Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam
bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap ini, prosesnya
disebut transpirasi ( Sasmitamihardja, 1990).
Dalam praktikum kali ini, kami membahas mengenai transpirasi. Transpirasi yang
kami lakukan berdasarkan prinsip kecepatan transpirasi pada tumbuhan yakni dilakukan
dengan menggunakan transpirometer dan penimbangan langsung. Kedua cara tersebut
diberikan 3 perlakuan yang berbeda yaitu, dilakukan di luar ruangan (banyak cahaya), di
dalam ruangan (sedikit cahaya), dan di dekat kipas angin.
Pada perlakuan diluar ruangan tumbuhan mengalami penguapan yang lebih cepat
dibandingkan di dalam ruangan. Hal ini sesuai faktor yang mempengaruhi transpirasi yaitu
sinar matahari. Sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan tidak adanya sinar
(gelap) menyebabkan menutupnya stomata. Karena sinar mengandung panas, dengan
demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas tertentu
menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikan memperbesar transpirasi. Jadi,
banyaknya sinar matahari mempercepat transpirasi. Selain faktor dari sinar matahari ada
faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya temperatur, kelembapan udara, dan angin.
Sehingga kecepatan transpirasi pada tumbuhan yang diberi perlakuan di dekat kipas angin
menunjukkan hasil yang lebih besar daripada perlakuan di dalam ruangan, namun lebih kecil
daripada perlakuan di luar ruangan.
Yang kedua adalah temperatur, dimana dalam hubungannya dengan tekanan uap air di
dalam daun dan di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun.
Kenaikan temperature itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan
tetapi berhubung udara di luar daun tidak di dalam ruangan yang terbatas, maka tekanan uap
di luar daun tidak setinggi tekanan uap di dalam daun. Akibat dari perbedaan tekanan ini,
maka uap air mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas.(Tjitrosomo, 1983).
Selain sinar matahari dan temperatur terdapat faktor lain, yakni angin. Angin disini
memiliki pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi.
Angin yang bergerak melalui permukaan daun akan menyapu setiap lapisan uap air yang
terkumpul dekat permukaan sebagai akibat transpirasi. Dengan demikian angin menurunkan
kelembaban udara yang terdapat di atas stomata, sehingga menurunkan uap yang masuk
kembali ke dalam daun dan meningkatkan kehilangan neto air. Pada keadaan alamiah udara
tidak pernah diam, sehingga banyak dari pengaruhnya diperoleh tanpa kecepatan angin yang
berarti. Akan tetapi, jika daun dikenai cahaya matahari langsung, faktor kedua menjadi aktif.
Daun tersebut akan meningkat suhunya sampai tercapai perbedaan suhu yang cukup besar
dengan suhu udara. Dalam keadaan teresbut, angin mendinginkan daun yang dipanasi dengan
pengaliran molekul udara yang mengenainya. Maka dengan demikian pengaruh pendinginan
udara meningkat dan suhu daun menurun, sehingga laju transpirasi menurun.
Secara singkat, angin cenderung meningkatkan laju transpirasi pada saat terkena
cahaya. Akan tetapi, di bawah sinar matahari pengaruh angin terhadap penurunan suhu
sehingga laju transpirasi menurun (Tjitrosomo, 1983).
Adapun faktor lain dari dalam yang mempengaruhi kecepatan transpirasi yaitu besar
kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, dan
bentuk serta lokasi stomata. (Dahlia, dkk. 2001)