Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring berkembangnya kemajuan lebih-lebih dalam bidang teknologi,
kebutuhan dapat sebuah bangunan dan hunian meningkat setiap tahunnya.
Bukan hanya hunian, tetatpi termasuk kebutuhan termasuk menuntut untuk
pertumbuhan teknologi yang lebih modern dan pastinya lebih canggih.
Konsep sistem bangunan pintar atau yang sering disebut bersama smart
building atau Smart Architecture. Berbicara berkenaan smart building, bisa saja
beberapa orang yg pastinya menyukai berkenaan pembaruan spesifik dibidang
teknologi udah benar-benar familiar disaat mendengar kata-kata tersebut. Tentu
sangatlah awam disaat tetapi sangatlah awam kalau kami tidak memadai akrab
bersama dunia teknologi tepat ini, hal ini bisa saja disebabkan cabang berasal
dari smart building yang tergolong luas.
Mengenai tuntutan zaman yang begitu banyak penerapan smart building
dalam sebuah desain arsitektur semakin banyak diminati oleh banyak kalangan,
dimana banyak hal yang menguntungkan dari adanya smart building ini, seperti
cotnohnya, dengan dominannya sistem automatisasi dalam sebuah bangunan
para penggunanya sangatlah dimanjakan dengan berbagai fasilitas tersebut,
namun hal tesebut diiringi dengan biaya ( faktor ekonomi ) dalam pebuatannya
tidaklah murah, jika diinginkan dengan sistem automatisasi dan sistem yang
begitu canggih, namun bukan hal itu saja yang dapat membuat
Meski demikian, dengan begitu besarnya biaya yang dikeluarkan diawal
akan membawa dampak positif kebelakangnya untuk mengurangi biaya
operasional dalam jangka waktu penggunaannya (James Sinopoli, 2010:161 ),
jika dibangdingan dengan bangunan konvensional jelas biaya untuk
pembuatannya jauh lebih murah dibandingkan dengan bangunan pintar
(Arsitektur Pintar)
Dalam pembahasan makalah ini akan diperdalam mengenai ekonomi
dari bangunan pintar ini (Arsitektur Pintar).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah itu Smart Building ?
2. Bagaimana aspek Ekonomi terhadap pembangunan smart building ?
3. Apa saja faktor pengaruh untuk biaya yang digunakan untuk membangun
smart building ?
4. Mengapa segi ekonomi dalam pembanguan smart building perlu pahami ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui Mengenai Smart Building untuk mendukung dalam
perancangan arsitektur dimasa mendatang
2. Mengetahui bagaimakakah aspek-aspek ekonomi terhadap pembangunan
dari sebuah banguan pintar / Smart Building
3. Mengetahui faktor-faktir pengaruh unruk biaya yang dugunakan dalam
pembangunan Smart Building
4. Memahani mengenai segi ekonomi dalam pembanguann smart building.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang diaharapkan dalam penulisan makalah ilmiah ini
antara lain :

1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai bangunan pintar
b. Membuka ide dan pemikiran mahasiswa dalam merancang
bangunan yang memiliki konsep canggih yang mungkin akan
diterapkan dimasa mendatang
c. Memahami mengenai dari segi Ekonomi Pembangunan
Bangunan Pintar
2. Untuk Dosen
a. Membantu penilaian terhadap kemampuan mahasiswa dalam
pembuatan Makalah ini
d. Menambah pengetahuan mengenai segi Ekonomi
Pembangunan Bangunan Pintar
3. Untuk Masyatakat
Memberikan informasi kepada masyarakat agar mengetahui
mengenai teknologi yang berkembang dimasa modern kini yang
dapat diterapkan pada bangunan pintar dan memberikan informasi
dari segi ekonomi pada banguann pintar ini terhadap masyarakat,
yang mingkin apabila ingin digunakan dalam konsep perancangan
dapat mempertimbangkan budget yang diperlukan untuk
pembuatan bangunan pintar ini

1.5. Metode Penulisan


1.5.1. Teknik Pengumpulan Data
1) Data Primer
Merupakan data yang dikumpulkan oleh mahasiswa langsung
dari sumbernya, dalam hal ini penulis bertindak sebagai pengumpul
data. Data primer ini diperoleh melalui sumber buku utama yang
diberikan oleh koordinator matakuliah ( I Wayan Yuda Manik, ST.,
MT ), yakni buku “Smart Building System for Architect, Owner,
and Builders”.
2) Data Sekunder

Merupakan data-data yang dikumpulkan oleh pihak lain,


yang kemudian digunakan oleh mahasiswa kerja praktek sebagai
pertimbangan dalam penulisan laporannya. Dalam hal ini
mahasiswa kerja praktek bertindak sebagai pemakai data, data
sekunder diperoleh dari: Internet Browsing, merupakan teknik
pengumpulan data melalui media internet (online).

1.5.2. Teknik Pembahasan


Teknik pembahasan yang digunakan dalam penulisan makalah ini
yakni Teknik Deskriptif Yaitu memaparkan dan menjelaskan berbagai
teori yang akan menjelaskan segi ekonomi dari bangunan pintar
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I – Pendahuluan

Berisikan tentang uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,


manfaat penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II – Tinjauan Pustaka

Bagian kedua berisikan tentang teori-teori yang mendukung mengenai segi


ekonomi dari bangunan pintar

BAB III – Studi Kasus

Pada bagian ini berisikan mengenai studi kasus yang menegnai penerapan dari
segi ekonomi terhadap pembangunan bangunan pintar

BAB IV – Pembahasan

Berisi mengenai pembahasan dari objek studi kasus dari yang telah dipaparkan
secara umum pada BAB III

BAB V – Penutup

Berisi kesimpulan daripada pembahasan yang telah dibuat dan berisikan saran
terhadap mahasiswa, dosen, dan juga masyarakat terhadap isi makalah yang
telah dituangkan didalam penulisan makalah ini .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Smart Building ( Bangunan Pintar )


Smart buildings are not just about installing and operating technology
or technology advancements. Technology and the systems in buildings are
simply enablers, a means to an end. The technology allows us to operate the
building more efficiently; to construct the buildings in a more efficient way, to
provide productive and healthy spaces for the occupants and visitors, to
provide a safe environment, to provide an energy-efficient and sustainable
environment, and to differentiate and improve the marketability of the
building. A smart building involves the installation and use of advanced and
integrated , building technology systems. These systems include building
automation, life safety, telecommunications, user systems, and facility
management systems. Smart buildings recognize and reflect the technological
advancements and convergence of building systems, the common elements of
the systems and the additional functionality that integrated systems provide.
Smart buildings provide actionable information about a building or space
within a building to allow the building owner or occupant to manage the
building or space (James Sinopoli, 2010:3).
Menurut pendapat kelompok kami menarik sebuah Analisa, dimana
pengertiannya secara umum yakni bangunan pintar ini bukan sekedar instalasi
dan teknologi yang diteraokan didalamnya, namun bagaiamana bangunan ini
memudahkan segala aktivitas daripada penghuni didalamnya, pintar Bungan
dari segi teknologi, namun pintar jugad apat diaplikasikan dari segi desain yang
membuat bangunan tersebut pintar

2.2. Overview Dari The Economics of Smart Building


Buildings have long life cycles, typically between 25 and 40 years,
depending on the type of building and the intent of the original construction.
The life cycle cost of a building includes the initial costs of the facility (concept,
design, financing, and construction), as well as the long-term operational costs
of the building (James Sinopoli, 2010:159), yang dimaksudkan adalah sebuah
banguann memiliki siklus kurang lebihnya yakni 25-40 tahun, tergantung
daripada jenus banguann itu sendiri, siklus keberadaan bangunan meliputi
angunan termasuk biaya awal fasilitas (konsep, desain, pembiayaan, dan
konstruksi), serta biaya operasional jangka Panjang dalam pembangunan.

Gambar 2.1. Life Cycle Cost of the Building


(Sumber : James Sinopoli, 2010:160)

Diagram diatas menyatakan bahwa cost tertinggi ada pada biaya


operasional dari sebuah Gedung, kemudian dikuti dengan biaya perbaikan dan
renovasi, kemudian biaya desain dan konstruksi, jadi dalam sebuah siklus
biaya dalam sebuah banguanan biaya operasionalnya dapat mencapat 2x lipat
dari biaya perbaikan, maupun biayan desain dan konstruksi, sehingga semakin
lama jalannyas sebuah bangunan semakin besar biaya operasional yang
dikeluarkan, itulah sebabnya adanya sebuah sistem smart building diciptakan
untuk mengurangu pembengkakan biaya operasional didalam sebuan
bangunan
2.3. Biaya Konstruksi YUDHI
2.3.1 Cabling
2.3.2. cable pathaways
2.4. Manajemen Proyek YUDHI
2.5. Perlengkapan Proyek AJIK
Integrasi sistem juga melibatkan konsolidasi server system. Hasil dari
penerapan system integrasi ini dalam bangunan adalah mengurangi
penggunana perangkat keras, penggunaan ruang yang semakin efisien dan
efektif dan pengurangan dalam penggunaan perangkat lunak yang lainnya. Hal
ini mungkin menghasilkan penghematan biaya yang relatif kecil tetapi hal ini
masih dapat terhitung sebagai perampingan sebagai hasil dari memeras
redundansi dan ketidakefisienan pengeluaran dari pendekatan untuk
penyebaran sistem.

2.6. Training ( Pelatihan ) AJIK


2.7. Waktu Komisi
Dizaman yang modern ini ada sebuah perumpamaan yakni waktu adalah
uang. Sistem yang terintegrasi tidak hanya membutuhkan waktu lebih sedikit
untuk menginstal tetapi juga sedikit waktu untuk mengkonfigurasi.
Penggunaan basis data standar bersama yang sesuai SQL dan ODBC dan alat-
alat seperti XML dan SOAP, memungkinkan integrasi lebih mudah di antara
membangun sistem teknologi. Mereka juga memfasilitasi integrasi antara
membangun sistem teknologi dan sistem bisnis organisasi, seperti pembelian,
sumber daya manusia, dan seterusnya. Lebih sedikit waktu untuk komisi
berarti lebih sedikit biaya yang dikeluarkan.

2.8. Power ( Energi )


POE (power-over-Ethernet) adalah teknologi yang undervaluated untuk
membangun konstruksi dan operasi. Meskipun sistem dapat diintegrasikan
tanpa penggunaan POE modal dan penghematan operasional dari penggunaan
POE adalah sangat menarik sehingga perlu menjadi bagian integral dari
instalasi dan operasi sistem bangunan pintar. Misalnya, pembaca kartu yang
merupakan bagian dari sistem kontrol akses biasanya membutuhkan kabel
komunikasi dan kekuatan lokal. Berapa banyak yang disimpan jika kabel
komunikasi juga bisa memberikan kekuatan? Dengan menghilangkan
kebutuhannya untuk kekuatan lokal, hingga $ 250 per outlet dapat disimpan
selama konstruksi dan mendekati $ 750 setelah konstruksi tergantung pada
lokasi.

