Anda di halaman 1dari 7

TAKE HOME EXAMINATION

NAMA : TOMMY SUPERMARD


NIM : 8176121006
MATA KULIAH : TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Jawab :

1. Menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental


berkembang melalui interaksi sosial langsung. Meskipun pada akhirnya anak-anak akan
mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya
bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak
akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.

masalah kesenjangan pendidikan antardaerah. Daerah perkotaan sudah memiliki fasilitas dan
tenaga pengajar yang cukup memadai untuk membantu negeri ini mencapai salah satu
tujuannya – mencerdaskan kehidupan bangsa. Lalu, bagaimana dengan daerah-daerah
terpencil, tertinggal atau daerah terdepan dan terbelakang yang notabenenya masih
bermasalah dengan kurangnya tenaga pengajar, kinerja guru yang belum optimal dan proses
pembelajaran yang masih konvensional. Perlu treatment khusus untuk mengatasi
permasalahan kesenjangan pendidikan ini.

Tahapan Pembelajaran Dengan Strategi Team Teaching

Tahap Baru

 Perencanaan Pembelajaran Disusun secara Serentak

Perencanaan pembelajaran atau yang saat ini lebih populer dengan istilah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus disusun secara bersama-sama oleh setiap guru yang
tergabung dalam Team Teaching. Agar setiap guru yang tergabung dalam team teaching
memahami tentang apa-apa yang tercantum dalam isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) tersebut, mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang harus
diraih oleh siswa dari proses pembelajaran, sampai kepada sistem penilaian hasil evaluasi
siswa.

 Metode Pembelajaran Disusun Bersama

Selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus disusun bersama oleh team,
metode yang akan digunakan oleh mereka dalam proses pembelajaran Team Teaching pun
harus direncanakan bersama-sama oleh anggota Team Teaching. Perencanaan metode secara
bersama ini dilakukan agar setiap guru Team Teaching mengetahui alur proses pembelajaran
dan tidak kehilangan arah pembelajaran.
 Partner Team Teaching Memahami Materi dan Isi Pembelajaran

Guru sebagai partner dalam Team Teaching bukan hanya harus mengetahui tema dari materi
yang akan disampaikan kepada siswa saja, lebih jauh dari itu, mereka juga harus sama-sama
mengetahui dan memahami isi dari materi pelajaran tersebut. Hal ini agar keduanya bisa
saling melengkapi kekurangan pengetahuan yang ada di dalam diri masing-masing. Terutama
ini dapat dirasakan manfaatnya dalam penyampaian materi pada siswa dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan siswa atas penjelasan guru.

 Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas

Dalam Team Teaching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing guru harus
dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan,
agar ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mereka tahu peran dan tugasnya
masing-masing. Tidak ada lagi yang namanya ketidakjelasan peran dan tanggung jawab
dalam hal ini.

Tahap Inti

Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang sebagai
pengawas dan pembantu team. Kemudian Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam
dua jam pelajaran, dalam hal ini berarti tugas sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jam
pelajaran yang ada.

Tahap Evaluasi apa bila terjadi kegagalan

 Evaluasi Guru

Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah jam pelajaran
berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan cara memberi kritikan-
kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran harus menerima dengan baik saran-saran tersebut,
karena hakekatnya itulah kelebihan dari team teaching. Setiap guru harus merasa bahwa
mereka banyak mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan
paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk menjaga image
masing-masing guru dihadapan siswa.

 Evaluasi Siswa

Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi dan merencanakan metode
evaluasi, yang semuanya dilakukan secara bersama-sama oleh guru Team Teaching. Atas
kesepakatan bersama guru harus membuat soal-soal evaluasi yang akan diberikan kepada
siswa, disini guru Team Teaching harus secara bersama-sama menentukan bentuk soal
evaluasi, baik lisan ataupun tulisan, baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara
keduanya.

Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah dalam evaluasi siswa, guru juga diharuskan
merencanakan metode evaluasi. Perencanaan metode evaluasi siswa ini di dalamnya
mencakup pembagian peran dan tanggung jawab setiap guru Team Teaching dalam
pelaksanaan evaluasi, serta pembagian pos-pos pengawasan.
2. Proposisi Deskriptif: “Jika seorang siswa mengulang suatu pernyataan berulang kali, dia
akan mengingatnya dengan lebih baik.” Proposisi ini 100% tepat. Contoh guru
memberikan motivasi dalam belajar sehingga siswa mau mengulang kembali
pembelajaran tersebut.

Proposisi Preskriptif: “Agar dapat mengingat suatu pernyataan dengan lebih baik seorang
siswa harus mengulangnya berulang kali.” Contoh : guru kembali mengulang-ulang
bertujuan untuk mngingatkan materi secara singkat setelah di jelaskan pada pertemuan
sebelumnya.

Permissive : Guru di berikan keleluasaan yang sebebas-bebasnya saat mengajar dengan


tanggungjawab. Contoh: guru menganalisis bahwa suatu metode tidak cocok di terapkan
sesuai dengan RPP, maka guru tersebut memiliki kebebasan mengganti dengan metode
lainnya. Seperti kelas yang tidak aktif dari metode yang ceramah, menjadi metode diskusi
antar kelompok.

3. Aturan: merupakan satu unit perilaku (Stevens & Scandura, 1987). SLT mengasumsikan
bahwa sebelum pelatihan, seorang individu dalam modulasi dapat melakukan hal-hal
kecil, langkah-langkah dasar yang paling sederhana baik sempurna atau tidak sama sekali.
Contoh : mempelajari mata pelajaran statistika, yang dengan harus ketentuan dan rumus.

Domain: adalah himpunan input yang dikodekan dengan aturan yang berlaku.(Ini mirip
dengan “kondisi” atau “diberikan” dalam tujuan instruksional. Contoh: Untuk konstruksi
sukses header tirai, pekerja harus memiliki kain, peralatan jahit, peralatan, dan gagasan.
Dengan demikian, kita dapat mendefinisikan domain sebagai: (diberikan) setiap panel
tunggal dari kain dipotong untuk mengoreksi dimensi, mesin jahit, benang, pin, dll. Ini
menggambarkan situasi dan kondisi kerja. Demikian juga dengan belajar dalam smua
mata kuliah harus mengetahui dan mempersiapkan peralatan belajar, maupun materi agar
dapat berlangsung dengan baik.

Range: Rentang ini adalah satu set aturan output yang diharapkan hasilnya. Contohnya
adalah hasil produk jadi. Dalam hal ini, kami ingin pekerja kami untuk dapat membuat
tiga variasi dari sebuah header tirai: satu dengan saku batang, satu dengan saku batang
dan ruffle, dan satu dengan lipatannya. Rentang consists produk dengan ketiga variasi.
Sama dengan smua matakuliah, mahasiswa diharapkan mampu untuk melengkapi smua
kompetensi yang ada, baik dari hard skill dan juga soft skillnya

Prosedur: Operasi (atau prosedur) merupakan tindakan dan keputusan pelajar berlaku
untuk elemen-elemen dari domain. Ini adalah bagaimana pelajar mendapatkan dari
domain ke kisaran (misalnya, mengukur kain, menggunakan mesin jahit). Dalam hal
matakuliah yang di asuh, smua mata kuliah di laksanakan dengan melaksakan apa apa
saja yang menjadi kebutuhan kegiatan belajar dengan sistematis sesuai dengan prosedur,
baik mempelajari materi maupun penggunaan teknologi belajar. Seperti melaksakan RPS,
menghidupkan infokus dan hal yang mendukung lainnya yang hasur dilakukan secara
sistematis.

4. Urutan elaboratif: adalah urutan dari sederhana-ke-kompleks atau dari umum-ke-rinci,


yang memiliki karakteristik khusus.la dikatakan memiliki karakteristik khusus karena
mempreskripsikan cara yang amat berbeda dengan cara-cara yang umum dipakai untuk
menata urutan pembelajaran dari umum-ke-rinci. Dalam pelaksanaan mata kuliah yang di
asuhUmpamanya, dalam mengajar Sejarah, seseorang dapat saja mulai dengan
memberikan rangkuman mengenai peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah, kemudian
menjelaskan rincian peristiwa-peristiwa penting itu. Semua peristiwa penting ini dirinci
dalam satu tahap sampai mencapai tingkat keterincian yang sudah dispesifikasi oleh
tujuan. Penggunaan cara-cara, seperti overviews (Hartley dan Davies, 1976), advance
organizer (Ausubel, 1968), webteaching (Norman, 1973), knowledge schemata
(Dansereau, 1985) merupakan upaya untuk menata urutan pembelajaran dari umum-ke-
rinci atau dari sederhana-ke-kompleks pada tingkat tertentu. Ini berbeda dengan urutan
elaboratif, dalam dua hal, yaitu: (1) penyajian isi bidang studi pada tingkat umum
mengepitomasi (bukan merangkum) bagian isi yang lebih rinci, dan (2) epitomasi dibuat
atas dasar satu tipe struktur isi bidang studi. Epitome sering dikacaukan dengan
rangkuman (summary). Dalam konteks kajian teori elaborasi, kedua istilah ini dibedakan.
Epitome dapat dipadankan dengan "kerangka isi". Sebagai kerangka isi, ia hanya
mencakup sebagian kecil isi bidang studi yang amat penting, yang nantinya akan
berfungsi sebagai konteks atau kerangka dari isi-isi bidang studi yang lebih rinci,
sedangkan rangkuman memuat semua bagian isi bidang studi yang penting. Dalam
epitome, isi bidang studi disajikan pada tingkat aplikasi, konkret, dan bermakna;
sedangkan dalam rangkuman isi bidang studi disajikan pada tingkat abstrak dan hapalan.
Yang dimaksudkan dengan tingkat aplikasi adalah menggunakan generality untuk
menjelaskan peristiwa-peristiwa baru (Merrill, 1983), atau menggunakan konsep-konsep
untuk mengidentifikasi contoh-contoh yang baru (Reigeluth dan Darwazeh, 1982). Dalam
epitome sebaiknya hanya terdapat satu tipe isi bidang studi: konsep, prosedur, atau
prinsip. Isi bidang studi yang akan diorganisasi harus dikaji secara cermat untuk
mengetahui tipe mana yang menjadi karakteristik dari isi bidang studi itu. Kemudian baru
dibuat strukturnya berdasarkan tipe isi bidang studi itu. Gunakanlah struktur konseptual
untuk tipe isi konsep, struktur prosedural untuk tipe isi prosedur, dan, struktur teoritik
untuk tipe isi prinsip. Epitome: Komponen Strategi yang berupa kerangka isi bagian
bidang studi terpentinng, yang berfungsi sebagai konteks dari isi-isi bidang studi lainnya
yang lebih rinci Rangkuman: Komponen strategi yang memuat semua bagian isi bidang
studi yang penting, biasanya berupa pengertian-pengertian singkat dari konsep, prosedur,
atau prinsip yang dipelajari Struktur konseptual untuk bidang studi yang isinya sarat
dengan konsep, struktur prosedural untuk prosedur, dan struktur teoritik untuk prinsip

Urutan prasyarat belajar Urutan prasyarat belajar yang dimaksud di sini sepadan dengan
struktur belajar atau hirarkhi belajar yang dikemukakan oleh Gagne (1968). Sebagai
komponen strategi teori elaborasi, Dalam pelaksanaan mata kuliah yang di asuhia
didefinisikan sebagai struktur yang menunjukkan konsep-konsep, atau prosedur-prosedur,
atau prinsip-prinsip mana yang harus dipelajari sebelum konsep-konsep, atau prosedur-
prosedur, atau prinsip-prinsip lain bisa dipelajari. Oleh karena itu, ia menampilkan hubungan
prasyarat belajar untuk suatu konsep, prosedur, atau prinsip. Struktur belajar sering kali
dikacaukan dengan 3 tipe struktur bidang studi lainnya: struktur konseptual, prosedural, dan
teoritik. Cara yang baik untuk membedakannya adalah bahwa jjrasyjirat belajar harus
dikuasai sebelum si-belajar tersebut mempelajari konsep, prosedur, atau prinsip berikutnya;
sedangkan isi dari struktur konseptual, prosedural, atau teoritik dapat dipelajari tanpa
mempertimbangkan urutannya, meskipun harus diakui bahwa mempelajari dengan urutan
tertentu akan lebih baik dari yang lain. Dengan pembedaan seperti ini, maka penyajian isi
bidang studi tidak akan dilakukan, sebelum isi bidang studi yang menjadi prasyarat disajikan.

Rangkuman Tinjauan kembali (review) terhadap apa yang telah dipelajari penting sekali
dilakukan untuk mempertahankan retensi. Sebagai komponen strategi teori elaborasi, Dalam
pelaksanaan mata kuliah yang di asuhrangkuman berfungsi untuk memberikan pernyataan
singkat mengenai isi bidang studi yang telah dipelajari, dan contoh-contoh acuan yang mudah
diingat untuk setiap konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Ada 2 jenis rangkuman
yang diperkenalkan dalam teori elaborasi: rangkuman internal dan eksternal. Rangkuman
internal (internal summarizer) diberikan pada setiap akhir suatu pelajaran dan hanya
merangkum isi bidang studi yang baru diajarkan. Rangkuman eksteraal (within-set
summarizer) diberikan setelah beberapa kali pelajaran, yang merangkum semua isi yang telah
dipelajari dalam beberaka kali pelajaran itu. Rangkuman berfungsi untuk memberikan:

 pernyataan singkat mengenai isi bidang studi yang telah dipelajari, dan
 contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep, prosedur, atau prinsip
yang diajarkan

Ada 2 jenis rangkuman: internal dan eksternal


Pensintesis (synthesizer) Pensintesis adalah susunan strategi teori elaborasi yang berfungsi
untuk menunjukkan kaitan-kaitan di antara konsep-konsep, prosedur-prosedur, atau prinsip-
prinsaip yang diajarkan. Komponen strategi ini penting sekali karena ia akan memberikan
sejumlah pengetahuan tentang kaitan di antara konsep-konsep, prosedur-prosedur, dan
prinsip-prinsip. Demikian juga, ia dapat memudahkan pemahaman yang lebih dalam tentang
suatu konsep, prosedur, atau prinsip. Yang lebih penting, ia dapat meningkatkan
kebermaknaan dengan jalan menunjukkan konteks suatu konsep, prosedur, atau prinsip pada
bagian isi yang lebih luas (Ausubel, 1968), sekaligus juga ia dapat memberi pengaruh
motivasional pada si-belajar (Keller, 1983). Dengan cara membuat kaitan-kaitan di antara
pengetahuan yang baru, dan antara pengetahuan yang baru dengan yang lama, yang telah
dimiliki oleh si-belajar, pensintesis juga berpeluang untuk meningkatkan retensi (Ausubel,
1964; Gagne E., 1978; Quillian, 1968). Menurut teori elaborasi, jenis pensintesis yang dapat
dipakai untuk mencapai maksud di atas tergantung pada jenis struktur isi bidang studi. Untuk
struktur konseptual, jenis pensintesis yang menunjukkan hubungan tingkat lebih tinggi,
setingkat, atau tingkat lebih rendah dapat dipakai. Untuk struktur teoritik, jenis hubungan
kausal atau hubungan perubahan (change relationships) paling tepat dipakai, dan untuk
struktur prosedural, sudah tentu, pensintesis yang menunjukkan hubungan di antara sub-sub
prosedur ang lebih dikehendaki. Pensintesis, apapun bentuknya, ditampilkan dengan cara
menyajikan struktur hubungan di antara isi bidang studi, dan dilengkapi dengan contoh acuan
yang menggambarkan hubungan-hubungan tersebut. Pensintesis berfungsi untuk
menunjukkan keterkaitan di antara konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Dalam
pelaksanaan mata kuliah yang di asuhKomponen strategi ini berpeluang untuk:

 memudahkan pemahaman,
 meningkatkan motivasi,
 meningkatkan retensi.

Analogi Analogi merupakan komponen strategi teori elaborasi yang amat penting karena ia
dapat memudahkan pemahaman terhadap pengetahuan yang baru dengan cara
membandingkannya dengan, pengetahuan yang sudah dikenal oleh si-belajar (Dreistadt,
1969; Reigeluth, 1983b). Dalam pelaksanaan mata kuliah yang di asuhAnalogi
menggambarkan persamaan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lain
yang beradadi luar cakupan pengetahuan yang sedang dipelajari. la amat membantu
pemahaman terhadap pengetahuan yang sukar dipelajari, siswa. Makin dekat persamaan
antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dijadikan analogi, makin efektif analogi
itu. Analogi sebaiknya diberikan sebelum pengetahuan yang baru diajarkan, dan acuan
kepada analogi tersebut harus dilakukan beberapa kali selama pembelajaran berlangsung.
Demikian pula, beberapa analogi dapat dipakai untuk memperjelas suatu konsep, atau
prosedur, atau juga prinsip, khususnya apabila perbedaan perse-orangan di antara si-belajar
begitu tampak.

Pengaktif strategi kognitif (cognitive strategy activator) Pembelajaran akan menjadi


lebih efektif apabila ia mampu mendorong si-belajar, baik secara sadar ataupun tidak, untuk
menggunakan strategi kognitif yang sesuai (Bruner, 1966; Gagne, 1977; Rigney, 1978). Yang
dimaksud dengan strategi kognitif dalam konteks ini adalah ketrampilan-ketrampilan yang
diperlukan si-belajar untuk mengatur proses-proses internalnya ketika ia belajar, mengingat,
dan berpikir (Gagne, 1985). Strategi kognitif hendaknya diaktifkan selama pembelajaran
berlangsung. Rigney (1978) mengemukakan 2 cara untuk mengaktifkan strategi kognitif.
Pertama, dengan merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga si-belajar dipaksa untuk
menggunakannya. Cara ini disebut dengan embedded strategy. Dalam pelaksanaannya, sering
kali si-belajar menggunakannya secara tidak sadar. Embedded strategy activator bisa berupa
gambar, diagram, mnemonic, analogi, dan parafrase. Pertanyaan-pertanyaan penuntun (ad-
junct questions) (Rothkopt, 1976) juga dapat dipakai untuk memenuhi maksud ini, yaitu
sebagai embedded strategy activator. Kedua, dengan menyuruh si-belajar menggunakannya.
Cara ini disebut dengan detached strategy. Dalam pelaksanaan mata kuliah yang di asuh , la
tepat dipakai bila si-belajar sudah pernah belajar bagaimana menggunakan strategi kognitif
ini. Umpamanya, "Sekarang buatlah diagram untuk menunjukkan proses yang baru saja
diajarkan!", atau, "Pikirkan sebuah analog! untuk memperjelas ide yang baru saja
dibicarakan".

Kontrol belajar Menurut Merrill (1979), konsepsi mengenai kontrol belajar mengacu
kepada kebebasan si-belajar dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang
dipelajari (content control), kecepatan belajar (pace control), komponen strategi pembejajaran
yang ingin digunakan (display control), dan strategi kognitif yang ingin digunakannya
(conscious cognition control). Sebagai komponen strategi yang diintegrasikan ke dalam teori
elaborasi, kontrol si-belajar terhadap keempat hal di atas amat dimungkinkan pada] tingkatan
tertentu. Dalam pelaksanaan mata kuliah yang di asuhdengan konsepsi kontrol si-belajar
terhadap isi yang dipelajari, urutan elaboratif memberi kesempatan kepada si-belajar untuk
memilih bagian, yang tercakup dalam epitome, yang paling diminati untuk dipelajari lebih
dulu. Nyata sekali bahwa hal ini bisa dilakukan bila tidak ada hubungan prasyarat di antara
bagian-bagian dalam epitome. Si-belajar kemudian bisa terus memilih bagian-bagian yang
lebih rinci dari bagian yang ada dala m epitome. Di samping itu, kontrol si-belajar terhadap
penggunaan komponen strategi pembelajaran juga amat terbuka dalam model elaborasi. Si-
belajar dapat diberi kebebasan untuk menentukan apakah dan kapan ia memerlukan
rangkuman, atau pensintesis, atau analogi. Si-belajar juga diberi kebebasan untuk memilih
strategi kognitif yang paling cocok baginya untuk digunakan dalam suatu situasi
pembelajaran.

5.

Anda mungkin juga menyukai