Dibuat oleh :
NIM : PO.62.31.3.15.100
REGULER : XVI
LATAR BELAKANG
Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum masehi. Menurut American
Diabetes Association (ADA) 2003, Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Suyono dan Sidartawan, 2005).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai
dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau
gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya. Penyakit ini bersifat kronik bahkan
seumur hidup (Suhartono, 2004).
Sangat banyak penelitian dan riset yang dilakukan untuk menggukur dan
menggambarkan prevalensi penyakit diabetes. Antara lain adalah hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2007 diabetes di Indonesia menempati urutan keenam penyakit
penyebab kematian (5,8%) setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cedera dan perinatal
(Perkeni, 2011).
Dilanjutkan dengan hasil penelitian Departemen Kesehatan (DEPKES) yang
dipublikasikan pada 2008 menunjukan angka prevalensi DM di Indonesia sebesar 5,7% yang
berarti lebih dari 12 juta penduduk Indonesia saat ini yang menderita DM. Berdasarkan Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus penyakit DM pada tahun 2006 telah
mengalami peningkatan sebesar 0,83 %, dan pada tahun 2007 telah mengalami peningkatan
sebesar 0,96%, pada tahun 2008 terus meningkat sebesar 1,25 % (Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, 2009).
Dan pada tahun 2013 dilakukan pembandingan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) mulai dari tahun 2007 sampai dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2013. Dari kegiatan tersebut diperoleh hasil bahwa prevalensi penyakit diabetes selalu
meningkat dari tahun ke tahun (Riskesdas, 2013),
Sampai sekarang, belum ada obat yang dapat mengobati penyakit diabetes, yang ada
saat ini hanyalah usaha untuk mengendalikan glukosa dalam darah dengan cara pengaturan
pola hidup dan pola makan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Klinik Pratama
Analisa Pekalongan pada bulan Januari-Maret 2005 mengatakan ada hubungan yang
signifikan antara pola makan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Dan
juga menurut hasil dari penelitian Rahmawati (2011) ada hubungan antara pola makan
dengan kadar glukosa darah diabetes melitus. Hal ini bisa terjadi karena beberapa sebab,
kemungkinan besar sebagian responden masih tidak patuh pada prinsip diet yang diberikan,
atau pengetahuan tentang prinsip diet masih sangat rendah sehingga jumlah makanan yang
dikonsumsi tidak sesuai dengan status gizi responden.
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan
dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit. Pola makanan dapat diperoleh dengan metode frekuensi
makanan yang berguna untuk mengetahui seringnya seseorang melakukan kegiatan makanan
dalam sehari baik makanan utama maupun selingan. Pengaturan pola makan juga disebut
terapi diet dengan maksud untuk menjaga agar kadar glukosa tetap stabil, salah satunya
dengan mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kondisi pasien dan makanan yang dapat
membantu memperbaiki kondisi metabolisme pada pasien diabetes (Auliana, 2001 dan
Depkes RI, 2009).
Ditinjau dari berbagai latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana
“gambaran penurunan kadar gula darah pasien diabetes tanpa komplikasi dengan kepatuhan
pasien mengonsumsi makanan berbahan dasar ikan tahuman di Kecamatan Pahandut”.
JUDUL PENELITIAN BIDANG FOOD SERVICE/TEKNOLOGI
PANGAN
“Upaya Pemanfaatan Biji Cempedak Sebagai Bahan Pengganti Tepung Terigu Dalam
Pembuatan Biskuit Yang Tidak Mengandung Gluten”
LATAR BELAKANG
Cempedak (Artocarpus Chempeden) adalah salah satu jenis tanaman yang banyak
ditanam di daerah tropis. Cempedak cukup terkenal di Indonesia bahkan di dunia dan daerah
pedesaan. Tanaman ini berasal dari India bagian selatan yang kemudian menyebar ke daerah
tropis lainnya termasuk Indonesia (Sumeru, 2006).
“Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian ASI Ekslusif Berkaitan Dengan
Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Daerah Kecamatan Pahandut”
LATAR BELAKANG
Penyakit saluran pernafasan sebagai penyebab kesakitan dan kematian terbesar pada
anak, salah satunya yaitu penyakit pneumonia. Pneumonia adalah penyakit radang yang
disebabkan oleh infeksi maupun non infeksi pada jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala
batuk pilek yang disertai dengan sesak nafas atau nafas cepat. Penyakit ini mempunyai
tingkat kematian yang tinggi, terlebih lagi pada kelompok umur bayi dan balita yang sangat
menjadi perhatian penting dalam tahap awal pertumbuhannya (Stansfield, 1987).
Pneumonia menjadi salah satu penyakit menular sebagai faktor penyebab kematian
pada anak. Pneumonia menjadi tatget dalam Millenium Development Goals (MDGs), sebagai
upaya untuk mengurangi angka kematian anak. Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2013
terdapat 6,3 juta kematian anak di dunia, dan sebesar 15% kematian anak disebabkan karena
pneumonia (WHO, 2014).
Penyakit pneumonia dari tahun ke tahun menjadi peringkat teratas. Setiap tahun
pneumonia masuk ke dalam 10 besar penyakit terbesar. Pneumonia pada balita merupakan
salah satu indicator program penyendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Target
penemuan dan tatalaksanan pneumonia balita pada tahun 2014 adalah sebesar 100%. Namun,
angka cakupan pneumonia di Indonesia sampai tahun 2013 tidak menglami perkembangan
yang signifikan, yaitu hanya berkisar antara 23%-27%. Sedangkan angka kematian pada
balita akibat pneumonia sebesar 11,9% (Kemenkes, 2014).
Manurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 Kalimantan
Tengah masuk dalam lima provinsi yang mempunyai insiden pneumonia balita tertinggi yang
terdiri dari Nusa Tenggara Timur (38,5%), Aceh (35,6%), Bngka Belitung (34,8%), Sulawesi
Barat (34,8%) dan Kalimantan tengah (32,7%) (Riskesdas, 2013).
WHO merekomendasikan agar anak diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama
karena dapat menurunkan infeksi gastrointestinal dan infeksi pernafasan dibandingkan
dengan anak yang hanya mendapat ASI selama 3 atau 4 bulan (Kramer dan Kakuma, 2012).
Pada tahun 2014 diperoleh data bahwa terjadi penurunan prevalensi pemberian ASI
eksklusif di Palangkaraya dari tahun 2013 sebanyak 18,2% dan pada tahun 2014 menjadi
15,7% (Profil Kesehatan Kab/Kota, 2014).
Berdasarkan survey yang pernah dilakukan diperoleh informasi dari 20 balita
pneumonia yang disurvei terdapat 8 balita yang mendapatkan ASI secara eksklusif sedangkan
12 balita tidak mendapatkan ASI secara eksklusif. Menurut Wonodi et. aL., (2012), balita
yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif memiliki resiko lebih tinggi terjadinya
pneumonia.
Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian pneumonia. Menurut penelitian Hartati (2011) di RSUD Pasar
Rebo menyimpulkan bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki peluang
mengalami pneumonia 4,47 kali disbanding dengan balita yang mendapat ASI eksklusif.
Ditinjau dari berbagai latar belakang tersebut, peneliti tertarik dan ingin mengetahui
bagaimana “Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian ASI Ekslusif Berkaitan
Dengan Kejadian Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Daerah Kecamatan Pahandut”.
Novi : perkenalkan nama saya noviyanti, saya ahli gizi yg bertugas hari ini. Boleh saya tau ini dengan
mba siapa ya.?
Novi : mmm boleh saya tau kedatangan mba ke sini apa kah ada keluhan.
Thea : iya bu, akhir" ini saya sering merasa lemas, cepat cape & cepat mengantuk. Padahal sebelum"
nya saya tidak pernah merasakan seperti ini, bu.
Novi : saya lihat dulu ya mba, dari hasil pemeriksaan mba ini, mba didiagnosa mengalami anemia,
yaitu anemia megaloblastik mba.
Thea : mmm anemia megaloblastik itu apa ya bu. Yg saya tau sih anemia aja bu.
Novi : begini mba anemia megaloblastik itu anemia yg di sebabkan karena kurang konsumsi vitamin
b12. Hal ini berhubungan dengan pola makan dan makanan yg mba konsumsi. Tadi mba bilang kalo
mba baru" saja ya merasakan seperti ini, apakah ada perubahan dengan pola makan mba akhir" ini?
Thea : mmm sebenar nya saya sedang menjalani diet untuk menurunkan berat badan saya
bu.
Novi : oh jadi mba sedang menjalani diet ya, apakah boleh saya tau bagaimana pola diet yg
sedang mba jalani?
Thea : saya mengurangi porsi makan saya bu, saya juga tidak makan malam & tidak makan
snack atau kue gitu bu, dan juga saya tidak makan ikan, ayam dan daging karna itu kan
berlemak bu. Apakah diet yg saya lakukan itu salah bu?
Novi : sebenar nya diet yg mba lakukan itu tidak salah mba, namun diet yg mba lakukan itu
kurang baik bagi kesehatan mba.
Thea : oh begitu ya bu, lalu bagaimana diet yg baik untuk saya bu?