Gambar 2.2. CAPEX and OPEX


( Sumber : novieyossmardian.wordpress.com,(15/04/18) )
Penghematan CAPEX (Capital Expenditure) terkait dengan
pendekatan pembangunan pintar sangat tergantung pada jenis bangunan,
ukuran, pasar konstruksi lokal dan sebagainya. Biaya terbesar perbedaan antara
sistem terintegrasi dan terpisah adalah operasi jangka Panjang biaya sistem dan
fasilitas. Penghematan biaya operasional dapat terkait ke faktor-faktor berikut,
yakni antara lain :
 Infrastruktur terstandarisasi memungkinkan implementasi
perubahan lebih mudah selama masa operasional fasilitas untuk
membangun sistem otomasi kontrol dan perangkat, sistem telepon,
jaringan data, pencahayaan, dan sistem telekomunikasi dan
bangunan lainnya.
 Peningkatan efisiensi bangunan menghasilkan penghematan energi.
 Koordinasi dan komunikasi sistem dalam menanggapi keadaan
darurat evakuasi ditingkatkan. Sebagai contoh, sistem terintegrasi
memungkinkan untuk alarm kebakaran, pengawasan video, kontrol
akses, HVAC, kontrol pencahayaan, dan sistem lift untuk
berkomunikasi selama evakuasi darurat.
 Alat manajemen standar terus mengurangi biaya pelatihan.
 Sistem manajemen informasi ditingkatkan.
 Produktivitas staf secara keseluruhan ditingkatkan.
 Mengurangi biaya hasil dari kemampuan untuk mendapatkan
dengan sistem arsitektur terbuka yang kompetitif dan sistem kabel
terstruktur generik pada bangunan
 Manajemen sistem di antara banyak fasilitas terpisah melalui
penggunaan Internet atau jaringan pribadi dapat dikonsolidasikan.
 Integrasi dengan sistem bisnis tambahan, seperti sumber daya
manusia dan membeli database standar karena, lebih mudah dan
praktis

Untuk siklus hidup bangunan 40 tahun biaya operasional dapat


mencapai 50% dari total biaya gedung. Biaya operasional kemudian sama
dengan total biaya konstruksi, pembiayaan dan renovasi gedung. Yang relatif
sederhana tabungan dalam biaya operasional tahunan akan mengumpulkan
penghematan yang signifikan atas siklus hidup bangunan.
Organisasi publik dan swasta telah mempertimbangkan penghematan
biaya sistem gedung pintar terintegrasi. Misalnya, sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Institut Standar dan Teknologi Nasional mengajukan
pertanyaan, “ ini menunjukkan bahwa investasi dalam produk CBS (sistem
bangunan cybernetic) dan layanan oleh pemilik perorangan dan operator
apakah akan mengefektifkan biaya operasional sebubuah Gedung ?
"Jawabannya untuk pertanyaan itu tentu saja "ya."
Studi ini menyimpulkan bahwa “untuk setiap dolar yang diinvestasikan
pada tahun 2003 sekitar $ 4,50 dikembalikan atau akan kembali (yaitu rasio
investasi tabungan ke-4,5). Ini setara dengan tingkat pengembalian internal
sekitar 20% per tahun .... ” Studi secara konservatif memperkirakan bahwa
sistem terintegrasi memiliki penghematan biaya energi tahunan $ 0,16 / sq. ft.,
 penghematan pemeliharaan tahunan $ 0,15 / sq. ft.,
 penghematan tahunan untuk perbaikan dan penggantian $ 0,05 / sq.
ft., dan
 penghematan tahunan terkait untuk "penghuni produktivitas" sebesar
$ 0,39 / sq. ft. (Information in this and the preceding paragraph is
from R.E. Chapman, “How interoperability saves money,” ASHRAE
Journal, February 2001.)

Asosiasi Bangunan Otomatis Kontinental ,menyimpulkan bahwa pada


menganalisis biaya siklus hidup mengikuti.atau tergantung pada :

 biaya awal untuk sistem terintegrasi ( termasuk kedalam


management hardware dan software, peningkatan kualitas
jaringan, web service, dan peralatan lainnya ) yaitu 56% kurang
dari sistem yang tidak terintegrasi
 biaya operasional tahunan dan biaya perbaikan ( staff, training,
IT support, Management Reporting) untuk sistem terintegrasi
yakni 82% kurang dari sistem yang tidak terintegrasi
 sistem terintegrasi mengurangi 10% dari biaya utilitas yang
meliputi (pencahayaan yang terintegrasi, dan sistem HVAC,
meningkatkan faktor beban, koordinasi strategi oenawaran dan
permintaan) yang dibanfdingkan dengan biaya untuk energi pada
sistem yang tidak terintegrasi
 NPV ( Net Present Value ) yakni selisih pengeluaran dan
pemasukan. Jadi dari NPV ini memiliki biaya siklus hidup dari
sistem terintegrasi (10 tahun dengan tingkat penghitungan 9%)
adalah 24% lebih kecil dari sistem yang tidak terintegrasi.

Gambar 2.2. Systimax Cable


( Sumber : www.slideshare.net (15/04/18) )
Systimax, Perusahaan Commscope yang memproduksi dan
mendistribusikan lapisan fisik (kabel, jalur kabel, konektor, dll.) untuk sistem
bangunan pintar, menyiapkan model biaya yang terutama terkait dengan
pemasangan kabel awal dan infrastruktur biaya untuk sistem teknologi dan
biaya yang sedang berlangsung terkait dengan "churn rate (the annual
percentage rate at which customers stop subscribing to a service or employees
leave a job. ) "untuk memindahkan, menambahkan, dan mengubah layanan.
Model ini didasarkan pada Bangunan kantor komersial lima lantai seluas
100.000 kaki persegi menggunakan kabel yang sama untuk semua sistem
teknologi dan jalur umum untuk posisi horizontal layanan tegangan rendah dan
tinggi. Kesimpulannya Systimax adalah sebuah Teknik Konstruksi yang
mengurangi biaya pembangunan untuk bangunan baru dan yang akan
direnovasi. Jika ingin menggunakan konsep bangunan yang memiliki konsep
yang pintar dan terintegrasi

 Biaya pemasangan kabel dan kabel untuk sistem terintegrasi adalah


16% lebih rendah dari sistem yang tidak terintegrasi dan
membutuhkan 44% lebih sedikit jam kerja.
 Biaya jalur kabel dan kabel untuk menangani perpindahan,
penambahan, dan perubahan selama periode lima tahun untuk sistem
terintegrasi adalah 39% lebih sedikit daripada sistem yang tidak
terintegrasi.

Studi lain pada tahun 2005 oleh Converged Building Technologies


Group (CBTG) menyimpulkan “ada kasus dan bukti yang kuat untuk
pemanfaatan dari pendekatan bangunan yang terintegrasi. Ada bukti nyata
bahwa ada keduanya komersial dan memiliki manfaat teknis. Sistem ini secara
efektif terukur selama bangunan masih berdiri sehingga menghindarkan biaya
peningkatan besar dan meminimalkan OPEX (Operating Expenditure) yang
sedang berlangsung.
Studi ini menentukan bangunan khas: sebuah gedung perkantoran
berlantai delapan dengan fasilitas kantor pusat, total 13.500 m2 ruang dengan
rasio 80:20 bersih ke area lantai kotor dan kapasitas maksimum 1500 orang.
Model bangunan memiliki bangunan pabrik di atap serta di ruang bawah tanah
dan core 10 meter dari tepi pada tiga sisi dan 16 meter di sisi keempat. Ini juga
termasuk BMS system dengan 2500 poin, hari 1 dukungan untuk 1100
pengguna plus perangkat periferal di jaringan IP, 400 perangkat pemadam api,
400 speaker, 42 kamera, 46 pembaca kartu akses kontrol, dan 15 poin alarm
penyusup.
Jika dibandingkan pendekatan pengunaan biaya bangunan terintegrasid
an tidak terintegrasi yakni 24,2% lebih murah untuk menginstal pada
bangunan yang terintegrasi. Ini merupakan pengurangan 4,5% dalam
konstruksi biaya untuk seluruh bangunan. CBTG menyimpulkan bahwa
pembangunannya penghematan biaya sebagian besar berasal dari pengurangan
tenaga kerja. Studi juga memeriksa biaya operasional menggunakan analisis
biaya siklus hidup selama 30 tahun. Penelitian itu menegaskan bahwa
pendekatan sistem terintegrasi memungkinkan pemeliharaan lebih cepat dan
meningkatkan implementasi yang menghasilkan penghematan biaya
operasional sebesar 37% pertahunnya.

Anda mungkin juga menyukai