Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. KONSEP TEORI PNEUMONIA


1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Paru-paru terletak pada rongga dada. Berat paru-paru kanan sekitar 620
gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru
berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus
atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus
atas dan bawah Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus
paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin 1997).
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua
lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal
menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Paru- paru yaitu: paru-pau kanan,
terdiri dara 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus nedia, dan
lobus inferior, tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari, pulmo
sinester, lobus superior, dan lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari
belahanbelahan yang lebih kecil bernama segment. Paru-paru kiri mempunyai 10
segment yaitu: lima buah segment pada lobus superior, dua buah segment pada
lobus medialis tiga buah segmen pada lobus inferior.Kapasitas paru-paru
merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara didalamnya.

Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut: 1.Kapasitas total


yaitu jumlah udara yang dapat megisi paru-paru pada inspirasi sedalam
dalamnya. 2. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikrluarkan setelah
ekspirasi maksimal. Fisiologi a.Pernapasan pulmoner Merupakan pertukaran
oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada pau-paru.

Empat proses yang berhubugan dengan pernapasan polmuner yaitu:

1)Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli


dengan udara luar.
2)Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh
tubuh, karbondiaksoda dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru
3)Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa degan jumlah yang tepat
yang bias dicapai untuk semua bagian.
4)Difusi gas yang menembus mambran alveoli dan kapiler karbondioksida.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah
nenpengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga terjadi pengambilan O2
dan pengeluaran CO2 lebih banyak.

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen Oksigen dalam tubuh dapat diatur


menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya,
kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan
pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia
serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang
kapal, kapal uap dan lain-lain, bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah
merahnya hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi pada bibir,
telinga, lengan dan kaki disebut sianosis.

B. DEFINISI
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-
paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang
ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas
cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam
pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk
pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia
(Depkes RI, 2012).

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh


bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang
mengenai jaringan paru (alveoli) (DEPKES. 2016).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Zuh Dahlan. 2015)..

Dapat disimpulkan pneumonia adalah suatu peradangan yang


mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang ditandai oleh gejala klinis
batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam (Suastika, 2014)

C. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2015) :

1) Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :

a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan


opasitas lobus atau lobularis.

b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat


lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.

2) Berdasarkan faktor lingkungan :

a. Pneumonia komunitas

b. Pneumonia nosokomial

c. Pneumonia rekurens

d. Pneumonia aspirasi

e. Pneumonia pada gangguan imun

f. Pneumonia hipostatik

3) Berdasarkan sindrom klinis :

a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang


terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia
dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal
yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2013) :

a. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum


dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan
anak-anak atau kalangan orang tua.

b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.


Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.

c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.


Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya
menurut lokasi anatominya saja.

d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen


penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme
perusak

D. Etiologi

1) Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.

2) Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.

3) Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
E. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi

(Sarwono, 2014)

E. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapamekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksiusdifiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus
dan epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru,
partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, danhumoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan
juga memiliki antibodi maternalyang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapatmenyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomiskongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yangmemudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitelsaluran napas.
Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksiusdapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis
yangnormal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virustersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme


pertahan yangnormal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah.Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan
normal berkolonisasi disaluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu
orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus ( contoh:varisella, campak, rubella, CMV, virus
Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadimelalui penyebaran hematogen
baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremiageneralisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi


akut yangmeliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoliyang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasilobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkaninflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa daninterstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, sepertiyang terjadi pada bronkiolitis.

(Mutasa, 2014)

F. Pathway (Terlampir)

G. Manifestasi klinik

Manifestasi klinis dari pneumonia adalah antara lain:

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

a. Nyeri pleuritik

b. Nafas dangkal dan mendengkur

c. Takipnea

2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

a. Mengecil, kemudian menjadi hilang

b. Krekels, ronki, egofoni

3. Gerakan dada tidak simetris

4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium

5. Diaforesis

6. Anoreksia

7. Malaise

8. Batuk kental, produktif : Sputum kuning kehijauan kemudian berubah


menjadi kemerahan atau berkarat

9. Gelisah

10. Cyanosis

11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati.


(Sarwono, 2014)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah perifer lengkap
Pada pneumonia virus atau mikoplasma, umunya leukosit normal atau sedikit
meningkat, tidak lebih dari 20.000/mm3 dengan predominan limfosit (Sectish
and Prober, 2007). Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis antara
15.000-40.000/mm3 dengan predominan sel polimorfonuklear khususnya
granulosit. Leukositosis hebat (30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan
pneumonia bakteri. Adanya leukopenia (<5.000/mm3) menunjukkan prognosis
yang buruk. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan peningkatan LED.
Namun, secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak
dapat membedakan infeksi virus dan bakteri secara pasti (Said, 2015)
2. Uji serologi
Uji serologis untuk deteksi antigen dan antibodi untuk bakteri tipik memiliki
sensitivitas dan spesifisitas rendah. Pada deteksi infeksi bakteri atipik,
peningkatan antibodi IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis (Said,
2015).
3. Pemeriksaan mikrobiologis
Pada pneumonia anak, pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan,
kecuali pada pneumonia berat yang rawat inap. Spesimen pemeriksaan ini
berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi
pleura, atau aspirasi paru (Said, 2008). Spesimen dari saluran napas atas kurang
bermanfaat untuk kultur dan uji serologis karena tingginya prevalens kolonisasi
bakteri (McIntosh, 2015).
4. Pemeriksaan rontgen toraks
Foto rontgen tidak rutin dilakukan pada pneumonia ringan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang rawat inap. Kelainan pada foto
rotgen toraks tidak selalu berhubungan dengan manifestasi klinis. Kadang
bercak-bercak sudah ditemukan pada gambaran radiologis sebelum timbul gejala
klinis, namun resolusi infiltrat seringkali memerlukan waktu yang lebih lama
bahkan setelah gejala klinis menghilang. Ulangan foto rontgen thoraks
diperlukan bila gejala klinis menetap, penyakit memburuk, atau untuk tindak
lanjut. Umumnya pemeriksaan penunjang pneumonia di instalasi gawat darurat
hanyalah foto rontgen toraks posisi AP (Said, 2015).
5. USG toraks salah satu alat diagnostic untuk menilai dinding dada, rongga pleura,
diafragma dan paru, digunakan untuk menentukan tata laksana secara cepat dan
tepat pada kasus emergensi di bidang paru. Kasus seperti pneumotoraks, efusi
pleura atau efusi loculoted, massa intra torakal, konsolidasi paru dan disfungsi
diafragma dapat didiagnosis segera secara cepat dan tepat ( < 3 menit).
Disamping itu USG toraks dapat digunakan sebagai guiding tindakan diagnostic
paru seperti aspirasi dan biopsy. USG torak merupakan pemeriksaan lanjutan
setelah pemeriksaan fisik torak dan mengurangi keterlambatan waktu pada
penentuan diagnosis kelainan system respirasi.
6. Hasil kultur bakteri dari spesimen sputum bervariasi dan sangat dipengaruhi
kualitas dari sputum itu sendiri mulai dari proses pengambilan spesimen,
transport, proses pemeriksaan segera, penggunaan antibiotik sebelumnya, serta
kemampuan dalam interpretasi. Spesimen yang diambil melalui aspirasi
endotrakeal, aspirasi transtorakal, Bronko-Alveolar Lavage (BAL) memiliki
hasil kultur yang lebih tinggi daripada dahak (dibatukan).4 Untuk penderita
rawat inap pada kasus berat dianjurkan pemeriksaan rutin kultur dahak sebelum
pemberian antibiotik.
7. Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan
untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh
gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD
mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan
basa).
(Mubin, 2013)

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Radang paru-paru dapat diobati dengan antibiotik. Itulah yang biasanya
ditentukan di sebuah pusat kesehatan atau rumah sakit , tapi sebagian besar
kasus pneumonia masa kecil dapat diberikan secara efektif di dalam rumah.
Rawat inap disarankan pada bayi berusia dua bulan dan lebih muda, dan juga
dalam kasus yang sangat parah
1) Terapi suportif umum:
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasarkan pemeriksaan AGD.
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping
dan vibrasi.
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif
terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai
peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest.
2) Obat – obatan
a. Antibiotik
Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G. Mediaksi
efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin dan sefalosporin generasi
pertama. Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan
eritromisin 500mg 4 x sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya
mikoplasma (batuk kering). Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis anak
:
• 2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet
• 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet
• 3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet
Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau
brankodilator (teofilin atau salbutamol). Pada kasus dimana rujukan tidak
memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin dan / atau gentamisin. Pada
orang dewasa terapi kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000
– 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada
penderita dengan batuk produktif.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.
c. Inotropik
Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine kadang-
kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal
ginjal pre renal.
d. Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO2 80-100
mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa gas darah.
e. Nebulizer
Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental. Dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila terdapat
bronchospasme.
f. Ventilasi mekanis
Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :
 Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 % dengan
menggunakan masker
 Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress,
dengan atau didapat asidosis respiratorik.
 Respiratory arrest
 Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
(Delon, 2015)

