Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi dan perkembangan perekonomian yang

semakin kondusif telah melahirkan berbagai macam industri,

menciptakan dan memasarkan barang dan jasa demi kebutuhan

masyarakat banyak.

Sejalan dengan pembangunan setiap sektor, maka industri

pariwisata memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal ini dapat

dilihat dari meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan baik yang

berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri dengan melihat

trend perkembangan setiap, tahun yang ditunjang oleh beberapa

faktor antara lain panorama alam dan adat istiadat. Dengan adanya

perkembangan sektor industri pariwisata ini dengan sendirinya menuntut

adanya sarana dan prasarana yang mamadai antara lain : Perhotelan,

Tours dan Travel serta jasa lainnya.

Untuk memperhatikan kecenderungan meningkatnya permintaan

konsumen akan jasa perhotelan, maka sudah sepantasnya pihak

pengusaha mampu menjawab tuntutan tersebut dengan perbaikan

manajemen pelayanannya dengan melihat perkembangan pariwisata

ini, pemerintah menempuh suatu kebijaksanaan untuk memberikan

1
kesempatan kepada pihak pengusaha swasta untuk menginvestasikan

modalnya dalam bidang pembangunan khususnya sektor industri

pariwisata. Adanya kehadiran pihak swasta dalam membantu pemerintah

untuk mensukseskan pembangunan di sektor pariwisata maka sangat

diperlukan perhatian yang sangat serius.

Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk

mencari informasi yang lebih banyak atas produk yang dapat memenuhi

kebutuhannya. Kita dapat membagi pencarian informasi ke dalam dua

tingkat. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan ‘perhatian

yang menguat’. Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih peka

terhadap informasi tentang produk.

Persepsi terbentuk dari pengalaman secara langsung maupun secara

tidak langsung. Konsumen dalam memilih hotel untuk menginap,

kepercayaan konsumen lain yang dibagikan ke konsumen melalui mulut ke

mulut dalam hotel tertentu, dapat membentuk persepsi konsumen akan

hotel yang sama. Persepsi konsumen di hotel lain berinteraksi dengan

stimulus yang diberikan hotel tertentu, juga dapat memengaruhi persepsi

konsumen akan hotel tertentu. Pemberian stimulus sering dilakukan

manajemen hotel dalam bentuk pelayanan, tarif kamar, fasilitas hotel, tempat

tidur yang nyaman, ruangan yang sejuk, dan perlengkapan kamar yang

memadai oleh manajemen hotel di daerah tertentu maupun yang sudah lama

beroperasi di daerah yang sama.

2
Proses pengalaman yang dipersepsikan dengan fakta yang ditemukan

dalam hotel akan membentuk kepercayaan terhadap hotel. Kepercayaan

menginap dalam hotel dapat dipengaruhi oleh persepsi akan hotel tersebut.

Pengaruh persepsi terhadap kepercayaan pengguna jasa hotel masih jarang

disentuh, meskipun dalam model pemrosesan informasi ditunjukkan bahwa

persepsi mempengaruhi kepercayaan.

Pembentukan persepsi konsumen akan suatu produk dilakukan oleh

pemasar dengan memberikan stimulus. Stimulus bisa dalam bentuk fisik,

visual, atau komunikasi verbal yang mempengaruhi respon individu.

Stimulus paling penting dibedakan menjadi stimulus pemasaran dan

stimulus lingkungan. Produk dan komponennya (pelayanan, bangunan, isi,

dan ciri fisik) merupakan stimulus utama sedangkan komunikasi atau

sejenisnya yang menggambarkan produk untuk mempengaruhi perilaku

konsumen (tarif, promosi,) merupakan stimulus sekunder.

Dua jenis stimuli utama yang bisa mempengaruhi perilaku konsumen

adalah stimuli pemasaran dan lingkungan. Stimuli pemasaran adalah semua

bentuk komunikasi atau stimuli fisik yang dimaksudkan untuk

mempengaruhi konsumen. Sedangkan stimuli lingkungan merupakan

stimuli fisik yang di desain untuk mempengaruhi keadaan lingkungan.

Contoh : pengaruh sosial dan budaya.

Salah satu pihak swasta yang memperhatikan harapan-harapan

yang dapat memberikan persepsi positif pengguna jasa hotel adalah Hotel

3
Rosalina Luwuk. Dari uraian diatas, maka penulis ingin mencoba meneliti

hubungan antara stimulus lingkungan dan stimulus pemasaran terhadap

persepsi pengguna jasa perhotelan pada Hotel Rosalina Luwuk.

Meningkatnya jumlah pengunjung yang menginap pada Hotel

Rosalina Luwuk dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 1.01
Daftar Jumlah Penyewa Kamar Hotel Rosalina Luwuk tahun 2010

Bulan Jumlah Pengunjung


Januari 203
Februari 359
Maret 395
total 927
Sumber : Data Primer

Dari data di atas dapat dilihat pengunjung yang menginap pada

Hotel Rosalina Luwuk selama bulan Januari sampai dengan Maret 2010

menunjukkan adanya pertambahan jumlah, hal ini mengindikasikan

adanya persepsi yang timbul akibat pengaruh stimulus yang diberikan

oleh pihak hotel sehingga membentuk persepsi yang positif terhadap

konsumen untuk menginap pada Hotel tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : "Seberapa besar stimulus

lingkungan dan stimulus pemasaran mempengaruhi persepsi pengguna

jasa perhotelan pada Hotel Rosalina Luwuk”.

4
C. Tujuan dan Kegunaan penelitian

Adapun tujuan dan kegunaan penelitian dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh stimulus pemasaran dan stimulus

lingkungan terhadap persepsi pengguna jasa perhotelan pada Hotel

Rosalina Luwuk.

