Anda di halaman 1dari 13

TATA LAKSANA INFEKSI HIV

Tri Pudy Asmarawati, dr., Sp.PD


Dept/KSM Penyakit Dalam RSP Unair/ FK Unair Surabaya
2017
TATA LAKSANA UMUM

• Dukungan nutrisi : untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memulihkan status imun
• Dukungan psikologis
• Pola hidup sehat

TATA LAKSANA KHUSUS

• Pemberian antiretroviral (ARV) kombinasi


• Terapi infeksi sekunder
• Terapi keganasan
• Terapi sindroma wasting
TUJUAN TERAPI ARV

• mengurangi risiko penularan HIV,


• menghambat perburukan infeksi oportunistik,
• meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan
• menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi
PRINSIP TERAPI ARV
• Tepat indikasi
• Kombinasi (paling tidak 3 jenis obat)
• Pilihan obat : prioritas lini pertama
• Penentuan saat mulai pemberian: berdasar stadium klinis, CD4
• Kompleksitas : polifarmakologis dan potensi interaksi obat
• Resistensi
• Informasi : sebelum memulai terapi, px harus mendapatkan konseling yang jelas
• Motivasi
• Monitoring : pemeriksaan CD4 periodik, evaluasi klinis, efek samping, dan resistensi
obat
• Target terapi
• Pilihan rejimen
SIAPA SAJA YANG PERLU TX ARV?

• penderita HIV dewasa dan anak usia 5 tahun ke atas dengan stadium klinis 3 atau 4
atau jumlah sel Limfosit T CD4 ≤ 350 sel/mm3
• ibu hamil dengan HIV
• bayi lahir dari ibu dengan HIV
• penderita HIV :
• bayi atau anak usia kurang dari 5 (lima) tahun
• tuberkulosis
• hepatitis B dan hepatitis C
• pada populasi kunci
• yang pasangannya negatif
• pada populasi umum yang tinggal di daerah epidemi HIV meluas.
ALUR LAYANAN HIV
PENGOBATAN PENCEGAHAN KOTRIMOKSAZOL (PPK)
• Beberapa infeksi oportunistik dapat dicegah dengan pemberian pengobatan
profilaksis. Terdapat 2 macam pengobatan pencegahan:
1. Profilaksis primer : untuk mencegah suatu infeksi yang belum pernah diderita.
2. Profilaksis sekunder : untuk mencegah berulangnya suatu infeksi yang pernah
diderita sebelumnya

• KOTRIMOKSAZOL  efektif untuk mencegah infeksi pneumocystic carinii


pneumonia (PCP) dan toxoplasmosis
• Indikasi PPK:
• ODHA yang bergejala (stadium klinis 2, 3, atau 4) termasuk perempuan hamil
dan menyusui.
• ODHA dengan jumlah CD4 di bawah 200 sel/mm3 (apabila tersedia
pemeriksaan dan hasil CD4).
PADUAN ARV LINI PERTAMA

2 NRTI + 1 NNRTI
PADUAN LINI PERTAMA PADA PASIEN YANG
BELUM PERNAH MENDAPAT TERAPI
PEMANTAUAN KLINIS

• Frekuensi Pemantauan klinis tergantung dari respon terapi ARV.


• Minimal dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak memulai
terapi ARV dan kemudian setiap 6 bulan bila pasien telah mencapai
keadaan stabil.
• Pada setiap kunjungan perlu dilakukan penilaian klinis (tanda dan gejala efek
samping obat atau gagal terapi) dan frekuensi infeksi (infeksi bakterial,
kandidiasis dan atau infeksi oportunirtik lainnya)
• Konseling untuk membantu pasien memahami terapi ARV dan dukungan
kepatuhan.
PEMANTAUAN LABORATORIS

• pemantauan CD4 secara rutin setiap 6 bulan, atau lebih sering bila ada indikasi klinis.
• terapi dengan zidovudine : pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) sebelum terapi dan pada
minggu ke 4, 8 dan 12 sejak mulai terapi atau ada indikasi tanda dan gejala anemia
• Pengukuran ALT (SGPT) dan kimia darah lainnya perlu dilakukan bila ada indikasi (tidak rutin).
• Penggunaan NVP untuk perempuan dengan CD4 antara 250 – 350 sel/mm3  perlu dilakuan
pemantauan SGPT pada minggu 2, 4, 8 dan 12 sejak memulai terapi ARV
• Pengunaan Tenofovir Evaluasi fungsi ginjal
• Penggunaan Protease Inhibitor (PI) dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan lipid 
pemeriksaan GD dan profil lipid sesuai tanda dan gejala
• Pengukuran Viral Load (VL) digunakan untuk membantu diagnosis gagal terapi, dapat
memprediksi gagal terapi lebih awal
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai