Anda di halaman 1dari 19

PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG TELUR

SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK TERHADAP KUTU


DAUN PADA TANAMAN CABAI
PROPOSAL REKAYASA TEKNOLOGI SANITASI TAHUN AJARAN 2017/2018

Disusun Oleh :

Fadilla Ovia Retno 165059024

Nur Fitri Ramadani 145100054

Tyas Kusuma Ningrum 165059094

Tajudin 165059089

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Universitas Respati Indonesia
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman cabai besar yang sehat serta hasil panen yang melimpah
merupakan idaman bagi semua petani di indonesia khususnya. Dengan
tercapainya hasil panen berlimpah diharapkan petani akan tercapai kemamuran
baik dari segi ekonomi maupun sosial. Akan tetapi, ada kalanya serangan hama
dan penyakit tanaman menjadikan harapan petani susah tercapai. Serangan hama
dan penyakit yang akhir-akhir ini semakin merajalela menjadi kendala tesendiri
yang harus dihadapi petani di era modern saat ini. Salah satu yang menyebabkan
menurunnya hasil panen adalah Hama Kutu Daun.
Kutu Daun Myzus Persicae merupakan hama utama pada tanaman, bersifat
polyfag, hampir semua jenis tumbuhan terserang oleh serangga ini. Tingkat
kerusakan yang ditimbulkan mulai dari sedang hingga tinggi. Pada serangan
berat, bisa mengakibatkan gagal panen. Kutu Daun Myzus Persicae merupakan
serangga vektor penular berbagai jenis virus pada tanaman, sehingga
keberadaannya sangat membahayakan petani.
Oleh karena itu, agar tanaman budidaya tidak terganggu oleh hama maka
hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara menggunakan pestisida. Pestisida
yang sering digunakan olden petani adalah pestisida kimia yang dapat dibeli di
pasaran. Penggunaan pestisida kimia yang tidak berwawasan lingkungan
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan kelangsungan
kehidupan manusia. Selain menggunakan pestisida kimia, pengendalian hama
juga dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida organic.
Pestisida / Pembasmi hama organik alami adalah ramuan obat-obatan untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang dibuat dari bahan-bahan alami.
Bahan-bahan untuk membuat pestisida organik PHO (Pembasmi Hama Organik)
diambil dari tumbuhan-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Karena dibuat
dari komposisi yang terdapat di alam bebas, pestisida jenis ini lebih ramah
lingkungan dan lebih aman bagi kesehatan manusia.
Pemanfaatan kulit telur, khususnya dalam bidang pertanian, yaitu sebagai
pengendali organisme penyakit tanaman, saat ini belum mendapat perhatian.
Menurut data World Intellectual Property Organization (2009), di Amerika
Serikat, ada sekitar 190.000 ton kulit telur yang terbuang, yang dari jumlah ini,
sekitar 120.000 ton dihasilkan dari industri pengolahan makanan dan sekitar
70.000 ton dihasilkan dari penetasan telur. Sementara itu, di Indonesia produksi
kulit telur akan terus berlimpah selama telur diproduksi di bidang peternakan
serta digunakan di restoran, pabrik roti dan mie sebagai bahan baku pembuatan
makanan. Menurut data Direktorat Jenderal Peternakan (2009), produksi telur
Jawa Tengah dan Indonesia tahun 2009, masing-masing sebesar 140.459 ton
dan 1.013.543 ton.
Kulit telur kering mengandung sekitar 95% kalsium karbonat dengan berat
5,5 gram (Butcher dan Miles, 1990). Sementara itu, Hunton (2005) melaporkan
bahwa kulit telur terdiri atas 97% kalsium karbonat. Selain itu, rerata dari kulit
telur mengandung 3% fosfor dan 3% terdiri atas magnesium, natrium, kalium,
seng, mangan, besi, dan tembaga (Butcher dan Miles, 1990). Kandungan kalsium
yang cukup besar berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi
tanaman.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan
menggunakan limbah cangkang telur sebagai pestisida organik terhadap kutu
daun pada tanaman cabai. Untuk mengetahui efektivitas dari cangkang telur
terhadap kutu daun. Oleh karna itu penulis mengambil judul “Pemanfaatan
Cangkang Limbah Telur Sebagai Pestisida Organik Terhadap Kutu Daun Pada
Tanaman Cabai”.
1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengurangi dampak negatif dari


penggunaan pestisida sintetis maka perlu penggunaan pestisida organik sebagai
alternatif. Salah satunya adalah dengan menggunakan limbah cangkang telur
ayam sebagai bahan dari pestisida organik. Latar belakang tersebut
menghasilkan rumusan masalah yang harus diselesaikan yaitu :
1. Apa manfaat limbah cangkang telur sebagai pestisida organik terhadap
hama kutu daun pada tanaman cabai?
2. Bagaimana cara pengolahan cangkang telur sebagai pestisida organik
terhadap kutu daun pada tanaman?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui pemanfaatan cangkang telur ayam sebagai pestisida
kutu daun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui manfaat limbah cangkang telur ayam terhadap kutu
daun pada tanaman cabai
2. Mengetahui cara mengolah cangkang telur terhadap kutu daun pada
tanaman cabai.
1.4 Manfaat

Manfaat penelitian ini :


1. Sebagai upaya mengembangkan kemampuan dalam melakukan
penelitian suatu inovasi baru dalam memanfaatkan limbah cangkang
telur ayam sebagai pestisida organik
2. Memberikan alternatif pemanfaatan limbah cangkang telur ayam sebagai
upaya penanggulangan limbah yang terbuang sia-sia
3. Sebagai informasi kepada masyarakat sebagai alternatif dalam
memanfaatkan limbah cangkang telur ayam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah

Limbah adalah buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau
kegiatan dari industri maupun domestik(rumah tangga). Menurut peraturan
pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan.

Menurut A.K. Haghi, 2011 menyatakan bahwa berdasarkan sumber yang


menghasilkan limbah dapat dibedakan menjadi lima yaitu:

1. Limbah rumah tangga, biasa disebut juga limbah domestik.


2. Limbah industry merupakan limbah yang berasal dari industri pabrik.
3. Limbah pertanian merupakan limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan pertanian, contohnya sisa daun-daunan, ranting, jerami, kayu
dan lain-lain.
4. Limbah konstruksi didefinisikan sebagai material yang sudah tidak
digunakan lagi dan yang dihasilkan dari proses kontruksi, perbaikan atau
perubahan. Jenis material limbah kontruksi yang dihasilkan dalam setiap
proyek pembangunan maupun proyek pembongkaran.
5. Limbah radioaktif, limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan
tenaga nuklir, baik pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik
menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan tenaga nuklir untuk
keperluan industri dan rumah sakit.
2.2 Cagkang Telur Ayam

Cangkang telur atau kulit telur merupakan lapisan luar dari telur yang
berfungsi melindungi semua bagian telur dari luka atau kerusakan
(Anonim,2003). Bila dilihat dengan mikroskop maka kulit telur terdiri dari 4
lapisan yaitu:
1. Lapisan kutikula
Lapisan kutikula merupakan protein transparan yang melapisi
permukaan kulit telur. Lapisan ini melapisi pori-pori pada kulit telur,
tetapi sifatnya masih dapat dilalui gas sehingga keluarnya uap air dan
gas CO2 masih dapat terjadi.
2. Lapisan busa
Lapisan ini merupakan bagian terbesar dari lapisan kulit telur. Lapisan
ini terdiri dari protein dan lapisan kapur yang terdiri dari kalsium
karbonat, kalsium fosfat, magnesium karbonat dan magnesium fosfat.
3. Lapisan mamilary
Lapisan ini merupakan lapisan ketiga dari kulit telur yang terdiri dari
lapisan yang berbentuk kerucut dengan penampang bulat atau lonjong.
4. Lapisan membrane
5. Merupakan bagian lapisan kulit telur yang terdalam. Terdiri dari dua
lapisan selaput yang menyelubungi seluruh isi telur. Tebalnya lebih
kurang 65 mikron (Nasution,1997).
Komposisi kimia dari kulit telur terdiri dari protein 1,71%, lemak 0,36%, air
0,93%, serat kasar 16,21%, abu 71,34% (Nasution, 1997). Berdasarkan hasil
penelitian, serbuk kulit telur ayam mengandung kalsium sebesar 401±7,2 gram
atau sekitar 39% kalsium, dalam bentuk kalsium karbonat (Schaafsma, 2000).
Kalsium karbonat adalah garam kalsium yang terdapat pada kapur, batu
kapur, pualam dan merupakan komponen utama yang terdapat pada kulit telur
(Soine, 1961). Kalsium karbonat berupa serbuk, putih, tidak berbau, tidak berasa,
stabil di udara. Praktis tidak larut dalam air, kelarutan dalam air meningkat
dengan adanya sedikit garam amonium atau karbon dioksida. Larut dalam asam
nitrat dengan membentuk gelembung gas.
Salah satu sifat kimia dari kalsium karbonat yaitu dapat menetralisasi asam.
Penggunaan kalsium karbonat dalam bidang farmasi adalah sebagai antasida
karena kemampuannya dalam menetralisir asam, namun kalsium karbonat dapat
menyebabkan konstipasi (Soine, 1961).

2.3 Cabai Merah

Cabai Merah ( chili ) merupakan buah dan tumbuhan anggota dari genus
capsicum . Tanaman ini terkenal dan sangat lah terpopuler di asia tenggara ,
Tanaman ini tergolong sayuran yang banyak sekali di budidayakan di Indonesia
karena memiliki harga yang sangatlah tinggi serta tanaman ini sangatlah
bermanfaat bagi kesehatan salah satunya adalah mengendalikan penyakit kanker.
2.3.1 Klasifikasi Tanamana Cabe Merah
Kingdom / kerajaan : Plantae ( Plant )
Sub kingdom / kerajaan : Tracheabionta ( Vascular Plants )
Super division / super divisi : Spermatophyta ( Seed Plant )
ivision /divisi : Magnoliophyta ( Flowering Plant )
Classing / kelas : Magnolipsida ( Dycotyledons)
Sub classis / sub kelas : Asteredae
Ordo / bangsa : Solanales
Famili /suku : Solanaceae ( Potato family )
Genus / marga : Capsicum L. ( pepper )
Species / jenis spesies : Capsicum annuum L
Binominal Name / Nama latin : Capsicum annuum L
Common Name / Nama umum : Cayenne Pepper ( Chili Pepper )
2.3.2 Morfologi Tanaman Cabe Merah
1. Daun
Daun tanaman cabe sangat lah bervariasi menurut spesies dan
varitesnya , ada daun yang memiliki bentuk oval loncong , bahkan ada
yang l
anset. Warna permukaan daun bagian atas hijau mudah , hijau , hijau
tua , bahkan kebiruan . sedangkan permukaan daun bagian umumnya
berwrana hijau mudah , hijau pucat dan hijau tua . Ukuran panjang
pada daun sekitar 3-11 cm dengan lebar 1-5 cm .
2. Batang
Batang pada tanaman cabai akn tumbuh pada ketinggian tertentu saja,
kemudian membentuk banyak cabang . Batang untuk cabe merah bisa
biasanya ber ukuran antara 1- 2 m bahkan bisa lebih , batang ini
berwarna hijau tua , hijau muda dan batang batang yang telah
berwarna kecoklatan maka batang sudah mengalami kerusakan pada
jaringan parenkim .
3. Akar
Akar tanamanan cabe merah memiliki akar yang sangat lah berserabut
, Biasanya akar terdapat bintil-bintil yang hasil dari simbiosis dari
beberapa mikroorganisme , tidak memiliki akar tunggang , tetapi
memiliki akar tunggang semu .
4. Bunga
Bunga pada tanaman cabe merah sangat lah bervariasi , namun
memiliki bentuk yang sama yaitu memiliki bentuk bintang . Bunga
tumbu di dekat bagian daun , dalam keadaan tunggal atau
berkelompok dalam satu tandannya . Dalam satu tandan ( kelompok )
terdapat 2-3 bunga , sedangkan mahkota memiliki bermacam-macam
warna yaitu putih , putih kehijauan , dan keungguan. Memiliki dia
meter bunga antar 5 – 20 mm .
Bunga tanaman cabe merupakan bunga yang sangat sempurnya ,
karena bunga jantan dan bunga betina pemasakan di lakukan dengan
waktu yang sama . Sedangkan penyerbukan tanaman cabe di bantu
dengan angin yang memiliki kecepatan 10 – 20 km/jam .
5. Buah dan Biji
Buah cabe merupakan bagian yang sangat lah penting , memiliki
warna yang sangat lah mencolok yaitu bewarna merah dan juga
bewrna hijau mudah dan hijau mudah . Sedangkan biji di lakukan pada
saat cabe sudah tua dan di lakuka pemetikan lalu di keringkan dan di
lakukan persemaian.

