Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dakwah, perbedaan dakwah pada zaman Rasulullah, zaman


sahabat,dan masa sekarang
Dakwah berasal dari kata dalam bahasa Arab (da’a-yad’u-
da’watan) yang berarti panggilan, ajakan, dan seruan. Secara semantik,
kata dakwah adalah’isim mashdar’. Jika dilihat dari pengertian istilah,
dakwah mempunyai dua pengertian. Pertama, dakwah adalah tabligh atau
penyebaran agama. Kedua, menurut Amrullah Ahmad, dakwah adalah
semua usaha pengajaran Islam di semua kehidupan. Pengertian di atas
mengandung dua unsur, yaitu:

 Unsur usaha pengembangan Islam yang beragama lain atau tidak


beragama agar memeluk Islam.
 Unsur usaha merealisasi ajaran agama Islam bagi yang sudah
mengakui atau memeluk Islam supaya mengamalkan ajaran-
ajarannya.
Sedangkan secara termonologi, dakwah adalah ajakan keselamatan
dan kebaikan dunia dan akhirat. Kata dakwah dalam Al Quran disebut
sebanyak 198 kali. Sebanyak 141 ayat yang menyebutkan kata dakwah
turun di Makkah, 30 ayat turun di Madinah, dan 5 ayat dipertentangkan
antara Makkah dan Madinah.
Nabi Muhammad SAW adalah salah satu rasul yang mengemban
tugas sebagai pendakwah. Dari keseluruhan kehidupan dan sejarahnya,
beliau telah menyampaikan ayat ayat yang diturunkan Allah SWT kepada
umat muslim. Penyampaian dakwah tersebut dilakukan dengan banyak
cara, yaitu secara diam-diam yang dilakukan kepada keluarganya rekan-
rekannya yang dapat dipercayapada awal beliau mengemban tugas
dakwahMula-mula yang menjadi sasaran dakwah beliau dalah istrinya
sendiri, yaitu siti khadijah, kemudian saudara sepupunya, ali bin abi thalib
yang saat itu baru berumur sepuluh tahun. Setelah itu, menyusul sahabat
karibnya, Abu Bakar, juga Ummu Aminah yang telah mengasuh beliau.

4
5

Hasil dakwah Rasulullah secara sembunyi ini telah mampu mengislamkan


sejumlah kecil orang yang terus menerus beliau bibing dan tempa
keimanannya dirumah Bani Arqam.Lalu, secara terang-terangan, langkah
pertama yang beliau ambil dalan menjalankan perintah tersebut adalah
dengan menaiki bukit shofadan menyeru langsung kepada masyarakat
umum, selain dengan kedua cara tersebut Nabi Muhammad juga
melakukan pengkaderan, beliau menyampaikan dakwah kepada suatu
kaum, lalu kaum itu menyebarkannya di tempat-tempat umum. Begitulah
cara beliau berdakwah, karena Rasulullah diutus untuk menjadi
saksi,pembawa kabar gembira,pemberi peringatan,dan peyeru kepada
Allah.

Artinya: ”WahaiNabisungguh kami


telahmengutusmusebagaisaksi,danpemberikabargembira,
pemberiperingatandanpenyerukepada Allah denganizin-Nya danlentera
yang menerangi.” {Al-Ahzab:45-46}.”

Sedangkan cara berdakwah pada zaman sahabat dilakukan dengan


berbagai metode, antara lain:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah metode yang dilakukan untuk menyampaikan
pesan-pesan dakwah dengan cara ceramah yang dilakukan di
masjid-masjid.
2) Metode Missi(Bi’tsah)
Penyebaran Agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan
cara mengutus para da’i. Apabila ada yang menentang atau
memberontak maka dilakukan peperangan atau jihad.
3) Metode Korespondensi
Sebelum para da’i dikirim ke daerah-daerah yang akan di
dakwahi, terlebih dahulu dikirim surat sebagai pengantar.
6

4) Metode Ekspansi
Penyebaran Agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau
perluasan wilayah. Ekspansi yang dilakukan meliputi kawasan
Syiria dan Palestina, Irak dan Persia, Mesir, Khurasan, Armenia,
Afrika Utara.
5) Metode Tanya-jawab
Metode Tanya-jawab adalah metode yang dilakukan dengan
menggunakan Tanya-jawab untuk mengetahui sejauh mana
ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai
materi dakwah, disamping itu juga untuk merangsang perhatian
mad’u . Seorang mad’u juga dapat mengajukan pertanyaan
kepada seorang da’i tentang materi yang belum dikuasai oleh
mad’u, sehingga akan terjadi suatu hubungan timbal balik antara
da’i dan ,mad’u.
6) Metode Karya Tulis
Metode karya tulis dengan dikumpulkannya lembaran-lembaran
sebagai Mushaf, dan pada masa khalifah Utsman dibukukan
menjadi sebuah Al-Qur’an.
7) Metode Diskusi
Pada Abu Bakar, beliau berdiskusi dengan Chyrus, pemimipin
Romawi dan terjadi kesempatan untuk berdamai .
8) Metode Konseling
Pada masa khulafaurrasyidin, para Khalifah mengajarkan secara
langsung cara membaca Al-quran, tata cara berwudhu’, shalat
dan cara-cara yang lainya dalam hal apapun yang di rasa belum
di ketahui oleh ummat.
9) Metode Kelembagaan
Pada masa khalifah umar bin khatab sudah mampu mengatur
dalam sebuah kelembagaan yang di sebut Baitul Mal yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan Negara .
7

10) Metode Keteladanan


Para khulafa’urrasyidin memiliki sifat yang cerdik, pandai, adil,
dermawan dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
11) Metode Propaganda
Didalam proses dakwah pasti terdapat unsur propaganda, guna
untuk mempengaruhi seorang mad’u.
12) Metode Silaturah
Pada masa khulafa’urrasyidin, para khalifah berkunjung ke
daerah-daerah kekuasaanya untuk mengetahui
perkembangannya.

Ketika masyarakat memasuki era globalisasi dengan dukungan


ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan yang dihadapi semakin rumit.
Tantangan tersebut tidak mengenal ruang, batas, waktu dan lapisan
masyarakat, melainkan ke seluruh sektor kehidupan dan hajat hidup
manusia, termasuk agama. Artinya, kehidupan kegamaan umat manusia
tidak terkecuali Islam di mana pun ia berada akan menghadapi tantangan
yang sama. Soejatmoko menandaskan bahwa agama pun kini sedang diuji
dan ditantang oleh zaman (Soejatmoko, 1994: 78).
Meskipun diakui bahwa di satu sisi kemajuan IPTEK menciptakan
fasilitas yang memberi peluang bagi pengembangan dakwah, namun antara
tantangan dan peluang dakwah dewasa ini, agaknya tidak berimbang.
Tantangan dakwah yang amat kompleks dewasa ini dapat dilihat dari
minimal dari tiga perspektif, yaituperspektif prilaku (behaviouristic
perspective, perspektif transmisi(transmissional perspective),
perspektif interaksi

2.2 Sifat-sifat Khusus Rasul Terkait Dakwah


Sebagai pendakwah, para Rasul mempunyai sifat-sifat khusus,
yaitu:
1. Basyariyah (manusia).
2. 'Ismah (terpelihara dari kesalahan).
3. Sidq (benar).
8

4. Fathanah (cerdas).
5. Amanah (bertanggung jawab).
6. Tabligh (menyampaikan).
7. Iltizam (kotmitmen).
8. Akhlaq Qur’an.
9. Uswatun hasanah (teladan yang baik).

2.3 Hukum dan Kewajiban Berdakwah


Proses penyelenggaraan dakwah dilaksanakan dalam rangka
mencapai nilai tertentu. Nilai tertentu yang diharapkan dapat diperoleh
dengan jalan melakukan aktifitas dan realisasi dakwah itu disebut tujuan
dakwah. Secara umum, tujuan dakwah yaitu mengajak ummat manusia
meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan
yang benar dan diridhai Allah Swt. agar mau menerima ajaran Islam dan
mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik
yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial
kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akherat.,
sedangkan secara khusus tujuan dakwah, yaitu:

1. Memanggil manusia kepada syari’at untuk memecahkan


persoalan hidup, baik persoalan hidup perorangan ataupun
rumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, bersuku-suku,
berbangsa-bangsa dan bernegara.
2. Memanggil manusia kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah
Swt di muka bumi, menjadi pelopor, pengawas, pemakmur,
pembesar kedamaian bagi umat manusia.
3. Memanggil manusia kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu
menyembah Allah Swt. sebagai satu-satunya zat Pencipta.

Tujuan ini sesuai firman Allah


9

Artinya: : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan


Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang
memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah
kamu akan dikumpulkan”(Al-Anfal:24).

Para ulama sepakat bahwa dakwah menuju agama Allah hukumnya


wajib. Hal ini berdasarkan perintah Allah untuk berdakwah sebagaimana
terdapat di dalam Al Qur`an. Dalam Al Quran Surah Ali Imran ayat 104
juga disebutkan perintah untuk berdakwah:

Artinya: "Dan hendaklah ada dari kamu satu umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung" (Ali Imran:104).

Ayat-ayat di atas secara tegas memerintahkan berdakwah, oleh


karenanya para ulama sepakat tentang kewajiban dakwah ini. Akan tetapi,
kemudian mereka berselisih menjadi dua pendapat, yaitu hukum dakwah
adalah fardhu kifayah atau fardhu‘ain. Perbedaan pendapat ini, antara lain
disebabkan oleh pemahaman terhadap firman Allah Azza wa Jalla surat
Ali Imran ayat 104, yang artinya: “Dan hendaklah ada dari kamu satu umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.
Ada dua pendapat ulama tentang tafsir ayat ini:
10

1). Bahwa ْ‫ ِمن‬di dalam firman Allah ْ‫ِمن ُكم‬ (dari kamu) untuk
menjelaskan jenis. Yaitu, “jadilah kamu semua demikian”,
bukan satu orang tanpa yang lain. Dan yang sama semisal ayat
ini ialah
firman Allah Ta’ala:

Artinya: "Dan tidak ada seorangpun dari kamu, melainkan


mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabb-mu adalah suatu
kemestian yang sudah ditetapkan". [Maryam:71].

Ayat di atas tidak membedakan antara manusia satu dengan


lainnya, tetapi ditujukan kepada umat semuanya, masing-
masing orang sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya.

2). Bahwa ْ‫ ِمن‬di sini untuk menunjukkan sebagian. Maknanya


ialah, bahwa orang-orang yang menyuruh (kepada yang
ma'ruf) wajib menjadi ulama, dan tidak setiap orang itu ulama.
Syaikh Bakr Abu Zaid berkata: “Umat di sini (pada ayat 104
surat Ali Imran) adalah umat ulama, orang-orang yang Allah
menjadikan baik kebanyakan umat dengan mereka (ulama itu)”

Di antara ulama yang berpendapat hukum berdakwah fardhu


kifayah ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau rahimahullah
menyatakan: “Dan dengan ini telah menjadi jelas, dakwah menuju (agama)
Allah wajib atas setiap muslim. Akan tetapi kewajiban itu adalah fardhu
kifayah. Dan sesungguhnya, hal itu menjadi wajib ‘ain atas seseorang yang
dia mampu, jika tidak ada orang lain yang melakukannya. Inilah urusan
amar ma’ruf (memerintahkan kebaikan), nahi mungkar (melarang
kemungkaran), tabligh (menyampaikan) yang dibawa oleh Rasul, jihad fi
sabililah, mengajarkan iman dan Al Qur`an”
Adapun di antara ulama yang berpendapat hukum dakwah fardhu
‘ain, sesuai dengan kemampuan setiap orang, yaitu Imam Ibnu Katsir.
Dalam tafsirnya, beliau rahimahullah berkata: Allah Ta’ala berfirman,
11

hendaklah ada dari kamu satu umat yang bangkit untuk melaksanakan
perintah Allah di dalam dakwah (mengajak) menuju kebaikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah
orang-orang yang beruntung. Adh Dhahhak mengatakan, mereka adalah
para sahabat Nabi yang khusus, dan para perawi (hadits) yang khusus,
yakni para mujahidin dan ulama… Dan maksud dari ayat ini (ialah),
hendaklah ada sekelompok dari umat ini yang mengurusi perkara ini,
walaupun itu merupakan kewajiban atas setiap pribadi dari umat ini sesuai
dengan (keadaan atau kemampuan) nya

Secara substantif, dakwah adalah ajakan yang bersifat Islamiyang


dapat dilakukan dengan bayak cara. Ada beberapa jenis dakwah yang perlu
diketahui, yaitu

1. Dakwah bil-lisan.

2. Dakwah bil-qalam.

3. Dakwah bil-hal.

4. Dakwah bil-maal.

5. Dakwah bin-nikah.

6. Dakwah bil-hikmah.

7. Dakwah bir-rikhlah.

2.4 Problematika Dakwah Kampus

Risiko dakwah tentu adalah sunntatullah atau wajar terjadi. Ini


disebabkan pemikiran sekulerbertentangan dengan Islam. Sebagai contoh,
ada 75 orang muslim dari suku Khajraj saat terjadi peristiwa Bai’atul
Aqabah kedua. Saat itu salah seorang paman Nabi yang melindungi
12

dakwah beliau meski bukan muslim, bernama ‘Abbas bin Ubadah,


mengingatkan kaum muslim dari Khajraj itu akan risiko dakwah yang akan
dihadapi jika tetap membai’at Nabi.

Kaum itu pun menjawab, “Sesungguhnya kami akan mengambilnya


(membai’at Nabi saw) meski dengan risiko musnahnya harta benda dan
terbunuhnya banyak tokoh.” Kemudian mereka berpaling pada Rasulullah
dan berkata, “Wahai Rasulullah, jika kami memenuhi (seruan)mu, maka
apa balasannya bagi kami?” “Surga”, jawab beliau dengan tenang.
(Negara Islam, Taqqiyuddin an-Nabhani).

Dengan pengetahuan bahwa surga sebagai balasan untuk orang-


orang yang berdakwah, seharusnya semakin banyak pula pendakwah yang
berkualitas di lingkungan kampus. Tetapi banyak problematika yang
menyebabkan terhambatnya kegiatan tersebut, diantaranya:

1. Agenda-agenda dakwah bergerak tanpa ruh. Ketika tauhid


sudah benar, tetapi masalah dasar ini masih berantakan.
Kurangnya ilmu yang dimiliki menjadikan banyak orang
berbuat tanpa arahan yang jelas. Maraknya agenda dakwah
yang ditekuni ternyata belum juga melahirkan lulusan-lulusan
yang dapat diandalkan. Agenda-agenda dakwah terasa
bergerak tanpa ruh, seperti seorang manusia yang tidak punya
tujuan hidup. Hanya berjalan mengikut arus tanpa mempunyai
alasan yang jelas serta hingga tidak memiliki komitmen.
Mahasiswa di kampus juga terlau sibuk dengan berbagai
agenda dakwah, walau beberapa dari mereka tidak paham apa
esensi dari kegiatan itu. Kutipan ayat ini begitu menyiratkan
dengan kondisi saat ini. “Demi masa, sesungguhnya manusia
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam
kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. al-
’Ashr : 1-3). (Sidabalok, 2011).
13

2. Arus Kapitalisme dan Liberalisme, dampaknya adalah makin


mahalnya biaya pendidikan dan makin ketatnya jadwal
akademik mahasiswa. Hal ini menimbulkan dilema bagi
kalangan mahasiswa antara dunia aktivisme dan akademis.
3. Menguatnya dunia konsumerisme di kalangan masyarakat.
Kapitalisme yang pada dasarnya mendorong masyarakat
berperilaku konsumtif, pada saat ini telah mampu mendorong
aktifitas dakwah menjadi kebutuhan yang sifatnya konsumtif.
Artinya kajian-kajian Islam lebih menonjolkan sosok
(distereotipkan selebritis) dari pada substansi nilai. Situasi ini
sering menimbulkan perbenturan antara nilai-nilai Islam
sendiri dengan sosok yang telah terkapitalisasi. Efeknya adalah
pada pembangunan citra Islam dan kulturasi nilai-nilai Islam
(Muslimah, 2011).
4. Ghozwul fikri dalam seluruh segi (misal : cara berfikir yang
sekuleristik)
5. Penyelenggaraan pendidikan yang melanggar akhlaq/adab
Islam (Misal : suasana ikhtilat yang terjadi di semua sudut
kegiatan masyarakat kampus).
6. Kurangnya fasilitas yang mendukung. Kurang memadainya
fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan dakwah kampus
merupakan salah satu faktor penghambat. Dalam kenyataannya
kita sering kali kesulitan mencari tempat untuk melakukan
dakwah, adapun masjid yang ada masih kurang bisa memenuhi
kebutuhan dikarenakan masjid di kampus merupakan tempat
umum yang tidak bisa digunakan secara leluasa. Kalaupun
ingin meminjam ruangan di kampus, perlu melalui birokrasi
yang cukup lama dan perlu membayar sejumlah uang untuk
penjaga ruang.
7. Kesulitan dalam menyebarkan informasi tentang adanya
majelis dakwah di kampus. Adapun mading yang disediakan,
nyatanya masih kurang efektif dalam menyebarkan informasi
14

tentang dakwah karena sikap masyarakat kampus sendiri yang


kurang tertarik untuk membaca mading yang sudah dibuat,
kemampuan komunikasi secara efektif kurang dimiliki oleh
para aktivis. Tidak hanya itu, publikasi juga dilakukan melalui
via SMS, namun tidak seluruh komponen masyarakat kampus
dapat dijangkau.
8. Sifat apatis masyarakat kampus. Faktor yang paling sulit
diatasi selama ini adalah mengubah paradikma masyarakat
kampus yang apatis terhadap dakwah. Beberapa dari mereka
menganggap dakwah hanyalah hal yang tidak berguna dan
membosankan. Hal ini membuat mereka malas mengikuti
dakwah.
9. Adanya organisasi islam yang menyimpang. Kanyataannya
organisasi islam dikampus berjumlah banyak, namun setiap
organisasi memiliki pemahaman yang berbeda terhadap islam.
Ada yang benar dan ada juga yang bertentangan dengan ajaran
yang benar. Hal ini membuat orang-orang yang awalnya ingin
mengikuti dakwah menjadi takut jika bergabung pada
kumpulan yang salah. Selain itu pandangan mereka terhadap
semua perkumpulan islam menjadi sama buruknya, meski
hanya beberpa perkumpulan yang menyimpang.
10. Minimnya dana. Dalam hal ini dana berpengaruh juga dalam
pelaksanaan dakwah. Untuk mengajak masyarakat kampus
untuk mengikuti majelis dakwah dan membuat mereka nyaman
mengikuti dakwah salah satunya adalah menghidangkan
konsumsi untuk mereka. Meskipun hanya segelas air tetap kita
membutuhkan dana untuk membelinya. Selain itu
menyediakan dana untuk menyewa ruangan untuk mengadakan
dakwah.

2.5 Solusi Problematika Dakwah Kampus


15

Dari berbagai problematika yang ada, solusi yang dapat diambil


antara lain:
1. Niatan semua kegiatan dan langkah dalam dakwah hanya
karena Allah dan dalam rangka mencari keridhoanNya, bukan
karena individu maupun kepentingan lain selain menegakkan
agama Allah.
2. Seorang kader dakwah harus meningkatkan kapasitas
keislaman dan kedekatan dengan Allah.
3. Kader dalam dakwah kampus harus mampu memposisikan
dirinya pada sistem dan mampu memberdayakan atau
berkontribusi secara total dalam bersosialisasi di dalamnya,
baik dalam lingkup studinya, tempat tinggal, maupun Unit
Kegiatan Mahasiswa yang lain.
4. Tantangan untuk menjaga kualitas hasil dan proses para aktivis
dakwah di dalamnya, baik dalam hal perkuliahan maupun
dalam aktifitas organisasi dan berdakwah.
5. Dalam berkehidupan mampu memiliki skala prioritas terhadap
kegiatan. Dan sebagai seorang kader yang fokus, yaitu
memiliki militansi dan keoptimalan kerja bukan hanya karena
bagaimana dia dituntut oleh keadaan namun lebih karena
sebuah bentuk ketulusan dan keiklasan, serta fokus pada jalan
dakwah secara kaffah tanpa meninggalkan kepentingan dan
kewajibanakademik yang dimilikinya (Setyo Nugrahani,
2011).
6. Menjadi Pembentukan dan pencetakan SDM yang memiliki
kemampuan atau kompetensi diniyah, fikriyah, maupun
harakiyah yang baik bagi para kadernya.
7. Melakukan optimalisasi peran dan geraknya dengan
melakukan perencanaan strategis melalui pembacaan dan
analisis kondisi yang tepat sehingga dakwah kampus menjadi
sarana mencapai kebangkitan Islam yang memiliki orientasi
16

yang jelas, serta didukung oleh SDM yang mampu melakukan


pengelolaan dakwah secara professional (Muslimah, 2011).
8. Pengadaan kesekretariatan untuk mempermudah jalannya
kegiatan dakwah yang bisa digunakan kapan saja dan melalui
birokrasi yang panjang. Selain itu dapat menghemat biaya
yang biasa digunkan untuk meminjam ruangan. Adanya
kesekretariatan ini juga bisa digunakan untuk menyimpan
investaris dan membuat perpustakaan mini tentang islam yang
terbuka untuk siapa saja.
9. Memperluas jaringan publikasi, antara lain dengan cara;
menyebarkan selebaran pengumuman atau poster tentang
adanya majelis dakwah. Selain itu bisa melalui SMS gateway
yakni suatu program dimana bisa menyebarkan SMS keseluruh
masyarakat kampus dengan sekali enter, namun sebelumnya
harus menghimpun nomer handphone yang dibutuhkan.
10. Pendekatan personal dan intensif ke seluruh pihak-pihak yang
apatis karena halini dinilai paling efektif dalam mengubah
paradikma seseorang. Meskipun perlu waktu yang lama dan
tidak bisa menyeluruh secara bersamaan, karena memang
mengubah paradikma seseorang tidak bisa dalam waktu yang
singkat. Selain itu kita harus memberi tauladan yang baik
sebagai muslim, agar orang ingin kita ajak mengikuti dakwah
tidak ragu.
11. Membersihkan dakwah kampus dari unsur-unsur yang tidak
benar dengan cara memberi peringatan dan menertipan pada
organisasi tersebut agar tidak melakukan dakwah didalam
kampus secara tegas.
12. Melakukan wirausaha dan penggalangan dana untuk
menyediakan dana secara terus menerus. Wirausaha dapat
dilakukan oleh setiap perkumpulan islam yang ada, sedangkan
untuk penggalangan dana dapat disebarkan melalui kotak amal
yang diletakkan di masjid.

Anda mungkin juga menyukai