Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

I. Kasus (Masalah Utama):


Resiko Bunuh Diri

II. Proses Terjadinya Masalah


Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Sedangkan bunuh diri adalah perilaku membunuh
diri sendiri dengan intensi mati sebagai penyelesaian atas suatu masalah. Hal
ini disebabkan karena keadaan mental individu yang cenderung melakukan
bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang
bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya
penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa
sakit yang dirasakan

Rentang respon resiko bunuh diri (Stuart, G.W.) :


--Adaptif--------------------------------------------------------------------Maladaptif--

Self Growt Indirect Self Suicide


enhancement promoting self injury
risk taking destruktive

Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang
penuh stress.
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :
 Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari
suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/
tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan
idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang
keinginan untuk mati
 Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah
melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri.
 Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya
keinginan dan hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri
hidupnya .
 Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif
yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya
mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk
melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada
umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau
menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena
individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak
berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk
hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik
mental. Tahap ini sering di namakan “Crying for help” sebab individu ini
sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan.
 Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang
mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan
misalnya minum obat yang mematikan . walaupun demikian banyak
individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
 Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini
telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30%
orang yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi
kesedihan yang mendalam.

III. A. Pohon Masalah

Berdasarkan model stress dan adaptasi


Faktor Predisposisi

Biologis ` Psikologis Sosial budaya

Stressor Presipitasi

Kehilangan kasih Kejadian penting Banyaknya peran Kurangnya Ketidak


sayang secara dalam kehidupan dan konflik peran sumber seimbangan
nyata atau seseorang sebagai dapat pendukung metabolisme
bayangan, keadaan yang mempengaruhi social, dapat
termasuk mendahului berkembangnya menambah menimbulkan
kehilangan cinta episode depresi depresi hingga stress gangguan
seseorang, fungsi dan mempunyai menimbulkan individu. alam
tubuh, status atau dampak pada keinginan untuk perasaan.
harga diri. masalah saat ini. bunuh diri.

Penilaian Terhadap Stressor dx


Respon Fisiologis:
 Sistem kardiovaskuler : Respon Respon Respon Respon
palpitasi, TD meningkat,
Kognitif: Perilaku: Afektif: sosial:
nadi meningkat
/menurun, pingsan.
Gangguan
perhatian, Gelisah, Gelisah, Menarik diri
 Saluran perafasan :
hilang ketegangan ketakutan dan
Nafas cepat, dangkal,
dada terasa tertekan. konsentrasi, fisik, tremor, meningkat, menghindar.
 Neuromuskuler : pelupa, salah gugup, bicara perasaan
peningkatan reflek, tafsir, bloking, cepat, tidak dangkal.
insomnia, ketakutan, lahan persepsi ada
gelisah, kelemahan, menurun, koordinasi,
gerakan janggal. produktifitas terhambat
 Gastrointestinal : nafsu menurun, melukukan
makan hilang, nausea, bingung dan aktifitas.
muntah.
kekhawatiran
 Saluran Kemih :
meningkat,
inkontinensia, sering
kencing. obyektifitas
 Sistem kulit : tangan menghilang.
berkeringat, gatal-gatal,
rasa panas dingin pada
kulit, muka pucat,
keringat sekujur tubuh.
Sumber Koping

Dukungan sosial Kemampuan Aset materi : Keyakinan positif :


personal :
Dukungan emosional modal ekonomi Teknik pertahanan
dan bantuan yang ketrampilan yang dimiliki klien dan motivasi.
didapatkan untuk yang dimiliki
penyelesaian masalah klien.
yang menjadi penyebab
timbulnya keinginan
klien untuk bunuh diri. Mekanisme Koping

Denial, represi,
acceptance mania, disosiasi,
supresi.

Rentang Respon Koping


Respon Adaptif Respon Maladaptif

B. Data yang perlu dikaji


Subjektif Objektif
 Menyatakan pikiran,  Perubahan fungsi kardiovaskuler.
harapan dan perencanaan  Perubahan fungsi pernafasan.
tentang bunuh diri  Perubahan fungsi neuromuskuler.
 Memiliki riwayat satu kali  Perubahan fungsi gastroinestinal.
atau lebih melakukan  Perubahan pada sistem kulit.
percobaan bunuh diri.  Perubahan pola tidur
 Perilaku panik
 Depresi, cemas dan perasaan
putus asa
 Impulsivitas dan agressif

IV. Diagnosa Keperawatan: Resiko Bunuh Diri


V. Rencana Keperawatan
 Definisi: resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan.
 Penetapan Karakteristik
 Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
 Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh
diri.
 Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
 Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
 Menunjukkan impulsivitas dan agressif
 Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
 Faktor yang berhubungan
 Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
 Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
 Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau
kehilangan yang bertubi-tubi dan secara bersamaan
 Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal
pistol, obat, racun.
 Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan
pengobatan
 Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
 Tujuan
Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
 Kriteria hasil:
 Klien menyatakan harapannya untuk hidup
 Klien enyatakan perasaan marah, kesepian dan keputusasaan
secara asertif.
 Klien mampu mengidentifikasi orang lain sebagai sumber dukungan
bila pikiran bunuh diri muncul.
 Klien mampu mengidentifikasi alaternatif mekanisme koping.

SP Tindakan Keperawatan Tindakan Keluarga


1 1. Menciptakan hubungan saling percaya 1. Menciptakan hubungan
yang terapeutik. saling percaya yang
2. Memberikan lingkungan yang aman terapeutik
(safety) berdasarkan tingkatan resiko, 2. Mengidentifikasi masalah
managemen untuk klien yang memiliki klien.
resiko tinggi. 3. Melibatkan keluarga
3. Membantu klien untuk menurunkan resiko untuk mendorong klien
perilaku destruktif yang diarahkan pada untuk mengungkapkan
diri sendiri. perasaan klien
4. Mendorrong klien untuk mengungkapkan 4. Melibatkan keluarga
perasaannya. untuk mendiskusikan
5. Membantu klien mengembangkan cara mengatasi masalah
mekanisme koping yang positif. klien
6. Membantu klien untuk mengidentifikasi 5. Melibatkan keluarga
dan mendapatkan dukungan sosial. dalam memberikan
7. Initiate health teaching. dukungan mekanisme
8. Membantu meningkatkan harga diri klien. koping yang positif.
9. Membuat jadwal kegiatan harian. 6. Initiate Health Teaching
2 1. Melakukan evaluasi untuk tindakan yang 1. Melakukan evaluasi pada
telah dilakukan pada SP 1. tindakan yang telah
2. Mendorong klien untuk mengungkapkan dilakukan pada SP1.
perasaannya. 2. Melibatkan keluarga
3. Membantu klien untuk mengidentifikasi untuk mendorong klien
dan mendapatkan dukungan sosial dari untuk mengungkapkan
segala permasalahannya. perasaan klien.
4. Membuat jadwal kegiatan harian. 3. Melibatkan keluarga
dalam mengidentifikasi
permasalahan klien.
4. Melibatkan keluarga
untuk mendiskusikan cara
mengatasi masalah klien.
3 1. Melakukan evaluasi untuk tindakan yang 1. Melakukan evaluasi
telah dilakukan pada SP 2. untuk tindakan yang
2. Membantu klien mengembangkan telah dilakukan pada
mekanisme koping yang positif SP2.
berhubungan dengan permasalhannya, 2. Melibatkan keluarga
contoh membantu klien menggunakan dalam memberikan
koping yang baik untuk mengatasi dukungan mekanisme
kehilangan; ritual berduka. koping yang positif.
3. Membantu meningkatkan harga diri klien. 3. Melibatkan keluarga
4. Meminta klien untuk mengungkapkan melakukan kegiatan yang
perasaanya saat ini. berhubungan dengan
5. Memberikan penguatan positif terhadap peningkatan harga diri
setiap usaha klien yang telah dilakukan klien.
untuk mengubah perilaku hidup 4. Memberikan penguatan
maladaptif. positif terhdapa setiap
usaha keluarga yang
telah mendukung selama
diberikannya proses
keperawatan kepada
klien.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G.W. 2009. Principles & Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby.

Vanessa, Ivi. 2010. Gambaran Pikiran Bunuh Diri pada Suicide Attempters. Jurnal
Psikologi Univesitas Sumatra Utara:http://repository.usu.ac.id/
STRATEGI PELAKSANAAN I
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE-1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Klien sebulan yang lalu mengurung diri di kamar.
b. Kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan 2 bulan lalu.
c. Klien merasa sebatang kara karena ditinggal mati oleh kedua
orangtuanya.
d. Klien merasa malu karena setelah kecelakaan itu, tubuhnya cacat
pada wajah dan kedua ekstrimitas (tangan dan kakinya fraktur).
e. Klien tidak mau mandi, baju tidak pernah diganti, kulit, kuku dan gigi
tampak kotor.
f. Klien mengutarakan ingin bunuh diri karena menganggap dirinya
sudah sebatang kara dan tidak berguna lagi.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan Khusus
a. Klien bersedia bergaul/ bersosialisasi dengan perawat
b. Klien mau diajak membina hubungan saling percaya dengan perawat
sehingga mau mengutarakan masalahnya.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
 Mengucapkan salam teraupetik
 Menanyakan kondisi klien saat ini
 Mengajak klien jalan-jalan ke taman
b. Klien bersedia bergaul/ berbicara dengan perawat
 Menyapa klien saat bertemu di jalan
 Menanyakan kabar klien hari ini
 Menggali lebih dalam rasa percaya klien terhadap perawat

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
Orientasi
1. Salam Teraupetik
 Selamat pagi, mbak!
 Assalamualaikum!
2. Evaluasi/ Validasi
 Bagaimana kabarnya hari ini?
 Sebenarnya apa sih yang membuat mbak seperti ini?
3. Kontrak : Topik, waktu dan tempat
 Bisa minta waktunya sebentar, nggak? Cuma mau mengenal lebih jauh
tentang mbak. Paling lama 15 menit.. gimana? Kalau bersedia di sini
saja ya (kamar tidur klien).
Kerja
 Assalamualaikum, mbak!
 Perkenalkan, saya perawat…..
 Mbak, saya di sini akan menemani mbak selama 15 menit ke depan
untuk mendengarkan keluhan mbak. Bagaimana? Apa mbak bersedia
saya temani?
 Oh ya, bagaimana kabar mbak hari ini? Merasa lebih baik atau justru
masih cemas tidak karuan?
 Kalau ada yang ingin mbak ceritakan, ceritakan saja pada saya. Gak
apa-apa kok. Saya akan menjaga rahasia mbak dari siapapun.
 Oh ya, nama mbak siapa? Sekarang masih sekolah atau kuliah?
Tingkat berapa?
 Bagaimana kalau kita jalan-jalan di sekitar sini?

Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Subyektif : Nah, sekarang apa mbak sudah merasa nyaman
ngobrol dengan saya?Senang nggak jalan-jalan dengan saya?
 Obyektif : (perawat mendapati tatapan mata kosong, dan klien
tampak melamun dan kurang antusias)
2. Tindak lanjut klien
 Baik, mbak. Tolong kalau nanti ketemu saya, balas sapaan saya ya. 4
jam lagi saya akan datang kemari untuk membawakan obat mbak.
Nanti mbak bisa menceritakan apa yang mbak keluhkan sekiranya
mbak bersedia. Oke?!
3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)
 Baik, mbak. Kita sudah ngobrol selama 15 menit. Besok kita akan
berdiskusi lagi tentang penyebab dari masalah yang dialami mbak.
Jam 10 pagi di sini saja ya…gak lama kok. 15 menit saja sudah cukup.
Oke?!

Anda mungkin juga menyukai