J. KOMPLIKASI

a. Abses paru
Abses paru di dalam paru-paru diding tebal, nanah mengisi
rongga yang dibentuk ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan
paru-paru.

b. Efusi pleural dan empiema


Daerah yang sempit di antara dua selaput pleural secara normal
berisi sejumlah kecil cairan yang membantu melumasi paru-paru. Sekitar
20% pasien yang diopname untuk radang paru-paru, cairan ini
membangun di sekeliling paru-paru. Dalam banyak kasus terutama pada
streptococcus pneumoniae, cairan tetap steril, tetapi ada kalanya dapat
terkena infeksi dan bahkan berisi nanah (suatu kondisi yang disebut
empiema). Radang paru-paru dapat juga disebabkan pleura sehingga
terjadi peradangan yang mana dapat mengakibatkan terganggunya jalan
nafas dan sakit yang akut.

c. Kegagalan paru-paru
Udara mungkin memenuhi area antara selaput-selaput pleural
yang menyebabkan pneumothorak atau kegagalan paru-paru. Kondisi
bisa berupa suatu kesulitan dari radang paru-paru (terutama sekali radang
paru-paru pneumococcal) atau sebagian dari prosedur pelanggaran yang
digunakan untuk melakukan efusi pleural.

d. Komplikasi radang paru-paru yang lain


Di dalam kasus-kasus yang jarang, infeksi peradangan mungkin
dapat menyebar dari paru-paru ke hati dan dapat menyebar ke seluruh
tubuh, kadang-kadang menyebabkan bisul pada otak dan bagian tubuh
atau organ-organ yang lain. Hemoptisis yang parah (batuk darah) adalah
komplikasi radang paru-paru serius yang lain. Selain itu komplikasi yang
lain yaitu perikarditis, meningitis dan atelektasis.
e. Gagal nafas
Kegagalan yang berhubungan dengan pernafasan adalah suatu
hal yang penting-penting yang dapat menyebabkan kematian pada diri
pasien dengan radang paru-paru pneumoccocal. Kegagalan dapat terjadi
karena perubahan mekanik dalam paru-paru yang disebabkan oleh radang
paru-paru (kegagalan ventilatory) atau hilangnya oksigen di dalam nadi
ketika radang paru-paru mengakibatkan arus darah menjadi tidak normal
(kegagalan pernapasan hypoxemic).

(Suastika, 2014)

B. KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
b. Umur
Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa.
Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar
c. Tempat tinggal
Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar
d. Riwayat Masuk

Biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-
batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila
anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).

e. Riwayat Penyakit Dahulu

Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering


terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit
Pneumonia.Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat
memperberat klinis penderita

2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),
banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
b. Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju
pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.

c. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun
d. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
e. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan
otot aksesoris pernafasan
f. Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal
g. Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
3. Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis, inflamasi,
peningkatan sekresi, nyeri..
2) Gangguan pola nafas b.d ventilasi yang tidak adekuat
3) Nyeri b.d proses inflamasi
4) Hipertermi berhubungan dengan gangguan pusat termoregulasi
5) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
6) Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai
dengan Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping
hidung,dan gelisah (rewel).
7) Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai
dengan penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan
suhutubuh
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007.
Jakarta: Depkes RI
Barbara Engram (2014), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I,
Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bare Brenda G & Smeltzer Suzan C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Betz, C. L., & Sowden, L. A 2014, Buku saku keperawatan pediatri, RGC,
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall.2016.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik
Klinis.Jakarta : EGC
Dahlan, Zul. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Depkes RI 2012, Pedoman penanggulangan P2 ISPA, Depkes RI, Jakarta
Doenges, Marilynn, E. dkk (2013). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arief dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius
FKUI Jakarta
Misnadiarly. 2013. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Price, Sylvia dan Wilson Lorraine. 2016. Infeksi Pada Parenkim Paru:
Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit volume 2 edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai