Disusun Oleh:
Olvhan Tiara Sukma
Aisyatu Rabbiah
Ayu Adillah Putri
Suryani
Pembimbing :
dr. Nopian Hidayat, Sp.An
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan kasus kelompok ini. Terima kasih penulis kepada dr.
Nopian Hidayat, Sp.An yang telah membimbing, meluangkan waktu, dan memberi
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan laporan ini, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang relevan untuk kesempurnaan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
2.6 Penatalaksanaan................................................................................ 11
2.6 Prognosis........................................................................................... 24
PENDAHULUAN
yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat
manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi umumnya terjadi di hemisfer
frekuensinya yaitu mencapai angka 20%. Meningioma lebih sering dijumpai pada
wanita daripada pria terutama pada golongan umur antara 50-60 tahun dan
keluarga. Korelasinya dengan trauma kapitis masih dalam pencarian karena belum
neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili arachnoid. Sel di medulla spinalis
yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang terletak pada tempat pertemuan
Yang terletak di krista sphenoid, parasellar, dan baso-frontal biasanya gepeng atau
kecil bundar. Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan
dapat menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian
beruapa foto polos, CT scan, MRI, angiografi dan USG sebagai pemeriksaan
TINJAUAN PUSTAKA
2. MENINGIOMA
yang melindungi otak dan medulla spinalis. Di antara sel-sel meningen itu belum dapat
dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan erat antara tumor
banyak villi arachnoid. Pada orang dewasa menempati urutan kedua terbanyak.
Dijumpai 50% pada konveksitas dan 40% pada basis kranii. Selebihnya pada foramen
magnum, fosa posterior, dan sistem ventrikulus. Meningioma dapat timbul pada tempat
Meningioma lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria, terutama pada
golongan umur antara 50-60 tahun dan tetapi tidak tertutup kemungkinan muncul pada
masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut, dan memperlihatkan
Tumor ini mempunyai sifat yang khas yaitu tumbuh lambat dan mempunyai
tengkorak serta menekan jaringan sekitarnya. Tumor otak yang tergolong jinak ini
secara histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells)
diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat
pada hasil biopsi yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-
a. Grade I
mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodic.
Jika tumor semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala,
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih
tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini. Meningioma
c. Grade III
pertama untuk grade III diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor,
tumor:5
1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah
selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan
atas otak.
6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak
7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur
antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pada medulla spinalis setingkat thorax
dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala
seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri
tungkai.
8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pada atau di
2.2 Etiologi
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa
teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang
tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari
(NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada
40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom
familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi
pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan
pertumbuhan meningioma.6
kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari
terjadi pada 5% sampai 15% dari pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis
tipe 2. Beberapa meningioma memiliki reseptor yang berinteraksi dengan hormon seks
paling sering pada meningioma yang jinak, baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor
ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali menantang bagi dokter
untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang penggunaan hormon jika mereka
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa
teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang
dihubungkan dengan kanker payudara. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan
ukuran tumor pada fase lutheal siklus haid dan kehamilan. Ekspresi progesteron
reseptor dilihat paling sering pada jinak meningioma, baik pada pria dan wanita.
Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, sehingga sering kali menantang bagi
dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang penggunaan hormon jika
Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten berhubungan dengan
risiko terjadinya meningioma yaitu sinar radiasi, faktor lingkungan berupa gaya hidup
dan genetik telah dipelajari, namun perannya masih dipertanyakan. Faktor lain yang
telah diteliti yaitu penggunaan hormon endogen dan eksogen, penggunaan telepon
genggam, dan variasi genetik atau polimorfisme. Faktor lain yang dinilai berperan
adalah keadaan penyakit yang sudah ada seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan
epilepsi, pajanan timbal, pemakaian pewarna rambut, pajanan gelombang mikro atau
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada
otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya
fungsi normal dari bagian khusus dari otak). Secara umum, meningioma tidak bisa
beraktifitas atau pada pagi hari, perubahan mental, kejang, mual muntah, perubahan
status mental
Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-
memiliki derajat kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering terlihat plak yang
Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan
hasil false-negatif pada meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak dapat
kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogen pada foto kontras. Tumor
juga memberikan gambaran komponen kistik dan kalsifikasi pada beberapa kasus.
Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan dan cairan intratumoral
sepanjang dura serebri sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas, yang
meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung pada
lokasi tumor berada. Kelebihan MRI dalam memberikan gambaran meningioma adalah
resolusi 3 dimensi. Kemampuan MRI untuk membedakan tipe dari jaringan ikat,
c. Ultrasonografi (USG)
hemorrhage, perubahan kista yang terdapat di bagian dalam dan luar massa tumor,
kalsifikasi, invasi parenkim oleh meningioma malignan, dan massa lobus atau multi
gambaran vaskular yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and law
phenomenon.11
penunjang yang berkembang dari ilmu angiografi klasik, yang belakangan ini
merupakan alat diagnostik yang kuat untuk mengetahui embolisasi dan perencanaan
untuk operasi. Angiografi masih bisa digunakan jika terjadi embolisasi akibat tumor.11
carotis internal dan eksternal. Basal meningioma pada anterior dan fossa cranial media
dan meningioma pada tulang sphenoid umumnya mendapat vaskularisasi dari arteri
dan eksternal.11
2.6 Penatalaksanaan
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara
lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel
saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi.
Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor risiko, pola,
dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi
juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi.12
adalah reseksi bedah saraf. Dengan pendekatan ini, kontrol lokal berkisar antara 50%
dan 70%, tergantung pada status reseksi. Sebuah seri atau studi lebih kecil telah
menunjukkan bahwa radioterapi pasca operasi pada populasi pasien ini dapat
dosis 60 Gy atau lebih tinggi telah ditunjukkan diperlukan untuk kontrol tumor.13
1. Pembedahan adalah pengobatan utama untuk pasien yang bukan kandidat untuk
elektif. Reseksi tumor lengkap dikaitkan dengan tingginya tingkat harapan hidup
bebas penyakit.
untuk dioperasi (seperti sinus cavernous meningioma), tumor yang tidak dapat
stereotactic.
3. Terapi sistemik lainnya dapat dipertimbangkan untuk tumor yang tidak dapat
a. Radioterapi
Sekitar 4% dari semua meningioma diinduksi radiasi. Menariknya, ini biasanya tidak
disertai dengan mutasi gen NF2. Sering tumor ini berasal dari pinggiran lapangan
terpancar. Bukti untuk radiasi yang berasal dari setidaknya empat sumber:15
1. Korban tumor yang telah menerima radiasi pada mata atau leher memiliki
kemudian.
2. Sebuah studi kohort pada pasien yang diikuti di Israel yang memiliki medan
4. Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa mulut penuh gigi yang di x-ray yang
Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan
komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat rentan
b. Kemoterapi
sebagai terapi adjuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit
sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen kemoterapi (baik
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun regimen
tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari
adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata
sekitar 5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam
penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan
dilaporkan pada satu kasus pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-
pasien dengan rekurensi dan meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian
meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas
Anestesi untuk bedah saraf memerlukan pengetahuan tentang prinsip dasar dan
Evaluasi pra bedah sama seperti tindakan anestesi lainnya dengan riwayat medis
lengkap yang menekankan terhadap fungsi jantung dan paru. Pada prosedur bedah
saraf; seperti halnya prosedur bedah lain, kebanyakan morbiditas dan mortalitas
1. Anamnesis
Gejala kenaikan ICP harus ditanyakan (sakit kepala, mual, muntah, penurunan
kesadaran, gangguan penglihatan). Adanya kejang dan defisit neurologis lokal akibat
efek penekanan lokal dari tumor. Perdarahan otak atau Cerebro Vascular Accident
sebelumnya dicatat sebagai residu defisit neurologis. Mannitol dan diuretik lain yang
digunakan pra bedah untuk mengurangi edema serebral, dapat menimbulkan
hipotensi berat dan aritmia pada saat induksi anestesi. Kortikosteroid, yang juga
digunakan untuk menurunkan edema serebral, akan meningkatkan kadar glukosa darah
dengan adanya stres bedah. Obat anti hipertensi dapat merubah volume intravaskuler.
Tricyclic anti depresant dan levodopa telah nyata dapat memicu terjadinya hipertensi
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pra bedah ditujukan pada jalan napas, paru, sistem
sering somnolen dan intake oral yang tidak adekuat yang dapat menimbulkan keadaan
hipovolemia. Juga bisa terjadi peningkatan diuresis akibat diabetes insipidus, atau
pemberian diuretik. Hipovolemia ringan atau sedang umumnya dapat ditolerir dengan
baik, tetapi hipovolemia yang nyata harus dikoreksi sebelum induksi anestesi.15
adanya sakit kepala, mual, muntah, midriasis unilateral, pupil edema, palsi
occulomotor atau abdusen. Bila ICP meningkat lebih jauh, kesadaran pasien
memburuk dan diikuti dengan disfungsi respirasi dan jantung. Adanya pernafasan
Cheyne-Stokes atau bradikardi disertai hipertensi merupakan tanda penekanan batang
otak.15
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, termasuk jumlah sel darah, kimia serum dan
serum, jadi pemberian K harus dipertimbangkan. Bila kadar glukosa serum > 200 mg%
diperlukan terapi insulin untuk menurunkan kadar glukosa ke nilai normal yang
berguna untuk proteksi otak dan tekanan osmotik. Osmolaritas serum harus diukur
pada pasien dalam terapi ICP. Pasien dengan cedera kepala sering EKG-nya abnormal,
maka pemantauan EKG pra bedah harus dilakukan, untuk melihat perubahan selama
operasi dan anestesia. Pemeriksaan radiologis pra bedah untuk informasi tentang
ukuran tumor atau perdarahan serta lokasinya, edema serebral, dan mid-line shift. Mid-
line shift 0,5 cm pada MRI atau CT-Scan atau gangguan dari jaringan otak pada
4. Pengelolaan Obat
prinsip pemberian obat adalah untuk mengendalikan ICP dan terapi epilepsi. Steroid
efektif untuk mengurangi edema peritumor dan meningkatkan kompliance otak pada
Premedikasi
Sedasi pra bedah merupakan kontra indikasi pada pasien dengan penurunan
paruh yang cukup panjang dan bisa memperlambat bangun paska bedah, karena itu
mungkin lebih baik dengan midazolam i.v., i.m. atau oral. Narkotik harus dihindari
meningkatkan ICP.15
Monitoring
Monitoring rutin untuk operasi supratentorial adalah EKG, tekanan darah non-
invasif, arteri line, stetoskop oesophageal, FiO2, pulse oximetri, temperatur, nerve
stimulator, kateter urin. Idealnya EKG monitor di lead II, V5 dan modifikasi V5
ditempelkan pada semua pasien dengan penyakit jantung iskemik. Arteri line
digunakan bukan saja untuk memonitor tekanan darah dari denyut ke denyut jantung,
tetapi juga untuk analisa gas darah serta dapat juga menolong melihat status volume
pasien: (Tekanan Nadi = Tekanan Sistolik - Tekanan Diastolik). Untuk melihat CPP,
tranduser arteri line ditempelkan di level sirkulasi Willisi setinggi meatus acusticus
externa. Indikasi monitor arteri line terlihat pada tabel di bawah ini. Indikasi
c. Hipotensi kendali.
beberapa praktisi menasihatkan untuk digunakan secara rutin, tetapi praktisi yang lain
tumor > 3 cm dengan mid-line shift atau edema yang nyata) akan menguntungkan bila
Pengelolaan Anestesi
Sasaran utama selama induksi anestesi adalah mempertahankan level normal dari
ICP sambil mempertahankan CPP yang adekuat. Sasaran ini kebanyakan dilakukan
dengan menurunkan volume otak. Penurunan jumlah volume CSF sebagai kompensasi
pada kenaikan ICP kronis. Drain lumbal dapat dipakai untuk menurunkan volume
CSF, tetapi di kamar operasi penurunan volume darah otak umumnya dilakukan
Induksi
Walaupun induksi anestesi untuk kraniotomi dapat dilakukan dengan berbagai
macam obat, tetapi yang paling baik adalah dengan barbiturat. Pentotal akan
menurunkan CMRO2, CBF dan ICP. Propofol juga menurunkan CMRO2, CBF dan
ICP. Narkotik juga menurunkan CMRO2, tetapi lebih kecil daripada penurunan CBF,
sehingga dalam teori disebutkan dapat membawa ke arah iskemia, walaupun demikian
efek ini tidak relevan secara klinis. Narkotik memberikan pengendalian tekanan darah
dan denyut jantung yang baik, sehingga selalu dipakai dalam anestesi.15
serta menimbulkan gambaran kejang pada EEG, maka ketamin tidak dipakai pada
neuroanestesi. Pengaruh obat-obat anestesi terhadap CBF dan ICP terlihat pada tabel di
bawah ini.15
ICP-CBF
Decreasing No Change Increasing
Induksi yang lancar lebih penting dari kombinasi obat yang digunakan. Pasien di
propofol (2 mg/kg) atau etomidate 0,3 mg/kg i.v harus diikuti dengan ventilasi melalui
sungkup muka untuk menjamin patensi jalan nafas dan hiperventilasi. Neuromuskular
blockade dapat dilakukan dengan vecuronium (0,1-0,15 mg/kg) atau rocuronium (06-
0,8mg/kg) i.v. lalu dihiperventilasi melalui sungkup muka dengan N2O/O2 atau O2-
Isofluran konsentrasi terendah (0,5%). Lidokain i.v. (1,5mg/kg) dan ½ dosis obat
Kombinasi narkotik (fentanyl 5 µg/kg atau sufentanil 0,5-1 µg/kg) dan dosis kecil
pentotal dapat mengendalikan ICP serta kardiovaskuler tetap stabil. Ventilasi adekuat
harus dilakukan untuk menghindari hipoventilasi dan hiperkarbia akibat narkotik yang
Pemeliharaan Anestesi
umumnya termasuk dalam 3 katagori: obat anestesi inhalasi, teknik anestesi intravena
dan teknik balans. Gambaran paling penting dalam pemberian anestesi adalah bukan
teknik mana yang digunakan, tetapi bagaimana tepatnya teknik tersebut dilakukan.
Banyak penulis yang memikirkan bahwa anestesi dengan dasar narkotik dengan
N2O atau dosis rendah Isofluran (< 1%) dalam oksigen, cukup optimal. Tetapi baru-
paska bedah bila dibandingkan dengan teknik anestesi inhalasi atau anestesi
fentanyl, alfentanil atau sufentanil. Sufentanil mungkin mempengaruhi ICP dan CPP
1% dalam oksigen mungkin cukup baik. Alternatif lain, sufentanil 0,5-lug/kg bolus,
diikuti intermitent dengan dosis tidak lebih dari 0,5µg/kg/jam, atau infus 0,25-0,5
µg/kg/jam kombinasi dengan Isofluran <1% dalam O2. Sufentanil kontinyu dihentikan
Obat anestesi inhalasi lebih disukai Isofluran dengan sedikit atau tanpa
frekuensi nadi, lebih baik diatasi dengan labetolol atau esmolol, bukan dengan
menaikkan dengan menaikkan konsenrrasi obat anestesi inhalasi, supaya pasien lebih
cepat bangun.
N2O bisa digunakan kecuali pada pasien dengan pneumocephalus (trauma post
craniotomy) atau emboli udara. Penggunaan N2O akan mengurangi dosis narkotik dan
TIVA dapat dilakukan dengan propofol dan fentanil. Setelah induksi, propofol
fentanyl 2µg/kg/jam. Teknik ini akan memberikan anestesi yang stabil dan pasien
cepat bangun, serta kejadian mual-muntahnya rendah. Setiap teknik anestesi ini
terjadi pemberian obat yang berlebihan atau kurang. Bila pasien sulit bangun paska
bedah, salah satu kemungkinannya adalah ekses obat anestesi. Kemungkinan yang lain
hipotermi.15
menurunkan ICP sebelum dura dibuka, melawan vasodilatasi akibat obat anestesi
inhalasi dan menyebabkan otak menjadi rileks selama operasi. Optimal hiperventilasi
adalah untuk mencapai PaCO2 25-30mmHg. Jika peningkatan ICP masih merupakan
PaCO2 harus dikorelasikan dengan EtCO2. Normalnya PaCO2 4-8mmHg lebih tinggi
dari EtCO2. Penurunan lebih besar dari PaCO2 tidak menunjukkan adanya perubahan
yang nyata pada ICP dan hipokapni yang ekstrim dapat memberi pengaruh yang buruk
Pelemas otot mencegah pasien bergerak pada saat-saat yang kritis. Juga bisa
menurunkan ICP dengan rileksnya dinding dada, yang akan menurunkan tekanan
intratorakal dan terjadi drainage vena serebral yang baik. Pemilihan obat harus
berdasar pada lamanya operasi dan pengaruh obat pada haemodinamik serta ICP.
Cairan yang diberikan lebih disukai NaCl 0,9%. Pemberian cairan dibatasi
selama induksi anestesi dan dipertahankan tetap sedikit selama hemodinamik stabil
dan produksi urine baik. Bila dibutuhkan resusitasi volume dan nilai Ht tidak
hubungan yang berlebihan antara sirkulasi karotis eksternal dan internal, maka tulang
tengkorak sangat vaskuler. Bisa terjadi masalah pembekuan akibat dari tipe tumornya,
atau akibat transfusi darah masif dan beberapa kasus DIC telah dilaporkan terjadi pada
pasien dengan tumor serebral primer, juga sering terjadi edema serebri paska bedah.
Saat terjadinya kehilangan darah adalah pada saat meagangkat tulang dan
mengangkat tumor. Bila ada hubungan antara pembuluh darah tumor dengan
pembuluh darah ekstrakranial, perdarahan dari tulang tengkorak biasanya terjadi pada
saat membor tulang kepala, tetapi umumnya dapat diatasi dengan bone wax.
Perdarahan selanjutnya terjadi pada saat tulang diangkat dengan kraniotom dan tidak
dapat dikendalikan sampai seluruh tulang tersebut selesai diangkat, sehingga bila
terjadi kesulitan pengangkatan tulang kepala, dapat terjadi perdarahan yang banyak.15
Teknik hipotensi dilakukan sebelum mulai mengangkat tulang lebih baik dengan
dipertahankan antara 70-80 mmHg pada pasien yang normotensi dan pada level yang
lebih tinggi pada pasien yang hipertensi. Bila tulang telah diangkat, tekanan darah bisa
diturunkan lagi (tetapi harus diingat dalam menurunkan tekanan darah ini, harus
tanpa ada edema serebral paska bedah. Disebabkan bahaya dari gangguan pembekuan,
maka FFP dan thrombocyt harus diberikan setelah jumlah perdarahan mencapai 2 liter
bila perdarahan terns berlangsung. Pemberian ini lebih dini daripada yang biasanya
karena untuk mencegah terjadinya DIC, sebab hal ini secara nyata tidak mungkin
untuk mengobati keadaan ini pada pasien bedah syaraf karena kebutuhan heparin dan
Akhir Anestesi
Bangun dari anestesi setelah operasi supra tentorial harus lancar dan gentle.
Keputusan apakah pasien harus bangun dan di ekstubasi tergantung dari derajat
kesadaran pra bedah, lokasi operasi, luasnya edema serebri, jumlah obat yang
diberikan.
Pasien yang pra bedahnya dalam keadaan koma atau tumor besar di sentral,
jangan segera diekstubasi. Kebanyakan pasien tetap diintubasi dan bangun pelan-pelan
di ICU setelah terus dimonitor dan diventilasi. Ada dua situasi klinis dimana pasien
yang sebelumnya koma dicoba untuk bangun sesegera mungkin pasca bedah :
Labetolol atau esmolol dan lidokain 1,5mg/kg i.v. dapat digunakan untuk terapi
hipertensi, takikardia dan stimulasi simpatis yang dihubungkan pada periode sesaat
sebelum ekstubasi. Adanya hipertensi pada periode ini harus diterapi karena bisa
I.8 Prognosis
yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa
survivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate
lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan
lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-
pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan mengalami keganasan dan
kekambuhannya tinggi.14
lebih lanjut.13
Sejak 20 tahun lalu meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila
letaknya mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada
invasi dan kerusakan tulang tumor tidak berkapsul pada saat operasi invasi pada
angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi
selama lima tahun (1942–1946) adalah 7,9% dan (1957–1966) adalah8,5%. Sebab-
sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema
otak.14
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Kampar
Pembiayaan : BPJS
No RM : 954713
I. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
± 1 tahun belakangan ini os juga sering merasakan sakit kepala, sakit dirasakan
semakin hari semakin hebat, tidak sembuh dengan mengkonsumsi obat sakit
kepala, dan os sering muntah-muntah tiba-tiba tanpa didahului suatu penyebab.
Demam (-), batuk (-), pilek (-). BAB normal, BAK Normal
E : Tekanan darah pasien dalam batas normal, pasien tidak merokok dan
mengkonsumsi alkohol
Status gizi
Berat badan : 53 kg
a. Airway
- Clear, tidak ada sumbatan jalan nafas.
- Penilaian LEMON
L (Look) : Tidak terdapat kelainan.
E (Evaluation) : Jarak antara gigi seri pasien 3 jari.
Jarak tulang tiroid dengan dagu 3 jari.
Jarak benjolan tiroid dengan dasar mulut 2 jari
M (mallampati Score) : Grade 1 (PUSH).
O (Obstruction) : Tidak ada sumbatan jalan napas. Trauma (-)
N (Neck Mobility) : Tidak ada keterbatasan gerakan leher.
b. Breathing
- Respiratory Rate (RR) : 20 kali/menit
- Vesikuler (+)
- Tidak ada retraksi iga
- Tidak ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan
c. Circulation
- Akral : akral hangat
- Frekuensi nadi : 82 x/menit
- CRT : < 2 detik
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
d. Disability
- Kesadaran composmentis, GCS 15 (E4V5M6)
- Pupil isokor 3 mm / 3 mm, refleks cahaya (+/+)
e. Exposure
- Tidak tampak adanya kelainan di tempat lain
Pemeriksaan kepala
Mata :konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), udem palpebral (-), pupil
isokor, refleks cahaya (+/+)
Mulut :Sianosis (-), mukosa kering (-), gigi palsu (-), bibir pucat (-)
Leher :Tidak tampak adanya benjolan dan pembesaran kelenjar getah bening.
N.Cranialis :Sensorik-Motorik dalam batas normal.
Pemeriksaan thoraks
Inspeksi : dinding dada simetris, gerakan dinding dada simetris, tidak ada
retraksi iga dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan
Palpasi : vokal fremitus simetris normal
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru, batas jantung dbn
Auskultasi : suara nafas vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), bunyi
jantung S1 dan S2 normal regular, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : perut tampak datar, simetris, scar (-), ascites (-), venektasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) 8x/menit
Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : Supel, massa (-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan ekstremitas
Akral hangat
CRT <2 detik
Edema (-)
Diagnosis kerja
Persiapan alat
Persiapan obat
P = M x lama puasa
P = 93 ml/jam x 6 jam = 558 ml
Pemberian cairan durante operasi
Jam I : M + O + ½ P = 93 ml + 424 ml + 279 ml = 796 ml
Jam II : M + O + ¼ P = 93 ml + 424 ml + 139,5 ml = 656,5 ml
Jam III : M + O + ¼ P = 93 ml + 424 ml + 139,5 ml = 656,5 ml
Jam IV dan seterusnya : M + O = 93 ml + 424 ml = 517 ml/jam
Pemeliharaan anestesi :
Syringe pump :
- Propofol 10 mg/jam
- Fentanyl 15 mcg/jam
- Atracurium 15 mg/jam
Ekstubasi
Menutup aliran N2O
Alirkan oksigen 6 L/menit
Pastikan pasien bernafas spontan dan teratur
Melakukan suction slem pada airway pasien
Mengempeskan balon ETT, lepaskan plester fiksasi ETT, cabut ETT,
dan segera pasang face mask dengan oksigen 6 L/menit
Ekstensikan kepala pasien
Non farmakologis:
Farmakologis:
- Syringe pump :
Fentanyl 50 mcg/jam
Miloz 1 mg/jam
BAB IV
PEMBAHASAN
penunjang yang dilakukan terhadap pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin
volume otak, melindungi jaringan saraf dari cedera dan iskemia, serta mengurangi
dikurangi dengan cara menurunkan tekanan darah akan tetapi penurunan tekanan darah
harus diperhatikan karena dapat mengakibatkan penurunan tekanan perfusi otak dan
menyebabkan iskemia pada jaringan otak sehat maupun jaringan otak yang sudah
16
iskemia karena tertekan tumor.
Secara anatomi, jaringan yang terdapat dibawah kranium terdiri dari 3 komponen,
yaitu parenkim otak (86%), darah (4%), dan cairan serebrospinal (10%). Komposisi
volume ketiga komponen tersebut dapat berubah sesuai hukum Monroe Kellie,
akan tetapi volume totalnya selalu konstan karena volume intrakranial selalu sama,
sehingga perubahan salah satu komponen akan diikuti oleh pergeseran komponen yang
16
lain.
