Disusun Oleh:
Nismawardah
P1337420817018
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi sebagai
manifestasi proses inflamasi imunologi karena adanya respon tubuh
yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Sepsis
merupakan puncak dari interaksi yang kompleks antara
mikroorganisme penyebab infeksi, imun tubuh, inflamasi, dan respon
koagulasi.(1) Berbagai respon yang terjadi memicu kerusakan pada
fungsi organ tubuh, menyebabkan organ-organ penting gagal dalam
bekerja sehingga berujung pada kematian.(2)
Penyebab infeksi tersering pada sepsis ialah bakteri yang saat ini
bergeser dari bakteri Gram negatif ke bakteri Gram positif. Penyebab
lain ialah virus, jamur, dan parasit. Infeksi paling banyak terjadi di paru
(40%), diikuti abdomen (30%) dan traktus urinarius (10%).(3)
Saat ini, sepsis masih merupakan penyebab utama morbiditas
serta mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Setiap tahunnya
diperkirakan sekitar 400.000 sampai 500.000 pasien mengalami sepsis
di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Sepsis merupakan suatu
keadaan yang dimulai dengan kejadian sistemic inflamation respiration
syndrome (SIRS) sampai syok septik dan multiple organ disfunction
syndrome (MODS) dengan angka mortalitas 26% pada SIRS sampai
mencapai 82% pada syok septik.(4)
Berdasarkan permasalahan diatas, dalam memberikan asuhan
keperawatan secara holistik dan komprehensif pada pasien, perawat
perlu memahami masalah sepsis, patofisiologi dan
penatalaksanaannya yang akan dibahas dalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Memahami tinjauan pustaka sepsis dan penatalaksanaannya
2. Memahami tinjauan lapangan sepsis (empiris di lahan).
BAB II
4. Patofisiologi
Patogenesis sepsis sangat kompleks akibat dari interaksi
antara produk bakteri yang berupa toksin.(6) Bakteri gram negatif
memiliki struktur dinding sel luar yang khas terdiri dari
lipopolisakarida sebagai endotoksin karena dapat memacu respon
toksin. Toksin akan direspon oleh sitokin yang mengaktivasi respon
imun.(1) Selanjutnya dapat dilihat pada pathway berikut:
Pathway Sepsis
Infeksi jamur Protozoa (malaria Bakteri gram negatif (pseudomonas Bakteri gram positif
dan virus (dengue, falciparum) auriginosa, klebsiella, enterobakter, (stafilokokus aureus,
herpes viruses) echoli, proteus) stretokokus, pneumokokus)
infeksi
Respon sistemik
Gangguan Penurunan TD
hemodinamik (<90 mmHg) PK Syok
SEPSIS Sepsis
Pelepasan NO
Hipoperfusi jaringan
Penurunan Cardiac
Output
5. Penatalaksanaan
a. Terapi Antibiotika
Terapi antibiotika spektrum luas seharusnya diberikan setelah
memperoleh spesimen mikroskopi dan kultur termasuk kultur
darah namun tanpa menunggu hasil keluar. Berdasarkan
penelitian retrospektif dan observasi menyarankan untuk
mengurangi peningkatan signifikan pada mortalitas diberikan
antibiotika empirik dan direkomendasikan paling lama satu jam
secara parenteral untuk mendapat dosis optimal setelah
diketahui sepsis dan hipotensi. Pemilihan antibiotika empirik
berdasarkan perkiraan tempat infeksi, patogen terbanyak di
daerah tersebut, organisme yang ada di rumah sakit atau
komunitas, status imun pasien, dan antibiotika yang dapat
digunakan dan resisten dari profil pasien.(8)
b. Terapi Cairan
Pasien sepsis membutuhkan banyak cairan karena
vasodilatasi perifer dan kebocoran kapiler. Resusitasi cairan
cepat adalah intervensi terapi terbaik yang dibutuhkan untuk
hipotensi pada sepsis. Sekitar 50% pasien sepsis dengan
hipotensi, resusitasi cairan dapat mengatasi hipotensi dan
mengembalikan stabilitas hemodinamik. Tujuan dari terapi
cairan adalah memaksimalkan cardiac output dengan
meningkatkan preload vantrikel kiri, dimana akan
mengembalikan perfusi jaringan.(8)
c. Vasopresor
Jika resusitasi cairan gagal untuk mengembalikan kecukupan
perfusi dan tekanan perfusi dari semua organ vital, obat
vasopresor digunakan untuk mengembalikan kekurangan ini.
Terapi farmakologi dibuat untuk tujuan memperbaiki sirkulasi
abnormal, selanjutnya hanya untuk manajemen cairan, sehingga
hal ini dibutuhkan.(9) Vasopresor sering digunakan untuk
monitoring tekanan rata-rata arteri (MAP) setidaknya 65 mmHg
pada pasien hipotensi yang diikuti dengan resusitasi intravena.
d. Diuretik
Gagal liver akut merupakan komplikasi yang sangat umum
dari sepsis. Pengembalian cairan tubuh menggunakan infus
cairan dengan maksud untuk mengoptimalkan transportasi
oksigen merupakan prioritas utama pada pasien sepsis. Sebuah
deduksi berdasarkan patofisiologi didapat bahwa volemia yang
optimal juga mengoptimalkan perfusi ginjal tetapi hal tersebut
tidak dapat diverifikasi.
e. Steroid
Penggunaan steroid pada syok sepsis bermacam-macam
selama bertahun-tahun. Cochrane memberikan ulasan
mengenai penggunaan steroid saat hipotensi meski diberikan
cairan dan terapi vasopresor. Umumnya digunakan hidrokortison
200-300 mg dalam 24 jam selama 7 hari. Studi di Eropa
menunjukkan bahwa efek menguntungkan pada pengembalian
syok, gagal menurunkan mortalitas dengan dosis rendah.
Hidrokortison yang sering digunakan adalah deksametason
karena efek mineralkortikoidnya.(10)
B. Tinjauan Lapangan Sepsis
1. Insiden Sepsis
Sepsis merupakan salah satu penyebab utama kematian di
Amerika dengan angka kematian lebih dari 34.000 per tahun dan
case fatality rate mencapai 20%. Biaya perawatan sepsis di Amerika
mencapai 17 milliar dollar tiap tahunnya. Semakin tingginya angka
kejadian sepsis disebabkan oleh karena tindakan medis seperti
kateter intravaskuler, penggunaan implan prostetik (katup jantung
dan sendi artifisial), dan administrasi obat-obatan imunosupresif dan
kemoterapi. Berbagai intervensi medis seperti inilah yang
meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan sepsis.(1)
Sebanyak 10% pasien yang dirawat di ICU merupakan pasien
sepsis dan terdapat 750.000 pasien sepsis yang dirawat di rumah
sakit per tahun dengan angka kematian >200.000 pasien per tahun.
Tingkat mortalitas sepsis berat berkisar antara 15%-40% dan tingkat
mortalitas karena syok septik berkisar antara 20%-72%.(11) Data
yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. Kariadi
terdapat 142 pasien yang meninggal dimana 77 diantaranya pernah
mengalami sepsis dan 65 meninggal karena penyebab bukan
sepsis.(12)
2. Mortalitas Sepsis
Karakteristik Dasar Pasien Sepsis yang Meninggal di ICU
RSUP Dr.Kariadi Semarang dapat dilihat pada tabel berikut ini:(12)
No. Karakteristik Dasar Pasien Sepsis yang Persentase
Meninggal (%)
1 Jenis Kelamin Laki-laki 46,8
Perempuan 53,2
2 Usia ≤44 41,5
45-54 24,7
55-64 13
65-74 15,6
≥75 5,2
3 Diagnosa Masuk ICU Non Infeksi 37,6
Sepsis 41,6
Sepsis Berat 6,5
Syok Sepsis 14,3
4 Lama Rawat ICU ≤7 74
(hari) 8-14 18,2
15-21 2,6
≥21 5,2
5 Fokus Infeksi Paru 75,3
Saluran Cerna 19,5
Kulit 5,2
6 Intervensi Medis Ventilator Mekanis 67,9
Vasopresor 27,5
RRT (hemodialisa) 4,6
Kateter Arteri 0
Pulmonal
3. Etiologi Sepsis
Penyebab sepsis berdasarkan penyakit dasar:
No. Penyakit dasar Persentase (%)
1 Pneumonia 71,4
2 Kolangitis 2,8
3 Urosepsis 8,5
4 ARDS 2,8
5 Ulkus dekubitus 2,8
6 Laparatomi 8,5
7 Tifoid 2,8
4. Penatalaksanaan Sepsis
Penggunaaan antibiotik pada pasien sepsis yang meninggal
di ICU paling banyak adalah ceftriaxone (43,4%), diikuti
metronidazole (19,8%), levofloxacin (10,4%), meropenem (10,4%).
Hal ini dapat disebabkan terkait pemberian terapi dini secara empiris
pada pasien sepsis di ICU dengan antibiotik spektrum luas untuk
menurunkan perkembangan syok dan angka mortalitas.(12)
BAB III
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepsis adalah suatu sindroma klinik dengan manifestasi proses
inflamasi imunologi akibat respon tubuh yang berlebihan terhadap
rangsangan produk mikroorganisme serta merupakan puncak dari
interaksi yang kompleks antara mikroorganisme penyebab infeksi, imun
tubuh, inflamasi, dan respon koagulasi. Inflamasi tersebut dapat
memicu perubahan yang dapat merusak sistem organ dan
menyebabkan terjadinya gagal organ. Sehingga penatalaksanaan yang
diperlukan oleh pasien sepsis meliputi terapi antibiotika, terapi cairan,
diuretik vasopresor dan steroid.
B. Saran
Diperlukan pemahaman dari tenaga kesehatan khususnya
perawat tentang perjalanan penyakit dan penanganannya sebagai
acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang menyeluruh
kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA