Anda di halaman 1dari 5

PERTIMBANGAN REHABILITASI LAINNYA SETELAH REKONSTRUKSI

ACL
Nyeri dan Efusi
Nyeri dan bengkak biasa terjadi setelah tindakan bedah apapun. Karena nyeri dan
bengkak bisa menghambat aktivitas refleks otot dan menyebabkan atrofi otot pasca
operasi, masalah ini penting untuk diatasi secara cepat untuk memfalitasi ROM awal
dan memperkuat kegiatan.

Krioterapi biasanya dipakai untuk mengurangi nyeri, inflamasi, dan efusi setelah
rekonstruksi ACL. Krioterapi bekerja secara lokal menyebabkan vasokontriksi, dimana
dapat mengurangi ekstravasasi cairan; menghambat konduksi sara aferen, yang mana
akan mengurangi nyeri dan spasme otot; dan mencegah kematian sel, dengan cara
membatasi pelepasan mediator kimiawi dari nyeri, inflamasi, dan edema. Komplikasi
seperti frostbite superfisial dan neuropraksia dapat dicegah dengan cara menghindari
penempatan sumber dingin yang lama secara langsung pada kulit. Kontaindikasi
menggunakan krioterapi adalah hipersensitivitas terhadap dingin seperti Raynaud’s
phenomenon, lupus eritematosus, periateritisnodosa, dan artritis reumatoid.

Tabel 47.2. Kriteria dasar pasca rekonstruksi ACL


PERBANDINGAN PERINGKAT NILAI PUNCAK KEREGANGAN ACL SELAMA
AKTIVITAS REHABILITASI UMUM
Aktivitas Rehabilitasi Puncak Ketegangan Jumlah Subjek
(%)
Kontraksi quadriseps isometrik sebesar 150 (dengan 30 Nm 4.4 8
extension torque)
Jongkok menggunakan sport cord 4.0 8
Fleksi-ekstensi aktif lutut dengan 45-N weight boot 3.8 9
Test Lachman (150 N of anterior shear load) 3.7 10
Jongkok 3.6 8
Fleksi-esktensi aktif lutut tanpa weight boot 2.8 18
Kontraksi otot quadriseps dan hamstring secara bersamaan 2.8 8
sebesar 150
Kontraksi quadriseps isometrik sebesar 300 (dengan 30 Nm 2.7 18
extension torque)
Anterior Drawer (150 N of anterior shear load) 1.8 10
Sepeda statis 1.7 8
0
Kontraksi hamstring isometrik sebesar 15 (dengan 10 Nm 0.6 8
flexion torque)
Kontraksi otot quadriseps dan hamstring secara bersamaan 0.4 8
0
sebesar 30
Fleksi-ekstensi pasif lutut 0.1 10
Kontraksi quadriseps isometrik sebesar 600 (dengan 30 Nm 0.0 8
extension torque)
Kontraksi quadriseps isometrik sebesar 900 (dengan 30 Nm 0.0 18
extension torque)
Kontraksi otot quadriseps dan hamstring secara bersamaan 0.0 8
0
sebesar 60
Kontraksi otot quadriseps dan hamstring secara bersamaan 0.0 8
sebesar 900
Kontraksi hamstring isometrik sebesar 300, 600, 900 (dengan 0.0 8
10 Nm flexion torque)

Protokol Rehabilitasi
Michael Duke, PT, CSCS, S. Brent Brotzman, MD
Fase I (Hari 1-7)  Isometric quad sets dengan ekstensi
Weightbearing status maksimal dengan atau tanpa stimulasi
 2 kruk, locked knee brace, weightbearing elektrik neuromuscular (NMES) atau
ditoleransi setelah blok saraf habis biofeedback
 Hamstring set (tidak untuk hamstring
Exercise autograft)
 Heel slides/wall slides/duduk untuk fleksi  Gluteal sets
lutut
 Ankle pumps
 Prone hangs atau heel propped pada pusisi Fase II (Hari 8-14)
supinasi untuk ekstensi lutut secara pasif Weightbearing status
 Weight shifting untuk toleransi  Weightbearing sesuai yang dapat
weightbearing (anteroposterior dan dari sisi ditoleransi pasien
ke sisi)  Dari 2 kruk menjadi 1 kruk
 Gerakan pasif berkelanjutan (CPM) 6  Brace tidak dikunci secara bertahap
jam/hari, ditingkatkan 5-100/hari seiring quadrisep mengalami
 Latihan cara berjalan dengan menggunakan improvisasi (SLR tidak ada
kruk dan brace, pada permukaan rata dan ketinggalan sebelum unlocking brace
tangga melebihi 300)
 Krioterapi untuk mengurangi edema
Exercise
Terapi manual  Sepeda statis untuk ROM (dari rocking
 Mobilisasi patella sampai full revolutions)
 Mobilisasi jaringan lunak untuk mengontrol  Isometric quad sets dengan ekstensi
spasme otot hamstring maksimal dan pada 900 dengan atau tanpa
stimulasi elektrik neuromuscular (NMES)
Tujuan atau biofeedback
 ROM aktif 0-900 dalam waktu 10 hari  Berdiri dengan satu kaki menggunakan
 Kontraksi quadriseps aktif dan baik brace

 Full weightbearing dengan kruk dan brace  Papan keseimbangan anteroposterior

 Kontrol edema dengan kedua kaki

 Perlindungan graft  Melanjutkan latihan ROM

 Penyembuhan luka  Latihan cara berjalan: berjalan dengan satu


kaki (pawing) pada treadmill, melompati

Kriteria untuk Fase II cones.

 SLR dengan atau tanpa keterlambatan dengan  Memulai weight mini-squat (0-300) parsial

brace pada total gym/shuttle

 Luka kering dan bersih  Berjinjit (heel raises)

 ROM progresif membaik  Melanjutkan SLR, kesegala arah (4 arah)

 Bisa menahan beban dengan keterlibatan  Ekstensi lutut terminal dengan berdiri

ekstremitas menggunakan band


 Prone knee bridges
 Active standing hamstring curl (jangan  Isometric quad sets dengan ekstensi
dilakukan pada pasien post rekonstruksi maksimal dan pada fleksi 900 s.d. 600
autograft hamstring) dengan atau tanpa stimulasi elektrik
neuromuscular (NMES) atau biofeedback
Terapi Manual sampai kedua quadrisep kontraksinya
 Lanjutkan mobilisasi patella sesuai indikasi seimbang.
 Lanjutkan mobilisasi hamstring sesuai  Closed kinetic chain squat/leg ditekan 00-
indikasi 600, secara bertahap untuk daya tahan.
 Balanced board bilateral pada multiple
Tujuan planes
 AROM 0-120 dalam 3 minggu
0
 Berdiri satu kaki dengan seimbang dengan
 SLR tanpa adanya quad lag mata tertutup atau terbuka, pada permukaan
 Pola cara berjalan yang normal dengan yang tidak rata
menggunakan kruk tunggal dan brace yang  Jalan maju atau mundur menggunakan
tidak terkunci sport cord atau treadmill
 Standing SLRs, tiap LE dan menggunakan
Kriteria untuk Fase III tahanan
 AROM 0-900
 SLR dengan quad lag minimal Terapi Manual
 Cara berjalan yang normal dengan sedikit  Lanjutkan mobilisasi patella sesuai indikasi
alat bantu  Mulai mobilisasi luka sesuai kebutuhan
 Berdiri dengan satu kaki pada kaki yang  Fleksi atau ekstensi manual ROM sesuai
sakit dengan bantuan dari tangan kebutuhan

Fase III (Minggu 2-4) Tujuan


Weightbearing status  AROM luas, sama seperti kaki yang tidak
 FWB, cara berjalan normal tanpa alat bantu dioperasi
atau brace dalam waktu 3 minggu  Berjalan normal tanpa alat bantu
 Melakukan aktivitas sehari-hari secara
Exercise mandiri (menuruni tangga masih sulit)
 Sepeda statis secara bertahap untuk daya
tahan Kriteria untuk Fase IV
 AROM pada kedua lutut sama
 Berjalan normal tanpa alat bantu
 Memahami pencegahan cedera berulang
 Berdiri satu kaki tanpa bantuan

Fase IV (Minggu 4-8)


Pencegahan
 Tahap transplantasi merupakan tahap
yang paling rentang selama prosedur
operasi
Aktivitas yang tidak ada dampak seperti
berlari, melompat, berputar, cutting, no
deep squatting (batas dipertahankan 0-600)
 Perhatikan mobilisasi luka, gunakan
mobilisasi jaringan lunak manual sesuai
indikasi

Exercise
 Sepeda statis meningkatkan daya tahan dan
diselingi dengan intensitas ringan
 Squat/leg press: bilateral sampai unilateral
(0-600) dengan meningkatkan daya tahan
 Menekuk lutut (0-600)
 Tangga: konsentrik dan eksentrik (fleksi
lutut tidak lebih dari 600)
 Calf rasies: bilateral sampai unilateral
 Contrakikcs (steamboats) (Gambar 47.8):
bertahap dari anteroposterior sampai dari
sisi ke sisi

Anda mungkin juga menyukai