PNEUMONIA
Paru-paru terletak pada rongga dada. Berat paru-paru kanan sekitar 620
gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru
berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus
atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus
atas dan bawah Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus
paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura (Syaifudin 1997).
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua
lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal
menutupi permukaan dalam dari dinding dada. Paru- paru yaitu: paru-pau kanan,
terdiri dara 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus nedia, dan
lobus inferior, tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari, pulmo
sinester, lobus superior, dan lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari
belahanbelahan yang lebih kecil bernama segment. Paru-paru kiri mempunyai 10
segment yaitu: lima buah segment pada lobus superior, dua buah segment pada
lobus medialis tiga buah segmen pada lobus inferior.Kapasitas paru-paru
merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara didalamnya.
B. DEFINISI
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-
paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang
ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas
cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam
pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk
pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia
(Depkes RI, 2012).
C. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2015) :
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
f. Pneumonia hipostatik
D. Etiologi
1) Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2) Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3) Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
E. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi
(Sarwono, 2014)
E. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapamekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksiusdifiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus
dan epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru,
partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, danhumoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan
juga memiliki antibodi maternalyang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapatmenyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomiskongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yangmemudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitelsaluran napas.
Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksiusdapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis
yangnormal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virustersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus.
(Mutasa, 2014)
F. Pathway (Terlampir)
G. Manifestasi klinik
a. Nyeri pleuritik
c. Takipnea
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
9. Gelisah
10. Cyanosis
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Radang paru-paru dapat diobati dengan antibiotik. Itulah yang biasanya
ditentukan di sebuah pusat kesehatan atau rumah sakit , tapi sebagian besar
kasus pneumonia masa kecil dapat diberikan secara efektif di dalam rumah.
Rawat inap disarankan pada bayi berusia dua bulan dan lebih muda, dan juga
dalam kasus yang sangat parah
1) Terapi suportif umum:
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasarkan pemeriksaan AGD.
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping
dan vibrasi.
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif
terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai
peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest.
2) Obat – obatan
a. Antibiotik
Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G. Mediaksi
efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin dan sefalosporin generasi
pertama. Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan
eritromisin 500mg 4 x sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya
mikoplasma (batuk kering). Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis anak
:
• 2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet
• 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet
• 3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet
Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau
brankodilator (teofilin atau salbutamol). Pada kasus dimana rujukan tidak
memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin dan / atau gentamisin. Pada
orang dewasa terapi kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000
– 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada
penderita dengan batuk produktif.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.
c. Inotropik
Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine kadang-
kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal
ginjal pre renal.
d. Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO2 80-100
mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa gas darah.
e. Nebulizer
Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental. Dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila terdapat
bronchospasme.
f. Ventilasi mekanis
Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :
Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 % dengan
menggunakan masker
Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress,
dengan atau didapat asidosis respiratorik.
Respiratory arrest
Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
(Delon, 2015)
J. KOMPLIKASI
a. Abses paru
Abses paru di dalam paru-paru diding tebal, nanah mengisi
rongga yang dibentuk ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan
paru-paru.
c. Kegagalan paru-paru
Udara mungkin memenuhi area antara selaput-selaput pleural
yang menyebabkan pneumothorak atau kegagalan paru-paru. Kondisi
bisa berupa suatu kesulitan dari radang paru-paru (terutama sekali radang
paru-paru pneumococcal) atau sebagian dari prosedur pelanggaran yang
digunakan untuk melakukan efusi pleural.
(Suastika, 2014)
Biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-
batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila
anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),
banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
b. Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju
pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
c. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun
d. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
e. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan
otot aksesoris pernafasan
f. Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal
g. Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
3. Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis, inflamasi,
peningkatan sekresi, nyeri..
2) Gangguan pola nafas b.d ventilasi yang tidak adekuat
3) Nyeri b.d proses inflamasi
4) Hipertermi berhubungan dengan gangguan pusat termoregulasi
5) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
6) Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai
dengan Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping
hidung,dan gelisah (rewel).
7) Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai
dengan penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan
suhutubuh
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007.
Jakarta: Depkes RI
Barbara Engram (2014), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I,
Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bare Brenda G & Smeltzer Suzan C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Betz, C. L., & Sowden, L. A 2014, Buku saku keperawatan pediatri, RGC,
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall.2016.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik
Klinis.Jakarta : EGC
Dahlan, Zul. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Depkes RI 2012, Pedoman penanggulangan P2 ISPA, Depkes RI, Jakarta
Doenges, Marilynn, E. dkk (2013). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arief dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius
FKUI Jakarta
Misnadiarly. 2013. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Price, Sylvia dan Wilson Lorraine. 2016. Infeksi Pada Parenkim Paru:
Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit volume 2 edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC