Olahraga Untuk Penderita Diabetes
Olahraga Untuk Penderita Diabetes
Olahraga adalah kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang agar tetap sehat. Bagi
penderita diabetes melitus, baik yang terkontrol maupun belum terkontrol, manfaat yang
didapat dari berolah raga bahkan lebih banyak lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa olah
raga atau aktivitas fisik dapat:
Aerobik
Contoh latihan aerobik yang dapat dilakukan adalah berjalan cepat, berdansa atau
mengikuti kelas aerobik. Jika Anda memiliki masalah pada saraf kaki atau sendi lutut,
sebaiknya Anda mengurangi beban pada kaki dengan memilih berenang, bersepeda atau
mendayung.
Latihan beban dapat dilakukan dengan sit up, push up, mengangkat barbel di rumah atau
menggunakan alat-alat latihan di pusat kebugaran.
Peregangan (stretching)
Aktivitas lain?
Selain berolah raga, aktivitas fisik dapat juga dilakukan sambil melakukan kegiatan sehari-
hari secara ekstra, misalnya:
Olahraga harus dilakukan secara RUTIN agar kondisi tubuh Anda menjadi STABIL.
Terutama bagi penderita DM, aerobik merupakan jenis olahraga yang sangat baik.
Read more: http://diabetesmelitus.org/olahraga-untuk-penderita-diabetes/#ixzz2gLM5yUZS
Hipoglikemia saat olah raga
Olahraga, tidak diragukan lagi, membawa efek positif bagi kesehatan penderita diabetes
melitus. Olah raga merupakan salah satu cara yang dianjurkan untuk mengontrol kadar gula
darah dan mencegah komplikasi DM jangka panjang seperti kerusakan saraf dan penyakit
jantung. Namun, Anda harus tetap berhati-hati akan risiko terjadinya penurunan gula darah
terlalu rendah, atau yang sering disebut sebagai hipoglikemi. Sangat penting bagi Anda dan
orang yang mendampingi Anda berolah raga untuk mengetahui gejala-gejala dan penanganan
awal jika Anda mengalami hipoglikemia.
Saat berolah raga, tubuh kita membutuhkan energi lebih banyak. Energi tersebut berasal dari
metabolisme tubuh yang mengolah glukosa dalam darah. Lama kelamaan, kadar glukosa
menurun karena sudah berubah menjadi energi. Ini sebabnya, olah raga baik untuk membantu
menjaga kadar gula darah pasien DM. Namun, jika glukosa yang terpakai terlalu banyak,
maka kadar gula darah akan turun menjadi terlalu rendah sehingga terjadi
hipoglikemia.
Berkonsultasilah dengan dokter Anda untuk menyesuaikan jenis olah raga yang Anda
lakukan dengan dosis obat atau insulin serta pola diet Anda.
Periksalah kadar gula darah Anda sebelum Anda berolah raga.
Makanlah makanan kecil sebelum memulai olah raga, jika kadar gula darah Anda
dalam batas normal.
Kenalilah gejala hipoglikemia, dan segeralah menghentikan olah raga Anda jika Anda
merasakannya. Segera periksa lagi kadar gula darah Anda, lalu lakukan penanganan
sesuai hasilnya.
Bawalah selalu makanan kecil atau permen yang dapat langsung Anda konsumsi saat
hipoglikemia terjadi (untuk menambah kadar gula darah).
Jika Anda berolah raga lebih dari satu jam, periksalah kadar gula darah secara
berinterval. Anda mungkin perlu memakan makanan kecil di tengah olah raga Anda.
Periksa kadar gula darah setelah Anda berolah raga.
Aktivitas fisik untuk pengendalian dan pencegahan diabetes melitus yang direkomendasikan
adalah sesi 30 menit minimal 3-4x seminggu (atau idealnya setiap hari) bagi orang dewasa
dan 60 menit bagi anak-anak dan remaja.
Aktivitas dapat dibagi menjadi beberapa sesi, setiap sesi 10-15 menit. Kegiatan yang
direkomendasikan adalah kegiatan yang meningkatkan pernapasan dan denyut jantung
dan menyebabkan sedikit berkeringat, misalnya berjalan, berkebun, berenang, atau
membersihkan rumah. Lakukan peningkatan intensitas dan lama latihan secara bertahap.
Sebagai alternatif, Anda juga dapat memilih sesi olah raga 3 kali seminggu masing-masing
selama 20 menit dengan kegiatan yang lebih berat, misalnya jogging, berlari, kelas aerobik,
dan sebagainya. Jangan lupa untuk tetap melakukan pemasanan dan pendinginan untuk
mencegah cedera otot.
PERINGATAN
Jangan lakukan aktivitas fisik terlalu berat atau terlalu lama. Jika Anda melakukannya, tubuh
akan menghasilkan hormon adrenalin dan hormon-hormon lain yang akan melawan fungsi
insulin. Dengan begitu, gula darah Anda akan semakin meningkat.
1. Aliran darah yang buruk. Hal ini terjadi karena kerusakan pembuluh darah yang
disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama. Aliran darah yang
terganggu menyebabkan kaki tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga kulit
kaki menjadi lemah, mudah luka dan sukar sembuh jika terjadi luka.
2. Kerusakan saraf. Hal ini juga terjadi karena kadar gula darah yang tinggi dalam
waktu lama. Kerusakan saraf menyebabkan kepekaan seorang pasien DM terhadap
rasa nyeri menjadi berkurang, sehingga pasien tidak sadar saat kakinya terluka.
Untuk mencegah terjadinya masalah kaki pada pasien DM, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mengendalikan kadar gula darah seoptimal mungkin dan berhenti
merokok. Selain itu, pasien DM juga harus membiasakan diri merawat kakinya.
Perawatan harian yang dapat dilakukan adalah mencuci kaki dengan sabun dan air hangat.
Setelah itu, kaki harus dikeringkan dengan benar sampai ke sela-sela jari agar tidak terinfeksi
jamur. Oleskan pelembab untuk mencegah kulit kering, tetapi jangan oleskan pelembab pada
sela-sela jari. Jangan merendam kaki Anda, karena akan membuat kulit rusak, sehingga
mudah terkena infeksi.
Guntinglah kuku kaki Anda setiap bulan dengan arah lurus, kikir ujung-ujung kuku yang
tajam dengan pengikir kuku dan jangan menggunting kutikula kuku Anda.
Pasian DM harus selalu menggunakan alas kaki yang nyaman dipakai, baik di dalam
maupun di luar rumah. Alas kaki tidak boleh kebesaran maupun kekecilan karena dapat
menyebabkan kaki lecet. Periksalah bagian dalam sepatu sebelum menggunakannya untuk
memastikan tidak ada benda tajam yang dapat melukai kaki.
Untuk menjaga aliran darah ke kaki tetap baik, angkat kaki Anda saat duduk, lalu gerakkan
jari-jari kaki dan pergelangan kaki ke atas dan ke bawah selama 5 menit sebanyak 2 -3 kali
sehari. Jangan melipat kaki Anda dalam waktu lama!
Selain merawat kaki sendiri di rumah, pasien diabetes juga perlu memeriksakan kakinya ke
dokter sambil memeriksakan kadar gula darahnya. Dokter akan memeriksa denyut nadi kaki
Anda, sensibilitas, dan kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada kaki Anda.
Seperti dijelaskan pada artikel tentang indeks glikemik, peningkatan kadar gula darah
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: JUMLAH dan JENIS karbohidrat yang dikonsumsi.
Semakin banyak JUMLAH karbohidrat yang dikonsumsi (dengan kata lain: semakin banyak
Anda mengkonsumsi suatu jenis makanan), maka kadar glukosa darah akan semakin
meningkat.
Sedangkan JENIS karbohidrat suatu makanan dapat diketahui berdasarkan indeks glikemik
makanan tersebut. Makanan dengan indeks glikemik yang tinggi akan meningkatkan gula
darah secara cepat. Jadi, bagi penderita diabetes disarankan untuk memilih makanan dengan
indeks glikemik yang rendah.
Di bawah ini adalah tabel indeks glikemik yang dapat Anda gunakan untuk mengatur pola
makan diet. Selain indeks glikemik, ditampilkan juga takaran saji dan beban glikemik yang
dihasilkan jika suatu makanan dikonsumsi sebesar takaran sajinya:
Dalam memilih makanan untuk dikonsumsi, penderita diabetes harus memperhatikan jenis
karbohidrat yang terkandung dalam makanan tersebut. Ada jenis karbohidrat yang cepat
diserap tubuh (sehingga kadar gula darah melonjak dan cepat terasa lapar lagi), ada juga
karbohidrat yang lambat diserap (sehingga kadar glukosa darah lebih stabil dan terasa
kenyang lebih lama).
Indeks glikemik adalah ukuran seberapa besar efek suatu makanan yang mengandung
karbohidrat dalam meningkatkan kadar gula darah setelah dimakan, dibandingkan dengan
glukosa atau roti putih. Makanan dengan indeks glikemik tinggi adalah makanan yang
cepat dicerna dan diserap sehingga kadar gula darah akan meningkat dengan cepat
secara signifikan. Makanan dengan indeks glikemik yang rendah mengalami pencernaan dan
penyerapan yang lebih lambat sehingga peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah
akan terjadi secara perlahan-lahan. Makanan dengan indeks glikemik rendah telah terbukti
memperbaiki kadar glukosa dan lemak pada pasien-pasien diabetes melitus dan memperbaiki
resistensi insulin. Selain itu, makanan dengan indeks glikemik rendah juga membantu
mengontrol nafsu makan, memperlambat munculnya rasa lapar sehingga dapat membantu
mengontrol berat badan pasien.
Indeks glikemik menunjukkan jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan, bukan
jumlah karbohidrat. Peningkatan kadar gula darah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
JUMLAH dan JENIS karbohidrat yang dikonsumsi. Pada sebagian besar orang, kadar
glukosa darah lebih dipengaruhi oleh jumlah karbohidrat yang dikonsumsi. Namun, jenis
karbohidrat juga berpengaruh terhadap gula darah. Jadi, strategi yang optimal adalah
mengontrol kedua aspek tersebut, yaitu jumlah dan jenis karbohidrat yang dikonsumsi.
Efek dari indeks glikemik suatu makanan akan berubah jika dikonsumsi bersamaan dengan
makanan lain. Maka, jika seseorang mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi
sebaiknya dikombinasikan dengan makanan dengan indeks glikemik rendah, sehingga
menyeimbangkan efek terhadap kadar glukosa darah.
Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus tipe 2 adalah menurunkan kadar glukosa darah
menjadi normal atau mendekati normal, sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada
pasien tersebut. Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah gaya hidup
yakni melakukan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik sehingga tercapai berat
badan ideal. Jika dalam 2-4 minggu kadar glukosa darah tetap tidak mencapai target, maka
harus diberikan satu macam obat hipoglikemik oral (OHO) untuk membantu menurunkan
kadar glukosa darah. Jika kadar glukosa darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat
ditambahkan satu macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan insulin.
Diabetes melitus memang tidak dapat disembuhkan, tapi masih bisa dikontrol.
Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol peningkatan kadar
glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The American Diabetes Association (ADA))
menganjurkan diet seimbang dan bernutrisi yang rendah lemak, kolesterol serta gula
sederhana. Saat ini ADA bahkan telah melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam
jumlah kecil dan dikonsumsi bersama dengan makanan kompleks. Penurunan berat badan
dan olah raga sangatlah penting karena akan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap
insulin, sehingga membantu mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Olah raga yang
bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang dianjurkan
dilakukan secara teratur selama 30 menit, 3-4 kali seminggu. Selain itu aktivitas sehari-hari
dapat tetap dilakukan seperti berkebun, membersihkan rumah, berjalan ke pasar dan naik
turun tangga. Yang harus diperhatikan di sini, untuk pasien DM tipe 2 yang sudah memiliki
komplikasi pada mata atau kaki harus dilakukan penyesuaian pada aktivitas fisiknya.
Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi diabetes
yaitu penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal
ini terjadi karena rokok merusak struktur pembuluh darah. Oleh karena itu pasien DM sangat
dianjurkan untuk berhenti merokok.
Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter untuk mengontrol hasil
pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum mencapai angka yang diharapkan, maka dokter
akan menyesuaikan dosis obat atau insulin yang diberikan. Selain itu, pemantauan kadar
glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien dengan menggunakan glukometer.
Pasien dapat mencatat hasil pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat
berkonsultasi. Jika kadar glukosa darah sudah menjadi atau mendekati nilai normal dengan
meminum obat atau insulin, pasien harus tetap meminum OHO atau memakai insulin sesuai
dosis yang telah diberikan oleh dokter dan kembali berkonsultasi sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
Pencegahan penyakit diabetes melitus tipe 2 terutama ditujukan kepada orang-orang yang
memiliki risiko untuk menderita DM tipe 2. Tujuannya adalah untuk memperlambat
timbulnya DM tipe 2, menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas, dan mencegah atau
memperlambat munculnya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Faktor risiko DM
tipe 2 dibedakan menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat
dimodifikasi. Usaha pencegahan dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat
dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi contohnya ras dan etnik, riwayat anggota
keluarga menderita DM, usia >45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000
gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat
badan rendah, kurang dari 2,5 kg.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi contohnya berat badan berlebih, kurangnya aktivitas
fisik, hipertensi (> 140/90 mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL < 35 mg/dL dan
atau trigliserida > 250 mg/dL, dan diet tak sehat tinggi gula dan rendah serat. Pencegahan
DM juga harus dilakukan oleh pasien-pasien prediabetes yakni mereka yang mengalami
intoleransi glukosa (GDPP dan TGT) dan berisiko tinggi mederita DM tipe 2.
Pencegahan DM tipe 2 pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah dengan
mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan, dan pengaturan pola
makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang dengan perubahan gaya hidup
intensif, pencegahan diabetes paling berhubungan dengan penurunan berat badan. Menurut
penelitian, penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau memperlambat munculnya
DM tipe 2. Dianjurkan pula melakukan pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat
kompleks, mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan
untuk mencapai berat badan ideal.
Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolah raga rutin, minimal 150 menit perminggu,
dibagi 3-4 kali seminggu. Olah raga dapat memperbaiki resistensi insulin yang terjadi pada
pasien prediabetes, meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai
berat badan ideal. Selain olah raga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari-hari,
misalnya dengan memilih menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar
daripada menggunakan mobil, dll.