Anda di halaman 1dari 7

Perdamaian dan keamanan merupakan isu utama di wilayah Afrika.

Paper ini akan membahas tentang apa saja faktor eskternal yang mendukung kemajuan
negara-negara Afrika dan tantangan-tantangan apa saja yang akan dihadapi.
Kemunculan cara yang lebih efektif dalam meningkatkan perdamaian dan keamanan di
Afrika.

The role of development policy


keamanan pasti akan tetap ada - dan memang demikian - salah satu isu utama di Afrika,
sebagian merupakan cerminan kondisi perang pascakrisis. Tapi kebijakan yang terkonsentrasi
hanya pada keamanan militer akan terlalu terbatas dan rabun. ada kebutuhan untuk
memperbesar pilihan untuk tanggapan jangka pendek dan misi perdamaian. Terlihat dalam
istilah ini, masih banyak pekerjaan. namun upaya jangka panjang harus diprioritaskan tinggi.
Jika tingkat pendapatan, pertumbuhan ekonomi yang lemah, dan keterpurukan barang-barang
utama adalah indikator kerentanan suatu negara terhadap konflik, maka tidak mungkin untuk
mengabaikan kaitan langsung antara tujuan pembangunan jangka panjang dan fenomena yang
terkait dengan konflik bersenjata. sesuatu yang serupa dapat dikatakan untuk kemajuan yang
dibutuhkan di bidang pemerintahan atau untuk mengacaukan dampak HIV / AIDS dan
penyakit endemik lainnya. Di sini juga, hanya pendekatan jangka panjang yang menawarkan
peluang efektif untuk stabilisasi struktural.
Pengembangan kebijakan, untuk masa yang akan datang, akan tetap menjadi elemen sentral
dalam membentuk kebijakan di kawasan sub-sahara. tantangan terbesar bagi pengembangan
kebijakan adalah mengidentifikasi titik tolak lebih lanjut untuk merancang perdamaian dan
keamanan afrika yang efektif dengan sarana kebijakan pembangunan; menyusun pendekatan
bersama dengan bidang kebijakan lainnya di bidang ini; dan bekerja untuk meningkatkan
efektifitas pengembangan kebijakan.
Long-term and broad external engagement
Keterlibatan pihak eksternal yang semakin panjang dan meluas
Merancang perdamaian dan keamanan yang baru bergantung pada cara-cara penting apakah
AU dan anggotanya dapat mengubah tingkah laku dan kebijakan mereka. efek destabilisasi
yang dihasilkan oleh negara anggota AU dan pemerintah akan terus merupakan risiko utama.
Sementara, misalnya, rwanda telah menonjol karena keterlibatannya yang kuat dan positif
dalam krisis Darfur, negara tersebut secara bersamaan terlibat dalam kebijakan agresi
terhadap tetangganya, DRC. Kurangnya transperansi proses demokratisasi di beberapa negara
anggota juga memiliki impor yang sangat besar untuk wilayah ini secara keseluruhan.
risiko lebih lanjut ditimbulkan oleh kemampuan militer unilateral di negara-negara afrika
individual, jika hal ini tidak disertai dengan kualifikasi dan pengembangan lebih lanjut dari
struktur pemerintahan yang demokratis. atwood, brown, dan lyman menunjukkan risiko di
negara-negara afrika: terlalu sering ... seperti di nigeria, pemerintah afrika mengerahkan
militer mereka untuk menahan kerusuhan sipil, ketika kemampuan kebijakan tidak memadai
untuk tugas tersebut. Hasilnya sering kali berlebihan digunakan untuk kekerasan dan
pelanggaran hak asasi manusia yang serius.
Baik dalam kebijakan pembangunan maupun di bidang kebijakan lainnya, konsekuensinya
tidak melakukan 'apa-apa' dalam menghadapi risiko. Sebagai gantinya, mengingat agenda
perdamaian dan keamanan afrika, bidang kebijakan ini harus sesuai dengan prioritas tinggi
untuk tugas-tugas non-militer, sangat memperhatikan parameter dasar, terutama untuk
persyaratan tata pemerintahan, dan terus memberikan prioritas tinggi pada masalah sosial
ekonomi.
Kepemilikan vs ketergantungan pada aktor eksternal
Upaya dan tindakan afrika yang sedang berlangsung yang bertujuan menerapkan perdamaian
dan keamanan baru harus dipandang positif. Namun, banyak kapasitas belum ditingkatkan
seperti di bidang keamanan angkatan laut dan udara, peralatan logistik dan pendanaan
terhadap pasukan, pelatihan dan infrstruktur lainnya, seperti yang terjadi dalam misi di
Darfur.
Bagaimana mendanai sebuah misi dalam menerancang perdamaian dan keemanan di afrika
sehingga menjadi aman, mengingat lemahnya kondisi ekonomi dan pendapatan negara-
negara sub-sahara? Negara afrika juga dinilai berkontribusi dan termasuk dalam operasi
perdamaian di PBB. Terdapat sedikit keraguan terhadap besarnya biaya yang ditanggung oleh
aktor eksternal, bahkan jika anggota AU mengintensifkan usaha mereka untuk memimpin
pendanaan. Inilah yang terjadi dalam misi di Sudan, dimana Inggris mengeluarkan biaya yang
ditanggung oleh EU, AS, dan negara pendonor lainnya. Meskipun EU memfasilitasi Afrika
dengan menyumbangkan 250 juta, Mengingat persyaratan pendanaan yang terlibat, tidak
mungkin memberikan solusi yang lebih dari hanya sementara. Secara teoritikal, fasilitas akan
habis kurang lebih dalam 2 tahun oleh misi yang terbatas yang di lakukan di Burundi.
pertanyaannya harus disesuaikan dengan pandangan terhadap logika anggaran donor -
benarkah tugas kebijakan pembangunan untuk mendanai misi perdamaian militer? - dan atas
kemauan masyarakat internasional untuk menyediakan sumber daya tambahan untuk
mendanai tugas ini secara terus menerus, para donor dipersiapkan untuk berkontribusi -
secara absolut - lebih banyak sumber daya untuk mendanai misi AU, dan juga meningkatkan
kapasitas jangka panjang?
Meskipun pendekatan kepemilikan AU terhadap perdamaian dan keamanan di benua afrika
pada dasarnya benar, namun bertentangan dengan kapasitas pendanaan dan penerapan yang
tersedia. Pada akhirnya, AU akan terbukti efektif hanya jika para donor siap untuk
mendukung, dan terutama untuk mendanai, kebijakan AU.
Intervensi militer dan misi perdamaian
Jaid campur tangan militer di afrika itu telah banyak dilakukan oleh pihak asing, salah satu
contohnya itu waktu menstabilkan (me stabilisasi) situasi di Sierra Leone (mungkin waktu
disana ada perang or something yg buruk)
Pokoknya saat menstabilkan sierra leone itu menunjukan adanya pengaruh dari pihak asing
saking banyaknya konflik antara negara di afrika, sampai akhirnya “peacekeeping mission”
misi untuk mendamaikan benua afrika ini jadi focal point nya UN
Kaya tujuan utamanya si UN ini pokoknya pengen buat benua afrika damai
UN mengintervensi sampai ke dalam gitu “regional” wilayah deh kayaknya..
Misi terbesar dunia deh ini, menyertakan 14943 psukann militer, 1074 polisi untuk
menundukan (under way) Liberia
Kalo camput tangan EU bentar bgt cuma dari juni ampe september 2003
Kalo misi EU itu dia “battle group concept”
Intinya sama2 ingin membuat damai benua afrika
Intinya mereka membantu kaish pasukan militer
Troops itu artinya tentara gitu
G8 di paragraf terakhir itu kan perkumpulan negara2 yg ekonominya bagus
Si us ini ngumumin gitu lah ke negara2 g8 biar ngumpulin dana untuk melanjutkan misi

cross-policy-field and development-policy approaches


hal yang penting dalam mendukung penyediaan dan penambahan kapasitas di Afrika dalam
bidang perdamaian dan keamanan dengan mengikuti cross-policy-field and development-
policy approaches yang dilakukan oleh aktor eksternal dan berkontribusi terhadap
pengembangan kebijakan. Kedua pendekatan tersebut relatif baru dan inovatif. untuk
mengutip beberapa contoh penting:
 PBB semakin tertarik untuk melakukan misi perdamaian komprehensif di africa. Misi
terpadu dengan komponen sipil dan militer pertama kali dilakukan di Sierra Leone;
yang lain sejak itu dilakukan di negara lain (Burundi, Pantai Gading, dan Liberia).
Tujuan utama misi ini adalah untuk memberikan dukungan yang ditargetkan untuk
pendekatan pembangunan perdamaian pasca konflik (rekonstruksi, transformasi Front
Persatuan Revolusioner menjadi partai politik, dll) dan misi perdamaian terkoordinasi
yang ditujukan untuk stabilisasi. Namun, karena program ini kurang memiliki
kapasitas pendanaan substantif, banyak kegiatan berfokus pada "koordinasi dan
penyediaan saran" daripada rekonstruksi pasca konflik. koordinasi dan pemberian
nasehat
 sejak pertemuan puncak tahun 2002 di Kananaskis, Kanada, G8 telah mengadopsi
sebuah tindakan atau action plan (G8 Africa Action Plan) yang merupakan salah satu
prioritas utama kemitraan dengan afrika, menyediakan dan mendukung afrika dalam
mencegah dan menyelesaikan konflik bersenjata di kawasan afrika. G8 berkomitmen
untuk menyediakan bantuan berupa fasilitas dan dana. negara afrika dan organisasi
regional dan sub-regional dapat terlibat lebih efektif untuk mencegah dan
menyelesaikan konflik kekerasan, dan melakukan operasi dukungan perdamaian
sesuai dengan piagam PBB. Dalam pertemuan di Evian, Perancis 2003, dan di AS
2004, G8 menyusun rencana baru untuk menerapkan tujuan ini. G8 melihat dirinya
sebagai pendorong dan pendukung penting dari usaha yang sedang dilakukan di
africa.
 Fasilitas perdamaian oleh EU di afrika memainkan peran utama. Berdasarkan
proposal yang dibuat oleh Komisaris EU Poul Nielson, AU meminta EU untuk
menyumbangkan 250 milyar dari EDF sejak Mei 2004. Tujuannya adalah untuk
mendanai operasi pemeliharaan perdamaian di africa yang dilakukan dan dikelola
oleh africans. Atas permintaan AU, Uni Eropa membuat 12 juta yang tersedia pada
bulan Juni 2004, dan kemudian memberikan tambahan 80 juta untuk misi AU di
Darfur pada bulan Oktober 2004. Tidak jelas apakah akan ada pendanaan eksternal
jangka panjang untuk operasi penjaga perdamaian .
 Pada tahun 2001 pemerintah Inggris membentuk dua kolam pendanaan
antardepartemen - satu dengan fokus regional di africa - yang dirancang untuk
mempromosikan proyek-proyek yang terkait dengan konflik bersama dari berbagai
kementerian dan departemen. the Foreign and Commonwealth Office (FCO), the
Department for International Development (DFID), dan the Ministry of Defence
(MOD) terlibat dalam kolam ini. DFID bertanggung jawab atas kolam africa.
 Berbagai bantuan seperti Jerman, Kanada, dll menyediakan capacity-building untuk
mendukung direktorat perdamaian dan keamanan AU, dengan program pembangunan
PBB memainkan peran katalitik.
 dukungan yang diberikan Jerman terhadap the Kofi Annan International Peacekeeping
Training Center (KAIPTC) bersifat inovatif karena tiga kementrian berkontribusi
terhadap usaha tersebut. Peace Support Training Center (PSTC) di Nairobi juga
mendapat dukungan dari pemerintah Jerman, di samping pendanaan Inggris dan AS di
wilayah tertentu.

Kesimpulan: inkonsistensi dan dilema - peluang dan risiko dari agenda perdamaian dan keamanan
Afrika

Konstelasi kepentingan: intervensi vs non-intervensi

Afrika secara keseluruhan dan khususnya sub-sahara African mendapatkan relevansi yang lebih
besar dalam hal yang menyagkut masalah politik dari pihak2 luar. Meningkatnya signifikansi dari
benua ini sejajar dengan kepentingan afrika dan kepentingan jerman, EU dan komunitas
internasional. Sub-saharan afrika terus menerus dilihat sebagai “issue” tiadak hanya dalam kebijakan
perkembangan tapi juga dalam bidang lainnya.

Ketertarikan terhadap afrika juga sesunguhnya instrumentalist, ini terkait, dalam berbagai hal, bukan
dengan kedamaian dan keamanan tapi dengan ancaman dari pohak ketiga (terutama amerika dan
eu) serta ketertarikan konkret mereka (sumber daya, supply, migrasi dll) . Pendekatan militer seperti
UN battle group tidak seharusnya dilihat sebagai respon untuk keamanan yang mengutamakan
afrika, memang afrika sudah menjadi area operasional yang potensial untuk tugas2 baru yang telah
diidentifikasi untuk kebijakan keamanan militer, terutama karena penarikan negara-negara barat
yang mayo dari operasi perdamaian UN di afrika.

Dilema dari intervensi dan non-intervensi militer eksternal, sebuah warisan dari masa lalu, akan
menjadi semakin bermasalah di masa depan, terutama jika intervensi2 tersebut terus menerus
ditunggangi oleh kecenderungan colonial dan agenda2. Intervensi militer mana yang dibenarkan?
Intervensi mana yang seharusnya dilihat sebagai pembenaran oleh bencana kemanusiaan yang
urgent oleh komunitas internasional? Hanya ada sedikit alasan untuk mengharapkan perkembangan
ASF akan komplit sesuai target pada tahun 2010 dan pasukan ini dapat memobilisasi kemampuan
militer yang diharapkan dari mereka. Meski begitu, intervensi dari pihak eksternal ini harus
berkoordinasi dengan AU dan RECs, dan seharusnya melengkapi bukan menggantikan usaha
intervensi regional dari sistem AU melalui instrument ASF.

Kerelaan dari intervensi luar untuk mengintervensi secara militer (diatas segalanya, dengan misi
tempur) dalam situasu ekstrim (yang tidak akan mempengaruhi mereka) kemungkinan juga akan
tetap sedikit di masa depan. Hal ini relevan terutama dalam situasi konflik bersenjata non-klasik
yang melibatkan aktor2 yang rentan kekerasan yang bertambah semisal konfrontasi dengan prajurit
anak2, scenario yang ditakutkan oleh banyak pihak. Sebagai contoh, kantor urusan asing jerman
beragumen “jika konflik melibatkan konfrontasi dengan pihak2 yang tidak beroperasi sesuai dengan
international law of welfare, namun, hal ini akan membawa kerelaan yang berkurang untuk
menyediakan pasukan untuk menjaga perdamaian di afrika ”

Observer seperti John prendegast, dengan tepat, menunjukkan risiko yang mengikuti minat baru
terhapa afrika. Dengan peraturan militer afrika yang dibuat oleh presiden AS, bush, prendegest
melihat bahaya pada peranh strategis baru benua ini, dengan zona peripheral mengamnil posisi
dalam strategic thinking yang dapat dibandingkan dengan situasi seperti Perang dingin. Hal ini
menggarisbawahi kebutuhan dari kapasitas orang afrika setempat, yang jika dibutuhkan, untuk
menciptakan kondisi untuk penyebaran operasi perdamaian UN.

Tindakan2 yang dibutuhkan untuk membantu menambah kapasitas afrika untuk ikut serta dalam
misi perdamaian yang dapat dihubungkan secara erat dengan keengganan tertentu dari aktor
eksternal untuk pengiriman misi damai mereka sendiri atau sebaagai bagian dari misi damai UN.
Berman menegaskan, “terlepas dari professed partnership dengan afrika oleh Washington, the initial
US capacity- program menjaga perdamaian untuk mengembangkan kapabilitas pejagaan perdamain
afrika, sesungguhnya adalah produk dari kebijkaan pelepasan itu sendiri dan cukup terbatas.

