Anda di halaman 1dari 17

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknik Pengumpulan Data


Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan
penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas
dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai
proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau
menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai
dengan lingkup penelitian. Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai
kegiatan peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian, atau menguji hipotesis.
Menurut Sujarweni (2014: 74) teknik pengumpulan data merupakan cara
yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring informasi dari
responden sesuai lingkup penelitian. Teknik pengumpulan data yang
diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat,
sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable. Dalam suatu
penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat
menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan
tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data dalam satu
penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil suatu penelitian.
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian
yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas
instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen
dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah
teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang
valid atau reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat
dalam pengumpulan datanya.
4

B. Jenis-Jenis Teknik Pengumpulan Data


1. Tes
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah cara atau
prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas sehingga dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku peserta tes.
Menurut Margono (2010:170) bentuk tes yang sering dipakai dalam
proses pengukuran, yaitu :
a. Tes tertulis (written tes) : suatu tes yang menuntut siswa memberikan
jawaban secara tertulis . Tes tertulis mempunyai 2 macam:
1) Tes objektif merupakan tes tertulis yang menuntut siswa memilih
jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat
terbatas. Tes ini dibuat sedemikian rupa, sehingga hasil tes tersebut
dapat dinilai secara obyektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan
nilai yang sama. Tes objektif jawabannya ringkas dan pendek (short
answer test).
Bentuk bentuk tes obyektif ini adalah :
a) Bentuk benar salah (true false)
b) Bentuk pilihan ganda ( multiple choice)
c) Bentuk menjodohkan (matching)
2) Tes Subjektif/ Essai : tes tertulis yang meminta siswa memberikan
jawaban berupa uraian atau kalimat yang panjang-panjang. Panjang
pendeknya tes essai adalah relatif, sesuai kemampuan si penjawab tes.
b. Tes Lisan (oral test) : Tes lisan sangat bermanfaat untuk mengukur
aspek yang terkait dengan kemampuan komunikasi. Tes lisan juga
dapat digunakan untuk menguji siswa baik secara individual ataupun
kelompok. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes
lisan:
1) Janganlah guru membentak siswa karena siswa itu memberikan
jawaban yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang salah.
5

2) Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seorang murid


yang sedang dites dengan memberikan kunci-kunci jawaban tertentu
karena kita merasa kasihan atau simpati pada murid itu.

2. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang
dilaksanakan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan. Wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/ kecil. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010:194)
mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang
dirinya sendiri.
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar
dan dapat dipercaya.
3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh si peneliti.
a. Jenis-Jenis Wawancara
Menurut Margono (2010:167) interview atau wawancara dapat
dibedakan dalam dua jenis. Berikut penjelasan mengenai macam-
macam wawancara.
1) Wawancara Terstruktur
Menurut Sugiyono (2010:194) wawancara terstruktur digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh.
6

Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah


menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan
wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang
sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen
sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat
menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan
material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan
lancar.
Berikut ini diberikan contoh wawancara terstruktur, tentang
tanggapan masyarakat terhadap berbagai pelayanan pemerintah
Kabupaten tertentu yang diberikan kepada masyarakat. Pewawancara
melingkari salah satu jawaban yang diberikan responden.
1. Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan
pendidikan di Kabupaten ini?
a. Sangat Bagus
b. Bagus
c. Tidak Bagus
d. Sangat Tidak Bagus
2. Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang
kesehatan di kabupaten ini?
a. Sangat Bagus
b. Bagus
c. Tidak Bagus
d. Sangat Tidak Bagus
3. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang
transportasi Kabupaten ini?
a. Sangat Bagus
b. Bagus
c. Tidak Bagus
d. Sangat Tidak Bagus
7

