Anda di halaman 1dari 11

1.

Etika Umum dan Etika Profesional

1.1 Etika umum

Karena kesulitan dalam merumuskan apa yang baik untuk individu dan masyarakat dengan
menetapkan kewajiban atau tugas. Maka terdapat kelompok pertama yang disebut ethical
absolutists yang berpendapat bahwa ada prinsip universal yang diterapkan pada setiap orang yang
tidak berubah sepanjang masa. Kelompok lain disebut ethical relativists yang berpendapat bahwa
pertimbangan etis ditentukan oleh perubahan kebiasaan dan tradisi yang berlaku dalam masyarakat
dimana mereka hidup. Karena masyarakat ragu akan kedua pendapat tersebut maka para ahli
mengembangkan suatu kerangka pengambilan keputusan etika umum. Kerangka tersebut meliputi
6 langkah berikut:

- Dapatkan fakta-fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan


- Identifikasikan masalah etika yang terkait dari fakta-fakta tersebut
- Tentukan siapa yang terpengaruh oleh keputusan tersebut dan bagaimana pengaruhnya
- Identifikasikan alternative-alternatif pengambil keputusan
- Identifikasi konsekuensi dari setiap alternative
- Tetapkan pilihan etika

1.2 Etika Profesional

Etika professional lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup prinsip perilaku
untuk orang-orang professional yang dirancang baik untuk tujuan praktisi maupun untuk tujuan
idealistis. Kepercayaan public akan meningkat apabila profesi menetapkan standar kinerja yang
tinggi ysng hsrud dilaksanakan oleh semua praktisi. Kode etik berpengaruh besar terhadap reputisi
serta kepercayaan masyarakat pada profesi yang bersangkutan. Kode etik berkembang dari waktu
kewaktu dan terus berjalan dengan perubahan dalam praktik yang dijalankan akuntan publik. Para
praktisi harus menjaga agar klien memandang akuntan public sebagai orang atau orang-orang yang
kompeten dan tidak bias. Oleh karena itu menjadi tuntutan bagi kantor-kantor akuntan public untuk
berprilaku dengan profesionalitas yang tinggi.

2. Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Organisasi profesi akuntan di Indonesia telah memiliki kode etik akuntan Indonesia yang terakhir
ditetapkan dalam Kongres VIII Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 1908 (berlaku efektif pada
bulan Mei 2000). Sejak terbentuknya IAPI tahun 2007 diberlakukan kode etik yang baru yang
disebut Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang berlaku 1 Januari 2010. Kode etik lama bersifat
rule base sedangkan yag baru bersifat principle base, yang selalu menjadi ciri dari pernyataan
standar yang diterbitkan IFAC. Sifat yang sama juga dijumpai dalam IFRS maupun ISA. Kode
etik terdiri dari dua bagian yaitu bagian A menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan
kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut dan bagian B memberikan ilustrasi
mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu. Kode etik harus
diterapkan oleh setiap individu dalam KAP maupun jaringan KAP baik yang merupakan anggota
IAPI maupun bukan anggota IAPI yang memebrikan jasa asurans dan jasa lainnya yang tercantum
dalam standar profesi dan kode etik profesi. Dalam kode etik individu tersebut disebut “Praktisi”.

3. Prinsip-prinsip Dasar Kode Etika Profesi

Salah satu yang membedakan profesi akuntan public dengan profesi lainnya adalah tanggung jwab
akuntan public yang mendungi kepentingan public. Kerangka konseptual memberikan pedoman
terhadap prinsip dasar etika profesi.

3.1 Pendekatan kerangka kerja konseptual

Setiap prkatisi wajib menerapkan kerangka kerja konseptual tersebut untuk mengidentifikasi
ancama (threats) terhadap kepatuhan dn prinsip dasar serta menerapkan pencegahan (safeguards).
Bagian B kode etik yaitu harus dilakukan ketika praktisi terlibat dalam melakukan pekerjaan
profesionalnya.

 Ancaman terhadap keparuhan praktisi pada prinsip dasar etika profesi dapat terjadi dalam
situasi tertentu ketika praktisi melaksanakan pekerjaannya.
 Kode etik ini memberikan suatu kerangka untuk membantu praktisi alam
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi.
 Setiap praktis harus mengevaluasi setiap ancaman terhadap kepatuhan
 Setiap memperhatikan factor-faktor kualitatif dan kuantitatif dalam mempertimbangkan
signifikasi suatu ancaman
 Praktisi mungkin saja melanggar suatu ketentuan dalam kode etik ini secara tidak sengaja.

3.2 Ancaman dan pencegahan

Ancaman terhadap prinsip prinsip dasar sebagaimana dimaksud dalam kode etik paragraph 100.6
diklasifikasikan menjadi 5 jenis ancaman yaitu: 1) Ancaman kepentingan pribadi, 2)Ancaman
telaah pribadi, 3)Ancaman advokasi, 4)Ancaman kedekatan, 5)Ancaman intimidasi. Pencegahan
yang dapat menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima
dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: 1)Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-
undangan, atau peraturan dan 2)Pencegahan dalam lingkungan kerja.

3.3 Penyelesaian masalah yang terkait dengan etika profesi

Baik secara formal maupun infomal setiap praktisi baik secara individu maupun bersama-sama
dengan koleganya harus membeperhatikan hal-hal seperti: fakta yang relevan, masalah etika
profesi yang terkait, prinsip dasar etika profesi yang terkait dengan masalah etika profesi yang
dihadapi, prosedur internal yang berlaku, dan tindakan alternative. Setelah mempertimbangkan
hal-hal tersebut praktisi harus menentukan tindakan yang sesuai dengan prinsip dasar etika profesi
yang diidentifikasi dan juga mempertimbangkan akibatnya. Praktisi harus melakukan konsultasi
bila masalah yg dihadapi dengan orang dalam pemberi kerja. Praktisi harus mendokumentasikan
substansi permasalahan dan rincian pembahasan untuk mengambil keputusan. Jika masalah tidak
dapat diselesaikan maka praktisi harus meminta nasihat professional dari organisasi profesi yang
relevan. Jika setelah mendalami semua kemungkinan yang relevan dan masalah tidak dapat
diselesaikan maka praktisi harus menolak untuk dikaitkan dengan hal yang menimbulkan masalah
etika profesi tersebut.

4. Prinsip dasar

Prinsip dasar yang disajikan pada bagian A kode etik terdiri dari 5 prinsip: 1)Prinsip integritas,
mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan professional dan hubungan
bisnisnya. 2)Prinsip Objektivitas, praktisi tidak membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan,
atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain mempengaruhi pertimbangan profesional
atau pertimbangan bisnisnya. 3)Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian
Profesional, praktisi harus memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya. Menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan seksama, pemberian jasa professional yang kompeten, sikap
kecermatan dan kehati-hatian professional, setiap praktisi harus memasktikan tersedianya
pelatihan dan penyeliaan yang tepat serta bila perlu praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa
professional yang diberikan kepada klien. 4)Prinsip Kerahasiaan, ini mewajibkan praktisi untuk
tidak melakukan tindakan-tindakan seperti mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia diluar
KAP atau jaringan KAP dan tidak menggunakan informasi yang bersifat rahasia tersebut untuk
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga. 5)Prinsip Perilaku Profesional,
mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku
serta menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Serta tidak boleh
merendahkan martabat profesi maupun membuat pernyataan yang berlebihan atas jasa
professional yang diberikan.

5. Aturan Etika Profesi

Pada bagian B memberikan ilustrasi tentang penerapan kerangka konseptual dan contoh-contoh
pencegahan yang diperlukan untuk mengatasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar.
Oleh karena itu tidak cukup bagi praktisi untuk hanya mematuhi contoh-contoh yang diberikan
melainkan harus juga menerapkan kerangka konseptual dalam setiap situasi yang dihadapinya.
Berikut 10 seksi dalam bagian B Kode Etik tersebut meliputi:

5.1 Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan

Setiap praktisi tidak boleh terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas lainnya yang dapat
mengakibatkan pertentngan dengan jasa profesional yang diberikannya. Ancaman-ancaman dapat
diklasifikasikan sebagi berikut: 1) Ancaman kepentingan pribadi contohnya hubungan bisnis yang
erat dengan suatu klien, 2)Ancaman telaah pribadi contohnya penemuan kesalahan yang signifikan
ketika dilakukan pengevaluasian hasil pekerjaan praktisi, 3)Aancaman advokasi memberikan
nasihat hukum kepada klien assurance dalam litigasi perselisihan dengan pihak ketiga, 4)Ancaman
kedekatan contohnya anggota tim perikatan merupakan anggota keluarga langsung atau anggota
keluarga dekat dari direktur atau pejabat klien, 5)Ancaman intimidasi contohnya ancaman atas
pemutusan perikatan atau penggantian tim perikatan. Pencegahan yang dapat menghilangkan
ancaman diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: 1)Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-
undangan, atau peraturan dan 2) Pencegahan dalam lingkungan kerja. Pencegahan dalam
ingkungan kerja tingkat institusi seperti keoemimpinan KAP atau jaringan KAP yang menekankan
pentingnya kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Pencegahan dalam lingkungan kerja pada
tingkat perikatan seperti melibatkan praktisi lainnya untuk menelaah hasil pekerjaan yang telah
dilakukan untuk memberikan saran yang diperlukan. Praktisi dapat juga mengandalkan
pencegahan yang telah diterapkan oleh klien tergantung dari sifat penugasannya. Pencegahan
dalam system dan prosedur yang diterapkan oleh klien mencakup, salah satunya klien memiliki
karyawan yang kompeten dalam pengalaman dan senioritas yang memadai untuk mengambil
keputusan manajemen.

5.2 Seksi 210 Penunjukan praktisi, KAP, atau Jaringan KAP.

5.2.1 Penerimaan Klien, sebelum menerima klien seorang prkatisi harus mempertmbangkan
terjadinya ancaman atas kepatuhan. Ancaman potensial integritas atau perilaku professional antara
lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat dipertanyakan terkait dengan klien. Signifikansi setiap
ancaman harus dievaluasi. Lalu melakukan pencegahan yang tepat anatara lain: memperoleh
pemahaman tentang klien dan memastikan adanya komitmen dari klien. Setiap praktisi harus
menolak untuk menerima suatu perikatan jika ancaman yang terjadi tidak dapat dikurangi.
Keputusan untuk menerima suatu klien harus ditelaah secara berkala untuk perikatan yang
berulang.

5.2.2 Penerimaan Perikatan, setiap praktisi harus mempertimbangkan setiap ancaman yang
mungkin terjadi saat diterimanya perikatan. Setiap praktisi harus mengevaluasi signifikansi setiap
ancaman dengan melakukan pencegahan seperti memperoleh pengetahuan yang relevan mengenai
industry atau hal pokok terkait perikatan. Setiap praktisi harus mengevaluasi keandalan dari saran
tenaga ahli tersebut dalam melaksanakan perikatannya. Setiap praktisi tidak diperkenankan
menerima dan melaksanakan perikatan assurance yang jenis, periode, dan jenis prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Adanya pergantian seorang praktisi pengganti yang menggantiakan praktisi
pendahulu. Signifikansi setiap ancaman harus selalu dievaluasi. Setiap praktisi pendahulu harus
menjaga prinsip kerahasiaan dan mendiskusikannya dengan praktisi pengganti ditentukan oleh
sifat perikatan serta hal-hal sebagai berikut: a)persetujuan dari klien untuk melakukan komunikasi
tersebut dan b) ketentuan hukum, peraturan, atau kode etik profesi yang terkait dengan komunikasi
dan pengungkapan tersebut. Jika ancaman yang diidentifikasi merupakan ancaman selain ancaman
yang secara jelas tidak signifikan maka harus dilakukan pencegahan yang tepat. Pencegahan yang
darpat dilakukan praktisi pengganti sesuai paragraph 210 dari kode etik salah satunya
mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan klien secara lengkap dan terbuka dengan praktisi
pendahulu. Jika ancaman tersebut tidak dapat dihilangkan atau dikurangi maka praktisi harus
menolah perikatan yang ditawarkan kecuali praktisi pengganti mempunyai keyakinan yang kuat
mengenai informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi ancaman tersebut dengan cara lain.
Praktisi pengganti bisa diminta untuk melakukan pekerjaan praktisi pendahulu yang bersifat
sebagai pelengkap.

5.2.3 Benturan Kepentingan, setiap praktisi harus dapat mengambil langkah-langkah untuk
mengidentifikasi setiap benturan kepentingan yang terjadi karena nantinya dapat menimbulkan
ancaman terhadap kepatuhan terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Setiap praktisi
harus mengevaluasi signifikan setiap ancaman baik sebelum menerima atupun meneruskan
hubungan dengan klien. Adapun pencegahan tambahan yang harus dipertimbangkan salah satunya
penggunaan perjanjian kerahasiaan yang ditanda tangani oleh setiap rekan KAP maupun jaringan
KAP. Jika benturan praktisi kepentingan menyebabkan ancaman terhadap satu atau lebih prinsip
dasar etika profesi maka praktisi harus menolak untuk menerima perikatan tersebut bahkan
mengunsurkan diri dari satu atau lebih perikatan. Jika klien tidak memberikan persetujuan kepada
praktisi sehubung dengan permohonan praktisi dalam melakukan jasa prosesionalnya yang
kepentingannya berbenturan dengan klien maka praktisi tidak boleh melanjutkan pemberian jasa
profesionalnya kepada salah satu dari pihak-pihak tersebut.

5.2.4 Signifikasi ancaman akan tergatung dari kondisi yang melingkupi permintaan pendapat
kedua, serta seluruh fakta dan asumsi lain yang tersedia yang terkait dengan pendapat profesional
yang diperlukan.ketika diminta untuk memberikan pendapat kedua, setiap preaktisi harus
mengevaluasi signifikansi setiap ancaman dan, jika ancaman itu secara jelas tidak signifikan maka
pencegahan yang tepat perlu dipertimbangkan dan diterapkan untuk menghilangkan ancaman
tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima.

5.3 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunasi Lainnya.

Dalam melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang diberikan, praktisi dapat
mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Dalam situasi tertentu
seorang praktisi dapat menerima komisi atau imbalan jasa profesional (refrall fee) yang terkait
dengan diterimanya suatu perikatan. Setiap praktisi tidak boleh membayar atau menerima imbalan
jasa profesional rujukan atau komisi, kecuali jika praktisi telah menerapkan pencegahan yang tepat
untuk mengurangi ancaman atau menguranginya ke tigkat yang dapat diterima.
5.4 Pemasaran Jasa Profesional.

Setiap praktisi tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya. Setiap
praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan seperti membuat pernyataan yang
berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan kualifikasi yang dimiliki dan membuat
pernyataan yang merendahkan atau melakuan perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap
hasil pekerjaan praktisi lain.

5.5 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah – Tamahan Lainnya.

Penerimaan hadiah atau bentuk keramah – tamahan yang diberikan dapat menjadi ancaman,
contohnya ancaman kepentingan pribadi terhadap objectivitas dapat terjadi ketika hadiah dari klien
diterima, atau ancaman intimidasi terhadap objectivitas dapat terjadi dengan memungkinkan
dipublikasikannya penerimaan hadiah tersebut. Jika ancaman tersebut tidak dapat dihilangkan atau
dikurangi ketigkat yang dapat diterima, maka praktisi tidak diperbolehkan untuk menerima
pemberian tersebut.

5.6 Penyimpanan Aset Milik Klien.

Setiap Praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau aset lainnya milik
klien, kecuali jika diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku. Penyimpanan aset milik
klien dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi,
sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap perilaku profesional dan objectivitas dapat
terjadi dari penyimpanan aset klien tersebut. Setiap praktisi harus selalu waspada terhadap
ancaman atas kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang dapat terjadi sehubungan dengan
keterkaitan praktisi dengan aset tersebut.

5.7 Objectivitas Semua Jasa Profesional.

Dalam memberikan jasa profesionalnya, setiap praktisi harus mempertimbangkan ada tidaknya
acaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari adanya
kepentingan dalam, atau hubungan dengan klien maupun direktur, pejabat, atau karyawannya.
Keberadaaan ancaman terhadap objektivitas kertika memberikan jasa profesional akan tergantung
dari kondisi tertentu dan sifat dari perikatan yang dilakukan oleh praktisi.

6. Independensi.
Betapa pun mahir atau cakapnya seorang akuntan publik, namun jika ia tidak independen, ia tidak
dapat menggunakan kemahirannya untuk kepentingan publik yang menuntut independensi.
Beberapa paragraph penting yang pada awal seksi 290 berbunyi, independensi yang diatur dalam
kode etik ini mewajibkan setiap praktisi untuk bersikap independensi dalam pemikiran dan
independensi dalam penampilan, Kerangka kerja konseptual mengharuskan anggota tim
assurance, KAP, atau jaringan KAP untuk menerapkan kerangka kerja konseptual secara tepat
dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menangani ancaman terhadap independensi, serta
tidak hanya mematuhi seperangkat peraturan yang ada.

6.1 Pendekatan Konseptual Atas Independensi.

Anggota tim Assurance, KAP, atau jaringan KAP harus menerapkan kerangka kerja konseptual
yang terdapat dalam bagian A dari kode etik ini sesuai dengan situasi yang dihadapinya. KAP atau
jaringan KAP harus mengevaluasi setiap situasi, sifat perikatan assurance, dan ancaman terhadap
independensi yang relavan untuk menentukan tepat tidaknnya menerima atau melanjutkan suatu
perikatan, sifat pencegahan yang dibutuhkan, dan terlibat tidaknnya seseorang dalam tim
assurance.

6.2 Ilustrasi Ancaman – Ancaman Terhadap Independensi Dalam Perikatan Assurance dan
Pencegahannya.

Ancaman – ancaman terhadap independensi dalam perikatan assurance diilustrasikan timbul ketika
adanya :

6.2.1 Kepentingan Keuangan: Pertimbangan mengenai beragamnnya kepentingan keuangan harus


dilakukan dalam mengevaluasi jenis kepentingan keuangan seperti, 1)kepentingan keuangan dari
satu pihak yang tidak memiliki kendali atas medium investasi atau atas kepentingan keuangan
yang dimiliki, 2)kepentingan keuangan dari satu pihak yang memiliki kendali atas kepentingan
keuangan seperti wali amanat (trustee) atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan
investasi. Ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi ketika anggota tim assurance maupun
anggota keluarga langsungnya menerima suatu pemberian seperti, warisan, hadiah, atau
kepentingan keuangan yang bersifat langsung dan tidak langsung yang material pada klien
assurance sebagai akibat dari penggabungan usaha. Pencegahan – pencegahan yang dapat
dilakukan untung meminimalisir ancaman atau menguranginya ke tempat yang dapat diterima
yaitu dengan, 1)melepaskan kepentingan keuangan sedini mungkin atau 2)mengeluarkan anggota
tim assurance dari perikatan assurance.

6.2.2 Pinjaman dan Penjamin yang Diberikan oleh Klien Assurance, serta Simpanan yang
Ditempatkan pada Klien Assurance: Pinjaman atau penjamin pinjaman yang diberikan kepada
KAP eleh klien assurance yang merupakan bank atau institusi sejenis tidak akan menimbulkan
ancaman terhdap independensi jika pinjaman atau penjamin tersebut diberikan melalui prosedur,
kondisi, dan persyaratan yang lazim, maupun jumlah pinjaman tersebut tidak material bagi KAP
dank lien assurance. Ketika anggota tim assurance memberikan pinjaman kepada klien assurance
yang bukan merupakan bank atau institusi sejenis atau kepada klien assurance, ancaman
kepentingan pribadi yang dapat terjadi demikian signifikan, sehingga tidak ada satupun
pencegahan yang dapat mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima, kecuali
pinjaman atau penjamin tersebut tidak material, baik bagi anggota tim assurance atau KAP maupun
klien assurance.

6.2.3 Hubungan Bisnis yang Dekat dengan Klien Assurance: Hubungan ini akan melibatkan
kepentingan keuangan yang bersifat komersial atau bersifat umum. Tidak akan menimbulkan
ancaman untuk independensi selama hubungan tersebut secara jelas tidak signifikan, kepentingan
yang dimiliki tidak material kepada investor, dan investor tidak mengendalikan entitas selain
emiten tersebut. Jika terjadi pencegahan yang bisa dilakukan seperti, mengurangi atau menghapus
transaksi, mengeluarkan personil yang bersangkutan dari tim transaksi, dan mendiskusikan terkait
transaksi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan.

6.2.4 Hubungan Keluarga dan Hubungan Pribadi dengan Klien Assurance: Hubungan keluarga
dan hubungan pribadi yang terjadi antara anggota tim assurance dengan karyawan tertentu
(tergantung perannya dalam klien assurance), direktur atau pejabat klien assurance dapat
menimbulkan ancaman kepentingan pribadi, ancaman kedekatan, atau ancaman intimidasi. Ketika
terjadi pelanggaran yang tidak disengaja atas ketentuan yang berkaitan dengan hubungan keluarga
atau hubungan pribadi, KAP harus mempertimbangkan penerapan pencegahan yang tepat.

6.2.5 Personil KAP yang Bergabung dengan Klien Assurance: Situasi seperti ini dapat
menimbulkan ancaman kepentingan pribadi, ancaman kedekatan, atau ancaman intimidasi,
terutama ketika hubungan yang signifikan tetap terjadi antara individu tersebut dengan KAP
tempatnya bekerja sebelumnnya. Untuk mencegahnya dengan mempertimbangkan kelayakan atau
kebutuhan untuk memodifikasi rencana kerja perikatan assurance, menugaskan tim assurance yang
memiliki pengalaman yang setara dengan pengalaman individu, dan menelaah pengendalian mutu
perikatan assurance.

6.2.6 Personil Klien Asurance yang Bergabung dengan KAP: Ancaman kepentingan pribadi,
ancaman telaah pribadi, dan ancaman kedekatan dapat terjadi ketika mantan pejaban, direktur, atau
karyawan klien assurance bergabung dengan KAP dan menjadi bagian dari tim assurance.
Signifikansi setiap ancaman harus dievaluasi dan jika ancaman tersebut selain ancaman yang
secara jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan
untuk mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

6.2.7 Rangkap Jabatan Personil KAP Sebagai Direktur atau Pejabat Klien Asurance: Dalam
perikatan Audit laporan keuangan, ketika rekan atau karyawan KAP atau jaringan KAP juga
merupakan direktur atau pejabat klien audit laporan keuangan, ancaman yang dapat terjadi
demikian signifikan, sehingga tidak ada satupun pencegahan yang dapat mengurangi ancaman
tersebut ke tingkat yang dapat diteirima. Oleh karena itu, satu – satunya tindakan yang tepat agar
KAP tetap dapat melaksanakan perikatannya adalah dengan menolak untuk menerima atau
melanjutkan pelaksanaan, atau bahkan mengundurkan diri dari perikatan assurance.

6.2.8 Keterikatan yang Cukup Lama antara Personil Senior KAP dengan Klien Assurance:
Ancaman kedekatan dapat terjadi ketika personil senior yang sama digunakan dalam perikatan
assurance untuk suatuperiode yang cukup lama. Signifikasi setiap ancaman harus dievaluasi dan,
jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan,
maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk mengurangi ancaman
tersebut ke tingkat yang dapat diterima. Pencegahannya seperti merotasi personil tersebut dengan
mengeluarkan dari tim assurance, melibatkan praktisi lainnya yang bukan anggota tim assurance
untuk menelaah hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh personil tersebut, dan melakukan
penelaahan mutu internal secara independen.

6.2.9 Imbalan Jasa Profesional

1) Imbalan Jasa Profesional – Suatu Besaran yang relatif: Signifikasi ancaman akan tergantung
dari faktor seperti, struktur organisasi KAP atau jaringan KAP dan tingkat kemampuannya. Untuk
mencegahnya seperti, mendiskusikan besaran dan sifat imbalan jasa profesional dengan pihak
klien assurance yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan, mengambil langkah untuk
mengurangi ketergantungan KAP atau jaringan KAP pada suatu klien assurance, melakukan
konsultasi dengan pihak ketiga seperti badan pengatur profesi.

2) Imbalan Jasa Profesional yang telah lewat waktu: Ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi
ketika imbalan jasa profesional dari klien assurance belum terlunasi untuk jangaka waktu yang
cukup lama. Pencegahan untuk ancaman tersebut seperti mendiskusikan imbalan jasa itu kepada
pihak yang lebih bertanggung jawab, dan melibatkan praktisi atau menelaah hasil pekerjaan yang
telah dilakukan maupun memberikan saran yang diperlukan.

3) Besaran Jasa Profesional: Ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi ketika KAP menerima
perikatan assurance dengan jumlah imbalan jasa profesional yang secara signifikan lebih rendah
dari jumlah yang dikenakan oleh KAP sebelumnya atau ditawarkan oleh KAP lain. Ancaman
tersebut tidak dapat dikurangi ke tingkat yang diterima kecuali jika, KAP dapat memastikan
terpenuhinya alokasi waktu yang memadai dan tenaga profesional yang kompeten dalam perikatan
tersebut, dan KAP dapat memastikan ditaatinya semua standar, pedoman, dan prosedur
pengendalian mutu assurance.

4) Imbalan Jasa Profesional yang Bersifat Kontinjen: Signifikansi ancaman tergantung dari factor
seperti, kisaran jumlah imbalan yang dimungkinkan, variabilitas imbalan jasa profesional, dasar
penentuan imbalan jasa profesional, ada tidaknya penelaahan dari suatu transaksi oleh pihak ketiga
yang independen, dan dampak dari dari suatu kejadian atau transaksi terhadap perikatan assurance.
Pencegahan yang dapat dilakukan seperti, mengungkapkan besaran dari sifat imbalan jasa
profesional kepada pihak klien assurance yang bertanggung jawab atas tata kelola, melibatkan
pihak ketiga yang independen untuk menelaah atau menetapkan kebijakan prosedur, dan
pengendalian mutu.

Sumber: Buku, Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi II, oleh AI. Haryono Jusup M.B.A.,AK./
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai