Anda di halaman 1dari 13

Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Journal Reading

Fakultas Kedokteran April 2018

Universitas Pattimura

KELOIDS: A REVIEW

Dikutip Dari:

E. Onyenyirionwu, A Agu

Disusun Oleh:

Yunita Y. Salaka

(2012833019)

Pembimbing:

dr. Fitri Kadarsih Bandjar, Sp.KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD dr. M. HAULUSSY FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2018

1
KELOID: SEBUAH ULASAN ARTIKEL
Dikutip Dari:
E. Onyenyirionwu, A Agu

Abstrak
Manajemen keloid merupakan masalah klinis yang sulit. Artikel ini adalah sebuah ulasan
tentang metode terkini yang tersedia untuk terapi keloid. Pencarian online dilakukan pada
ulasan artikel dan publikasi lainnya tentang keloid terutama dari pubmed (hasil pencarian dari
NCBI national center for biotechnology information pada US National Library of medicine
(NLM) dan african journals online. Ulasan artikel yang terpilih telah ditentukan. Berbagai
macam metode pengobatan yang tersedia menganjurkan bahwa tidak adanya satupun metode
yang secara penuh memiliki hasil yang memuaskan. Saat ini, pengobatan kombinasi
menggunakan eksisi pembedahan diikuti dengan steroid intralesi atau terapi adjuvant lainnya
menunjukkan hasil yang paling baik untuk manajemen keloid.

kornea telah dilaporkan. Adanya variasi dan


PENDAHULUAN kombinasi terapi menunjuk pada fakta bahwa
Keloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu belum ada modalitas terapi yang sempurna.
“cheloides”, yang artinya capit kepiting.
deskripsi tersebut diambil berdasarkan betuk EPIDEMIOLOGI
perpanjangan lesi mengenai jaringan normal Keloid dapat terjadi diseluruh dunia. Angka
di sekitarnya. Keloid adalah penimbunan kejadian keloid ditemukan lebih besar pada
jaringan fibrosa yang meluas melewati area orang Afrika yang memiliki kulit berpigmen
batas luka, tidak mengalami regresi, dan gelap. Faktor risiko utama terjadinya keloid
cenderung berulang setelah eksisi. Keloid yaitu pada kulit berpgimen gelap, hal ini
bersifat jinak,dan merupakan proliferasi dimungkinkan karena adanya anomali dari
jaringan fibrosa yang muncul di atas kulit melanosit stimulating hormone (MSH).
yang mengalami cedera kulit atau iritasi. Keloid lebih sering terjadi pada orang kulit
Keloid hanya dialami oleh manusia, terjadi hitam seperti pada orang Hispanik dan Asia
pada semua ras, tetapi orang – orang ras serta jarang terjadi pada orang Kaukasia.
afrika negroid cenderung lebih rentan. Keloid jarang terjadi pada albino dari semua
Walaupun keloid lebih sering terjadi pada ras. Familial predisposisi terjadinya keloid
lapisan dermis kulit, kasus keloid pada dengan cara pewarisan yang dominan dan

2
resesif telah ditemukan. Keloid banyak mengalami perbaikan spontan. Skar
dijumpai pada kelompok usia muda, dibawah hipertrofik biasanya berkembang pada
30 tahun, puncaknya pada usia 10-20 tahun, minggu ke-4 hingga ke-8 setelah mengalami
pada pasien dengan peningkatan level luka, penutupan luka dengan ketegangan
hormon pada pubertas dan kehamilan. yang berlebihan atau cedera traumatik kulit
Meskipun kedua jenis kelamin dapat terkena lainnya, pertumbuhan yang cepat terjadi
keloid, prevalensi pada perempuan lebih dalam waktu 6 bulan kemudian mengalami
tinggi hal ini dihubungkan dengan tindik regresi selama beberapa tahun, pada akhirnya
telinga. Skar keloid dapat terjadi pada semua skar akan menjadi rata dan tidak ada gejala
kelompok usia, tetapi jarang ditemukan pada sisa yang menyertai. Sebaliknya, keloid dapat
bayi dan orang tua. Keloid lebih sering timbul terbentuk beberapa tahun setelah mengalami
pada dada, bahu dan lengan atas, daun cedera minor dan dapat terbentuk spontan
telinga, dan pipi. Keloid jarang terjadi pada tanpa adanya cedera. Pembentukan keloid
telapak tangan dan telapak kaki, namun dapat merupakan komplikasi dari lesi kulit
keloid pada telapak kaki telah dilaporkan. minor seperti jerawat, infeksi kulit, atau
Pada daerah kulit yang tipis seperti kelopak gigitan serangga. Selanjutnya, keloid
mata atas, penis, skrotum, dan areola dari cenderung menetap untuk waktu yang lama
payudara keloid jarang terjadi, tetapi keloid dan tidak beregresi secara spontan. Keloid
lebih sering terjadi pada daerah pubis muncul sebagai tumor yang agak keras,
dikarenakan konsentrasi kelenjar minyak lunak, dan menonjol, dengan permukaan
yang tinggi. Lesi jaringan parut yang sama yang mengkilap, terkadang ditemukan
yaitu skar gipertrofik. Jaringan parut teleangiektasi dan epitel yang menipis.
hipertrofik berwarna merah dan lesi yang Keloid tetap meninggi dan tebal dan terus
menimbul akibat inflamasi kronik yang berproliferasi tanpa batas. Kelod dan skar
berkepanjangan dan produksi kolagen yang hipertrofik biasanya disertai dengan rasa
berlebihan. gatal, namun keloid dapat menimbulkan rasa
nyeri yang signifikan dan hyperesthesia.
SKAR HIPERTROFIK DAN KELOID Keloid cenderung mengalami kekambuhan
Karakteristik klinis setelah eksisi, sedangkan kekambuhan
Keloid dan skar hipertrofik dapat dibedakan setelah eksisi pada skar hipertrofik jarang
terpisah secara klinis dan histokimia. terjadi.
Perbedaan antara keloid dan skar hipertrofik
adalah skar hipertrofik dapat sembuh seiring
berjalannya waktu, sedangkan keloid jarang

3
HISTOLOGI luka yang terganggu, atau kegagalan regulasi
Secara histologi, skar hipertrofik dan keloid sel untuk penyembuhan luka.
mengandung penebalan pada kolagen
dermal. Gambaran histologi keloid GENETIKA KELOID
ditemukan kumpulan fibrotik dari kumpulan Peningkatan prevalensi keloid pada ras
kolagen tebal yang berlebihan, elastin, berkulit gelap, peningkatan konkordansi
fibronektin, dan proteoglikan bersama antara kembar identik dan peningkatan
dengan fibroblas atipikal. Fibroblas pada pengelompokan familial menunjukkan
keloid meningkatkan aktivitas hidroksilase adanya kecenderungan genetik yang kuat
prolyl, yang terlibat dalam sintesis kolagen, terhadap pembentukan keloid. Individu yang
pada tingkat yang lebih tinggi darikulit bergolongan darah A dan HLA-B14, HLA-
normal atau bekas luka hipertrofik. Pada B21, HLA-BW16, HLA-BW35, HLA-DR5,
bekas luka normal, kolagen membentuk dan HLA-DQW3. Bentuk pewarisan tidak
cross-link reguler, sedangkan pada keloids diketahui secara pasti, tetapi beberapa teori
kolagen yang terbentuk tidak teratur, telah diajukan termasuk resesif autosomal,
membentuk nodul pada dermis. Dalam autosomal dominan dengan penetrasi tidak
penyembuhan luka normal, kolagen tipe III lengkap dan ekspresi variabel. Peningkatan
yang belum matang dari luka dapat kadar serum immunoglobulin E dan insiden
dimodifikasi menjadi kolagen tipe I yang diatesis alergi yang sangat tinggi telah
matang. Skar hipertrofik terutama terdiri atas diamati pada pasien yang mengalami keloid.
kolagen tipe III yang sejajar dengan Status imun sistemik yang secara genetik
permukaan epidermis dengan nodul yang cenderung terhadap pembentukan keloid
mengandung myofibroblas, filamen kolagen yaitu kadar serum komplemen,
ekstraseluler yang besar, dan asam imunoglobulin G dan imunoglobulin M.
mukopolisakarida dalam jumlah yang Beberapa penyakit jaringan ikat genetik yang
banyak. Sebaliknya, jaringan keloid sebagian berhubungan dengan keloid yaitu sindrom
besar tersusun atas kolagen tipe I dan III yang Rubinstein-Taybi , Ehlers – Danlos
tidak terorganisir, mengandung kumpulan syndrome, progeria, osteopoikilosis,
kolagen hiposelular pucat tanpa nodul atau scleroderma, dan pachydermoperiostosis.
miofibroblas berlebih. Kedua lesi Hubungan yang signifikan antara penyakit
menunjukkan peningkatan produksi beberapa jaringan ikat kongenital dan pembentukan
protein fibroblast, termasuk fibronektin, keloid tidak diketahui. Dalam sebuah
menunjukkan adanya sinyal penyembuhan penelitian, sindrom yang terkait dengan
keloid, yakni sindrom Rubinstein – Taybi dan

4
Goeminne tidak ditemukan pada keluarga untuk keloid, dan dapat menjadi terapi lini
dengan keloid. pertama. Efek utama dari kortikosteroid
dianggap untuk menekan proses inflamasi
PENATALAKSANAAN pada luka. Mekanisme kerja yang lain yaitu
Terapi keloid masih terus menjadi sebuah menghambat transkripsi sintesis nitrit oksida
tantangan dan belum ada modalitas terapi dengan penghambatan sintesis kolagen pada
tunggal yang terbaik untuk keloid. fibroblast, penghambatan pertumbuhan
Pencegahan terhadap keloid lebih penting, fibroblas keloid, degenerasi fibroblast, dan
karena keloid telah diketahui dapat berulang. downregulation ekspresi gen kolagen dalam
Beberapa modalitas terapi termasuk dressing keloid. Berbagai sediaan steroid yang dapat
oklusif, terapi tekan, injeksi kortikosteroid digunakan untuk injeksi intralesi termasuk
intralesi, eksisi, cryosurgery, radioterapi, hidrokortison asetat, metilprednisolon, dan
terapi laser, 5-fluorouracil (5-FU), deksametason. Triamcinolone acetonide
bleomycin, verapamil, asam retinoat, krim (TAC) (10–40 mg / ml per kursus setiap 4
imiquimod 5%, tacrolimus, botulinum toxin, minggu) adalah yang paling sering
dan terapi over-the-counter (misalnya digunakan. Tergantung pada jenis lesi, dua
ekstrak bawang, kombinasi hidrokortison, atau tiga dosis suntikan TAC sudah cukup,
silikon, dan vitamin E). Metode terapi tetapi beberapa mungkin memerlukan
lainnya adalah terapi ultrasound dan panas suntikan selama 6 bulan atau lebih dengan
atau teknik kombinasi. Kombinasi silicon gel interval 4-6 minggu. Steroid intralesi dapat
sheeting dan injeksi steroid intralesi digunakan sebagai terapi tunggal atau
direkomendasikan (oleh International sebagai terapi tambahan setelah eksisi bedah.
Advisory Panel on Scar Management) Perawatan yang paling efektif untuk skar
sebagai terapi lini pertama, dengan keloid adalah terapi gabungan yang
menggunakan terapi tekanan lokal jika melibatkan steroid dan eksisi bedah dengan
memungkinkan. Untuk kasus-kasus yang tingkat kesembuhan mencapai 80-100%.
resisten, terapi lini kedua mencakup terapi Komplikasi terapi ini termasuk atrofi,
laser dengan gelombang panjang tertentu dan pembentukan telangiectasia, dan perubahan
operasi dengan silicon gel sheeting, jika pigmen, dan lebih banyak terjadi pada
diperlukan. individu berkulit gelap.

STEROID PEMBEDAHAN
Steroid intralesi (triamsinolon) adalah terapi Bedah eksisi adalah terapi yang juga sering
yang paling efektif dan banyak digunakan dipilih, tetapi umumnya tidak dianjurkan

5
untuk keloid tanpa terapi tambahan. sebagai terapi tambahan setelah melakukan
Diperlukan pertimbangan yang hati – hati bedah eksisi. terapi dengan radiasi dapat
untuk pemilihan terapi ini karena tingkat menggunakan tele- atau brachy-therapy.
kekambuhan adalah antara 45% dan 100% Ketika terapi radiasi diindikasikan, keloid
dan dapat menghasilkan keloid yang lebih harus terlebih dahulu dipotong dan untuk
besar dan lebih agresif. Tingkat kekambuhan mencegah kekambuhan, bekas luka yang
berkurang menjadi 8% dengan penggunaan dihasilkan disinari. Radioterapi primer hanya
terapi kombinasi antara operasi efektif selama 6 bulan pertama setelah
pengangkatan dengan modalitas terapi munculnya keloid. Radiasi dianggap
tambahan, termasuk injeksi kortikosteroid, mengurangi laju fibroblast dan proliferasi sel
terapi tekanan, injeksi interferon (IFN), atau endotel yang mengakibatkan penurunan
terapi radiasi. Lesi kecil dapat dieksisi dan jumlah produksi kolagen. Sinar Xf, sinar
penutupan primer dilakukan sementara lesi elektron, dan brachytherapy dosis rendah
yang lebih besar mungkin memerlukan atau dosis tinggi telah digunakan terutama
pencangkokan kulit dan teknik bedah yang sebagai terapi tambahan untuk operasi
kompleks seperti flap untuk mengurangi pengangkatan keloid dengan hasil yang baik.
ketegangan di sekitar kulit. Trauma jaringan Efek merugikan dari terapi radiasi termasuk
pada eksisi bedah harus minimal karena perubahan pigmen, dermatitis radiasi, dan
terlepas dari teknik bedah, dermis yang potensi risiko karsinogenesis. Radioterapi
terluka dapat menyebabkan proliferasi sebagai terapi tambahan tidak dianjurkan
fibroblas dan pembentukan kolagen dalam untuk pasien hamil, keloid yang terletak di
jumlah yang banyak akan menghasilkan dekat kelenjar tiroid, atau payudara wanita.
pembentukan keloid. Faktor lain yang
meningkatkan kemungkinan kekambuhan TERAPI TEKAN LOKAL
termasuk dead space, material asing, Terapi tekanan lokal atau kompresi mekanik
hematoma, infeksi, dan tegangan luka. telah terbukti efektif dalam mencegah
kekambuhan setelah eksisi bedah, terutama
RADIASI keloid telinga. Terapi tekan positif dianggap
Terapi keloid menggunakan radiasi masih mengurangi ketersediaan oksigen,
kontroversial, walaupun penelitian telah meningkatkan suhu basal, meningkatkan
membuktikan efikasi dan menurunkan hidrasi kulit, dan menghambat angiogenesis
tingkaat kekambuhan, tingkat keamanan dari dan pembentukan telangiektasis baru. Perban
radioterapi masih dipertanyakan. Radioterapi kompresi ataupun anting khusus yang
telah digunakan sebagai terapi tunggal atau dirancang, dapat dipakai pada lobulus telinga

