Anda di halaman 1dari 20

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER MK.

PERKOTAAN
SEMESTER GANJIL 2017/2018
“IDENTIFIKASI PASAR TRADISIONAL, PASAR GAYAMSARI SEMARANG”

Disusun Oleh :

Rausyan Vickri 14.A1.0118


Michael Dwi I. 15.A1.0124
Salma Azhar 15.A1.0174
Andini Kusuma R. 15.A1.0179
Amira Hasna K. 15.A1.0183

Dosen Pengampu :
Ir. Afriyanto Sofyan ST B, MT.
NIDN. 061.6064.301

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2017
RAUSYAN VICKRI MICHAEL DWI I.
14.A1.0118 15.A1.0124

AMIRA HASNA K. SALMA AZHAR


ANDINI KUSUMA R.
15.A1.0183 15.A1.0174
15.A1.0179
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga tugas mata kuliah perkotaan “identifikasi pasar tradisional” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga tugas identifikasi pasar tradisional ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk
ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam tugas ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR PETA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keberadaan pasar tradisional memberikan andil besar dalam pembangunan struktur ekonomi perkotaan, tidak terkecuali di Kota Semarang. Pasar tradisional berkembang sebagai
suatu kebutuhan primer sebagian besar masyarakat. Akan tetapi eksistensi pasar tradisional dalam sistem perkotaan selalu dipandang sebagai benalu ruang kota karena kondisi pasar
tradisional yang identik dengan kesemrawutan dan gangguan transportasi bagi pengguna jalan di penggal ruas jalan sekitar pasar. Daya tarik utama pasar tradisional adalah harga
komoditas barang yang diperdagangkan relatif murah.

Pasar Tradisional Gayamsari merupakan pusat kawasan aktivitas dagang tradisional di Kota Semarang yang memberikan kontribusi kepada gangguan kemacetan lalu-lintas di
sekitarnya. Tingkat mobilitas barang dan orang pada kawasaan ini berlangsung padat (crowded) dan bercampur, mengindikasikan pesatnya aktivitas ekonomi pada kawasan ini.
Kemacetan lalulintas tidak terhindarkan mengingat pergerakan lalu-lintas pada jalan di sekitarnyapun sangat ramai. Kedudukan dan keberadaan Pasar Tradisional Johar dijadikan dasar
permasalahan lalu-lintas yang ada dan berkembang menjadi suatu fenomena permasalahan transportasi dari keberadaan pasar-pasar tradisional di Kota Semarang.

Studi ini bertujuan menganalisis karakteristik pasar tradisional yang menyebabkan permasalahan lalulintas di sekitarnya. Faktor-faktor utama yang dijadikan sasaran studi adalah
mengkaji sistem sirkulasi pasar, identifikasi pedagang dan pengunjung dan komoditas barang yang diperdagangkan serta menghitung kontribusi pergerakan pasar terhadap pergerakan
lalu-lintas di sekitarnya. Untuk itu perlu dilakukan analisis sistem sirkulasi pasar (objek), pelaku pasar dan tipologi barang dangangan serta kinerja jalan. Analisis sirkulasi pasar dilakukan
dengan mengkaji pola sirkulasi pengunjung dan angkutan, melalui pengamatan langsung konfigurasi ruang pasar dan pergerakan pengunjung maupun angkutan pasar. Analisis pelaku
aktivitas pasar dilakukan melalui kuesioner bagi pengunjung dan pedagang sedangkan analisis kinerja jalan dilakukan dengan perhitungan kapasitas dan volume lalu-lintas jalan. Untuk
mengetahui kontribusi pergerakan oleh pasar terhadap jalan maka volume lalu-lintas jalan akan dibandingkan dengan volume pergerakan dari aktivitas pasar. Berdasarkan analisis
sirkulasi objek terhadap Pasar Tradisional Gayamsari didapati pola konfigurasi ruang dalam pasar pada umumnya berbentuk linier grid dengan sistem memusat yaitu berbentuk deretan
ruang-ruang yang saling berhadapan dengan keberadaan ruang pusat (hall) sebagai orientasi ruang dalam pasar serta memiliki pola pencapaian langsung terjadap jalan utama yang
berarti kedudukan pasar bersinggungan langsung dengan jalan utama. Pola seperti ini mengakibatkan aktivitas pasar membludak pada koridor-koridor utama. Hal ini yang kemudian
menjadi daya tarik (pull factor) munculnya pedagang kaki lima dan pangkalan becak pada jalur pedestrian pasar atau badan jalan sehingga meningkatkan nilai bobot hambatan samping
yang merupakan salah satu faktor utama menurunnya kinerja jalan.

Arus lalu-lintas jalan utama dan arus pergerakan dari pasar menjadi penyebab kemacetan lalu-lintas terlebih pada jam-jam puncak pagi (07.00-08.00 WIB) dan sore (15.00-17.00).
Hal ini berarti kemacetan lalu-lintas jalan utama di sekitar pasar akan semakin parah sebagai dampak dari sumbangsih pergerakan maupun hambatan samping yang diakibatkan oleh
aktivitas pasar. Melihat kondisi diatas dan kecenderungan perkembangan aktivitas dan potensi jumlah pengunjung dan pedagang maka penataan pasar tradisional khususnya yang
bersinggungan dengan ruas-ruas jalan utama kota perlu dilakukan untuk meminimalisir kerugian akibat kemacetan lalu-lintas sebagai dampak dari aktivitas pasar tradisional di Kota
Semarang.
BAB II
KAJIAN TEORI

Perubahan suatu kota pada umumnya disebabkan oleh pengaruh dari luar (faktor eksternal) dan dari dalam (faktor internal). Pengaruh dari dalam berapa desakan-desakan dari warga kota
sebag aiakibat dari penambahan jumlah penduduk kota, urbanisasi dan rencana-rencana pengembangan kota disamping itu struktur kota juga menjadi faktor pendorong berkembang pesatnya sebuah
kota. Pengaruh dari luar antara lain berbagai daya tarik yang menjanjikan pengembangan kota seperti luasnya lahan kosong (belum terbangun) yang dapat difungsikan sebagai kawasan
pengembangan kota serta tersedianya berbagai sumber daya alam yang cukup besar seperti sumber mata air bersih dan kawasan hijau yang sangat dibutuhkan bagi pengembangan kota ke arah
pinggiran kota. Freeman (1974), struktur kota memiliki 4 (empat) ciri yang bisa menjadi daya dorong bagi perkembangan kota yaitu sebagai penyedia fasilitas bagi seluruh warga; penyedia jasa
(tenaga); penyedia jasa profesional (bank, kesehatan dan lain-lain); serta memiliki pabrik (industri). Kota dianggap sebagai pusat pasar sehingga perdagangan merupakan basis jaringan dalam suatu
kota. Struktur kota, adalah elemen pertama yang diselenggarakan kota setelah air dan makanan tersedia. Awalnya penempatan struktur kota menunjukkan pola sirkulasi setempat, atau struktur
tersebut di atur sesuai dengan pola jalan yang dikehendaki. Kemudian struktur kota tersebut berhubungan dengan jaringan utilitas umum. Penggunaan struktur kota beragam sesuai dengan berbagai
macam aktivitas yang dilakukan penduduk kota. Kategori utama penggunaan struktur kota terdiri atas: bangunan permukiman, bangunan industri dan perdagangan, bangunan pemerintahan dan
bangunan transportasi yang merupakan unsur-unsur pembentuk pola penggunaan tanah kota. Kota ditinjau secara fisik juga berisikan stnktur atau bangunan lain yang bukan berupa gedung.
Branch (1995) faktor-faktor utama yang menentukan perkembangan dan pertumbuhan kota, yaitu: (1) faktor manusia (2) faktor kegiatan manusia dan (3) faktor pola pergerakan manusia pada satu
pusat kegiatan ke pusat kegiatan lainnya. Faktor manusia menyangkut segi-segi perkembangan penduduk kota baik karena kelahiran maupun karena migrasi ke kota, perkembangan tenaga kerja,
perkembangan status sosial dan kemampuan ilmu pengetahuan serta penyerapan teknologi. Faktor kegiatan manusia menyangkut segi-segi kegiatan kerja, kegiatan fungsional, kegiatan
perekonomian kota dan kegiatan hubungan regional yang lebih luas. Faktor pola pergerakan adalah disebabkan oleh faktor perkembangan yang akan membentuk pola perhubungan antara pusat-
pusat kegiatan serta subsub pusat kegiatan. Ketiga faktor ini secara fisik akan termanisfestasikan kepada perubahan akan tuntutan kebutuhan ruang. Tuntutan kebutuhan ruang akan tercermin
kepada perkembangan dan perubahan guna lahan kota, yang kemudian oleh faktor persyaratan fisik akan sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan kota itu selanjutnya. Pola keruangan
kota yang menggambarkan perkembangan struktur ruang adalah:
(1) Pola Konsentris, yang beranggapan bahwa suatu kota mempunyai kecenderungan berkembang ke arah luar di semua bagiannya. Zone tumbuh sedikit demi sedikit ke arah luar dan karena semua
bagian-bagiannya berkembang ke segala arah, maka pola keruangan yang dihasilkan berbentuk seperti lingkaran yang berlapis-lapis dengan pusat kegiatan (CBD) sebagai intinya. Zone-zone tata
guna lahan ini berlokasi di suatu tempat yang pasti dari pusat kegiatan dengan cara mengikuti usia dan karakter kegiatan di tiap zone, dan bertalian langsung dengan nilai tanah;
(2) Pola Sektor, menyatakan bahwa perkembangan - perkembangan baru yang terjadi dalam suatu kota, menyebar dari pusat ke arah luar berupa wedge (sektor-sektor) dan berangsur-angsur
menghasilkan kembali karakter yang dipunyai oleh sektor-sektor yang telah ada terlebih dahulu. Alasan ini terutama didasarkan pada kenyataan bahwa di dalam kota-kota terdapat variasi sewa
tanah, yang dipengaruhi oleh faktor transportasi, komunikasi dan segala aspeknya;
(3) pola pusat kegiatan kota, menyatakan bahwa suatu kota dibentuk oleh pusat-pusat kegiatan fungsional kota yang tersebar dan masing-masing pusat mempunyai peranan yang penting di dalam
kota (Daldjoeni, 1968).
Perkembangan Struktur Ruang Kota Semarang dari periode ke periode cenderung mengikuti model perkembangan Konsentris, Sektoral, dan Pola Inti Ganda. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perkembangan Kota Semarang adalah struktur kekuasaan, letak dan kedudukan Kota Semarang dalam konteks regional, perkembangan penduduk, serta faktor kebijakan pemerintah dan
perencanaan kota.
2.1 Regulasi Pasar Kota Semarang

( PERDA Kota Semarang nomor 9 tahun 2013 tentang Pengaturan Pasar Tradisional, BAB III bagian kedua, pasal 6 tentang Pengelolaan Pasar )
Pasar dibedakan dalam golongan sebagai berikut :
a. menurut lokasi dan kemampuan pelayanan, pasar digolongkan dalam:
1. Pasar Regional;
2. Pasar Kota;
3. Pasar Wilayah; dan
4. Pasar Lingkungan.
b. menurut jenis kegiatannya, pasar digolongkan dalam:
1. Pasar Induk;
2. Pasar Grosir; dan
3. Pasar Eceran.
c. menurut waktu kegiatan, pasar digolongkan dalam:
1. Pasar Siang;
2. Pasar Malam;
3. Pasar Siang Malam.
d. menurut jenis dagangan, pasar digolongkan dalam:
1. Pasar Umum;
2. Pasar Khusus.

( PERDA Kota Semarang nomor 9 tahun 2013 tentang Pengaturan Pasar Tradisional, BAB IV paragraf 4, pasal 19 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pasar. )
(1) Pelayanan pasar wajib diselenggarakan secara tertib, aman, nyaman, sehat, dan berwawasan lingkungan, oleh Pemerintah Daerah atau pihak ketiga yang diberi kewenangan mengelola pasar.
(2) Pelayanan pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang wajib disediakan adalah :
a. kantor pengelola pasar;
b. tempat parkir kendaraan, bongkar muat, dan reklame;
c. pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah;
d. masjid/musholla;
e. MCK;
f. listrik, penerangan umum;
g. alat pemadam kebakaran;
h. pos ukur ulang dan radio pasar; dan
i. ID Card
( Pasal 20 )
(1) Di setiap pasar yang dikelola Pemerintah Daerah wajib disediakan Kantor Pengelola Pasar sesuai dengan peruntukan kawasan pasar yang telah ditetapkan.
(2) Kantor Pengelola Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Dinas.
( Pasal 21 )
(1) Pemerintah Daerah wajib menyediakan lahan bagi tempat parkir kendaraan di lokasi pasar sesuai dengan peruntukan kawasan pasar yang telah ditetapkan.
(2) Lahan parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Dinas
(3) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menyerahkan pengelolaan parkir kendaraan kepada pihak ketiga berdasarkan perjanjian kerjasama sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(4) Terhadap penyediaan dan/atau pengelolaan lahan parkir kendaraan, Dinas atau pihak ketiga berhak memungut retribusi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
( Pasal 22 )
(1) Pemerintah Daerah wajib menyediakan lahan bagi tempat bongkar muat dagangan di lokasi pasar sesuai dengan peruntukan kawasan pasar yang telah ditetapkan.
(2) Lahan bagi tempat bongkar muat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Dinas.
(3) Dinas dapat menyerahkan pengelolaan lahan bongkar muat kepada pihak ketiga berdasarkan perjanjian kerjasama sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
(4) Terhadap penyediaan lahan dan/atau pengelolaan tempat bongkar muat Dinas atau pihak ketiga pelaksana kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhak memungut retribusi yang
diatur dengan Peraturan Daerah.
( Pasal 23 )
(1) Di lokasi pasar disediakan tempat bagi pemasangan reklame sesuai dengan peruntukan kawasan pasar yang telah ditetapkan oleh Dinas.
(2) Tempat reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang reklame.
(3) Pemasangan reklame harus terlebih dahulu mendapatkan ijin dari SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang reklame atau di bidang perijinan, berdasarkan rekomendasi dari Dinas.
(4) Terhadap penyediaan tempat reklame SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang reklame atau di bidang perijinan berhak memungut retribusi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
( Pasal 24 )
(1) Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah.
(2) Pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan melalui:
a. kerjasama dengan pihak ketiga;
b. penyediaan TPS sesuai dengan peruntukan kawasan pasar yang telah ditetapkan;
c. pelayanan kebersihan dan persampahan dari sumber sampah ke TPS;
d. pelayanan persampahan/kebersihan dari TPS ke TPA; dan e. penyediaan tempat pengambilan air untuk kebersihan sesuai dengan peruntukan kawasan pasar yang telah ditetapkan.
(3) Dalam rangka pelayanan kebersihan dan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, pihak ketiga bisa memungut iuran pelayanan kebersihan dan persampahan.
( Pasal 25 )
(1) Di setiap pasar yang dikelola Pemerintah Daerah wajib disediakan masjid/musholla sesuai dengan peruntukan kawasan pasar yang telah ditetapkan.
(2) Masjid/musholla sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Dinas dengan melibatkan pedagang pasar.
( Pasal 26 )
(1) Pemerintah daerah wajib menyediakan fasilitas MCK sesuai dengan peruntukan kawasan pasar yang telah ditetapkan.
(2) MCK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Dinas.
(3) Dinas dapat menyerahkan pengelolaan fasilitas MCK kepada pihak ketiga berdasarkan perjanjian kerjasama sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Terhadap penyediaan dan/atau pengelolaan fasilitas MCK Dinas atau pihak ketiga pelaksana kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhak memungut biaya perawatan kebersihan
MCK.
(5) Pungutan biaya perawatan kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disetor ke kas daerah.
( Pasal 27 )
(1) Pemerintah Daerah wajib menyediakan aliran listrik dan penerangan umum di dalam pasar.
(2) Aliran listrik diperuntukkan bagi setiap unit toko/kios, dan los, berdasarkan nama pemegang izin pemakaian tempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.
(3) Besarnya aliran listrik yang disalurkan untuk masing-masing unit toko/ kios, dan los sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan permohonan pemegang izin.
(4) Setiap pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 wajib membayar biaya rekening untuk setiap pemakaian listrik yang menjadi tanggungjawabnya.
(5) Besarnya biaya rekening listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh Kepala Dinas berdasarkan tarif tenaga listrik yang ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara.
( Pasal 28 )
(1) Dalam rangka keamanan dan ketertiban lingkungan pasar Pemerintah Daerah menyelenggarakan sistem pengamanan pasar.
(2) Pengamanan pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dengan membentuk satuan tugas pengamanan pasar.
(3) Satuan tugas pengamanan pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas masing-masing dan beranggotakan pegawai dinas dan pedagang
pasar.
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai pengamanan pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
( Pasal 29 )
(1) Dalam rangka pengamanan pasar dari bahaya kebakaran, Pemerintah Daerah wajib menyediakan alat-alat pemadam kebakaran.
(2) Jumlah, kualifikasi, dan penempatan alat-alat pemadam kebakaran di pasar disesuaikan dengan persyaratan bangunan gedung berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
DATA ESKSISTING HASIL SURVEY

3.1 Lokasi dan Batas Pasar Gayamsari


Pasar Gayamsari terletak di Jalan Majapahit no.201 Semarang.

D A
A D
D C B
B
C

Gambar 3.1.1 Peta Udara Pasar Gambar 3.1.2 Peta Udara Cad Pasar
(Sumber : Google Earth Pro) (Sumber : Peta CAD Semarang)

A: B: C: D:
Gambar 3.1.3 Jalan Raya Majapahit Gambar 3.1.4 Komplek Perukoan Gambar 3.1.5 Kios-kios Gambar 3.1.6 Bengkel Nissan
Sebagai Batas Utara Pasar Sebagai Batas Timur Pasar Sebagai Batas Selatan Pasar Sebagai Batas Barat Pasar
3.2 Kondisi Pasar

3.2.1 Kondisi Pasar Bagian Depan Luar

Gambar 3.2.1.3 Kondisi parkiran motor pasar di sebelah timur


saat pagi hari (07.00 WIB) (sumber : dokumentasi data pribadi)

Gambar 3.2.1.1 Peta Udara Mikro Pasar Gayamsari


(sumber : Google Earth Pro)
Gambar 3.2.1.4 Para pedagang yang menggunakan pedestrian ruko yang belum
buka untuk lapak jualannya di pagi hari. (sumber : dokumentasi data pribadi)

Gambar 3.2.1.5 TPS pasar Gayamsari yang


terdapat di bagian depan pasar sebelah timur.
Gambar 3.2.1.2 Kondisi parkiran motor pasar di sebelah barat (di dekat gapura (sumber : dokumentasi data pribadi)
masuk pasar gayamsari) pada pagi hari. (sumber : dokumentasi data pribadi)
3.2.2 Kondisi Pasar Bagian Dalam Timur

Gambar 3.2.2.1 Kondisi lorong bagian depan selebar 1,5m pada sisi
timur bangunan pasar bagian depan mayoritas diisi kios dan emperan
pedagang yang berjualan sayur, dan bumbu dapur.
(sumber : dokumentasi data pribadi)

Gambar 3.2.2.2 Kondisi lorong bagian tengah pasar, mayoritas


kios maupun emperan diisi oleh pedagang buah pisang.
(sumber : dokumentasi data pribadi)

Gambar 3.2.2.3 Kondisi lorong bagian belakang pasar, karena pasar gayamsari tidak bertingkat, maka pedagang daging,
ayam, dan ikanditempatkan di dalam pasar paling belakang.
(sumber : dokumentasi data pribadi)
3.2.3 Kondisi Pasar Bagian Dalam Barat

Gambar 3.2.3.1 Kondisi lorong pasar bagian barat, mayoritas


kios diisi oleh pedagang bumbu dapur dan keperluan harian.
(sumber : dokumentasi data pribadi)

Gambar 3.2.3.2 Mushola yang Gambar 3.2.3.3 Kantor pengurus Gambar 3.2.3.4 toilet yang terdapat di Gambar 3.2.3.5 pintu keluar menuju
terdapat di dalam pasar pasar yang terdapat di dalam pasar dalam pasar bagian belakang luar pasar
(sumber : dokumentasi data pribadi) (sumber : dokumentasi data pribadi) (sumber : dokumentasi data pribadi) (sumber : dokumentasi data pribadi)
3.2.4 Kondisi Pasar Bagian Belakang Luar

Gambar 3.2.4.1 Kondisi bagian belakang luar pasar yang masih


dijadikan lapak oleh pedagang.
(sumber : dokumentasi data pribadi)

Gambar 3.2.4.2 Kondisi jalan sepanjang sungai bagian


belakang pasar yang tidak dijadikan lapak bagi pedagang.
(sumber : dokumentasi data pribadi)
3.3 Data Pedagang Pasar Gayamsari

Gambar 3.3.1 Denah Kios Pasar Gayamsari


(sumber : data pengurus pasar gayamsari semarang)
Tabel 3.3.1 Jumlah Petak Pedagang Pasar Gayamsari
(sumber : unit pelaksana teknik daerah)
NO JENIS JUALAN KIOS LOS DT BERIJIN DT TAK BERIJIN
1 Barang Pecah Belah 4 1
2 Aksesoris 1 1
3 Buah-buahan 1 21 11 8
4 Bumbon Sayuran 6 141 49 5
5 Daging sapi / ayam potong 87
6 Gerabah 2 5 6
7 Hasil bumi kelapa / kopi 24 13 9
8 Ikan laut (pindang) 4 5 1
9 Jasa 10 5
10 Kelontong 101 142 11
11 Konveksi 17 53 4
Krupuk 8
12 Lain-lain rambak 32 1
13 Minuman (wedang) 1 1 3
14 Makanan burung 2
15 Plastik 2
16 Roti / makanan 3 24 15 30
17 Sayuran 8 12 44
18 Sembako 9 60 5 3
19 Kosong / tanpa keterangan 4 24
20 Tahu / tempe / tauge / telur 7 21 26 18
21 Patri emas 2
22 Warung makan 6 22 2 3
JUMLAH 168 657 186 135
Tabel 3.3.2 Petak Tidak Aktif
(sumber : unit pelaksana teknik daerah)
NO JENIS JUALAN JENIS DASARAN JUMLAH
KIOS LOS
1 Jasa 1 1
2 Kelontong 2 1 3
3 Sembako 1 1
4 Bumbon 2 2
5 Buah 1 1
6 Tahu / tempe / telur 4 4
JUMLAH 3 9 12

Tabel 3.3.3 Jumlah Petak Pedagang Pasar Gayamsari


(sumber : unit pelaksana teknik daerah)
NO KETERANGAN AKTIF TIDAK AKTIF JUMLAH TOTAL
1 Kios 165 3 168
2 Los 648 9 657
3 DT Berijin 186 186
4 DT Tak Berijin 135 135
JUMLAH 1134 12 1146

 Luas : 5.601 m2
 Jumlah pedagang tiap hari 420 orang
 Putaran uang: umr/30 x ped x 10 = 196.000.000
 Putaran uang perbulan = 588.000/000
 Pengunjung tiap hari 840 orang
 Pengunjung tiap bulan 252.000 orang (sumber : data dinas pengurus pasar gayamsari semarang)

Anda mungkin juga menyukai