Jawab :
masalah kesenjangan pendidikan antardaerah. Daerah perkotaan sudah memiliki fasilitas dan
tenaga pengajar yang cukup memadai untuk membantu negeri ini mencapai salah satu
tujuannya – mencerdaskan kehidupan bangsa. Lalu, bagaimana dengan daerah-daerah
terpencil, tertinggal atau daerah terdepan dan terbelakang yang notabenenya masih
bermasalah dengan kurangnya tenaga pengajar, kinerja guru yang belum optimal dan proses
pembelajaran yang masih konvensional. Perlu treatment khusus untuk mengatasi
permasalahan kesenjangan pendidikan ini.
Tahap Baru
Perencanaan pembelajaran atau yang saat ini lebih populer dengan istilah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus disusun secara bersama-sama oleh setiap guru yang
tergabung dalam Team Teaching. Agar setiap guru yang tergabung dalam team teaching
memahami tentang apa-apa yang tercantum dalam isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) tersebut, mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang harus
diraih oleh siswa dari proses pembelajaran, sampai kepada sistem penilaian hasil evaluasi
siswa.
Selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus disusun bersama oleh team,
metode yang akan digunakan oleh mereka dalam proses pembelajaran Team Teaching pun
harus direncanakan bersama-sama oleh anggota Team Teaching. Perencanaan metode secara
bersama ini dilakukan agar setiap guru Team Teaching mengetahui alur proses pembelajaran
dan tidak kehilangan arah pembelajaran.
Partner Team Teaching Memahami Materi dan Isi Pembelajaran
Guru sebagai partner dalam Team Teaching bukan hanya harus mengetahui tema dari materi
yang akan disampaikan kepada siswa saja, lebih jauh dari itu, mereka juga harus sama-sama
mengetahui dan memahami isi dari materi pelajaran tersebut. Hal ini agar keduanya bisa
saling melengkapi kekurangan pengetahuan yang ada di dalam diri masing-masing. Terutama
ini dapat dirasakan manfaatnya dalam penyampaian materi pada siswa dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan siswa atas penjelasan guru.
Dalam Team Teaching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing guru harus
dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan,
agar ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mereka tahu peran dan tugasnya
masing-masing. Tidak ada lagi yang namanya ketidakjelasan peran dan tanggung jawab
dalam hal ini.
Tahap Inti
Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang sebagai
pengawas dan pembantu team. Kemudian Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam
dua jam pelajaran, dalam hal ini berarti tugas sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jam
pelajaran yang ada.
Evaluasi Guru
Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah jam pelajaran
berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan cara memberi kritikan-
kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran harus menerima dengan baik saran-saran tersebut,
karena hakekatnya itulah kelebihan dari team teaching. Setiap guru harus merasa bahwa
mereka banyak mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan
paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk menjaga image
masing-masing guru dihadapan siswa.
Evaluasi Siswa
Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi dan merencanakan metode
evaluasi, yang semuanya dilakukan secara bersama-sama oleh guru Team Teaching. Atas
kesepakatan bersama guru harus membuat soal-soal evaluasi yang akan diberikan kepada
siswa, disini guru Team Teaching harus secara bersama-sama menentukan bentuk soal
evaluasi, baik lisan ataupun tulisan, baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara
keduanya.
Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah dalam evaluasi siswa, guru juga diharuskan
merencanakan metode evaluasi. Perencanaan metode evaluasi siswa ini di dalamnya
mencakup pembagian peran dan tanggung jawab setiap guru Team Teaching dalam
pelaksanaan evaluasi, serta pembagian pos-pos pengawasan.
2. Proposisi Deskriptif: “Jika seorang siswa mengulang suatu pernyataan berulang kali, dia
akan mengingatnya dengan lebih baik.” Proposisi ini 100% tepat. Contoh guru
memberikan motivasi dalam belajar sehingga siswa mau mengulang kembali
pembelajaran tersebut.
Proposisi Preskriptif: “Agar dapat mengingat suatu pernyataan dengan lebih baik seorang
siswa harus mengulangnya berulang kali.” Contoh : guru kembali mengulang-ulang
bertujuan untuk mngingatkan materi secara singkat setelah di jelaskan pada pertemuan
sebelumnya.
3. Aturan: merupakan satu unit perilaku (Stevens & Scandura, 1987). SLT mengasumsikan
bahwa sebelum pelatihan, seorang individu dalam modulasi dapat melakukan hal-hal
kecil, langkah-langkah dasar yang paling sederhana baik sempurna atau tidak sama sekali.
Contoh : mempelajari mata pelajaran statistika, yang dengan harus ketentuan dan rumus.
Domain: adalah himpunan input yang dikodekan dengan aturan yang berlaku.(Ini mirip
dengan “kondisi” atau “diberikan” dalam tujuan instruksional. Contoh: Untuk konstruksi
sukses header tirai, pekerja harus memiliki kain, peralatan jahit, peralatan, dan gagasan.
Dengan demikian, kita dapat mendefinisikan domain sebagai: (diberikan) setiap panel
tunggal dari kain dipotong untuk mengoreksi dimensi, mesin jahit, benang, pin, dll. Ini
menggambarkan situasi dan kondisi kerja. Demikian juga dengan belajar dalam smua
mata kuliah harus mengetahui dan mempersiapkan peralatan belajar, maupun materi agar
dapat berlangsung dengan baik.
Range: Rentang ini adalah satu set aturan output yang diharapkan hasilnya. Contohnya
adalah hasil produk jadi. Dalam hal ini, kami ingin pekerja kami untuk dapat membuat
tiga variasi dari sebuah header tirai: satu dengan saku batang, satu dengan saku batang
dan ruffle, dan satu dengan lipatannya. Rentang consists produk dengan ketiga variasi.
Sama dengan smua matakuliah, mahasiswa diharapkan mampu untuk melengkapi smua
kompetensi yang ada, baik dari hard skill dan juga soft skillnya
Prosedur: Operasi (atau prosedur) merupakan tindakan dan keputusan pelajar berlaku
untuk elemen-elemen dari domain. Ini adalah bagaimana pelajar mendapatkan dari
domain ke kisaran (misalnya, mengukur kain, menggunakan mesin jahit). Dalam hal
matakuliah yang di asuh, smua mata kuliah di laksanakan dengan melaksakan apa apa
saja yang menjadi kebutuhan kegiatan belajar dengan sistematis sesuai dengan prosedur,
baik mempelajari materi maupun penggunaan teknologi belajar. Seperti melaksakan RPS,
menghidupkan infokus dan hal yang mendukung lainnya yang hasur dilakukan secara
sistematis.
Urutan prasyarat belajar Urutan prasyarat belajar yang dimaksud di sini sepadan dengan
struktur belajar atau hirarkhi belajar yang dikemukakan oleh Gagne (1968). Sebagai
komponen strategi teori elaborasi, Dalam pelaksanaan mata kuliah yang di asuhia
didefinisikan sebagai struktur yang menunjukkan konsep-konsep, atau prosedur-prosedur,
atau prinsip-prinsip mana yang harus dipelajari sebelum konsep-konsep, atau prosedur-
prosedur, atau prinsip-prinsip lain bisa dipelajari. Oleh karena itu, ia menampilkan hubungan
prasyarat belajar untuk suatu konsep, prosedur, atau prinsip. Struktur belajar sering kali
dikacaukan dengan 3 tipe struktur bidang studi lainnya: struktur konseptual, prosedural, dan
teoritik. Cara yang baik untuk membedakannya adalah bahwa jjrasyjirat belajar harus
dikuasai sebelum si-belajar tersebut mempelajari konsep, prosedur, atau prinsip berikutnya;
sedangkan isi dari struktur konseptual, prosedural, atau teoritik dapat dipelajari tanpa
mempertimbangkan urutannya, meskipun harus diakui bahwa mempelajari dengan urutan
tertentu akan lebih baik dari yang lain. Dengan pembedaan seperti ini, maka penyajian isi
bidang studi tidak akan dilakukan, sebelum isi bidang studi yang menjadi prasyarat disajikan.
Rangkuman Tinjauan kembali (review) terhadap apa yang telah dipelajari penting sekali
dilakukan untuk mempertahankan retensi. Sebagai komponen strategi teori elaborasi, Dalam
pelaksanaan mata kuliah yang di asuhrangkuman berfungsi untuk memberikan pernyataan
singkat mengenai isi bidang studi yang telah dipelajari, dan contoh-contoh acuan yang mudah
diingat untuk setiap konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Ada 2 jenis rangkuman
yang diperkenalkan dalam teori elaborasi: rangkuman internal dan eksternal. Rangkuman
internal (internal summarizer) diberikan pada setiap akhir suatu pelajaran dan hanya
merangkum isi bidang studi yang baru diajarkan. Rangkuman eksteraal (within-set
summarizer) diberikan setelah beberapa kali pelajaran, yang merangkum semua isi yang telah
dipelajari dalam beberaka kali pelajaran itu. Rangkuman berfungsi untuk memberikan:
pernyataan singkat mengenai isi bidang studi yang telah dipelajari, dan
contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep, prosedur, atau prinsip
yang diajarkan
memudahkan pemahaman,
meningkatkan motivasi,
meningkatkan retensi.
Analogi Analogi merupakan komponen strategi teori elaborasi yang amat penting karena ia
dapat memudahkan pemahaman terhadap pengetahuan yang baru dengan cara
membandingkannya dengan, pengetahuan yang sudah dikenal oleh si-belajar (Dreistadt,
1969; Reigeluth, 1983b). Dalam pelaksanaan mata kuliah yang di asuhAnalogi
menggambarkan persamaan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lain
yang beradadi luar cakupan pengetahuan yang sedang dipelajari. la amat membantu
pemahaman terhadap pengetahuan yang sukar dipelajari, siswa. Makin dekat persamaan
antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dijadikan analogi, makin efektif analogi
itu. Analogi sebaiknya diberikan sebelum pengetahuan yang baru diajarkan, dan acuan
kepada analogi tersebut harus dilakukan beberapa kali selama pembelajaran berlangsung.
Demikian pula, beberapa analogi dapat dipakai untuk memperjelas suatu konsep, atau
prosedur, atau juga prinsip, khususnya apabila perbedaan perse-orangan di antara si-belajar
begitu tampak.
Kontrol belajar Menurut Merrill (1979), konsepsi mengenai kontrol belajar mengacu
kepada kebebasan si-belajar dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang
dipelajari (content control), kecepatan belajar (pace control), komponen strategi pembejajaran
yang ingin digunakan (display control), dan strategi kognitif yang ingin digunakannya
(conscious cognition control). Sebagai komponen strategi yang diintegrasikan ke dalam teori
elaborasi, kontrol si-belajar terhadap keempat hal di atas amat dimungkinkan pada] tingkatan
tertentu. Dalam pelaksanaan mata kuliah yang di asuhdengan konsepsi kontrol si-belajar
terhadap isi yang dipelajari, urutan elaboratif memberi kesempatan kepada si-belajar untuk
memilih bagian, yang tercakup dalam epitome, yang paling diminati untuk dipelajari lebih
dulu. Nyata sekali bahwa hal ini bisa dilakukan bila tidak ada hubungan prasyarat di antara
bagian-bagian dalam epitome. Si-belajar kemudian bisa terus memilih bagian-bagian yang
lebih rinci dari bagian yang ada dala m epitome. Di samping itu, kontrol si-belajar terhadap
penggunaan komponen strategi pembelajaran juga amat terbuka dalam model elaborasi. Si-
belajar dapat diberi kebebasan untuk menentukan apakah dan kapan ia memerlukan
rangkuman, atau pensintesis, atau analogi. Si-belajar juga diberi kebebasan untuk memilih
strategi kognitif yang paling cocok baginya untuk digunakan dalam suatu situasi
pembelajaran.
5.