2) Wawancara Tidak Terstruktur


Menurut Sugiyono (2010:197) wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun
contohnya adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu terhadap kebijakan pemerintah
terhadap Perguruan Tinggi Berbadan Hukum? Dan bagaimana
peluang masyarakat miskin dalam meperoleh pendidikan tinggi yang
bermutu”.
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam
penelitian pendahuluan atau malahan untuk peneliti yang lebih
mendalam tentang responden. Dalam penelitian pendahuluan peneliti
berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau
permasalahan yang ada pada objek. Sehingga peneliti dapat
menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus
diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih
lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-
pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang iklim kerja perusahaan,
maka dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tingkat bawah,
supervisor, dan manajer.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui
secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih
banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Peneliti
juga dapat menggunakan cara “Berputar-putar lalu menukik”, artinya
pada awal wawancara, yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak
terkait dengan tujuan. Kemudian bila sudah terbuka kesempatan untuk
menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan.
8

Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias.


Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat
dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat. Kebiasan data ini
akan tergantung kepada pewawancara, yang diwawancarai
(responden), dan situasi dan kondisi pada saat wawancara.
Pewawancara yang tidak dalam posisi netral, misalnya ada maksud
tertentu, diberi sponsor akan memberikan interpretasi data yang
berbeda dengan apa yang disampaikan oleh responden. Responden
akan memberikan data yang bias, bila responden tidak dapat
menangkap dengan jelas apa yanng ditanyakan peneliti atau
pewawancara. Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan
yang bias. Selanjutnnya situasi dan kondisi seperti yang telah
dikemukakan di atas, sangat mempengaruhi wawancara, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi validitas data.

b. Langkah-langkah wawancara.
Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2010:322), mengemukakan ada
tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan
data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2) Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
5) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
6) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
Beberapa jenis pertanyaan yang dapat digunakan dalam wawancara
adalah:
1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
9

4) Pertanyaan tentang pengetahuan


5) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
6) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Beberapa aspek di atas dipersiapkan agar dapat mengantisipasi
kekosongan terhadap sesuatu yang hendak ditanyakan. Materi
pertanyaan dapat melingkupidimensi waktu, seperti tentang apa-apa
yang dikerjakan responden di masa lampau, sekarang dan akan
datang. Dan pada intinya pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan
harus berpedoman pada arah penelitian atau harus sesuai dengan
tujuan penelitian.

3. Observasi (Pengamatan)
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2010:310) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya
dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi. Menurut Margono (2010:158) observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian.
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010:203) mengemukakan
bahwa, observasi merupakan suatu yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Secara umum
observasi atau pengamatan kegiatan adalah setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, peneliti berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
a. Jenis-Jenis Observasi
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi observasi berperanserta (Participant observation)
dan non partisipan (Non participant observation).
1) Observasi Berperanserta/Partisipatif (Participant observation)
10

Menurut Margono (2010:160) observasi partisipan adalah suatu


proses pengamatan bagian dalam dilakukan oleh observer dengan ikut
mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan
diobservasi. Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Menurut Sugiyono (2010:311) seperti telah dikemukakan bahwa
observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif,
partisipasi moderat, parsipasi aktif, dan partisipasi lengkap.
a) Partisipasi pasif (passive participation), dalam hal ini peneliti
datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan tersebut.
b) Partisipasi moderat (moderate participation), dalam observasi ini
terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam
dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut
observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak
semuanya.
c) Partisipasi aktif (active participation), dalam observasi ini peneliti
ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum
sepenuhnya lengkap.
d) Partisipasi lengkap (complete participation), dalam pengumpulan
data peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang
dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti
terlihat tidak melakukan penelitian. Hal ini merupakan
keterlibatan peneliti tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang
diteliti.