cc/100gram/menit dengan konsumsi basal oksigen otak 3,3 cc/100 gram/menit dan
konsumsi glukosa otak 4,5 mg/100 gram/menit, hal tersebut dapat terjadi bila
tekanan rata-rata arteri (MAP) dijaga antara 50–150 mmHg. Tekanan darah arteri
rata-rata di bawah 50 mmHg akan menyebabkan iskemia pada jaringan otak, sementara
tekanan di atas 150 mmHg akan menyebabkan kerusakan sawar darah otak sehingga
terjadi edema otak atau pendarahan yang lebih buruk. Pada kasus pembedahan
tumor otak maka diharapkan target PaO2 antara 100–200 mmHg. Pemberian kadar
oksigen tinggi dengan PaO2 > 200 mmHg harus dihindari karena dapat terjadi
perubahan aliran darah otakkarena CO2 merupakan vasodilator kuat pada pembuluh
darah otak. Setiap perubahan 1 mmHg PaCO2 antara 25–80 mmHg akan
mengakibatkan perubahan aliran darah sekitar 4%. Pada operasi tumor otak PaCO2
dipertahankan antara 25–30 mmHg dengan tujuan unutk menurunkan aliran darah
otak. Tekanan PaCO2 di bawah 20 mmHg harus dihindari karena dapat menyebabkan
16,17
vasokontriksi hebat dan menyebabkan iskemia jaringan otak.
memiliki efek proteksi terhadap otak. Tekanan intrakranial, aliran darah otak, dan
16
metabolisme otak turun pada penggunaan propofol. Mekanisme kerja propofol
acid (GABA). Pada pasien dengan tekanan intrakranial normal, propofol akan
menurunkan metabolisme otak 36%, tekanan intrakranial 30% dan tekanan perfusi
16,18
otak 10%. Propofol juga menurunkan tekanan intraokular. Pemberian propofol
pada sistem kardiovaskuler dapat menyebabkan penurunan pada tekanan darah rata-
rata 20% dan penurunan systemic vascular resisten (SVR) sebesar 26% dan hasil
akhirnya adalah penurunan perfusi serebral, akan tetapi penurunan tersebut dapat
dicegah dengan pemberian propofol secara titrasi dan pemberian cairan sebelum
induksi.16
Pelemas otot yang digunakan pada pasien ini adalah atracurium. Atracurium
tidak mempengaruhi ICP. Atracurium memiliki onset yang cepat, namun durasinya
pendek.16
Pada pasien ini digunakan fentanyl sebagai pemeliharaan anestesi. Selain itu,
Anestesi inhalasi yang digunakan pada pasien ini untuk pemeliharaan anestesi
adalah Isoflurane. Isoflurane memiliki pengaruh yang minimal terhadap CBF dan
ICP. Oleh karena isoflurane menekan metabolisme serebral, hal ini memberikan efek
yang pertama dilakukan sebelum dilakukan craniotomy untuk mengurangi edema otak.
Pemberian mannitol kedua diberikan pada saat akhir operasi dengan tujuan
mengurangi edema otak terkait pendarahan dan manipulasi otak oleh operator saat
menghentikan pendarahan yang terjadi pada saat 1 jam sebelum operasi berakhir
2. Harsono. Tumor Otak. Dalam : Buku Ajar Neurologi Klinis Edisi pertama.
Yogyakarta: UGM Press, 1999; 201-201.
3. Wonoyudo, Tri Astuti. Peran CT Scan Pada Diagnosis Tumor Otak. Cermin Dunia
Kedokteran, 1992;77:12-18.
8. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2003.
10. Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article Radiology. SA:
Medical University of Southern Africa,2004:3-5.
12. Riadi, Djoko. Terapi Pembedahan Tumor Otak. Cermin Dunia Kedokteran,
1992;77:30-32.
13. Stephanie E Combs, Lutz Edler, Iris Burkholder, et al. Treatment of patients with
atypical meningiomas Simpson grade 4 and 5 with a carbon ion boost in
combination with postoperative photon radiotherapy: The MARCIE Trial. BMC
Cancer,2010;10(615):1471-2407.
14. Anonymous. Meningiomas. Clinical Practice Guideline CNS-005,2009.
15. Peter Black, M.D., Ph.D., Andrew Morokoff, M.D., Ph.D., Jacob Zauberman,
M.D., et.al. Meningiomas: Science and Surgery. Clinical Neurosurgery,
2007;54:91-99.
16. Bisri T. Dasar-dasar Neuroanestesi edisi ke-2. Bandung: Saga Olah Citra;2008:1-
74
17. Cottrell JE, Smith DS. Anesthesia and neurosurgery. Edisi ke-4. St
Louis: Mosby; 2001,297–313.