6
selama fase penyembuhan luka untuk gelombang sementara sekitar 585 dan 595-
menghindari pembentukan skar luka yang nm pulsed dye dan neodymium (Nd): YAG
berlebihan dan tekanan harus dijaga antara 24 laser nonablative dan memiliki kromofor
dan 30 mmHg selama 6-12 bulan. Baik (biasanya oksihemoglobin) yang selektif.
digunakan pada daun telinga atau untuk 585-nm Pulsed-Dye Laser (PDL). saat ini
keloid di bagian lain tubuh, terapi tekan memberikan hasil yang paling baik. Laser
memiliki efek samping yang minimal dan tersebut menargetkan oksihemoglobin dan
berkhasiat meskipun sederhana. Hasil yang menyebabkan photothermolysis selektif di
baik juga diperoleh ketika anting-anting pembuluh darah skar, dengan iskemia dan
dikombinasikan dengan silicon gel sheeting. nekrosis. Masalah utama dengan 585 - nm
PDL adalah bahwa melanin merupakan
SILICONE GEL SHEETING kromofor kompetitif, karena itu, 585 - nm
Silicon gel sheeting adalah pendekatan non- PDL tidak memiliki efek pada individu
invasif untuk pencegahan dan pengobatan berkulit gelap, yang beresiko lebih besar
keloid dan skar hipertrofik. Silicon sheet mengalami keloid. Untuk pasien berkulit
diperkirakan bekerja dengan meningkatkan gelap, PDL 595-nm merupakan laser spesifik
suhu, hidrasi, dan tekanan oksigen pada skar, vaskular alternatif. meningkatkan angka
yang akan menyebabkan skar menjadi lebih keberhasilan sebesar 83-88%. Efek samping
lunak dan memipih. Agar efektif, silicon yang dapat timbul akibat terapi laser yaitu
sheet harus ditempel pada skar selama 12 -24 hipertensi atau hipopigmentasi dan blister.
jam / hari dalam 2–3 bulan. Penggunaan Purpura pasca operasi adalah efek samping
silicon gel sheets dibatasi oleh kepatuhan yang paling umum dari terapi 585-nm PDL.
pasien sehari-hari. Silicon sheet juga dapat
digunakan sebagai terapi tambahan pasca CRYOTHERAPY
eksisi bedah, kortikosteroid intralesi, dan Cryosurgery banyak digunakan untuk terapi
terapi laser. keloid dan skar hipertrofik. Memiliki
mekanisme kerja yang cepat, pendinginan
LASER berulang dan menghangatkan kembali
Terapi laser untuk keloid memiliki jaringan, yang menyebabkan kematian sel
keberhasilan terapi yang bervariasi. Laser dan peluruhan jaringan. Krioterapi telah
seperti karbon dioksida (CO2) dan erbium: digunakan sebagai monoterapi dan bersama
Yttrium aluminium garnet (YAG) adalah dengan terapi lain untuk skar yang lebih
laser non-selektif tipe ablatif yang memiliki besar. Cryosurgery telah dilaporkan memiliki
target kormofor molekul air dengan panjang khasiat 50-85% pada keloid, memberikan

7
permukaan yang lebih rata dan meredakan dan gejala mirip flu selama 48-72 jam pasca-
gejala. Efek samping akut dari cryotherapy injeksi.
termasuk nyeri, nekrosis, edema dan infeksi,
sementara efek kronis termasuk atrofi, Bleomicin
hiperpigmentasi, dan hipopigmentasi. Bleomycin sulfate bekerja menghambat
langsung sintesis kolagen melalui
EMERGING THERAPIES mekanisme penghambatan terhadap stimulasi
Modalitas terapi yang kurang lazim TGF-β1. Bleomicin memiliki aktivitas
digunakan tetapi dengan efikasi yang antitumor, antiviral, dan antibakteri dan
mungkin dipercaya termasuk suntikan IFN merupakan metabolit sekunder dari strain
intralesional, bleomycin, FU, dan verapamil. streptomyces yang diperoleh dari tanah.
Terapi interferon Suntikan intralesi dari bleomicin
IFN adalah sitokin dengan efek menunjukan perbaikan yang signifikan
antiproliferatif, antifibrotik, dan antivirus. dalam tingginya skar dan kelenturan bekas
Interferon menurunkan sintesis kolagen tipe I luka serta mengurangi eritema, pruritus dan
dan III. Efek antifibrotic diperkirakan nyeri. Atrofi dermal dan hiperpigmentasi
dimediasi melalui efek antagonis terhadap terkadang dapat terjadi sebagai efek samping
Transformasi Growth Factor-beta (TGF - β) terapi ini.
dan histamin. IFN alfa- 2b disuntikkan
intralesi (1,5 juta IU dua kali sehari selama 4 5 – Fluorourasil
hari), mengurangi ukuran keloid sebesar 50% 5 - FU merupakan analog pirimidin sebagai
selama 9 hari, menunjukkan lebih efektirf antimetabolit pada kemoterapi kanker.
dari kortikosteroid intralesi. Juga ditemukan Intralesi 5 - FU menghambat proliferasi
bahwa setelah eksisi keloid IFN alfa-2b lebih fibroblas dan menurunkan penanda
efektif daripada kortikosteroid untuk fibrogenetik dan TGF-alpha. 5-FU
mencegah kekambuhan. Beberapa studi memberikan hasil terapi yang lebih baik
klinis lain, belum menunjukkan efikasi IFN dalam kombinasi dengan steroid atau laser
intralesi jangka panjang dalam terapi keloid. dibandingkan monoterapi. Efek samping
Terapi IFN memiliki biaya yang mahal yang merugikan dari intralesi 5-FU termasuk
(sekitar $ 100 per perawatan) dan memiliki rasa sakit, ulserasi, dan sensasi terbakar.
efek samping termasuk rasa nyeri pada
daerah suntikan yang membutuhkan anestesi Verapamil
lokal dan demam, menggigil, berkeringat di Verapamil merupakan antagonis kalsium
malam hari, kelelahan, mialgia, sakit kepala, untuk menghambat sintesis dan sekresi