2. Kegunaan

a. Untuk meningkatkan mutu pelayanan Hotel dalam menarik minat

pelanggan baik itu fasilitas kendaraan, kamar, SDM, office boy, media

elektronik yang dapat dipublikasikan sehingga harga jasa pelayanan

hotel murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.

b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi

pada Fakultas Ekonomi Universitas Tompotika Luwuk.

D. Hipotesis

Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan di atas, maka

Hipotesis yang diajukan adalah :

“Diduga bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara stimulus

pemasaran dan stimulus lingkungan terhadap persepsi pengguna jasa pada

Hotel Rosalina Luwuk”.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Pemasaran

Kotler dan Armstrong (2001:6), mengemukakan definisi pemasaran

sebagai berikut:

Pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dimana setiap


individu atau kelompok bisa mendapatkan kebutuhan dan keinginan
melalui kegiatan menghasilkan dan melakukan pertukaran produk dan
nilai dengan pihak lain.

Definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa pemasaran

merupakan suatu proses sosial dan manajerial (perencanaan dan pelaksanaan)

dalam konsep, menetapkan harga, melakukan promosi, dan mendistribusikan

ide-ide, barang-barang, dan jasa-jasa untuk menciptakan pertukaran yang

dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan setiap komponen yang

terkait dalam kegiatan bisnis perusahaan (baik individu maupun

kelompok), agar tujuan akhir yang menguntungkan perusahaan tercapai.

Usaha menjalankan kegiatan pemasaran yang baik dan benar, maka

dibutuhkan adanya suatu pengelolaan pemasaran profesional atau yang

dapat disebut manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran adalah proses

perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi dan

distribusi ide-ide, barang-barang dan jasa-jasa untuk menentukan

6
pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan tujuan-tujuan

organisasi. (Kotler,1995 :16)

Inti dari manajemen pemasaran di atas adalah merupakan salah satu

kegiatan pengelolaan dari seluruh kegiatan pemasaran, mulai dari proses

perencanaan, pelaksanaan, penentuan harga, promosi dan distribusi hingga

pengawasan yang dilakukan dalam melaksanakan pemasaran itu. Jadi

dengan demikian, manajemen pemasaran mempunyai tujuan agar apa yang

diharapkan dalam kegiatan pemasaran dapat terlaksana dengan baik sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

Konsep inti dari manajemen pemasaran menurut Swastha (2002 : 8)

mengarah kepada konsep orientasi kepada konsumen dan volume penjualan

yang menguntungkan. Lebih lanjut Swastha (2002:8-9) mengemukakan

bahwa:

Perusahaan yang orientasi kepada kebutuhan konsumen harus mampu


mempertimbangkan beberapa aspek antara lain (1) menentukan
kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi, (2)
memilih kelompok pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi,
(menentukan produk dan program pemasarannya, dan (3) mengadakan
penelitian pada konsumen, sikap serta tingkah laku mereka serta (4)
menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah
menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau model
yang menarik.

7
Adanya orentasi pada konsumen diatas, maka pihak perusahaan perlu

untuk mempertimbangkan bagai mana kemudahan-kemudahan yang perlu

didapatkan oleh pihak konsumen untuk menggunakan produk atau jasa

yang diinginkan. Sedangkan orentasi pada volume penjualan akan dapat

meningkat sehingga tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh pihak

perusahaan dari tahun ketahun mengalami peningkatan.

B. Pengertian Jasa

Menurut Kotler (1993: 960) pengertian jasa adalah :

Setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada
pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses produksinya, mungkin dan
mungkin juga tidak berkaitan dengan suatu produk fisik.

Dalam buku riset pemasaran dan perilaku konsumen Umar (2005 : 38),

dikemukakan lima dimensi dalam menentukan jasa atau service yaitu:

1. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

sesuai dengan jasa yang ditawarkan.

2. Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam

membantu pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan.

3. Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan

terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan dan

kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam

memberikan keamanan dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan

dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan

8
terhadap perusahaan. Dimensi kepastian atau jaminan ini

merupakan gabungan dari dimensi:

a . Kompetensi (competence), artinya keterampilan dan

pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan

pelayanan.

b . Kesopanan (courtesy), meliputi keramahan, perhatian dan sikap

para karyawan.

c . Kredibilitas (credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan

dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi,

prestasi dan sebagainya.

4. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan

perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk

menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk

berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk

memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi

emphaty ini merupakan penggabung dari dimensi:

a. Akses (acces), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa

yang ditawarkan perusahaan.

b. Komunikasi (communication), merupakan kemampuan

melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada

pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan.

9
c. Pemahaman pada pelanggan (understanding the costumer),

meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami

kebutuhan dan keinginan pelanggan.

5. Tangible, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan

ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian

dan kenyamanan ruangan, kelengkapan komunikasi dan penampilan

karyawan.

Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, jasa tidak dapat dilihat,

dirasa, diraba atau dicium sebelum membelinya atau

menggunakannya. Jasa pada umumnya dihasilkan dan dikonsumsi

pada saat yang sama, anggapan menyatakan bahwa barang fisik

diproduksi, ditempatkan di gudang, dijual dan kemudian dikonsumsi

adalah salah. Bila jasa disumbangkan oleh seseorang, maka dia akan

merupakan bagian dari jasa tadi.

Bidang jasa sesungguhnya sangat berubah-ubah, karena jasa ini

sangat tergantung pada siapa yang menyajikan, kapan dan di mana

disajikan. Observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh pemain-

pemain di sektor jasa mengemukakan lima langkah yang dapat

dilakukan untuk meraih sukses di sektor jasa.

