secara berturut-
turut sebesar 0,21, 0,20, dan 0,21, namun harga sahamnya tahun 2014-2016 secara
Citra Tbk (MNCN) tahun 2013-2015 yang memiliki DER secara berturut-turut
sebesar 0,24, 0,45, dan 0,51, namun harga sahamnya tahun 2014-2016 secara
memiliki DER yang tinggi, di atas rata-rata perusahaan sampel namun memiliki
100
harga saham yang tinggi, seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tahun 2013-
2015 yang memiliki DER secara berturut-turut sebesar 2,14, 2,11, dan 2,26, namun
dan Rp43.654.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Valintino
dan Sularto (2013) yang menyatakan bahwa DER tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham. Pada dasarnya perusahaan yang memiliki DER
yang rendah berarti perusahaan tersebut dalam struktur permodalannya lebih banyak
berasal dari modal sendiri daripada yang berasal dari utang (Kasmir, 2012:157).
Namun di sisi lain, perusahaan yang memiliki DER yang rendah di bawah rata-rata
berarti perusahaan tersebut kurang memaksimalkan sumber modal yang berasal dari
memanfaatkan semaksimal mungkin modal yang berasal dari luar tersebut, seperti
untuk membeli peralatan dan mesin baru untuk menambah kapasitas produksinya.
Oleh karena itulah, DER perusahaan yang rendah di bawah rata-rata memungkinkan
perusahaan kurang mampu memaksimalkan potensi keuntungan yang ada dari modal
yang berasal dari luar perusahaan tersebut dan mengakibatkan turunnya permintaan
Hasil pengujian Analisis Regresi Linier Berganda yang dapat dilihat pada tabel
5.6 menyatakan bahwa nilai koefisien regresi variabel ROE dengan arah positif
sebesar 0,011 dengan nilai thitung yang lebih besar dari nilai ttabel (3,189 > 2,004) dan
101
besarnya nilai signifikan yang lebih kecil dari taraf signifikan (0,002 < 0,05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ROE (X3) berpengaruh
dalam menghasilkan laba atas keseluruhan modal yang dimilikinya, yang dihitung
berdasarkan pembagian antara laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas.
Perusahaan yang memiliki ROE yang tinggi cenderung memiliki harga saham yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ROE yang rendah,
karena pandangan para investor akan semakin baik terhadap pengelolaan ekuitas
dan harga saham perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ROE
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini berarti tinggi atau rendahnya
angka ROE suatu perusahaan akan mempengaruhi tinggi atau rendahnya harga
Arah koefisien regresi yang positif pada variabel ROE menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang searah antara ROE dengan harga saham, di mana semakin
tinggi ROE suatu perusahaan maka harga saham perusahaan tersebut akan semakin
tinggi pula, begitu pula sebaliknya, semakin rendah ROE suatu perusahaan maka
harga saham perusahaan tersebut akan semakin rendah pula. Hal ini dapat
dibuktikan, di mana berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif (tabel 5.1) dapat
diketahui bahwa rata-rata ROE perusahaan sampel adalah 22,1155% dan rata-rata
ROE yang tinggi, di atas rata-rata perusahaan sampel memiliki harga saham yang
tinggi, seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) tahun 2013 yang memiliki
102
ROE sebesar 23,91% harga sahamnya tahun 2014 sebesar Rp24.422, PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tahun 2013 yang memiliki ROE sebesar 24,56%
harga sahamnya tahun 2014 sebesar Rp15.816, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
tahun 2014 yang memiliki ROE sebesar 22,16% harga sahamnya tahun 2015 sebesar
Rp19.911, dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tahun 2013-2015 yang memiliki
ROE secara berturut-turut sebesar 125,81%, 124,78%, dan 121,22%, harga sahamnya
perusahaan sampel memiliki harga saham yang rendah, seperti PT Adaro Energy
Tbk (ADRO) tahun 2013-2015 yang memiliki ROE secara berturut-turut sebesar
7,18%, 5,62%, dan 4,5%, harga sahamnya tahun 2014-2016 secara berturut-turut
sebesar Rp1.141, Rp706, dan Rp1.116. Lalu, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
tahun 2013-2015 yang memiliki ROE secara berturut-turut sebesar 11,48%, 13,26%,
Rp4.742, Rp5.725 dan Rp6.521. Lalu, PT PP London Sumatera Tbk (LSIP) tahun
2013-2015 yang memiliki ROE secara berturut-turut sebesar 11,62%, 12,7%, dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subarjo
(2012), Valintino dan Sularto (2013), Medial (2014), Sondakh, Tommy, dan
signifikan terhadap harga saham. Pada dasarnya perusahaan yang memiliki ROE
yang tinggi berarti perusahaan tersebut mampu mengelola ekuitasnya dengan baik
2012:204). Hal tersebut merupakan sinyal positif kepada para investor dan
pandangan para investor terkait pengelolaan ekuitas perusahaan tersebut akan baik
pula dan nantinya akan diikuti dengan kenaikan permintaan saham dan kenaikan
Hasil pengujian Analisis Regresi Linier Berganda yang dapat dilihat pada tabel
5.6 menyatakan bahwa nilai koefisien regresi variabel EPS dengan arah positif
sebesar 0,001 dengan nilai thitung yang lebih besar dari nilai ttabel (11,113 > 2,004) dan
besarnya nilai signifikan yang lebih kecil dari taraf signifikan (0,000 < 0,05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa EPS (X4) berpengaruh
Earning per Share (EPS) atau laba per saham digunakan untuk mengukur
besarnya keuntungan yang diperoleh setiap lembar saham yang siap dibagikan bagi
antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar.
Perusahaan yang memiliki EPS yang tinggi cenderung memiliki harga saham yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki EPS yang rendah,
dengan semakin tingginya angka EPS suatu perusahaan, maka pandangan para
investor akan semakin baik dikarenakan nilai EPS menunjukkan berapa besar
nantinya laba per lembar saham yang akan mereka dapatkan dari perusahaan tersebut
dan akan meningkatkan permintaan dan harga saham perusahaan. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini berarti
tinggi atau rendahnya angka EPS suatu perusahaan akan mempengaruhi tinggi atau
Arah koefisien regresi yang positif pada variabel EPS menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang searah antara EPS dengan harga saham, di mana semakin
tinggi EPS suatu perusahaan maka harga saham perusahaan tersebut akan semakin
tinggi pula, begitu pula sebaliknya, semakin rendah EPS suatu perusahaan maka
harga saham perusahaan tersebut akan semakin rendah pula. Hal ini dapat
dibuktikan, di mana berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif (tabel 5.1) dapat
diketahui bahwa rata-rata EPS perusahaan sampel adalah Rp639,6577 dan rata-rata
EPS yang tinggi, di atas rata-rata perusahaan sampel memiliki harga saham yang
tinggi, seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tahun 2013-2014 yang memiliki
EPS secara berturut-turut sebesar Rp1.143,93 dan Rp1.590,4, harga sahamnya tahun
Garam Tbk (GGRM) tahun 2013-2015 yang memiliki EPS secara berturut-turut
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) tahun 2013-2015 yang memiliki EPS
Rp17.387. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki EPS yang rendah, di bawah rata-
rata perusahaan sampel memiliki harga saham yang rendah, seperti PT Adaro
Energy Tbk (ADRO) tahun 2013-2015 yang memiliki EPS secara berturut-turut
sebesar Rp88,7, Rp69,17, dan Rp65,74, harga sahamnya tahun 2014-2016 secara
Tbk (CPIN) tahun 2013-2015 yang memiliki EPS secara berturut-turut sebesar
105
Indonesia Tbk (TLKM) tahun 2013-2015 yang memiliki EPS secara berturut-turut
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanum
(2012), Valintino dan Sularto (2013), dan Sufianto (2016) yang menyatakan bahwa
EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Pada dasarnya
perusahaan yang memiliki EPS yang tinggi berarti perusahaan tersebut mampu
saham untuk setiap lembar saham biasa yang mereka miliki (Kasmir, 2012:207).
Investor pastinya menginginkan return yang tinggi dari kegiatan investasinya. Oleh
karena itu, semakin tinggi EPS suatu perusahaan maka pandangan para investor akan
semakin baik pula dan nantinya akan diikuti dengan kenaikan permintaan saham dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Equity dan Earning per Share
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan Current Ratio dan Debt to
Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada
Implikasi dari hasil penelitian ini mencakup pada 2 (dua) hal yaitu implikasi teoritis
Earning per Share terhadap harga saham melalui pengujian yang dilakukan secara
empiris teori sinyal (signaling theory) di pasar modal Indonesia. Penelitian ini
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk
(bad news). Jika pengumuman informasi tersebut dianggap sebagai sinyal baik bagi
investor, maka investor akan tertarik untuk melakukan perdagangan saham dan akan
laporan tahunan perusahaan seperti Return on Equity dan Earning per Share. Apabila
rasio keuangan tersebut dianggap sebagai sinyal baik bagi investor, maka investor
akan tertarik terhadap saham perusahaan dan akan meningkatkan permintaan saham
disertai dengan kenaikan harga saham perusahaan. Setiap kenaikan dari Return on
modalnya dan setiap kenaikan dari Earning per Share perusahaan berarti semakin
meningkat pula laba bersih yang akan diterima para pemegang saham perusahaan,
referensi, dan bahan pertimbangan bagi perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ
mereka seperti ROE dan EPS, apakah rasio perusahaan tersebut dianggap sebagai
sinyal yang baik atau buruk di mata para investor, yang pastinya memiliki pengaruh
terhadap tingkat permintaan dan penawaran saham perusahaan maupun tinggi rendah
harga sahamnya. Selain itu perusahaan tetap harus memperhatikan rasio keuangan
lainnya selain ROE dan EPS, seperti CR dan DER meskipun dalam penelitian ini
saham perusahaan indeks LQ 45, tetapi untuk perusahaan lain mungkin rasio tersebut
Bagi investor dan calon investor, penelitian ini dapat memberikan informasi
Efek Indonesia yang dalam hal ini yaitu Return on Equity (ROE) dan Earning per
Share (EPS) yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Investor
maupun menjual investasi yang ada tersebut. Dengan melihat rasio keuangan
108
perusahaan seperti ROE dan EPS, investor dapat meramalkan bagaimana nantinya
Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, dan Earning per Share yang
pengaruh terhadap harga saham, seperti Price Earning Ratio, Return on Asset,
dan Dividend per Share yang juga dapat mempengaruhi keputusan investasi
investor.
2. Periode waktu penelitian hanya 3 (tiga) tahun dan terbatas untuk perusahaan
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
1. CR (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y). Hal ini
yang ada dari kas menganggur tersebut dan mengakibatkan turunnya permintaan
2. DER (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y). Hal ini
luar tersebut, seperti untuk membeli peralatan dan mesin baru untuk menambah
109
110
potensi keuntungan yang ada dari modal yang berasal dari luar perusahaan
3. ROE (X3) berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y). Arah koefisien
regresi yang positif pada variabel ROE menunjukkan bahwa adanya hubungan
yang searah antara ROE dengan harga saham, di mana semakin tinggi ROE
suatu perusahaan maka harga saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi
pula, begitu pula sebaliknya, semakin rendah ROE suatu perusahaan maka harga
maksimal. Hal tersebut merupakan sinyal positif kepada para investor dan
baik pula dan nantinya akan diikuti dengan kenaikan permintaan saham dan
4. EPS (X4) berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y). Arah koefisien
regresi yang positif pada variabel EPS menunjukkan bahwa adanya hubungan
yang searah antara EPS dengan harga saham, di mana semakin tinggi EPS suatu
perusahaan maka harga saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi pula,
begitu pula sebaliknya, semakin rendah EPS suatu perusahaan maka harga
tingkat pengembalian (return) yang tinggi kepada para pemegang saham untuk
111
setiap lembar saham biasa yang mereka miliki. Investor pastinya menginginkan
return yang tinggi dari kegiatan investasinya. Oleh karena itu, semakin tinggi
EPS suatu perusahaan maka pandangan para investor akan semakin baik pula
dan nantinya akan diikuti dengan kenaikan permintaan saham dan kenaikan
5. Nilai Adjusted R Square pada model ini adalah sebesar 0,737 atau 73,7% yang
berarti variasi atau naik turunnya variabel dependen yaitu harga saham
dipengaruhi oleh variabel independen yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio,
Return on Equity, dan Earning per Share sebesar 73,7%. Sedangkan sisanya
26,3%, dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
6.2 Saran
1. Bagi Investor
penelitian ini yaitu ROE dan EPS, sehingga para investor dapat lebih memperhatikan
pengambilan keputusan investasinya. Investor disarankan untuk lebih jeli dan cermat
2. Bagi Perusahaan
selalu mendapatkan pandangan yang baik oleh para investor dan membuat investor
tidak digunakan dalam penelitian ini dan juga menambah periode penelitiannya.
Karena dari hasil nilai Adjusted R Square pada model ini yaitu sebesar 0,737 atau
73,7%. Hal ini berarti bahwa variabel independen yaitu Current Ratio, Debt to
Equity Ratio, Return on Equity, dan Earning per Share secara bersama-sama mampu
mempengaruhi variasi atau naik turunnya perubahan variabel dependen yaitu harga
saham sebesar 73,7%, sedangkan sisanya 26,3%, dipengaruhi oleh variabel lain yang