Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas karunia-Nya lah
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah merupakan tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah ’’Mikrobiologi Dasar’’. Sebagai pembelajaran pada mahasiswa
dalam mengembangkan salah satu pokok bahasan dalam mata kuliah tersebut.

Di kesempatan kali ini pula, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Harapan penulis,
kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai
bahan referensi dalam mempelajari bahasan ini.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan
menerima kritik, saran dan masukan yang membangun.

Palu, 11 april 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................

1.3 Tujuan ..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sterilisasi...............................................................................

2.2 Mikroskopis..........................................................................

2.3 Pewarnaan............................................................................

2.4 Medium Biakan....................................................................

2.5 Isolasi...................................................................................

2.6 Identifikasi..........................................................................

2.7 Perbanyakan......................................................................

2.8 Pemeliharaan....................................................................

BAB III PENUTP

3.1 Kesimpulan ...........................................................................

3.2 Saran.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri


khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat
menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat
baktri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba
lain.Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini ssangatlah besar
dan cukup kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita.
Mereka terdapat dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai contoh, sekali kita
bersin dapat mnebarkan beribu- ribu mikroorganisme.Penelitian yang layak
mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk
memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal
dengan istilah biakan campuran, menjadi spsies yang berbeda- beda yang bikenal
dengan istilah biakan murni. Biakan murni in teerdiri dari satu populasi sel yang
semuanya berasal dari satu sel induk (Pelczar, 1986).

Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, kapng dan


sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di linkungan ini sangatlah beraneka
ragam sehinga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga
berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang
akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk menngisolasi
DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten terhadap suatu
antibiotik. diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan
pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri,
khamir, jamur, kapang dll. Populasi mikroba di lingkungan sangan beranekaragam
sehingga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga
berhasil diperoleh koloni tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan
diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA
mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resistem terhadap suatu
antibiotik.atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi
holokarbon (Ferdiaz, 1992).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adala untuk memahami lebih jauh
teknik mempelajari mikroorganisme.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sterilisasi

Ada beberapa metode sterilisasi, yaitu:

1. Metode Fisika

a) Peanmasan kering

Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi


sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga
menyebabkan mikrobanya mati.

- Udara panas oven

Digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat bedah,
minyak lemak, parafin, petrolatum, serbuk stabil seperti talk, kaolin, ZnO. Suhu
sterilisasi yang digunakan adalah 170oC selama 1 jam, 160oC selama 2 jam, 150-
oC selam 3 jam.

- Pemijaran langsung

Digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari porselen, tidak
cocok untuk alat yang berlekuk karena pemanasannya tidak rata. Suhu yang
digunakan 500-600oC dalam waktu beberapa detik, untuk alat logam sampai
berpijar.

- Minyak dan penangas lain

Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah sebagai lubrikan
menjaga ketajaman alat, bahan kimia stabil dalam ampul. Bahan atau alat
dicelupkan dalam penangas dicelupkan dalam penangas yang berisi minyak
mineral pada suhu 160oC. Larutan natrium atau amonium klorida jenuh dapat
digunakan pula sebagai pengganti minyak mineral.

b). Pemanasan basah

Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun


tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba.

- Uap bertekanan (autoklaf)


Digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan untuk
diinjeksikan ke dalam tubuh, alat berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan
untuk sterilisasi larutan suhu 121oC adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC
mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1
atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan
pemanasan.

- Pemanasan dengan bakterisida

Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil
dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis
tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang
ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC
selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang
digunakan 0,5% fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2%
klorokresol.

- Air mendidih

Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam
keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak
sporanya.

c). Cara bukan panas

- Sterilisasi dengan radiasi

Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA
dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi
bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi
yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus
partikel kecil (sinar α dan β).

2. Metode Kimia

a). Menggunakan bahan kimia

Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 70%, dan fenol 5%.

b). Sterilisasi gas

Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti
etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton,
metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil
seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah
gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan
membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba
mati.

3. Metode mekanik

- Filtrasi

Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan ini


menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba
hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan
penguasaan teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya
terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus.

2.2 Mikroskopi

Berbagai macam mikroskop yang digunakan dalam laboratorium

mikrobiologi adalah sebagai berikut:

1. Mikroskop Cahaya (Light Microscopy) terdiri dari;

a). Mikroskop Medan Terang (Brightfield Microscopy)

mikroskop jenis ini digunakan untuk memeriksa bahan dan kultur dari sediaan
basah atau sediaan yang diwarnai.

b). Mikroskop Medan Gelap (Darkfield Microscopy)

mikroskop ini mempunyai kondensor yang mencegah cahaya ditransmisikan


melalui bahan, tapi sebaliknya menyebabkan cahaya merefleksikan bahan pada
sudut tertentu, sehingga obyek kelihatan lebih besar bersinar dengan latar
belakang yang gelap. Mikroorganisme dapat diamati dalam keadaan hidup
sehingga geraknya juga dapat diamati.

2. Mikroskop Fase Kontras (Phase-contras Microscopy)

mikroskop ini sekarang sudah jarang digunakan dalam laboratorium diagnostik.


Mikroskop fase kontras adalah suatu tipe mikroskop cahaya yang memungkinkan
terjadi kontras yang lebih besar dalam indeks refraksi dan kepadatan antara sel
hidup dengan cairan dimana organisme berada, sehingga menghasilkan gambaran
yang lebih kontras daripada yang terlihat pada mikroskop medan terang.
Mikroorganisme hidup sulit dilihat karena masing-masing partikelnya mempunyai
indeks bias cahaya yang berbeda dan mempunyai ketebalan yang berbeda.
Mikroskop ini memungkinkan mikroba hidup dilihat dengan organel di dalamnya,
yang tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa.

3. Mikroskop Fluoresen (Fluorescence Microscopy)

Mikroskop fluoresen telah menjadi prosedur dan banyak digunakan di


laboratorium klinis. Beberapa substansi biologi memang pada dasarnya
berfluoresen, tapi bahan lain dapat juga diwarnai dengan zat warna fluoresen dan
diamati dengan mikroskop yang memakai sumber cahaya sinar ultraviolet.
Mikroskop ini banyak digunakan dalam mikrobiolgi dan imunologi, dan telah
dikembangkan untuk mendeteksi antigen mikroba pada bahan pemeriksaan
dengan jalan mewarnainya dengan antibodi spesifik yang telah diberi tanda/label
dengan zat warna fluoresen (immunofluorescence).

4. Mikroskop Elektron (Electron Microscopy - EM)

Mikroskop elektron memiliki berkas gelombang sinar sangat pendek (0,005 nm)
yang dihasilkan oleh elektron dari tabung hampa udara, yang menggantikan
sumber cahaya sehingga memungkinkan dicapainya perbesaran sampai hampir
jutaan kali. Dengan memakai mikroskop elektron ini, maka dapat dilihat virus dan
molekul-molekul yang sangat kecil lainnya.

2.3 Pewarnaan

Tujuan pewarnaan terhadap mikroorganisme ialah untuk :

- Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun fungi.

- Memperjelas ukuran dan bentuk jasad

- Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad.

- Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik
dan kimia dapat diketahui.

1. Macam-Macam Pewarnaan

Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut :

a) Pewarnaan sederhana

Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan


hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang
paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil,
spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna
sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna
saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana
karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna
yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen
kromoforiknya bermuatan positif).

Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam
bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk
melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak
digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-
karbol (5 detik).

b) Pewarnaan differensial; dibagi pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam.

- Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938)
yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.

Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua,


yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri
terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi
dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp
Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus
Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri
dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di
dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak
permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak
terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.

Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :

· Zat warna utama (violet kristal)

· Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk


mengintensifkan warna utama.

· Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang
digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
· Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai
kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.

Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil
ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan
zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri
gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal
(counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri
gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna
untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur
dinding sel mereka.

Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:

· Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau


multilayer.

· Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan


terdapat didalam

· lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering,
tidak mengandung asam tekoat.

· Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.

· Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya


kristal violet.

· Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.

· Tidak resisten terhadap gangguan fisik.

· Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat

· Peka terhadap streptomisin

· Toksin yang dibentuk Endotoksin

Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

· Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.

· Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan


ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50%
berat ringan. Mengandung asam tekoat.
· Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.

· Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.

· Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.

· Lebih resisten terhadap gangguan fisik.

· Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut

· Tidak peka terhadap streptomisin

· Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

b) Pewarnaan Tahan Asam

Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam


konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi
zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan
menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur
yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri
tahan asam (BTA).

Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri


penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara
pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-
Neelsen.

c) Pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu

- Pewarnaan flagel

Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak
stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.

- Pewarnaan kapsul

Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga
sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika
pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi
warna pada latar belakang. Yang berwana biru gelap.

2.4 Medium Biakan


Mikroorganisme dapat dibiakan dalam air yang sudah ditambah dengan nutrien
yang sesuai. Medium biakan adalah larutan encer yang mengandung nutrien
penting, yang menyediakan kebutuhan bagi sel mikroba supaya dapat tumbuh dan
menghasilkan banyak sel yang serupa. Di samping sumber energi berupa senyawa
organik dan anorganik atau cahaya, medium biakan harus memiliki sumber
karbon, nitrogen dan nutrien penting lainnya.

Medium biakan dapat disiapkan dalam keadaan cair maupun gel (semi padat).
Dari cair dapat diubah menjadi padat dengan penambahan agar. Medium biakan
yang mengandung agar dapat disimpan dalam bentuk lempeng pada cawan Petri
tertutup, dimana sel mikroba dapat tumbuh dan membentuk massa yang terlihat
sebagai koloni sel. Disamping itu medium biakan yang mengandung agar dapat
pula disimpan dalam tabung reaksidengan kemiringan tertentu, dimana sel
mikroba dapat tumbuh dengan memberikan karakteristik pertumbuhan yang khas.

Beberapa medium buatan manusia dapat berupa:

1. Medium yang cair

Medium cair yang biasa dipakai ialah kaldu yang disiapkan sebagi berikut.
1 L air murni ditambahkan 3 gram kaldu lembu dan 5 gram pepton. Medium ini
kemudian di tentukan pHnya 6,8 sampai 7 jadi sedikit asam atau netral, keadaan
yang demikian tersebut sesuai bagi kebanyakan bakteri.

2. Meduim yang kental (padat)

Suatu penemuaan yang baik sekali ialah medium dari kaldu yang sedikit di
campur dengan agar-agar. Setelah medium itu disterilkan, dan kemudian medium
itu dibiarkan mendingin, maka kita memperoleh mdium yang padat. Gelatin dapat
juga dipakai sebagai bahan pengental dan memang orang dulu bias
mengkklaimnya-tetapi sejak lama orang lebih suka menggunakan agar-agar.

3. Medium yang diperkaya

Serum atau darah yang dicamprkan kedalam medium yang sudah


disterilkan. Jika pencampuran ini dilakukan secara sterilisasi , maka serum atau
darah tersebut akan mengental, akibat pemanasan. Pada medium Loeffer, serum
dicampurkan kedalam dasar seringkali orang menambahkan makanan sebelum
disterilisasi. Seringkali orang menambahkan susu-air tomat kepada dasar makanan
untuk menumbuhkan Loctobacillus dan beberapa spesies lainnya.

4. Medium kering
Untuk menyiapkan medium kering, cukup mengambil sekian gram serbuk
kering tersebut untuk dilarutkan sekian liter dan kemudian lautan tersebut
disterilkan. Penentuan pH tidak lagi, karena hal itu sudah dilakukan terlebih
dahulu pada pembuatan serbuk.

5. Medium sintetik

Medium sintetik berupa ramuan. Ramuan zat organic yang tertentu yang
mengandung zat karbon dan nitrogen. Bakteri outotrof dapat hidup dalam medium
ini. Bakteri safprofit juga dapat hidup didalam medium ini asalkan ditambahkan
natriun-sitrat dan patrium. Amonicium posfat yang pertama merupakan sumber
karbon, sedang yang kedua merupakan sumber nitrogen.

2.5 Isolasi mikroorganisme

Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan


menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari
mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya
telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri
dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan
satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-
macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat
sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo,
1996).

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme adalah

Sifat dan jenis mikroorganisme

Habitat mikroorganisme

Medium pertumbuhan

Cara menginokulasi dan inkubasi

Cara mengidentifikasi

Cara pemeliharaannya

Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu (Admin, 2008) :

a. Isolasi pada agar cawan

Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan


mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari
organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah
inkubasi berasal dari satu sel tunggal.. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada
cawan agar, yaitu: metode gores kuadrat dan metode agar cawan tuang. Metode gores
kuadart bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
mikroorganisme dimana setiap koloni baresal dari satu sel. Metode agar tuang berbeda
dengan etode gores kuadrat, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan
didinginkan 50 oC, yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan
sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah diatas
permukaan/ didalam cawan.

b. Isolasi pada medium cair

Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat
tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair.
Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran.
Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.

c. Isolasi sel tunggal

Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme


berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel
mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel
tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun
micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.

Adapun prinsp dari metode cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih
hidup ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan
mata tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan sebagainya. Metode hiting
cwan ini merupakan cara yang paling sensitive untuk menentukan jumlah jasad renik
karena beberapa hal yaitu:

1. Hanya sel yang masij hidup yang dihitung

2. Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus

3. Dapat digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik kerena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan yang
spesifik (Muslim, 2011).

· Berikut ini beberapa sifat-sifat koloni pada agar lempeng mengenai bentuk,
permukaan dan tepi yaitu:

§ Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, berbenang, takteratur seruapa akar
dan serupa kumparan

§ Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbil


mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah
§ Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang
berigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting (Dwidjoseputro, 2005).

· Sedangkan menurut Nuniek isolasi mikroba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
cara yaitu:

a. Isolasi mikroba dengan cara penggoresan

Tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni


bakteri yang terpisah dengan baik dari suspensi sel yang pekat. Cara ini lebih
menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tapi memerlukan
ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah. Ada beberapa teknik goresan, antara lain :

Goresan T

Goresan kuadran

Goresan radian

Goresan sinambung (Nuniek, 2001).

b. Isolasi mikroba dengan cara penaburan

Cara penaburan ( pour plate) merupakan cara yang kedua di samping


penggoresan untuk memperoleh biakan murni dari biakan campuran mikroba. Cara ini
berbeda dari cara penggoresan dimana media agar diinokulasi dalam keadaan tetap cair
yaitu pada suhu 450C, dan demikian pula koloni-koloni akan berkembang di seluruh
media, tidak hanya pada permukaan. Untuk beberapa tujuan hal ini menguntungkan,
contohnya dalam mempelajari pertumbuhan koloni streptococcal pada sel-sel darah
merah. Supaya koloni yang tumbuh dalam cawan tidak terlalu banyak ataupun sedikit
maka contoh diencerkan hingga beberapa kali pengenceran dan ditaburkan pada beberapa
cawan.

2.6 Perbanyakan Mikroorganisme

Perbanyakan Mikroba dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan
Biopestisida. Biopestisida adalah Suatu pestisida yang mengandung mikroorganisme
seperti bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini telah banyak
dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis
fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Meskipun jenis-jenis lain seperti
bakterisida, nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi saat ini belum
banyak dipakai dan juga untuk dikomersilkan.

Ada dua teknik perbanyakan mikroba yaitu:

1.secara aerobic (kultur cair,kultur padat)


2.Secara anaerobic (demontrasi)
2.7 Identifikasi mikroorganisme

Dalam mengidentifikasian mikroorganisme pada makalah ini di contohkan pada


salah satu jenis mikroorganisme yakni bakteri.

Metode untuk mengidentifikasi bakteri ada beberapa macam, di antaranya:

Morfologi Makroskopi : dilakukan dengan mengamati karakteristik dari pola


pertumbuhan mikroorganisme pada media buatan yang diamati dengan mata telanjang
(tanpa alat bantu).

Morfologi Mikroskopi : dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk, isi sel, organel
sel, dan susunan sel ketika diamati dengan mikroskop pada perbesaran tertentu.

Karakteristik zat warna (pewarnaan) : kemampuan mikroorganisme untuk biasanya


digunakan dengan pemeriksaan secara mikroskopi sebagai bagian dari identifikasi
bakteri.

Persyaratan lingkungan : kemampuan mikroorganisme untuk hidup pada berbagai suhu,


menggunakan oksigen atau gas lain, pada berbagai tingkat pH, atau pun keberadaan ion
dan garam lainnya seperti NaCl.

Persyaratan nutris : kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan berbagai macam


sumber karbon dan nitrogen sebagai substrat bernutrisi ketika tumbuh pada keadaan
lingkungan tertentu.

Resistens : menujukkan karakteristik resistensi terhadap antibiotik tertentu, logam berat


pada mikroorganisme tertentu

Antig : menentukan karakteristik mikroorganisme dengan berbagai macam metode


serologi dan imunologi

Subseluler : menentukan bagian – bagian molekuler sel yang menjadi tipe pada beberapa
takson, kelompok organisme, dengan menggunakan metode analisis. Contohnya,
komponen dinding sel, membran sel, dan komponen dari enzim dari sel membrane

2.8 Pemeliharaan mikroorganisme

Pemeliharaan kultur mikroorganisme umumnya menggunakan medium yang


sudah disterilisasi, baik berupa medium cair maupun medium padat dan dilakukan secara
aseptik. Penyimpanan dan pemeliharaan kultur cair yaitu dengan menumbuhkan suatu
kultur mikroorganisme dalam suatu medium cair dengan suhu dan waktu inkubasi
tertentu tergantung pada jenis mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme ditandai
dengan adanya kekeruhan, bentuk cincin, pelikel, dan flokulen serta ada tidaknya
endapan. Kultur cair dapat disimpan dengan cara dibekukan atau dikeringkan sehingga
sel-sel mikroorganisme berada dalam keadaan dorman yaitu tidak dapat tumbuh dan
berkembang biak tetapi tidak mati. Penyimpanan dan pemeliharaan kultur padat yaitu
dengan menumbuhkan suatu kultur mikroorganisme dalam suatu media padat, baik
dengan metode agar miring, agar tegak maupun agar cawan.

Agar dapat mempelajari sifat pertumbuhan dari masing-masing jenis mikroorganisme,


maka setiap mikroorganisme yang berbeda dipisahkan satu dengan yang lainnya,
sehingga terbentuk suatu kultur murni yang disebut isolat. Kultur murni yaitu suatu
biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies atau satu galur mikroorganisme. Kultur
murni dapat diperoleh dengan cara isolasi baik dengan menggunakan metode gores
(streak), metoda tanam (plant), metoda tusuk (stab), dan metoda tuang.

Salah satu cara dalam penyimpanan dan pemeliharaan mikroba adalah dengan cara
peremajaan berkala. Peremajaan yakni dengan cara memindahkan atau memperbaharui
biakan mikroorganisme dari biakan lama ke media tumbuh yang baru secara berkala.
Pertumbuhan suatu mikroba dapat ditinjau dari 2 segi :

- pertumbuhan dari segi sel sebagi indifidu

- pertumbuhan dari segi kelompok sebagai suatu populasi

Pertumbuhan populasi diartikan sebagai adanya penambahan volume serta bagian-bagian


lainnya yang diartikan juga penambahan kuantitas atau kandungan didalam selnya.
Sedangkan pertumbuhan populasi merupakan akibat dari adanya pertumbuhan individu,
misalkan dari satu sel menjadi dua, dari dua menjadi empat, dan seterusnya hingga
jumlahnya mencapai tujuan.

Tetapi pada mikroba pertumbuhan individu (sel) dapat berubah menjadi pertumbuhan
populasi sehingga batas antara pertumbuhan sel sebagai individu dan satu kesatuan
populasi yang kemudian terjadi kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya
sehingga sulit untuk diamati.

Adapun temperatur merupakan salah satu faktor untuk mempengaruhi mikroba batas
temperatur bagi kehidupan mokroba terletak antara 0 - 900 C. Batas temperatur bagi
miokroba dibagi 3, yaitu:

- Minimum

- Optimum

- Maksimum
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari penbuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1) Ada beberpa metode sterilasai anatara lain:

- Metode fisika

- Metode kimia

- Metode mekanik

2) Tujuan pewarnaan pada mikroorganisme adalah:

- Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun fungi.

- Memperjelas ukuran dan bentuk jasad

- Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad.

- Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik
dan kimia dapat diketahui.

3) Beberapa medium yang digunakan untuk membiakan mikroorganisme antara


lain:

- Medium yang cair

- Meduim yang kental (padat)

- Medium yang diperkaya

- Medium kering

- Medium sintetik

Saran

Adapun saran dari penulis kepada pembaca dalam makalah ini agar pembaca
dapat emberikan masukan yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.generasibiologi.com/2016/11/metode-teknik-cara-isolasi-mikroba.html

http://rustan-biologiofscience.blogspot.co.id/2009/08/teknik-pewarnaan-
mikroorganisme.html

http://windanurdiani.blogspot.co.id/2009/10/media-biakan.html

https://mydokterhewan.blogspot.com/2015/01/media-pertumbuhan-buatan-
mikrobiologi.html

http://foryourmicrobionotes.blogspot.co.id/2017/05/normal-0-false-false-false-in-x-
none-x.html

Anda mungkin juga menyukai