Anda di halaman 1dari 40

BAB 4

PERENCANAAN

4.1 PENGORGANISASIAN

Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam

menentukan kebijakan – kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok menyusun

sruktur organisasi sebagai berikut :

Pembimbing : 1. Ns. Diana Kusumawati, S.Kep.,M.Kes

2. Anang Satrianto S.Kep., Ners

Ketua : Saiful Rahman,S.Kep

Sekretaris : Herna Y,S.Kep

Bendahara : Wahyu Raudatul.J, S.Kep

Sie Dokumentasi :

1. Riska Puspitasari,S.Kep

2. CICI Eri Ernanda, S.Kep

Sie Humas :

1. Taslimaturiski,S.Kep

2. Farid Muzaki,S.Kep

Sie Perlengakapan :

1. Imam Jainuri S.Kep

2. Catur Wahyu Atmadja S.Kep

3. Lutfi Z,S.Kep
Mahasiswa :
Kepala Ruangan

SAIFUL RAHMAN

KATIM 1 KATIM 2 KATIM 3

NOVELA DINDA CICI ERI ERNANDA IMAM JAENURI

PERAWAT PERAWAT
PERAWAT
PELAKSANA PELAKSANA
PELAKSANA
1. CATUR WAHYU 1. RISKA P
1. FARID MUZZAKI
2. SAIFUL RAHMAN 2. LUTFI Z
2. WAHYU R

Gambar 4.2 : Struktur Organisasi MAKP Tim Mahasiswa

Kelebihan dan Kelemahan

a. MAKP Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup

yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam

satu kelompok kecil yang saling membantu.

Kelebihannya:

1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.


3. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah

di atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahannya:

Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam membentuk

konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk

dilaksanakan pada waktu – waktu sibuk.

Konsep metode tim:

1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu

menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.

2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana

keperawatan terjamin.

3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

4. Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan

berhasil bila didukung oleh kepala ruangan.

Tanggung jawab kepala ruang :

a. Perencanaan

1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-

masing

2. Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya

3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi,

dan persiapan pulang, bersama ketua tim


4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan

aktivitas dan kebutuhan pasien brsama ketua tim, mengatur

penugasan / penjadwalan.

5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,

tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan

mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan

dilakukan terhadap pasien

7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk

kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,

membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan

keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah,

serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang

baru masuk

8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri

9. Membantu membimbing peserta didik keperawatan

10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

b. Pengorganisasian

1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan

2. Merumuskan tujuan metode penugasan

3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

4. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua

tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.


5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat

proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-

lain

6. Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan

7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

8. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di

tempat kepada ketua tim

9. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi pasien

10. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya

11. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.

c. Pengarahan

1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas

dengan baik

3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap

4. Menginformasikan hal-hal yang di anggap penting dan

berhubungan dengan askep pasien

5. Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya.

6. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.


d. Pengawasan

1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi secara

langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai

asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

2. Melalui supervisi :

a. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,

mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan,

dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada

saat itu juga.

b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua

tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta

catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan

dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua

tim tentang pelaksanaan tugas.

c. Evaluasi

Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan

rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.

d. Audit keperawatan.

Tanggung jawab anggota tim:

1. Memberi asuhan keperawatan pada pasien dibawah

tanggung jawab.

2. Kerja sama anggota tim dan antar tim.

3. Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:

1. Membuat perencanaan.

2. Membuat penugasan, supevisi dan evaluasi.

3. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai

tingkat ketergantungan pasien.

4. Mengembangkan kemampuan anggota.

5. Menyelenggarakan konferensi.

4.1.1 PENERAPAN MAKP

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan

empat unsur yakni; standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan

dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang

diyakini dan akan menentukan kualitas produksi atau jasa layanan

keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu

pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan

atau keperawatan dalam memenuhi keputusan klien tidak akan terwujud.

Tujuan : Mahasiswa dapat menerapkan model asuhan kepeawatan

professional dengan model keperawatan TIM di Ruang Mina

Penanggung jawab : RISKA PUSPITASARI S.Kep

Pelaksanaan : MAKP dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai

tanggal 30 Juli sampai dengan 2 agustrus 2018 di Ruang

Mina RSI Fatimah.


Rencana Strategi :

a. Mendiskusikan bentuk dan penerapan model professional (MAKP) yang

akan dilaksanakan yaitu model Tim.

b. Merencanakan kebutuhan perawat .

c. Melaksanakan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat

d. Melakukan pembagian jadwal dan pembagian tenaga perawat

e. Menerapkan model MAKP yang di rencanakan.

Kriteria Evaluasi

1. Struktur

a. Menentukan penanggung jawab MAKP

b. Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu metode Tim

c. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat

d. Melakukan pembagian peran perawat

e. Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat

f. Melakukan pembagian jadwal serta pembagian perawat

g. Model asuhan keperawatan professional sebelum dilaksanakan di Mina

di koordinasikan dengan pembimbing dan atas persetujuan dari

pembimbing di Ruang Mina.

2. Proses

Menerapkan MAKP

a. Tahap aplikasi tanggal 25 Juli sampai dengan 2 agustus 2018

b. Selama pelaksanaan, model asuhan keperawatan profesional di Mina

berjalan sesuai rencana.


3. Hasil

Peningkatan pemahaman mahasiswa dan perawat di Ruang Mina tentang

model asuhan keperawatan professional

4.1.2 Timbang Terima

Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan

pasien. Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas

tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan

yang belum, serta respon pasien yang terjadi.

Penanggung Jawab : Catur Wahyu Atmadja L.I.P

Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan diharapkan

semua perawat dan mahasiswa di Mina mampu menerapkan

timbang terima secara baik dan benar

Waktu : mulai tanggal 26 Juli sampai dengan 2 AGUSTUS 2018

Rencana strategi :

a. Isi dari timbang terima tidak hanya mengenai tindakan medis, tetapi

lebih kepada tindakan keperawatan

b. Menentukan penanggung jawab timbang terima.

c. Melaksanakan timbang terima dengan baik dan benar


A. Metode Pelaporan

1) Perawat pelaksana melaporkan langsung kepada perawat pelaksana

selanjutnya dengan membawa laporan timbang terima.

2) Timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat, kemudian

dilanjutkan dengan mengunjungi klien satu persatu terutama pada

klien- klien yang memiliki masalah khusus serta memerlukan

observasi lebih lanjut.

3) Melakukan supervisi dan penekanan asuhan keperawatan serta

rencana tindakan keperawatan.

B. Manfaat Timbang Terima

1) Bagi perawat

a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar

perawat.

c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan.

d. Perawat dapat mengikuti perkembangn pasien secara paripurna.

2) Bagi pasien

Lebih mengetahui kondisi pasien yg sesungguhnya.

C. Prosedur Timbang Terima

1) Persiapan

a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan.

b. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien

yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki


permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan

observasi lebih lanjut.

c. Perawat menyampaikan timbang terima pada perawat yang dinas

berikutnya, hal yang perlu disampaikan pada timbang terima:

1. Jumlah pasien.

2. Identitas klien dan diagnosis medis.

3. Data ( keluhan/subjektif dan objektif).

4. Masalah keperawatan yang masih muncul.

5. Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan

(secara umum).

6. Intervensi kolaboratif.

7. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan

(persiapan operasi, pemeriksaan dan lain-lain).

1) Pelaksanaan

a. Perawat dinas sudap siap (shift jaga).

b. Perawat yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

c. Kepala ruang membuka acara timbang terima.

d. Perawat yang melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan

validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan dan

berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.

e. Perawat primer menanyakan kebutuhan dasar pasien.

f. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat.

g. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara

penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan


yang telah/belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya

selama masa perawatan.

h. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang

matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian

diserahterimakan kepada petugas berikutnya.

i. Ditutup oleh kepala ruangan.

D. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima

1. Dilaksanakan tepat pada pergantian shift.

2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien.

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.

4. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan

pasien.

5. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume

suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar

sesuatu yang rahasia bagi klien. Suatu yang dianggap rahasia

sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.

6. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock

sebaiknya dibicarakan di nurse station.


Alur Timbang – terima

Gambar 4.3 : Alur Timbang Terima

4.1.3 Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi

masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping

melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.

Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor,

kepala ruangan, perawat assosiate yang perlu juga melibatkan seluruh

anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).


Penanggung Jawab : Ainul Akodah S.Kep

1. Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang

Mina diharapkan semua perawat dan mahasiswa mampu menerapkan

pendokumentasian keperawatan secara baik dan benar

2. Waktu : mulai tanggal 5 Juli 2018

3. Rencana strategi :

a. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan (strategi dan materi).

b. Menyusun materi kegiatan ronde keperawatan

c. Membuat alur ronde keperawatan

d. Melaksanakan ronde keperawatan.

4. Mensosialisasikan kegiatan ronde keperawatan Karakteristik:

a. Keluarga dilibatkan secara langsung.

b. Pasien merupakan fokus kegiatan.

c. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.

d. Konselor memfasilitasi kreatifitas.

e. Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan PP dalam

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

5. Manfaat

a. Masalah pasien dapat teratasi.

b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

c. Terciptanya komunitas keperatawan yang profesional.

d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.

e. Perawat dalam melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat

dan benar.
6. Kriteria Pasien:

Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah

pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun

sudah dilakukan tindakan keperawatan.

2. Pasien dengan kasus baru atau langka.

Metode: Diskusi

Alat bantu:

a. Sarana diskusi: buku, pulpen.

b. Status/ dokumentasi keperawatan pasien.

c. Materi yang dilaksanakan secara lisan.

Keterangan:

1. Pra Ronde

a. Menentukan kasus dan topik ( masalah yang tidak teratasi dan

masalah yang langkah).

b. Menentukan tim metode.

c. Mencari sumber atau literatur.

d. Membuat proposal.

e. Mempersiapkan pasien: inform consent dan pengkajian.

f. Diskusi: apa diagnosa keperawatan?; apa data yang mendukung?;

bagaimana intervensi yang sudah dilakukan dan apa hambatan yang

ditentukan selama perawatan?


2. Pelaksanaan Ronde

a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada

masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan

dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu

didiskusikan.

b. Diskusi antar tim tentang kasus tersebut.

c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor tentang

masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

3. Pasca Ronde

a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.

b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosa; intervensi

keperawatan selanjutnya.

Peran masing-masing anggota tim:

1. Peran perawat primer dan perawat associate:

a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.

b. Menjelaskan diagnosa keperawatan.

c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.

d. Menjelaskan hasil yang didapatkan.

e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil.

f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.

2. Peran perawat konselor

a. Memberikan justifikasi.

b. Memberikan reiforcement.
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan

serta rasional tindakan.

d. Mengarahkan dan koreksi.

e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.

Kriteria Evaluasi

1. Struktur

a. Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).

b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde

keperawatan.

c. Persiapan dilakukan sebelunnya.

2. Proses

a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.

b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran

yang telah ditentukan.

3. Hasil

a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.

b. Masalah pasien dapat teratasi.

c. Perawat dapat:

1) Menimbulkan cara yang berpikir yang kritis.

2) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis.

3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.

4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.

5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah pasien.


6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

7) Meningkatkan kemampuan justifikasi.

8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.


Alur Ronde Keperawatan

TAHAP PRA RONDE PP

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

TAHAP  Apa diagnosis keperawatan?


Penyajian  Apa data yang mendukung?
PELAKSANAAN DI
 Bagaimana intervensi yang
NURSE STATION Masalah
sudah dilakukan?
 Apa hambatan yang
ditemukan?

Validasi data

TAHAP RONDE PADA


BED KLIEN Diskusi PP-PP, Konselor,
KARU

Lanjutan-diskusi di
Nurse Station

Kesimpulan dan
TAHAP PASCA RONDE rekomendasi solusi
masalah
4.1.4 Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang

akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh

perawat (Nursalam, 2002).

a. Penanggung jawab : Riska Dewi.W S.Kep

b. Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan di Mina

diharapkan semua perawat dan mahasiswa mampu menerapkan

pendokumentasian keperawatan secara baik dan benar

c. Waktu : mulai tanggal 03 Juni sampai dengan 21 Juli 2018

d. Rencana strategi :

1) Melaksanakan sentralisasi obat bekerja sama dengan perawat,

apoteker untuk terapi injeksi maupun oral

2) Menentukan penanggung jawab Sentralisasi obat

3) Membuat buku pencatatan sentralisasi obat yang baku

4) Mendokumentasi-kan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi

obat

2. Tujuan Pengelolaan Obat

Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara

bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan

keperawatan pasien dapat terpenuhi.

Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering

mengapa pengelolaan obat perlu terpenuhi:


1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu

pasien.

2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek,

padahal obat standar yang lebih murah dengan mutu

yang terjamin memiliki efektivitas dan keamanan

yang sama.

3. Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat “

untuk memberikan terapi awal sesuai indikasi”.

4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang

diperlukan.

5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak

mempercayainya dan yang membuang atau lupa

untuk minum.

6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan

sehingga banyak yang tersisa sesudah batas

kadaluarsa.

7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan

obat menjadi tidak efektif.

8. Tidak meletakkan obat di tempat yang lembab,

terkena cahaya atau panas.

9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan)

terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai

berlebihan atau dicuri (Mc Mahon, 1999).


3. Teknik Pengelolaan Obat

Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh

perawat.

1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan

yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang

ditunjuk .

2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol

penggunaan obat.

3. Penerimaan Obat

a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat

dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan

kepada perawat dengan menerima lembar terima obat.

b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat,

jumlah dan sediaan ( bila perlu ) dalam kartu kontrol dan

diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau pasien dalam

buku masuk obat. Keluarga atau pasien selanjutnuya

mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut

akan habis, serta penjelasan tentang 5 T (jenis, dosis,

waktu, pasien dan cara pemberian).

c. Pasien atau keluarga selanjutnya mandapatkan salinan obat

yang harus diminum beserta kartu sediaan obat.

d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh

perawat dalam kotak obat (Nursalam, 2002).


e. Pembagian Obat

- Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku

daftar pemberian obat.

- Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat

dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar

pemberian obat; dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi

yang diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.

- Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,

kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan

tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi.

Pantau efek samping pada pasien.

- Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala

ruang atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam

buku masuk obat.

Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada

keluarga dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu

dilanjutkan) kepada dokter penanggung jawab pasien (Nursalam,

2002).

4. Penambahan Obat Baru

a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis,

dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi

ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan

sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.


b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu

saja), maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku

masuk obat dan selanjutnya diinformasikan pada keluarga

dengan kartu khusus obat (Nursalam, 2002).

5. Obat Khusus

a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga

yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang

cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau

hanya diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu saja.

b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu

khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer.

c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga;

nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek

samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat

sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga

setelah pemberian. Usahakan saksi dari keluarga saat

pemberian obat (Nursalam, 2002).

Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat menjadi staf

mengenai obat dengan cara-cara berikut ini:

a. Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering

dipakai, jelaskan penggunaan dan efek samping, kemudian

berikan salinan kepada semua staf.

b. Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering

digunakan dan gantungkan di dinding.


c. Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab

pemborosan obat.

d. Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-

macam obat.

e. Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah

mengenai satu jenis obat setiap minggu pada waktu

pertemuan staf.

f. Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi

sederhana di perpustakaan (Mc Mahon, 1999).

g. Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam,

2002).

Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter Perawat

Informed
consent

PASIEN/ KELUARGA

APOTEK

 Lembar serah
terima obat
 Buku serah
terima obat
PENGELOLAAN OLEH PERAWAT  Kartu obat
PASIEN / KELUARGA

OBAT HABIS

Keterangan :

: Garis komando

: Garis Koordinasi

4.1.5 DISCHARGE PLANNING

Discharge planning adalah: discharge planning sebagai perencanaan

kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya

tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan

kondisi/penyakitnya.

Tujuan discharge planning :

a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.

b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.

c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.

d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.

e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta

sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.


f. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.

Manfaat discharge planning :

a. Dapat memeberikan kesempatan untuk memeperkuat pengajaran kepada

pasien yang di mulai dari rumah sakit.

b. Dapat memberikan tindak lanjuti yang sistematis yang di gunakan untuk

menjamin kontinuitas perawatan pasien.

c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan

pasien dan mengidebtufikasi kekembuhan atau kebutuhan perawatan baru

Penerapan Discharge Planning

1. Penanggung jawab : Lia Agustin S.kep

2. Tujuan : Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan,

diharapkan di ruang Mina RSI Fatimah mampu menerapkan discharge

planning keperawatan dengan baik

3. Waktu : Pelaksanaan tanggal 03-21 Juli 2018

4. Rencana Strategi :

a. Menentukan penanggung jawab discharge planning

b. Menentukan materi discharge planning

c. Menentukan klien yang akan dijadikan subject discharge planning

d. Menentukan jadwal discharge planning

e. Melaksanakan discharge planning

5. Kriteria Evaluasi :

a. Struktur

1. Persiapan pasien peralatan, status, kartu dan lingkungan

2. Menyusun struktur pelaksanaan discharge planning


b. Proses

1. Dischard planning dilakukan pada semua pasien pulang

2. Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien

c. Hasil

1. Terdokumentasinya pelaksanaan dischard planning

2. Pasien dan keluarga dapat mengetahui perawatan dirumah tentang :

aturan diet, obat yang harus diminum di rumah, aktivitas, rencana

kontrol, yang perlu dibawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal

pesan khusus.

Alur Discharge Planning

 Menyambut kedatangan pasien.


 Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan &
denah ruangan.
 Memperkenalkan pasien pada teman
Pasien
sekamar, perawat, dokter & tenaga
masuk RS kesehatan yang lain.
 Melakukan pengkajian keperawatan.

Pasien selama  Perawat


 Pemeriksaan klinis & pemeriksaan
dirawat penunjang yang lain.  Dokter
 Melakukan asuhan keperawatan.  Tim
 Penyuluhan kesehatan : penyakit,
kesehatan
perawatan, pengobatan, diet, aktivitas, lain
kontrol.

Pasien KRS Perencanaan pulang

Lain - lain :
Program HE :
- Surat
 Pengobatan / controldokter kontrol
 Kebutuhan nutrisiahli gizi - Resep
 Perawatan di rumahperawat - Sisa obat
- Foto
Penyelesaian
administrasi

Pihak Monitoring oleh petugas


Askes ketiga umum kesehatan & keluarga

UPP
Kontrol RS Homecare

Kasir

4.1.6 Supervisi

Supervisi adalah suatu tehnik pelayanan yang tujuan utamanya

adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton,

dalam Pier AS, 1997:20). Supervisi keperawatan adalah suatu proses

pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan

tugas dalam rangka mencapai tujuan.

Tujuan Supervisi

Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada

klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan

kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.

Prinsip Supervisi

1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.


2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan

hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip

manajemen dan kepemimpinan.

3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan

melalui petunjuk, pengaturan, uraian tugas dan standar.

4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara

supervisor dan perawat pelaksana.

5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang

spesifik.

6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,

kreatifitas dan motivasi.

7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam

pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan

manajer.

Pelaksana Supervisi

1) Kepala ruangan

a) Bertanggungjawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada

klien di ruang perawatan.

b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

c) Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek

keperawatan di ruang perawatan.

2) Pengawas perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada Kepala

Ruangan yang ada di instalasinya.

3) Kepala seksi perawatan

Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan

seluruh perawat secara tidak langsung.

Langkah-langkah Supervisi

1) Pra supervisi

a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.

b. Supervisor menetapkan tujuan

2) Supervisi

1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau inst

rumen yang telah disiapkan.

2. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.

3. Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associate untuk

mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.

4. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.

5. Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan

Perawat Associate.

6. Supervisor memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer dan

Perawat Associate

7. Supervisor memberikan reinforcement pada Perawat Primer dan

Perawat Associate
Alur Supervisi

Ka. Bid Perawatan

Kasi Perawatan

Ka. Per IRNA

Pra Supervisi

Menetapkan kegiatan dan tujuan


serta instrumen / alat ukur
Ka Ru

Supervisi

Supervisi
Menilai kinerja Perawat
PP 1 PP 2

Delegasi

Pasca Supervisi

 Fair PA PA
 Feed Back
 Follow Up

Kualitas Pelayanan
Meningkat

Keterangan : Kegiatan supervisi

Delegasi dan supervisi


Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan

Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan

keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang

tersedia.

A. Manajemen pelayanan keperawatan.

Tanggung jawab supervisor adalah :

1.Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.

2.Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang

diberikan.

3.Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan

keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.

B. Manajemen Anggaran

Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu

perencanaan, dan pengembangan. Supervisor berperan dalam :

1. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana

tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat

dicapai sesuai tujuan RS.

2. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan

anggaran keperawatan.

3. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.

Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat

terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan


agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat

menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.

Tehnik Supervisi

a. Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok,

yaitu:

1.Mengacu pada standar asuhan keperawatan.

2.Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding

untuk menetapkan pencapaian.

3.Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan

kualitas asuhan.

b. Area Supervisi.

1.Pengetahuan dan pengertian tentang klien.

2.Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.

3.Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran,

empati.

c. Cara Supervisi

Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, Yaitu:

1.Langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang

sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam

kegiatan, feed back dan perbaikan. Adapun prosesnya adalah :

a. Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan

keperawatan didampingi oleh supervisor.


b. Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,

reinforcement dan petunjuk.

c. Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan

diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan

memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek

yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.

2.Supervisi secara tidak langsung

Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun

lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di

lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan

balik dapat diberikan secara tertulis.

d. Penerapan Supervisi

1. Penanggung jawab : Desi Arofah S.Kep

2. Tujuan : Setelah dilaksanakan praktek manajemen

keperawatan, diharapkan ruang Mina mampu menerapkan supervisi

keperawatan dengan baik

3. Waktu : Pelaksanaan tanggal 03 - 21 Juli 2018

4. Rencana Strategi :

a. Menentukan materi supervisi keperawatan

b. Merevisi konsep supervisi keperawatan

c. Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat

ruangan

d. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisikeperawatan

5. Kriteria Evaluasi :
a. Struktur

1. Menentukan penanggungjawab supervisi keperawatan

2. Menyusun konsep supervisi keperawatan

3. Menentukan materi supervisi

b. Proses

1. Melaksanakn supervisi keperawatan bersama perawat ruangan

dan supervisor

2. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan

c. Hasil

1. Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal

2. Supervisor mengevaluasi hasil supervisi

3. Supervisor memberikan reward/feed back pada PP dan PA

4.1.7 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan manajemen

asuhan keperawatan profesional. Perawat profesional diharapkan dapat

menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala

tindakan yang dilaksanankan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum

semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat

dibutuhkan.

Penanggung Jawab : Sona Ariyanti S.Kep

1. Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan di ruang

Mina diharapkan semua perawat dan mahasiswa mampu menerapkan

pendokumentasian keperawatan secara baik dan benar


2. Waktu : Pelaksanaan 03 Juli sampai dengan 21 Juli 2018

3. Rencana strategi :

a. Mendiskusikan kembali dokumentasi keperawatan

b. Melaksanakan dokumentasi keperawatan.

c. Mendokumentasi-kan hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan

sesuai format yang terstandar di buku rekam medis klien

d. Menuliskan hal-hal penting yang perlu diperhatikan di buku pre

middle dan post conference

4. Manfaat

a. Sebagai alat komunikasi antarperawat dan dengan kesehatan lain

b. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum

c. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

d. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan

e. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan

5. Pelaksanaan

Secara garis besar model pendokumentasian meliputi:

A. Pengkajian keperawatan

1.Pengumpulan data, kreteria – LARB; (a) lengkap; (2) akurat

(3) relevan; dan (4) baru

2.Pengelompokan data, kreteria:

A .Data biologis: hasil dari (1) observasi tanda – tanda vital

dan pemeriksaan fisik melalui IPPA – inpeksi, perkusi,

palpasi, auskultasi; (2) pemeriksaan diagnostik/penunjang

laboratorium dan foto


B .Data psikologis, sosial, dan sepiritual melalui wawancara

dan observasi

C .Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (

review of system ) yang meliputi data demografi pasien,

riwayat keperawatan, observasi, dan pemeriksaan fisik, serta

pemeriksaan penunjang/diagnostic

B. Diagnosis keperawatan

Kriteria:

1.Status kesehatan di bandingkan dengan norma untuk

menentukan kesenjangan

2.Diagnosis keperawatan di hubungkan dengan penyebab

kesenjangan dan pemenuhan pasien

3.Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang

perawat

4.Komponen diagnosis terdiri atas P – E – S

C. Perencanaan

Komponen perencanaan keperawaatan terdiri atas :

1.Prioritas masalah

Kriteria :

a.Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas

utama

b.Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan

prioritas kedua.
c.Masalah yang memengaruhi perilaku merupakan prioritas

ketiga.

2.Tujuan Asuhan Keperawatan memenuhi syarat SMART

Kriteria (NOC- Nursing Outcome Criteria) disesuaikan standart

pencapaian.

1.Tujuan dirumuskan secara singkat

2.Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan

3.Spesifik pada diagnosis keperawatan

4.Dapat diukur

5.Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah

6.Adanya target waktu pencapaian

3.Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervetion

Clasification) yang telah ditetapkan oleh instansi pelayanan

setempat. Jenis rencana tindakan keperawatan mengandung tiga

komponen, meliputi DET tindakan keperawatan:

1.Diagnosis / Observasi

2.Edukasi (HE)

3.Tindakan-Independent, dependent, dan interdependent.

4.Kolaborasi.

Kriteria:

1.Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan

2.Merupakan alternatif tindakan secara tepat.

3.Melibatkan pasien/ keluarga


4.Mempertimbangkan latar belakang sosial budaya pasien/

keluarga.

5.Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang

berlaku

6.Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien

7.Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber

daya, dan fasilitas yang ada.

8.Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan

penulisan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

9.Menggunakan formulir yang baku

Anda mungkin juga menyukai