2.4 Kutu Daun Myzus Persicae

2.4.1 Klasifikasi Kutu Daun Myzus Persicae


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hemiptera
Family : Aphididae
Genus : Myzus
Species : M. Persicae
Anggota family Aphididae ini selalu berwarna hijau ketika fase bersayap
(dewasa). Sedangkan pada fase aptarae bisa berwarna kuning, hijau atau
merah. Keturunannya mengikuti warna induknya. Siklus hidupnya identik
dengan family aphididae lain (lihat pada artikel Kutu Daun Aphis
Gossypii). Serangga betina bersifat partenogenesis, mampu menghasilkan
keturunan meskipun tanpa kehadiran serangga jantan. Kutu betina
bagaikan mesin, akan menghasilkan keturunan setiap 20 menit.
2.4.2 Jenis Tanaman Terserang
Kutu Daun Myzus Persicae menjadi momok bagi petani, terutama petani
hortikultura. Resiko kerugian akibat serangan hama ini sangat tinggi,
karena menjadi penular virus. Jika populasi tidak terkendali, area
pertanaman bisa habis tertular virus. Beberapa jenis tanaman terserang
antara lain kentang, tembakau, cabe, tomat, terung, jagung, kacang
panjang, buncis, semangka, melon, timun, anggrek, jambu, jeruk, dll.
2.4.3 Gejala Serangan
Biasanya terdapat sekumpulan serangga terutama pada daun muda.
Pertumbuhan tunas akan terganggu, daun mengerupuk, tanaman tampak
mengerdil. Serangan pada bunga dapat mengakibatkan kerontokkan.
Serangga ini tergolong sangat rakus, bagian tanaman yang sudah
terpotong tetap dihisap cairannya. Biasanya bersembunyi pada permukaan
daun bagian bawah atau pada lipatan tunas yang baru tumbuh.
2.4.4 Pengendalian Serangan Kutu Daun Myzus Persicae
Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan penggiliran tanaman, sanitasi
lahan (pembersihan gulma), pemasangan yellow trap, dll. Jika serangan
masih sirang, dapat dilakukan dengan membunuh kutu langsung
menggunakan tangan. Jika tanaman terlanjur terserang virus, segera
musnahkan dari lahan.

2.5 Pestisida Organik

Menurut Peraturan Menteri Pertanian nomor 39/Permentan/SR.330/7/2015


Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk:
a) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
b) Memberantas rerumputan;
c) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
d) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk;
e) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan
dan ternak;
f) Memberantas atau mencegah hama-hama air;
g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan/atau
h) Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Pestisida diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Salah satunya adalah jenis
organik (alami) dan anorganik (kimia). Pestisida organik merupakan pestisida
yang bahan dasarnya berasal dari alam. Pestisida organik relatif mudah dibuat
dengan penggunaan bahan-bahan yang ada disekitar kita. Oleh karena terbuat
dari bahan organik maka pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di
alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia
dan ternak, karena residunya akan terurai dan mudah hilang.
BAB III
METODE PEMBUATAN DAN ANALISIS

3.1 Metode Pembuatan


Prosedur pembuatan pestisida cangkang telur ayam adalah sebagai berikut :

PENCUCIAN CANGKANG
TELUR

PENGERINGAN DENGAN
SINAR MATAHARI

PENGHANCURAN

PENGHALUSAN

PENYIMPANAN

Bagan 1 Pembuatan pestisida organik dengan bahan cangkang telur


Cara Kerja :
1. Disiapkan cangkang telur ayam 500 gram, wadah penampung (toples),
blender, penumbuk (ulekan), sendok, wadah plastik (ember).
2. Dikumpulkan cangkang telur kedalam wadah plastik, kemudian cuci dengan
air mengalir
3. Dikeringkan cangkang telur tersebut dibawah sinar matahari
4. Hancurkan cagkang telur menjadi lebih kecil menggunakan penumbuk
(ulekan)
5. Haluskan dengan blender sampai menjadi bubuk
6. Simpan dalam toples

3.2 Metode Analisa


1. Analisa Fisika
Pestisida organik yang terbuat dari limbah cangkang telur ayam dalam
membasmi kutu daun secara fisika. Karena apabila kutu tersebut terkena
bubuk cangkang telur maka akan menimbulkan reaksi kulit. Hama kutu akan
langsung menggeliat, mereka akan bergerak untuk beberapa waktu, berputar,
Dn berbalik dan akhirnya akan mati
2. Analisa Kimia
Cangkang telur kering mengandung sekitar 95% kalsium karbonat dengan
berat 5,5 gram (Butcher dan Miles, 1990). Kadar kalsium yang tinggi akan
mengeluarkan aroma yang kuat. Selain itu kulit telur mempunyai lapisan
kutikula merupakan lapisan terluar yang memiliki ketebalan 10 µm dan
saluran pori. Serta berfungsi melindungi telur dari kelembaban dan
mikroorganisme. Dan membantu pertukaran gas yang masuk kedalam telur.
Aroma tersebut tidak disukai oleh kutu daun. Sehingga membuat hama
merasa terganggu dan menjauh dari tanaman yang terdapat aroma cangkang
kulit telur.
BAB IV
PELAKSANAAN

4.1 Pelaksanaan
Pembuatan dan analisi pestisida organik dengan bahan cangkang telur
ayam akan dilaksanakan oleh :
Ketua : Tajudin 165059089
Anggota :

1. Fadilla Ovia Retno 165059024


2. Nur Fitri Ramadani 145100054
3. Tyas Kusuma Ningrum 165059094

4.2 Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan praktik Rekayasa Teknologi Sanitasi Lingkungan
dilaksanakan di lingkungan kampus Universitas Respati Indonesia Kampus A :
Jl. Bambu Apus I No.3, Cipayung - Jakarta Timur, 13890

4.3 Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan pembuatan dan analisis pestisida organic dengan
bahan cangkang telur ayam dimulai dari bulan November sampai dengan bulan
Januari 2017.
Tabel 1 Perencanaan Pelaksanaan Rekayasa Teknologi Sanitasi

Bulan
No Uraian Kegiatan November (Minggu) Desember (Minggu) Januari (Minggu)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi dengan
pembimbing dan
pembuatan proposal
2 Presentasi Proposal
Sementara
3 Persiapan Alat dan
Bahan
4 Pembersihan,
Pengeringan,
Penggilingan
5 Liburan Akhir Tahun
6 Pembuatan Pestisida
Organik
7 Pelaksanaan
Penelitian
8 Laporan Kemajuan
9 Presentasi Proposal
BAB V
ALAT DAN BAHAN PEMBUATAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Alat-alat yang perlu digunakan adalah
 Blender
 Wadah (toples)
 Penumbuk (ulekan)
 Sendok
 Wadah plastic (ember)

3.1.2 Bahan
Bahan yang perlu digunakan dalam pembuatan pestisida organic dari
cangkang telur adalah limbah cangkang telur ayam 500 gram

3.2 Cara Penggunaan

1. Taburkan bubuk cangkang telur pada daun tanaman cabai dimana terdapat
kerusakan akibat hama kutu.
2. Bubuk cangkang telur itu akan mengeluarkan aroma yang tidak disukai oleh
hama tersebut.
3. Ulangi cara tersebut seminggu 2 kali. Sehingga mendapatkan hasil yang
optimal.
BAB VI

ANGGARAN PEMBUATAN

6.1 Rencana Anggaran Biaya Penelitian

Adapun rincian anggaran biaya yang dibutuhkan selama penelitian ini


berlangsung adalah sebagai berikut:

No Kebutuhan Banyak Harga (@) Biaya


1 Blender 1 200.000 Rp 200.000
2 Penumbuk (Ulekan) 1 30.000 Rp 30.000
3 Wadah (toples) 1 15.000 Rp 15.000
4 Wadah plastic (ember) 1 20.000 Rp 20.000
5 Sendok 1 5.000 Rp 5.000
6 Biaya Tak Terduga 100.000 Rp 100.000
Total Rp 370.000
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&dcr=0&ei=XFYLWrxCyuG-
BK3QmYAL

http://www.otremoles.com/2015/07/kutu-daun-myzus-persicae.html

http://fredikurniawan.com/morfologi-tanaman-cabe-merah/

http://pvtpp.setjen.pertanian.go.id/cms/wp-content/uploads/2011/04/Permentan-
39-2015-Pendaftaran-Pestisida.pdf

http://azzarahmawati.blogspot.co.id/2013/10/pestisida-organik_9248.html

http://www.kebunpedia.com/threads/cangkang-telur-sebagai-pestisida-
organik.5986/

https://www.sicibi.com/manfaat-cangkang-telur-bagi-tanaman/

http://www.sumbarprov.go.id/details/news/9159

Anda mungkin juga menyukai