8
matriks ekstraseluler (misalnya kolagen, skaar. Efek samping retinoid yaitu sensitiv
fibronektin) dan meningkatkan proses terhadap cahaya, iritasi kulit dan atrofi kulit.
fibrinase. Telah terbukti bahwa verapamil
intralesi efektif dalam mengurangi ukuran Agen lain yang telah memiliki hasil
keloid dibandingkan dengan triamcinolone bervariasi termasuk tacrolimus,
intralesi tanpa efek samping nyeri di tempat imunosupresan, Botulinum toxin A,
suntikan atau hipopigmentasi. Dalam neurotoxin, terapi ultrasound, dan agen
hubungannya dengan silicon sheets, nonprescription seperti ekstrak bawang dan
verapamil intralesi menghasilkan hasil yang vitamin E topikal. Beberapa keberhasilan
lebih baik bila dibandingkan dengan yang dicatat dengan beberapa agen ini
monoterapi silicon sheet. bersifat anekdot.

MODALITAS TERAPI LAIN KESIMPULAN


Imiquimod Berbagai modalitas pengobatan yang tersedia
Imiquimod merupakan agen yang untuk terapi keloid menunjukkan bahwa
menginduksi produksi lokal sitokin masih belum ada metode tunggal yang benar-
proinflamasi (misalnya, IFN-a, tumor benar memuaskan. Faktanya adalah bahwa
necrosis factor-a) dan mediator lainnya dan pencegahan merupakan pengobatan terbaik.
menyebabkan respons imun T-helper (Th) Pembedahan yang tidak perlu harus
tipe 1, menghasilkan efek antifibrotik, dan dihindari. Telah disarankan bahwa orang tua
proapoptotik. Imiquimod, krim 5%, telah dari keluarga yang rentan keloid harus
terbukti memiliki potensi untuk mencegah mempertimbangkan telinga anak-anak
kekambuhan setelah eksisi keloid. mereka ditindik pada masa bayi atau anak
usia dini atau mungkin tidak sama sekali.
Retinoid Pilihan terakhir untuk tidak menusuk sama
Vitamin A topikal dan intralesi serta derivat sekali harus dipertimbangkan karena keloid
retinoidnya membantu penyembuhan luka telinga lobus bilateral telah dilaporkan terjadi
dan mengurangi munculnya jaringan parut pada pasien berusia 9 bulan setelah tindik
patologis. Larutan asam retinoat (0,05%) telinga yang dilakukan pada usia 3 bulan.
yang digunakan setiap hari pada skar Namun demikian, terapi kombinasi untuk
menunjukkan penurunan ukuran dan keloid telah memberikan hasil terapi yang
berkurangnya rasa gatal. Penelitian lain lebih baik. Terapi steroid dengan TAC saja
dengan tretinoin topikal 0,05% menunjukkan untuk lesi kecil, atau dikombinasikan dengan
penurunan yang signifikan dalam ukuran pembedahan atau modalitas terapi lain untuk

9
lesi yang lebih besar, telah berguna dalam 16. Niessen FB, Spauwen PH, Schalkwijk J, Kon M.
On the nature of hypertrophic scars and keloids:
mengendalikan pertumbuhan keloid. A review. Plast Reconstr Surg 1999;104:1435‑58.
17. Onyenyirionwu E, Adisa AC, Mbanaso AU.
Plantar keloid – A case report. J Med Investig
REFERENSI Pract 2004;5:74‑5.
1. Juckett G, Hartman‑Adams H. Management of
18. Aslan G, Terzioglu A, CigSar B. A massive
keloids and hypertrophic scars. Am Fam
plantar keloid. Ann Plast Surg 2001;47:581.
Physician 2009;80:253‑60.
19. Osswald SS, Elston DM, Vogel PS. Giant right
2. Jackson IT, Bhageshpur R, DiNick V, Khan A,
plantar keloid treated with excision and
Bhaloo S. Investigation of recurrence rates among
tissue‑engineered allograft. J Am Acad Dermatol
earlobe keloids using various postoperative
2003;48:131‑4.
therapeutic modalities. Eur J Plast Surg
2001;24:88‑95. 20. Al‑Attar A, Mess S, Thomassen JM, Kauffman
CL, Davison SP. Keloid pathogenesis and
3. Kelly AP. Keloids and hypertrophic scars. In:
treatment. Plast Reconstr Surg 2006;117:286‑300.
Parish LC, Lask GP, editors. Aesthetic
21. Viera MH, Caperton CV, Berman B. Advances in
Dermatology. New York: McGraw‑Hill; 1991. p.
8‑69. the treatment of keloids. J Drugs Dermatol
2011;10:468‑80.
4. Jemec GB. Linear atrophy following intralesional
22. Atiyeh BS. Nonsurgical management of
steroid injections. J Dermatol Surg Oncol
1988;14:88‑9. hypertrophic scars: Evidence‑based therapies,
standard practices, and emerging methods.
5. Datubo‑Brown DD. Keloids: A review of the
Aesthetic Plast Surg 2007;31:468‑92.
literature. Br J Plast Surg 1990;43:70‑7.
23. Wheeland RG. Keloids and hypertrophic scars.
6. Shukla IM, Arora NP, Arora MM. Corneal keloid.
In: Amdt KA, Robinson JK, Leboit PE, Wintroub
Indian J Ophthalmol 1975;23:18‑9.
BU, editors. Cutaneous Medicine and Surgery.
7. LeMasters WC, Notz RG. Corneal keloids. Trans Philadelphia: Saunders Elsevier; 1996. p. 900‑5.
Pa Acad Ophthalmol Otolaryngol 1986;38:286‑8.
24. Alster TS, West TB. Treatment of scars: A
8. Jung JJ, Wojno TH, Grossniklaus HE. Giant review. Ann Plast Surg 1997;39:418‑32.
corneal keloid: Case report and review of the
25. Murray JC. Keloids and hypertrophic scars. Clin
literature. Cornea 2010;29:1455‑8.
Dermatol 1994;12:27‑37.
9. Painstil AB. Superficial soft tissue swellings. In:
26. Muir IF. On the nature of keloid and hypertrophic
Badoe EA, Archampong EQ, da Rocha‑Afodu JT,
scars. Br J Plast Surg 1990;43:61‑9.
editors. Principles and Practice of Surgery
27. Hawkins HK. Pathophysiology of the burn scar.
including Pathology in the Tropics. 4th ed. Tema,
Ghana: Ghana Publishing Corporation; 2009. p. In: Herndon DN, editor. Total Burn Care.
245‑63. Philadelphia: Saunders Elsevier;2007. p. 608‑19.
28. Abergel RP, Pizzurro D, Meeker CA, Lask G,
10. Brissett AE, Sherris DA. Scar contractures,
hypertrophic scars, and keloids. Facial Plast Surg Matsuoka LY, Minor RR, et al. Biochemical
2001;17:263‑72. composition of the connective tissue in keloids
and analysis of collagen metabolism in keloid
11. Butler PD, Longaker MT, Yang GP. Current
fibroblast cultures. J Invest Dermatol
progress in keloid research and treatment. J Am
1985;84:384‑90.
Coll Surg 2008;206:731‑41.
29. Slemp AE, Kirschner RE. Keloids and scars: A
12. Gauglitz GG, Korting HC, Pavicic T, Ruzicka T,
review of keloids and scars, their pathogenesis,
Jeschke MG. Hypertrophic scarring and keloids:
risk factors, and management. Curr Opin Pediatr
Pathomechanisms and current and emerging
2006;18:396‑402.
treatment strategies. Mol Med 2011;17:113‑25.
30. Sephel GC, Woodward SC. Repair, regeneration,
13. Omo‑Dare P. Genetic studies on keloid. J Natl
and fibrosis. In: Rubin E, editor. Rubin’s
Med Assoc 1975;67:428‑32.
Pathology. Baltimore: Lippincott, Williams and
14. Berman B, Perez OA, Konda S, Kohut BE, Viera Wilkins; 2001. p. 84‑117.
MH, Delgado S, et al. A review of the biologic
31. Brown JJ, Ollier W, Arscott G, Ke X, Lamb J,
effects, clinical efficacy, and safety of silicone
Day P, et al. Genetic susceptibility to keloid
elastomer sheeting for hypertrophic and keloid
scarring: SMAD gene SNP frequencies in
scar treatment and management. Dermatol Surg
Afro‑Caribbeans. Exp Dermatol 2008;17:610‑3.
2007;33:1291‑302.
32. Cohen IK, McCoy BJ, Mohanakumar T,
15. Davidson S, Aziz N, Rashid RM, Khachemoune
Diegelmann RF. Immunoglobulin, complement,
A. A primary care perspective on keloids.
Medscape J Med 2009;11:18.
10
and histocompatibility antigen studies in keloid 48. Jalali M, Bayat A. Current use of steroids in
patients. Plast Reconstr Surg 1979;63:689‑95. management of abnormal raised skin scars.
33. Bloom D. Heredity of keloids; review of the Surgeon 2007;5:175‑80.
literature and report of a family with multiple 49. Murray JC, Pollack SV, Pinnell SR. Keloids and
keloids in five generations. N Y State J Med hypertrophic scars. Clin Dermatol 1984;2:121‑33.
1956;56:511‑9. 50. Darzi MA, Chowdri NA, Kaul SK, Khan M.
34. Marneros AG, Norris JE, Olsen BR, Evaluation of various methods of treating keloids
Reichenberger E. Clinical genetics of familial and hypertrophic scars: A 10‑year follow‑up
keloids. Arch Dermatol 2001;137:1429‑34. study. Br J Plast Surg 1992;45:374‑9.
35. Placik OJ, Lewis VL Jr. Immunologic 51. Lawrence WT. In search of the optimal treatment
associations of keloids. Surg Gynecol Obstet of keloids: Report of a series and a review of the
1992;175:185‑93. literature. Ann Plast Surg 1991;27:164‑78.
36. Kazeem AA. The immunological aspects of 52. Leventhal D, Furr M, Reiter D. Treatment of
keloid tumor formation. J Surg Oncol keloids and hypertrophic scars: A meta‑analysis
1988;38:16‑8. and review of the literature. Arch Facial Plast
37. Murray JC, Pollack SV, Pinnell SR. Keloids: A Surg 2006;8:362‑8.
review. J Am Acad Dermatol 1981;4:461‑70. 53. Kelly AP. Medical and surgical therapies for
38. Siraganian PA, Rubinstein JH, Miller RW. keloids. Dermatol Ther 2004;17:212‑8.
Keloids and neoplasms in the Rubinstein‑Taybi 54. Sanders KW, Gage‑White L, Stucker FJ. Topical
syndrome. Med Pediatr Oncol 1989;17:485‑91. mitomycin C in the prevention of keloid scar
39. Hambrick GW Jr, Carter DM. recurrence. Arch Facial Plast Surg 2005;7:172‑5.
Pachydermoperiostosis. Touraine‑Solente‑Golé 55. van de Kar AL, Kreulen M, van Zuijlen PP,
syndrome. Arch Dermatol 1966;94:594‑607. Oldenburger F. The results of surgical excision
40. Akintewe TA, Alabi GO. Scleroderma presenting and adjuvant irradiation for therapy‑resistant
with multiple keloids. Br Med J (Clin Res Ed) keloids: A prospective clinical outcome study.
1985;291:448‑9. Plast Reconstr Surg 2007;119:2248‑54.
41. Mafong E, Ashinof R. Treatment of hypertrophic 56. De Lorenzi F, Tielemans HJ, van der Hulst RR,
scars and keloids. Aesthetic Surg J Rhemrev R, Nieman FH, Lutgens LC, et al. Is the
2000;20:114‑20. treatment of keloid scars still a challenge in 2006?
42. Donkor P. Head and neck keloid: treatment by Ann Plast Surg 2007;58:186‑92.
core excision and delayed intralesional injection 57. Ogawa R, Mitsuhashi K, Hyakusoku H, Miyashita
of steroid. J Oral Maxillofac Surg T. Postoperative electron‑beam irradiation
2007;65:1292‑6. therapy for keloids and hypertrophic scars:
43. Mofikoya BO, Adeyemo WL, Abdus‑salam AA. Retrospective study of 147 cases followed for
Keloid and hypertrophic scars: A review of recent more than 18 months. Plast Reconstr Surg
developments in pathogenesis and management. 2003;111:547‑53.
Nig Q J Hosp Med 2007;17:134‑9. 58. Ragoowansi R, Cornes PG, Moss AL, Glees JP.
44. Mustoe TA, Cooter RD, Gold MH, Hobbs FD, Treatment of keloids by surgical excision and
Ramelet AA, Shakespeare PG, et al. International immediate postoperative single‑fraction
clinical recommendations on scar management. radiotherapy. Plast Reconstr Surg
Plast Reconstr Surg 2002;110:560‑71. 2003;111:1853‑9.
45. Shockman S, Paghdal KV, Cohen G. Medical and 59. Panizzon RG. Dermatologic radiotherapy.
surgical management of keloids: A review. J Hautarzt 2007;58:701‑10.
Drugs Dermatol 2010;9:1249‑57. 60. Reish RG, Eriksson E. Scar treatments:
46. Schäffer MR, Efron PA, Thornton FJ, Klingel K, Preclinical and clinical studies. J Am Coll Surg
Gross SS, Barbul A. Nitric oxide, an autocrine 2008;206:719‑30.
regulator of wound fibroblast synthetic function. 61. Guix B, Henríquez I, Andrés A, Finestres F, Tello
J Immunol 1997;158:2375‑81. JI, Martínez A. Treatment of keloids by
47. Kauh YC, Rouda S, Mondragon G, Tokarek R, high‑dose‑rate brachytherapy: A seven‑year
diLeonardo M, Tuan RS, et al. Major suppression study. Int J Radiat Oncol Biol Phys
of pro‑alpha1(I) type I collagen gene expression 2001;50:167‑72.
in the dermis after keloid excision and immediate 62. Brent B. The role of pressure therapy in
intrawound injection of triamcinolone acetonide. management of earlobe keloids: Preliminary
J Am Acad Dermatol 1997;37:586‑9. report of a controlled study. Ann Plast Surg
1978;1:579‑81.

11
63. Fulton JE Jr. Silicone gel sheeting for the of timed wound irrigation after extralesional
prevention and management of evolving excision. Plast Reconstr Surg 2001;108:1218‑24.
hypertrophic and keloid scars. Dermatol Surg 79. Fitzpatrick RE. Treatment of inflamed
1995;21:947‑51. hypertrophic scars using intralesional 5‑FU.
64. Akaishi S, Akimoto M, Hyakusoku H, Ogawa R. Dermatol Surg 1999;25:224‑32.
The tensile reduction effects of silicone gel 80. Apikian M, Goodman G. Intralesional
sheeting. Plast Reconstr Surg 2010;126:109e‑11e. 5‑fluorouracil in the treatment of keloid scars.
65. Gold MH, Foster TD, Adair MA, Burlison K, Australas J Dermatol 2004;45:140‑3.
Lewis T. Prevention of hypertrophic scars and 81. Nanda S, Reddy BS. Intralesional 5‑fluorouracil
keloids by the prophylactic use of topical silicone as a treatment modality of keloids. Dermatol Surg
gel sheets following a surgical procedure in an 2004;30:54‑6.
office setting. Dermatol Surg 2001;27:641‑4. 82. Margaret Shanthi FX, Ernest K, Dhanraj P.
66. Mrowietz U, Seifert O. Keloid scarring: New Comparison of intralesional verapamil with
treatments ahead. Actas Dermosifiliogr 2009;100 intralesional triamcinolone in the treatment of
Suppl 2:75‑83. hypertrophic scars and keloids. Indian J Dermatol
67. Alster TS, Handrick C. Laser treatment of Venereol Leprol 2008;74:343‑8.
hypertrophic scars, keloids, and striae. Semin 83. D’Andrea F, Brongo S, Ferraro G, Baroni A.
Cutan Med Surg 2000;19:287‑92. Prevention and treatment of keloids with
68. Goldman MP, Fitzpatrick RE. Laser treatment of intralesional verapamil. Dermatology
scars. Dermatol Surg 1995;21:685‑7. 2002;204:60‑2.
69. Shaffer JJ, Taylor SC, Cook‑Bolden F. Keloidal 84. Berman B. Biological agents for controlling
scars: A review with a critical look at therapeutic excessive scarring. Am J Clin Dermatol 2010;11
options. J Am Acad Dermatol 2002;46 2 Suppl: Suppl 1:31‑4.
S63‑97. 85. Schön MP, Schön M. Imiquimod: Mode of action.
70. Layton AM, Yip J, Cunliffe WJ. A comparison of Br J Dermatol 2007;157 Suppl 2:8‑13.
intralesional triamcinolone and cryosurgery in the 86. Prutkin L. Wound healing and Vitamin A acid.
treatment of acne keloids. Br J Dermatol Acta Derm Venereol 1972;52:489‑92.
1994;130:498‑501. 87. Janssen de Limpens AM. The local treatment of
71. Edwards L. The interferons. Dermatol Clin hypertrophic scars and keloids with topical
2001;19:139‑46, ix. retinoic acid. Br J Dermatol 1980;103:319‑23.
72. Berman B, Duncan MR. Short‑term keloid 88. Hansen DA. Treatment of hypertrophic scars with
treatment in vivo with human interferon alfa‑2b retinoic acid. S Afr Med J 1979;56:1114.
results in a selective and persistent normalization 89. Daly TJ, Golitz LE, Weston WL. Adouble‑blind
of keloidal fibroblast collagen, placebo‑controlled efficacy study on tretinoin
glycosaminoglycan, and collagenase production cream 0.05% in the treatment of keloids and
in vitro. J Am Acad Dermatol 1989;21 (4 Pt hypertrophic scars. J Invest Dermatol
1):694‑702. 1986;86:470.
73. Davison SP, Mess S, Kauffman LC, Al‑Attar A. 90. Kim A, DiCarlo J, Cohen C, McCall C, Johnson
Ineffective treatment of keloids with interferon D, McAlpine B, et al. Are keloids really
alpha‑2b. Plast Reconstr Surg 2006;117:247‑52. “gli‑loids”?: High‑level expression of gli‑1
74. Poochareon VN, Berman B. New therapies for the oncogene in keloids. J Am Acad Dermatol
management of keloids. J Craniofac Surg 2001;45:707‑11.
2003;14:654‑7. 91. Zhibo X, Miaobo Z. Intralesional botulinum toxin
75. España A, Solano T, Quintanilla E. Bleomycin in type A injection as a new treatment measure for
the treatment of keloids and hypertrophic scars by keloids. Plast Reconstr Surg 2009;124:275e‑7e.
multiple needle punctures. Dermatol Surg 92. Walker JJ. Ultrasound therapy for keloids. S Afr
2001;27:23‑7. Med J 1983;64:270.
76. Naeini FF, Najafian J, Ahmadpour K. Bleomycin 93. Hosnuter M, Payasli C, Isikdemir A, Tekerekoglu
tattooing as a promising therapeutic modality in B. The effects of onion extract on hypertrophic
large keloids and hypertrophic scars. Dermatol and keloid scars. J Wound Care 2007;16:251‑4.
Surg 2006;32:1023‑9. 94. Baumann LS, Spencer J. The effects of topical
77. Robles DT, Berg D. Abnormal wound healing: Vitamin E on the cosmetic appearance of scars.
Keloids. Clin Dermatol 2007;25:26‑32. Dermatol Surg 1999;25:311‑5.
78. Uppal RS, Khan U, Kakar S, Talas G, Chapman 95. Lane JE, Waller JL, Davis LS. Relationship
P, McGrouther AD. The effects of a single dose between age of ear piercing and keloid formation.
of 5‑fluorouracil on keloid scars: A clinical trial Pediatrics 2005;115:1312‑4.

12
96. Tirgan MH, Shutty CM, Park TH.
Nine‑month‑old patient with bilateral earlobe
keloids. Pediatrics 2013;131:e313‑7.

13

Anda mungkin juga menyukai