Adapun faktor-faktor yang menjadi kunci sukses jasa adalah

sebagai berikut :

10
1. Memperbaharui jasa yang ditawarkan

2. Melokasikan sistem poin jasa (penggunaan jasa sesegera mungkin).

3. Menyelenggarakan kontrak layanan sebagai hambatan lainnya

konsumen.

4. Menggunakan kekuatan informasi.

5. Menentukan nilai strategis, jasa pada konsumen.

C. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil

seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan

mempergunakan barang dan jasa.

Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari.

Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen

secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli

konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka

membeli, serta mengapa mereka membeli. Pemasar dapat mempelajari apa

yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai

apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak, tetapi mempelajari

mengenai alasan tingkah laku konsumen bukan hal yang mudah,

jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak konsumen.

11
Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen

(2002:6) mengatakan: “Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses

pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang,

jasa, pengalaman serta ide-ide”.

Swastha dan Handoko (2000:10) mengatakan:

Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai


kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.

Dari pengertian di atas maka perilaku konsumen merupakan tindakan-

tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan,

kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan

menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau

pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang

menentukan tindakan-tindakan tersebut.

D. Proses Persepsi

Menurut Setiadi (2003:171-175) proses persepsi terdiri dari

beberapa macam, diantaranya sebagai berikut :

1. Seleksi perseptual

Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap dan

memilih stimulus berdasarkan pada psychological set yang

12
dimiliki. Psychological set yaitu berbagai informasi yang ada

dalam memori konsumen. Ada dua proses yang termasuk

kedalam definisi Seleksi, yaitu :

a. Perhatian (attention)

b. Persepsi selektif (selectif perception)

2. Organisasi persepsi

Organisasi persepsi (perceptual organization) berarti bahwa konsumen

mengelompokkan informasi dari berbagai sumber kedalam pengertian

yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas

pemahaman itu.

Prinsip-prinsip penting dalam integrasi persepsi, adalah :

a. Penutupan (Closure)

b. Pengelompokkan (Grouping)

c. Konteks (Context)

Pemasar berupaya agar di dalam hotel tersedia sebanyak-banyaknya

stimuli yang mampu mempengaruhi kognisi, sikap dan perilaku

menginap konsumen: cahaya, tingkat kebisingan, aroma, suhu, space

antar kamar dan display, sign, warna ruangan yang ditata rapi,

karakteritik pengunjung lain dan busana para tenaga karyawan hotel.

13
Tanda penunjuk dalam toko mengarahkan konsumen pada barang-

barang tertentu dan memberitahu benefit produk dan informasi harga.

Tanda penunjuk turut mempengaruhi kognisi konsumen (konsumen

mengolah informasi tanda penunjuk secara berbeda) dan perilaku

konsumen pada point of decision dan point of sale. Penjualan bisa saja

meningkat karena penggunaan jenis tanda penunjuk tertentu.

Warna mempunyai dampak fisik dan psikologis pada persepsi

konsumen terhadap lingkungan hotel. Warna dapat merangsang

kedatangan konsumen dan juga potensi pembentukan kesan. Sebagai

contoh, lingkungan warna yang hangat menggugah situasi menginap

di hotel. Warna-warna dingin lebih cocok di saat konsumen

memerlukan pertimbangan keputusan untuk menginap.

Stimuli Pemasaran dan Persepsi Konsumen

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi,

dimana pengertian sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab

keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefinisikan juga

sebagai tanggapan cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli

dasar seperti cahaya, warna dan cuaca, dengan demikian persepsi juga

dapat diartikan proses bagaimana stimuli -stimuli itu diseleksi,

diorganisasikan, dan di interpretasikan.

14
Menurut William J. Stanton yang dikutip Setiadi (2003:160),

mengemukakan bahwa: "Persepsi dapat didefinikan sebagaimana

makna yang kita perkalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli

(rangsangan) yang kita terima melalui lima indera".

Persepsi kita dibentuk oleh tiga pasang pengaruh, yaitu :

1. Karakteristik dari stimuli

2. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya

3. Kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri

Sedangkan menurut Webster (Setiadi, 2003 : 160) mengemukakan

bahwa Persepsi adalah proses stimuli-stimuli diseleksi, diorganisasi dan di

interprestasikan. Persepsi ini dibentuk oleh 3 pengaruh, yaitu :

1. Karakteristik dari stimuli

2. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya

3. Kondisi-kondisi didalam kita sendiri

Dari kedua defenisi diatas penulis simpulkan bahwa persepsi adalah

suatu proses individual yang sangat bergantung pada faktor-faktor internal

seperti kepercayaan, pengalaman, kebutuhan, suasana hati (mood) serta

harapan. Proses persepsi juga dipengaruhi oleh karakteristik stimulus

(ukuran, warna dan intensitas) serta konteks dimana stimulus itu dilihat dan

didengar. Seseorang mungkin menganggap seorang penjual yang berbicara

dengan cepat sebagai seorang yang agresif dan tidak jujur; yang lain

15
mungkin menganggap orang yang sama sebagai seorang yang pintar dan

suka membantu.

Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga

pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan

keadaan individu yang bersangkutan. Orang yang termotivasi siap

bertindak, namun bagaimana orang itu bertindak akan dipengaruhi oleh

persepsinya terhadap situasi tertentu. Orang dapat memiliki persepsi yang

berbeda atas objek yang sama karena proses persepsi yang dimulai dari

tahapan sensasi yang dilanjutkan dengan penerimaan selektif, perhatian

selektif, pemahaman selektif dan ingatan selektif.

Stimuli yang akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Stimuli adalah semua komunikasi secara fisik, visual atau verbal yang dapat

mempengaruhi respon individual. Menurut Setiadi (2003:164-165) ada 2

tipe stimuli yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen yaitu stimuli

lingkungan dan stimuli pemasaran.

1. Stimuli pemasaran adalah setiap komunikasi secara fisik yang

dirancang untuk mempengaruhi konsumen, sedangkan

2. Stimuli lingkungan merupakan stimuli fisik yang di desain untuk

mempengaruhi keadaan lingkungan. Contoh : pengaruh sosial dan

budaya.

16
Karakteristik konsumen yang mempengaruhi persepsi

Persepsi seorang konsumen atas berbagai stimulus yang diterimanya

dipengaruhi oleh karekteristik yang dimilikinya. Beberapa karekteristik

konsumen yang mempengaruhi persepsi, seperti yang dikemukakan oleh

Setiadi (2003 : 164-169) adalah sebagai berikut :

1. Membedakan stimulus
Satu hal yang sangat penting bagi pemasar adalah mengetahui

bagaimana konsumen bisa membedakan perbedaan antara dua

stimulus atau lebih.

2. Tingkat ambang batas

Kemampuan konsumen untuk mentedeksi perbedaan dalam suara,

cahaya, bau, atau stimulus yang lainnya ditentukan oleh tingkat ambang

batasnya

3. Subliminal perception (Persepsi bawah sadar)

Merupakan kemampuan konsumen memberikan tanggapan

terhadap stimulus yang berada dibawah kesadaran atau berada

dibawah ambang batas kesadarannya.

4. Tingkat adaptasi

Merupakan salah satu konsep yang berkaitan erat dengan ambang

batas absolute (absolute threshold), dimana konsumen sudah

merasa terbiasa dan tidak lagi mampu memperhatikan stimulus,

maka ketika itu pula absolute thresholdnya berubah.

17
5. Gerenalisasi stimulus

Merupakan kemampuan konsumen membedakan stimuli dan

kemampuan menggeneralisasi dari satu stimulus kepada stimulus yang

lainnya

E. Pengertian Hotel

Hotel sebagai sarana pelayanan jasa pada dasarnya suatu bentuk

kegiatan usaha yang implementasinya menarik pengunjung sebanyak-

banyaknya. Dalam hal ini sarana dan prasarana yang disiapkan haruslah

yang dapat memenuhi harapan pengunjung secara keseluruhan.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan RI No. PM 10/PW.301

/PHP.77 Tahun 1977 bahwa : Hotel merupakan suatu bentuk akomodasi

yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk

memperoleh pelayanan penginapan berikut makan dan minum. Kemudian

Dirjen Pariwisata yang dikutip Surachman (1987:3) mengatakan bahwa Hotel

adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh

bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minim serta jasa

lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

Jasa lainnya itu antara lain dengan meningkatnya beberapa sarana

kebutuhan antara lain: Sport (olah raga, rekreasi, dan pusat pembelanjaan),

serta fasilitas kemudahan lainnya seperti Bank, perusahaan penerbangan,

18
biro perjalanan, dan lain-lain.

Berdasarkan ketentuan dalam UU No. 14 tahun 1947 Junto

UU No. 20 tahun 1948 tentang Pajak Pembangunan I, hotel dapat

dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Menurut tempat hotel itu didirikan.

2. Bergantung dari para pelanggan, dan

3. Sesuai dengan fasilitas yang dimiliki oleh hotel tersebut.

Sedangkan jenis hotel menurut UU No. 14 tahun 1947 Junto UU

No. 20 tahun 1948 tentang Pajak Pembangunan I, dapat dibedakan sebagai

berikut :

a. Bussines hotel adalah hotel yang dirancang untuk orang -orang

yang mempunyai kepentingan usaha/dagang.

b. Resident hotel adalah hotel yang dirancang untuk tamu-tamu yang

akan tinggal lama.

c. Resort hotel adalah suatu hotel yang rancang untuk tamu yang

mempunyai tujuan khusus (istirahat dan rekreasi).

Berpedoman pada pengertian hotel dan ketentuan-ketentuan lainnya,

maka pada dasarnya kegiatan usaha pokok dalam bidang perhotelan

menurut Surachman (1987:9), meliputi:

1. Bidang kegiatan pelayanan penginapan yaitu meliputi penyediaan

19
akomodasi/kamar tidur dengan pasilitas lainnya.

2. Bidang kegiatan penyediaan pelayanan makanan dan minuman baik

untuk didalam maupun diluar area hotel.

3. Bidang kegiatan lainnya seperti penitipan barang tamu, pemberian jasa

laundry/dry cleaning dan juga pemberian pinjaman pakaian dan

peralatan (olah raga) hotel.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pemilihan Lokasi Penelitian

Objek penelitian dalam penulisan ini adalah perusahaan yang

langsung menjadi sumber data. Penelitian dilakukan pada Hotel Rosalina

Luwuk, dengan mempertimbangkan bahwa :

1. Hotel Rosalina Luwuk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

Jasa Perhotelan dan mampu bersaing dengan hotel-hotel lainnya yang

ada di Luwuk.

2. Perusahaan terletak dalam kota Luwuk sehingga memudahkan oleh

penulis dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Data Kuantitatif, yaitu data berupa angka-angka yang dapat dihitung

dengan alat statistik, seperti angka hasil kuesioner dengan

menggunakan metode statistik.

2. Data Kualitatif, yaitu data yang memiliki sifat tidak bisa dihitung (data

yang bukan berupa angka-angka), berupa informasi atau penjelasan

didasarkan pada pendekatan teoritis dan pemikiran secara logis atau

merupakan kesimpulan dari data kuantitatif dalam bentuk kalimat.

21
Sedangkan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini ada

dua (2)yaitu :

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti yang

dapat berupa tanggapan, pernyataan, dan penilaian dari konsumen

sebagai responden, serta penjelasan dan keterangan dari pihak Hotel

Rosalina Luwuk.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang didapatkan dari

data atau arsip yang dimiliki oleh perusahaan dan sumber-sumber

yang terkait lainnya.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2007:72) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obtyek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Hotel Rosalina

Luwuk yang menginap pada bulan Januari sampai dengan bulan

Maret 2010.

Adapun jumlah populasi yang diketahui adalah sebanyak 927

konsumen.

22
2. Sampel

Sampel adalah sekelompok kecil yang diamati dan merpakan

bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga

dimiliki oleh sampel. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik penarikan sampel dengan metode acak

sederhana (Simple Random Sampling) dimana pengambilan sampel

dilakukan secara acak.

Dalam menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan

rumus Slovin karena jumlah populasi diketahui. Berikut ini rumus

Slovin yang dikutip Umar (2002;141) :

N
n=
1 + N(e)2

Dimana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = tingkat kesalahan

Dengan menggunakan tingkat kesalahan 10%, maka ukuran

sampel penelitian dapat dihitung sebagai berikut :

927 927
n= n=
1 + 927(0,1)2 1 + 927 (0,01)

=99,892

= 100 responden

23
D. Tehnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer

dan data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati dan

meninjau secara langsung ke perusahaan yang diteliti.

2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab

langsung dengan pimpinan dan beberapa karyawan perusahaan jasa

Hotel Rosalina Luwuk.

3. Kuesioner, yaitu lembar isian yang di dalamnya berisi pertanyaan dan

pernyataan yang dapat mengolah data kualitatif menjadi data

kuantitatif yang diberikan kepada konsumen Hotel Rosalina Luwuk.

4. Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh penulis

dengan mengumpulkan data dan informasi dari berbagai literatur dan

referensi yang ada hubungannya dengan penelitian.

E. Alat Analisis

Untuk keperluan analisis, penulis akan mengumpulkan dan mengolah

data yang diperoleh dari dari kuesioner berdasarkan variabel di atas

dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap pertanyaan

berdasarkan Skala Likert (Nazir, 2003:338).

24
Adapun bobot dalam penilaian jawaban kuesioner dari responden

mengenai pengaruh atribut produk terhadap keputusan pembelian

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.01

Bobot Penilaian Jawaban Kuesioner

Jawaban Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak
1
Setuju

Alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi

Berganda (Multiple Regression Analysis) yaitu teknik analisis yang

meliputi metode-metode yang digunakan untuk memprediksi nilai-nilai

dari beberapa variabel bebas (Sarwono, 2008:210) dan akan dilakukan

penghitungan dengan bantuan software SPSS for Windows Release 17.0.

Dimana alat ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

antara variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan

regresi linear berganda yang digunakan adalah :

25
Y = a + b1X1 + b2X2

Dimana :

Y = Persepsi Pelanggan (Variabel dependen atau terikat)

X1....X2 = Variabel independen atau bebas, dimana :

X1 = Faktor Stimuli Pemasaran

X2 = Faktor Stimuli Lingkungan

a = Konstanta

b1.... b4= Koefisien regresi parsial masing-masing variabel X1-X4.

Untuk mengetahui kekuatan dan arah hubungan antara variabel bebas

(X1, X2, X3, X4,) dan variabel terikat (Y) diperoleh dengan menggunakan

rumus korelasi (R).

𝑏1 ∑ 𝑋1 𝑌 + 𝑏2 ∑ 𝑋2 𝑌 + 𝑏3 ∑ 𝑋3 𝑌 + 𝑏4 ∑ 𝑋4 𝑌
𝑅= √
∑ 𝑌2

Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar peranan / kontribusi

variabel bebas (X1, X2, X3, X4,) terhadap variabel terikat (Y) diperoleh

dengan menggunakan nilai koefisien Determinasi (R2), adapun rumusnya

yaitu :

26
𝑏1 ∑ 𝑋1 𝑌 + 𝑏2 ∑ 𝑋2 𝑌 + 𝑏3 ∑ 𝑋3 𝑌 + 𝑏4 ∑ 𝑋4 𝑌
𝑅2 =
∑ 𝑌2

Atau berdasarkann hasil SPSS nilai koefisien determinasi dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

𝑆𝑆 𝑅𝑒𝑔𝑟𝑒𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑅2 =
𝑆𝑆 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

F. Cara Pengukuran

Setelah hasil analisis data di peroleh, maka untuk mengetahui apakah

stimuli lingkungan dan stimuli pemasaran konsumen berpengaruh terhadap

persepsi pengguna jasa Hotel Rosalina Luwuk maka perlu dilanjutkan

dengan prosedur sebagai berkut :

1. Tentukan hipotesis (H0) dan hipotesis alternatif (Ha).

2. Tentukan kriteria penolakan dari penerimaan Hipotesis, dengan syarat

sebagai berikut :

a. Apabila X2 hitung ≤ X2 tabel, maka :

Ho ditolak artinya ada antara pengaruh stimuli pemasaran dan stimuli

lingkungan dengan persepsi pengguna jasa.

b. Apabila X2 hitung ≤ X2 tabel, maka :

Ho diterima ditolak artinya tidak ada pengaruh antara stimuli

pemasaran dan stimuli lingkungan dengan persepsi pengguna jasa.

27
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Hotel Rosalina

Hotel Rosalina Luwuk didirikan oleh Bapak Feri Indra Sunarko pada tahun

1998 dimana nama hotel tersebut tersebut diambil dari nama istrinya sendiri yaitu

Nyonya Rosalina. Dari tahun ke tahun hotel Rosalina mengalami perkembangan

yang cukup baik hingga saat sekarang ini hotel Rosalina Luwuk merupakan salah

satu usaha jasa yang menjual/menyiapkan jasa penginapan kamar yang sangat

ternama di Kabupaten Banggai.

Sejak keluarnya surat izin pemerintah daerah kabupaten Banggai pada tahun

1998. Hotel Rosalina mulai bekerja secara professional dengan penerapan tertib

administrasi serta peningkatan sumber daya manusia untuk bersaing menembus

bisnis dalam persaingan pasar.

Hotel Rosalina terletak di jalan Yos Sudarso No. 18 dengan jumlah kamar

pada hotel tersebut sebanyak 24 kamar dengan masing-masing kamar tersebut

dibagi atas beberapa kelas kamar.

Dalam perkembangan hotel Rosalina terjadi kemajuan yang signifikan

diantaranya dengan peningkatan omset yang cukup pesat karena hotel Rosalina

tersebut mampu memberikan pelayanan yang baik pada para pengunjung.

28
B. Visi dan Misi Perusahaan

Visi hotel Rosalina Luwuk adalah : “ Terkemuka dalam memberikan

keramah-tamahan pada para pengunjung “.

Adapun misi Hotel Rosalina untuk masa depan adalah :” Setiap Tamu Yang

Tinggal Bersama Kita Harus Dengan Penuh Kepuasan “.

C. Struktur Organisasi

Di dalam suati perusahaan struktur organisasi merupakan suatu bentuk dan

bagian-bagian yang sengat menentukan dalam pencapaian kinerja yang baik.

Dengan struktur organisasi yang baik dan teratur maka akan memberikan jaminan

kepada perusahaan untuk mencapai kelancaran dan efisiensi kerja perusahan selalu

terjamin. Oleh karena itu struktur organisasi adalah kerangka yang mewujudkan

tanggung jawab dan peranan setiap bagian dalam kebutuhan kerja hal ini karena

struktur organisasi yang baik dan tetap merupakan salah satu alat yang penting

dari suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Selengkapnya struktur organisasi Hotel Rosalina Luwuk adalah sebagai

berikut :

Gambar 3.01

Struktur Organisasi Hotel Rosalina Martin Luwuk

MANAGER

FRONT OFFICE

HOUSE KEEPING KITCHEN CHIEF ENGINEERING


29
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Perilaku konsumen adalah bagian penting dari pemasaran, karena pemasaran

adalah ilmu yang mengupayakan kiat-kiat untuk memuaskan konsumen dengan

produk atau jasa.

Dalam perilaku pembelian tiap konsumen berbeda-beda. Semakin kompleks

keputusan biasanya akan melibatkan banyak pihak yang terkait dan semakin

banyak pertimbangan. Berbagai variabel yang mempengaruhi perilaku konsumen

dalam melakukan pembelian pada Hotel Rosalina Luwuk merupakan proses

penilaian bagi konsumen yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian.

Perilaku konsumen adalah bagian penting dari pemasaran, karena pemasaran

adalah ilmu yang mengupayakan kiat-kiat untuk memuaskan konsumen dengan

produk atau jasa.

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sosialisasi atau

aktivitas yang menyebabkan keadaan emosi yang menggambarkan persepsi juga

diartikan sebagai proses bangunan stimuli-stimuli itu diseleksi dalam organisasi

dan di interprestasikan.

30
Dengan menjadikan variabel Stimuli Pemasaran (X1) dan variabel Stimuli

Lingkungan (X2) maka Persepsi pengguna jasa hotel (Y) pada Hotel Rosalina Luwuk

digunakan teknik analisis koefisien berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y = b0 + b1 x1 + b2 x2

Dimana :

Y = Persepsi pengguna jasa hotel

X1 = Stimuli Pemasaran

X2 = Stimuli Lingkungan

b0 = Konstanta

b1-2 = Koefisien regresi parsial masing-masing variable X1-2

Dengan pengukuran variable X maupun Y pada penelitian ini menggunakan

skala Likert. Dimana setiap jawaban pelanggan sejumlah 120 orang sebagai

responden diberikan bobot atau penilaian.

Adapun yang menjadi bobot atau penilaian untuk setiap jawaban adalah :

1. Jawaban A diberikan bobot nilai 4

2. Jawaban B diberikan bobot nilai 3

3. Jawaban C diberikan bobot nilai 2

4. Jawaban D diberikan bobot nilai 1

Setelah diperoleh hasil pengukura variable X maupun Y yang menggunakan

Skala Likert dapat dilihat pada lampiran 02. Selanjutnya dengan bantuan program

31
SPSS diperoleh hasil perhitungan menurut analisis koefisien berganda seperti

ditunjukkan pada table 5.01 sebagai berikut :

Tabel 5.01

Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linear Berganda, F-Hitung, Koefisien


Korelasi dan Determinasi

Variabel Koefisien
Variabel Bebas (X) T-hitung Prob.
Terikat (Y) Regresi

Stimuli Pemasaran 0,280 10,181 0,000


Persepsi
Stimuli Lingkungan 0,393 3,039 0,003

Konstanta = 0,280 N = 100 K = 2 α = 0,05

Koefisien Korelasi (R) = 0,951 Dk = (N-1) – K

Koefisien Determinasi (R2) = 0,904 Dk = (100-1) – 2 = 97

F-Hitung = 454,896 T-Tabel = 1,980

F-Tabel = 4,82

Sumber : SPSS 17,0 dan diolah kembali

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS diatas,

menghasilkan model persamaan regresi linear berganda, yakni sebagai

berikut :

Y=0, 280+ 0,734 + 0, 201

Dari persamaan regresi tersebut menunjukkan arah pengaruh Stimuli

Pemasaran (X1), Stimuli Lingkungan (X2) yang mempunyai pengaruh positif

dan searah terhadap Persepsi pengguna jasa hotel(Y).

32
Dari persamaan regresi linier berganda tersebut, dapat diketahui bahwa

nilai konstanta sebesar 0,280 hal ini dapat diartikan bahwa apabila konsumen

dalam memutuskan membeli pada Hotel Rosalina Luwuk tanpa

memperhatikan faktor Stimuli Pemasaran (X1) dan Stimuli Lingkungan (X2)

maka Persepsi pengguna jasa hotelpada Hotel Rosalina Luwuk hanya sebesar

0, 596.

Nilai parameter atau koefisien regresi b1 ini menunjukkan bahwa setiap

peningkatan variabel Stimuli Pemasaran (X1) sebesar 1 persen, maka akan

meningkatkan Persepsi pengguna jasa hotel Pada Hotel Rosalina Luwuk

sebesar 0, 459, dengan asumsi Stimuli Lingkungan tetap.

Nilai parameter atau koefisien regresi b2 ini menunjukkan bahwa setiap

peningkatan variabel Stimuli Lingkungan (X2) sebesar 1 persen, maka akan

meningkatkan Persepsi pengguna jasa hotelPada Hotel Rosalina Luwuk

sebesar 0,393, dengan asumsi variabel Stimuli Pemasaran tetap.

1. Analisis Koefisien Korelasi (R)

Koefisien korelasi digunakan untuk menerangkan kuat tidaknya hubungan

antar variabel bebas (X1 dan X2) dalam mempengaruhi variabel terikat (Y).

Berdasarkan hasil SPSS nampak adanya hubungan korelasi yang sangat kuat

antar variabel Faktor-faktor Stimuli Pemasaran (X1) dan Stimuli Lingkungan

(X2) terhadap variabel Persepsi pengguna jasa hotel(Y). Hubungan korelasi

antar variabel yang terdiri dari Stimuli Pemasaran (X1) dan Stimuli

Lingkungan (X2) terhadap variabel Persepsi pengguna jasa hotel(Y) pada

33
Hotel Rosalina Luwuk ditunjukan dengan nilai sebesar 0,951 atau 89%. Angka

ini menunjukkan arti bahwa keeratan hubungan antar variabel independen

(Stimuli Pemasaran dan Stimuli Lingkungan) terhadap Persepsi pengguna

jasa hotelHotel Rosalina Luwuk sangat kuat pengaruhnya.

2. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisa koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya

kontribusi atau sumbangan variabel Stimuli Pemasaran (X1) dan Stimuli

Lingkungan (X2) terhadap variabel Persepsi pengguna jasa hotel(Y) yaitu

kontribusi sebesar 0,904 atau 79,2%. Angka ini menunjukkan kontribusi /

sumbangan variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap persepsi

pelangan (Y) pada Hotel Rosalina Luwuk sangat besar. Sedangkan sisanya

sebesar 0,208 atau 20,8% ditentukan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan

dalam penelitian ini.

3. Uji Statistik T

Pengujian dengan uji T digunakan untuk koefisien regresi secara parsial atau

masing-masing variabel bebas, yakni Stimuli Pemasaran (X1) dan Stimuli

Lingkungan (X2) terhadap variabel terikat yaitu Persepsi pengguna jasa

hotelHotel Rosalina (Y). Langkah pertama yang harus dilakukan dalam

pengujian hipotesa ini adalah membandingkan antara nilai T-Hitung dengan

nilai T-Tabel pada taraf nyata 5% atau α = 0,05, dan Dk = (N-K) – 1 atau Dk =

(120 - 2) – 1 = 117, maka diperoleh nilai T-Tabel sebesar 1,980 dan dari

perbandingan ini dapat diketahui pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y) berdasarkan masing-masing variabel bebas.

34
Pada tabel 5.01 diatas memperlihatkan hasil perhitungan dari seluruh masing-

masing variabel Persepsi (X), yakni sebagai berikut :

a. Variabel Stimuli Pemasaran (X1), dari hasil perhitungan diperoleh nilai

T-Hitung sebesar 10,181 dengan nilai T-Tabel sebesar 1,980 hal ini

menunjukkan bahwa T-Hitung lebih besar daripada T-Tabel. Ini berarti

dalam taraf nyata 5% kita percaya bahwa variabel Stimuli Pemasaran

berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Persepsi pengguna jasa

hotelHotel Rosalina Luwuk.

Sedangkan probabilitasnya adalah sebesar 0,003 artinya kemungkinan

kesalahan atas penerimaan variabel yang mempengaruhi Persepsi

pengguna jasa hotel(Y) adalah sebesar 99,7 % atau lebih kecil daripada

taraf nyata / tingkat kepercayaan dalam penelitian ini sebesar 5% = 0,05

sehingga dapat dikatakan bahwa Stimuli Pemasaran dapat

mempengaruhi Persepsi pelanggan.

b. Variabel Stimuli Lingkungan (X2), dari hasil perhitungan diperoleh nilai

T-Hitung sebesar 3,039 dengan nilai T-Tabel sebesar 1,980 hal ini

menunjukkan bahwa T-Hitung lebih besar daripada T-Tabel. Ini berarti

dalam taraf nyata 5% kita percaya bahwa variabel Stimuli Lingkungan

berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Persepsi pengguna jasa

hotelHotel Rosalina Luwuk.

Sedangkan probabilitasnya adalah sebesar 0,000 artinya kemungkinan

kesalahan atas penerimaan variabel yang mempengaruhi Persepsi

pengguna jasa hotel(Y) adalah sebesar 100 % atau lebih kecil daripada

35
taraf nyata / tingkat kepercayaan dalam penelitian ini sebesar 5% = 0,05

sehingga dapat dikatakan bahwa Stimuli Lingkungan dapat

mempengaruhi Persepsi pelanggan.

Dari hasil perbandingan diatas dapat diketahui nilai yang lebih

dominan mempengaruhi Persepsi pengguna jasa hotel(Y) adalah

variabel Stimuli Pemasaran (X1) dengan nilai T-hitung sebesar 0,003

yang lebih besar dibandingkan dengan variabel Stimuli Lingkungan (X2)

sebesar 3,039.

4. Uji Statistik F

Selanjutnya pengujian signifikan dari semua variabel bebas (X) yaitu Stimuli

Pemasaran (X1) dan Stimuli Lingkungan (X2) yang mempengaruhi secara

simultan atau serempak terhadap variabel Persepsi pengguna jasa hotel(Y),

yaitu dengan menggunakan Uji F dengan cara membandingkan antara Uji F-

Hitung dengan Uji F-Tabel. Dari hasil yang disajikan oleh tabel 5.01 diatas

dimana hasil uji F-Hitung sebesar 454,896 dan uji F-Tabel dengan taraf nyata

5% = 0,05 dan derajat kebebasan (Dk) = (N-1) - K = (120-1) - 2 = 117 sebesar

4,82. Hal ini menunjukkan bahwa nilai F-Hitung lebih besar daripada F-Tabel.

Dengan demikian nilai ini menentukan pernyataan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya secara jelas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang meliputi

Stimuli Pemasaran (X1) dan Stimuli Lingkungan (X2) secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap Persepsi pengguna

jasa hotel(Y) Pada Hotel Rosalina Luwuk. Sehingga hipotesa yang

menyatakan bahwa diduga variabel Stimuli Pemasaran (X1) dan Stimuli

36
Lingkungan (X2) mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap

Persepsi pengguna jasa Hotel Rosalina Luwuk dapat diterima atau hipotesa

terbukti dengan hasil Ha diterima.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang kami lakukan dengan tujuan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh Stimuli Pemasaran dan Stimuli Lingkungan terhadap Persepsi

pengguna jasa hotel Pada Hotel Rosalina Luwuk, dengan menggunakan model

persamaan regresi berganda, didapatkan hasil koefisien regresi dari kedua variabel

faktor produk yakni Stimuli Pemasaran dan Stimuli Lingkungan mempunyai

pengaruh positif dan searah terhadap Persepsi pengguna jasa hotelPada Hotel

Rosalina Luwuk.

Dari hasil pengujian hipotesis Uji F yaitu dengan membandingkan nilai F-

Hitung dengan F-Tabel diperoleh bahwa nilai F-Hitung sebesar 454,896 lebih besar

dari nilai F-Tabel sebesar 4,82. Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak bahwa

variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap Persepsi pengguna

jasa hotel dan hal inipun bisa dilihat dari hasil koefisien korelasi (R) yaitu sebesar

0,951 atau 89 % ini memberikan arti bahwa faktor-faktor diferensiasi sangat kuat

pengaruhnya terhadap Persepsi pengguna jasa Hotel Rosalina Luwuk dengan

konstribusi sebesar 79,2%.

37
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS diatas,

menghasilkan model persamaan regresi linear berganda, yakni sebagai berikut :

Y= 0, 280+ 0,734 + 0, 201

Dari persamaan regresi tersebut menunjukkan arah yang positif antara stimuli

pemasaran (X1) serta stimuli lingkungan (X2) terhadap persepsi pelanggan (Y) Hotel

Rosalina Luwuk.

Dari persamaan regresi linier berganda tersebut, dapat diketahui bahwa nilai

konstanta sebesar 0, 280 hal ini dapat diartikan bahwa persepsi pelanggan (Y) Hotel

Rosalina Luwuk tanpa memperhatikan stimuli pemasaran (X1) serta stimuli

lingkungan (X2) maka persepsi pelanggan Hotel Rosalina Luwuk hanya sebesar 0,

280.

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F, menyimpulkan bahwa

faktor - faktor stimuli pemasaran (X1) dan stimuli lingkungan (X2) secara signifikan

berpengaruh serempak terhadap persepsi pelanggan Hotel Rosalina Luwuk. Ini

dibuktikan dengan nilai F-Hitung 454,896 lebih besar dari F-Tabel 4,82 (α = 0,05).

38
B. Saran

Berdasarkan pada analisis dan kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian

ini, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah :

Bahwa variabel yang terdiri dari faktor stimuli pemasaran (X1) dan stimuli

lingkungan (X2) membuat konsumen untuk tertarik menginap pada Hotel Rosalina

Luwuk, hal ini dapat menjadi pertimbangan pemasar dalam mempromosikan hotel

demi meningkatkan kepuasan pengunjung untuk menginap dan menjadi bahan

masukan bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen di masa depan.

39

Anda mungkin juga menyukai