2) Observasi Nonpartisipan (Non participant observation)


Menurut Margono (2010:162) apabila observasi tidak ikut dalam
kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan
selaku pengamat, hal itu disebut observasi non partisipan. Misalnya
dalam suatu tempat pemunngutan suara (TPS), peneliti dapat
11

mengamati bagaimana perilaku masyarakat dalam hal menggunakan


hak pilihnya, dalam interaksi dengan panitia dan pemilih yang lain.
Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat
kesimpulan tentang perilaku masyarakat dalam pemilihan umum.
Pengumpulan data dengan observasi non partisipan tidak akan
mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat
makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang nampak,
terucapkan, dan yang tertulis.
Dari segi instrumen yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi tersruktur dan tidak terstruktur.
1) Observasi Terstruktur
Menurut Sugiyono (2010:205) observasi terstruktur adalah
observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang
akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur
dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variable apa
yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti
menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya. Misalnya peneliti akan melakukan pengukuran
terhadap kinerja pegawai yang bertugas dalam pelayanan IMB (Ijin
Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai setiap perilaku
dan ucapan dengan menggunakan instrumen yang digunakan untuk
mengukur kinerja karyawan tersebut.

2) Observasi Tidak Terstruktur


Menurut Sugiyono (2010:205) observasi tidak terstruktur adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang
telah diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara
pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan
peneliti tidak menggunakan pengamatan peneliti tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
12

Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara,


peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu
peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang
menarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.

b. Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Sugiyono (2010:313), dinyatakan bahwa
manfaat observasi adalah sebagai berikut :
1) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat
diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
2) Dengan observasi maka akan diperoleh pangalaman langsung
sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif,
jadi tidak dipengarugi oleh konsep atau pandangan sebelumnya.
Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan
atau discovery.
3) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang
atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam
lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa’ dan karena itu tidak
akan terungkapkan dalam wawancara.
4) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya
tidak akan diungkapkan oleh responden dalam wawancara karena
bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama
lembaga
5) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar
persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang
lebih komprehensif.
6) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan
data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan
merasakan suasana/ situasi sosial yang teliti.
13

4. Kuesioner (Angket)
Menurut Margono (2014:74) kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesiner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup basar dan tersebar di wilayah yang luas.
a. Jenis-Jenis Kuesioner (Angket)
Berdasarkan cara menyusun petanyaan dalam
teknik questioner ini dibagi menjadi dua yaitu:
1) Kuesioner terbuka (Opene and Items)
Menurut Margono (2010:168) kuesioner terbuka dalah kuesioner
dimana jawaban responden terhadap setiap pertanyaan kuesioner
bentuk ini dapat diberikan secara bebas menurut pendapat sendiri.
Kelebihan kuesioner terbuka yaitu:
a) Menyusun pertanyaan sangat mudah
b) Memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab dan
mencurahkan isi hati dan pemikirannya.
Kelemahan kuesioner terbuka yaitu:
a) Untuk peneliti sangat sulit mengolah dan mengelompokkan
jawaban karena sangat bervariasinya jawaban yang diberikan oleh
responden.
b) Pengolahan jawaban memakan waktu yang lama, satu dan lain hal
peneliti harus membaca satu persatu.
c) Untuk peneliti mungkin menimbulkan rasa bosan karena
tulisannya sulit dibaca, kalimat tidak jelas dari jawaban yang
diberikan oleh responden.
d) Rasa malas akan timbul pada responden yangtidak mempunyai
banyak waktu luang untuk menjawab.
14

Contohnya:
Bagaimana pendapat Saudara tentang sarana dan prasarana yang ada
di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta?
1. Sangat tidak baik
2. Tidak baik
3. Biasa
4. Baik
5. Sangat baik

2) Kuesioner Tertutup (Closed and Items)


Menurut Margono (2010:168) kuesioner tertutup berisi
pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang
disediakan. Responden dalam menjawab terikat pada sejumlah
kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.
Kelebihan kuesioner tertutup yaitu:
a) Untuk peneliti, mudah mengolah jawaban yang masuk.
b) Untuk peneliti, waktu yang dimanfaatkan dalam pengelompokkan
jawaban menjadi singkat karena dapat memanfaatkan bantuan
enumerator.
c) Untuk responden, mudah memilih jawaban.
d) Untuk responden, dalam mengisi jawaban mmerlukan waktu
singkat.
Kelemahan kuesioner tertutup yaitu:
a) Untuk peneliti, dalam penyusunan pertanyaan perlu berhati-hati
agar tidak ditafsirkan lain (berarti ganda).
b) Untuk responden, kebebasan menjawab merasa dibatasi.
Contoh:
Bagaimana pendapat Saudara tentang sarana dan prasarana yang ada
di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta?
Jawab: Sarana dan prasarana yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Surakarta sudah baik, misalnya seperti buku yang ada
di perpustaan fakultas sudah memadai.
15

b. Prinsip-Prinsip Penulisan Kuesioner (Angket)


Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2010:200) adapun prinsip-
prinsip penulisan kuesioner adalah sebagai berikut.
1) Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi
pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan.
Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan
harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan
jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2) Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan
dengan kemampuan berbahasa responden. Selain itu juga harus
memperhatikan jenjang pendidikan responden, dan keadaan sosial
responden.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau tertutup,
(dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan
bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan
responden untuk menuliskanjawabannya terbentuk uraian tentang
suatu hal. Sebaliknya, pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang
mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif
jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.
4) Pertanyaan tidak mendua
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa
6) Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak
menggiring pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
7) Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak
terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam
mengisi.
16

8) Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari


yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah
menuju hal yang sulit.
9) Prinsip pengukuran, adalah merupakan instrument penelitian,
yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti.
10) Penampilan fisik angket, artinya penampilan fisik angket sebagi
alat pengumpulan data akan mempengaruhi respon atau
keseriuasan responden dalam mengisi angket.

5. Document (Dokumen)
Menurut Kaelan (2010:113) dokumen adalah merupakan catatan
peristiwa yang telah lalu. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto
(2010:200) metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dokumen dapat
berbentuk tulisan, gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya.
Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen
yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film, video,
CD, DVD, cassete, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, karya lukis, patung naskah, tulisan, prasasti dan lain
sebagainya.
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dokumen merupakan
rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan
catatan anekdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen. Dokumen
kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik yang beragam,
file siswa dan pegawai, diskripsi program dan data statistik pengajaran.
Nasution (1992:85) menjelaskan bahwa:” ada sumber yang non manusia
(non human resources), antara lain adalah dokumen, foto dan bahan
statistik.
Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat
dipercaya jika didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di
17

sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian


juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis
akademik dan seni yang telah ada.
Selanjutnya perlu di perhatikan bahwa tidak semua dokumen memiliki
kredibel yang tinggi, misalnya terdapat berbagai foto yang tidak
mencerminkan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu.
Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk dirinya sendiri.

6. Triangulasi
Menurut Sugiyono (2010:330) dalam teknik pengumpulan data,
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai data dan sumber data yang telah ada.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari
kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia
sekitarnya. Dalam memahami dunia sekitarnya, mungkin apa yang
dikemukakan informan salah, karena tidak sesuai dengan teori, tidak
sesuai dengan hukum.
Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam
pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas
dan pasti. Dengan triangulasi lebih meningkatkan kekuatan data, bila
dibandingkan dengan satu pendekatan.
18

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengumpulan data dapat dimaknai sebagai kegiatan peneliti dalam upaya
mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian, atau menguji hipotesis. Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Terdapat beberapa jenis teknik pengumpulan data. Pada makalah ini dibahas
jenis-jenis teknik pengumpulan data yaitu, teknik tes, interview (wawancara),
observasi (pengamatan), kuesioner (angket), document (dokumen), dan
triangulasi. Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian
di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas
sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku peserta tes.
Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh
pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan.
Observasi atau pengamatan kegiatan adalah setiap kegiatan untuk melakukan
pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti
tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Dokumen adalah
merupakan catatan peristiwa yang telah lalu. Dalam teknik pengumpulan data,
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai data dan sumber data yang telah ada.
19

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Kaelan, M.S. 2010. Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner.
Yokyakarta: Paradigma.
Nasution. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
S, Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V.Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PUSTAKA
BARUPRESS.

Anda mungkin juga menyukai