Standar untuk keterlibatan aktor eksternal

Melihat kepada debat mengenai arsitektur perdamaian dan keamnaan afrika yang baru dan
hubungan langsung dengan diskusi central internasinal,adalah hal yang wajar untuk mengidentifikasi
standar support dari faktor luar. Kebijakna perkembangan, diatas segalanya, dihadapkan pada
bnayak pertanyaan baru dan hanya ada sedikit pengalaman untuk kembali. Poin2 berikut adalah
dapat memberikan beberapa orientasi dari standar pembangunan:

 Efek pencegahan konflik sipil harus memiliki prioritas yang jelas. Sebagai
contoh,sanksi dan diplomasi continental early warning system (cews).
Pengembangan kemampuan militer baru (baik internal maupun eksternal) tidak
boleh berkontribusi pada automatism yang lebih menyukai opsi militer. Hal
ini, meski begitu, menjaid naïf dan tdk realistis untuk meneruskan dengan
asumsi pada situasi yang membutuhkan militer, tapi opsi ini seharusnya selalu
dilihat sebagai “opsi terakhir”
 Bahwa angkatan dapat digunakan secara legal tidak selalu berarti bahwa
berhubungan dengan kesadaran dan akal sehat yang baik, hal itu harus
digunakan
 Harus jelas bahwa prioritas disesuaikan kepada opsi sipil dan ada komitmen
yang sejajar dalam membangun kapasitas sipil (sebagai contoh kapan struktur
afrika harus digunakan untuk menstabilisasi situasi post-konflik)
 Misi damai bertujuan untuk fokus pada pendekatan komprehensif melibatkan
komponen sipil yang cukup (developmental peacekeeping) dengan dana dan
modal unutk pembangunan perdamaian post-konflik yang cukup
 Intervensi militer harus selalu konsisten dengan legitimasi oleh hukum
internasional, yang mengimplikasikan bahwa tindakan tersebut harus mengejar
objektif yang dikenal secara jelas yang sesuai dengan praktik2 normatif
internasional. Pertimbangan sentralnya adalah bahwa tindakan ini seharusnya
meningkatkan keamanan dari populasi lokal. Ini menjadi sangat penting untuk
menciptakan “kultut penjagaan” atau “tanggung jawab untuk menjaga” dimana
pencegahan gagal menyebabkan pemerintah tidak dapat atau tidak mau
melindungi rakyatnya, seperti Darfur.
 Kepemilikan dan kepemimpinan politik dari sipil eksternal dan intervensi
militer harus sejajar dengan institusi afrika, yaitu AU dan RECs, yang secara
adil menyatakan peran ini untuk mereka sendiri, sesuai dengan kedekatan dan
impact mereka kepada konflik regional.
 Tekanan yang ada dari arsitekrtur perdamaian dan keamanna afrika yang baru
sangatlah besar. Akan gegabah jika menganggap AU dan mekanisme keamanan
regional afrika menghasilkan respon yang efektif dalam seluruh krisis dan
situasi konflik. Hal ini karena polarisasin regional pada beberapa kasus, yang
lainnya dapat disebabkan karena minat dan pengaruh eksternal yang berlebihan.
 Support untuk kapabilitas milter mengandaikan perkembangan yang dapat
dipastikan dalam pemerintahan yang bertanggung jawab dari pihak afrika.
Pengemablian kebijakan ppada 1970an dan 1980an untuk menstabilisasi rezim
(bukannya melihat profil pemerintahan mereka) tidak akan konstruktif
 Au dan NEPAD saat ini menikmati berbagai tindakan yang didasari niat baik,
meski begitu, beberapa dilemma dan kebijakan yang tidak jelas dari aktor2
afrika tetap ada. Contohnya: bagaimana agresi militer Rwanda melawan DRC
terefleksi dalam the African peer review mechanism (APRM)? Atau bagiaman
afrika secara proaktif berurusan dengan sisa2 otokrasi militer di beberapa
negara, untuk menghindari perang sipil, seperti yang hampir terjadi di Togo
pada 2005?

Anda mungkin juga menyukai