BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………………….2
Rumusan Masalah…………………………………………………………3
Tujuan……………………………………………………………………3
BAB II ISI
Kesimpulan………………………………………………………………21
Saran……………………………………………………………………...21
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana dan praksis tentang civil society belakangan ini semakin
surut. Kecenderungan ini sedikit mengherankan karena dalam
“transisi” menuju demokrasi, seharusnya wacana dan praksis civil
society semakin kuat, bukan melemah. Alasannya, eksistensi civil
society merupakan salah satu diantara tiga prasyarat pokok yang sangat
esensial bagi terwujudnya demokrasi.
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya
bukan sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local,
tetapi lebih dari itu adalah membangun masyarakat yang berbudaya
agamis sesuai keyakinan individu, masyarakat berbudaya yang saling
cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan .
Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin
marak akhir-akhir ini seiring dengan bergulirnya proses reformasi di
Indonesia. Proses ini ditandai dengan munculnya tuntutan kaum
reformis untuk mengganti Orde Baru yang berusaha mempertahankan
tatanan masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat yang
madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah
membalikan telapak tangan.
Namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut
komitmen masing-masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri
secara total dan konsisten dalam suatu perjuangan yang gigih.
Selanjutnya, wacana tentang masyarakat madani oleh banyak
bangsa dan masyarakat di negara berkembang, secara antusias ikut
dikaji, dikembangkan, dan di eliminasi, sebgaimana realitas empiris
yang dihadapi.
2
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskanlah pengertian masyarakat madani ?
2. Jelaskanlah sejarah Masyarakat madani ?
3. Sebutkan dan jelaskan karagteristik masyarakat madani ?
4. Jelaskan mengenai masyarakat madani di indonesia ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat memahami apa
itu masyarakat madani serta sejarah lahirnya masyarakat madani di
indonesia, dan bagaimana posisi masyarakat madani di Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani
adalah civil society merupakan buah modernitas, sedangkan
modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan
masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil
society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari
dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini
Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah
masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan
nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu
Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh
wajah: memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan
makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia
berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah
kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan
Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk
menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place
outside of government and the market.” Merujuk pada
Bahmueller (1997).
5
masyarakat civil barat yang beriorientasi penuh pada kebebasan
individu, menurut mantan perdana mentri malaysia itu
Masyarakat Madani adalah sistem sosial yang tumbuh
berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan individu dan mayarakat yang berupa pemikiran,
seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-
undang dan bukan nafsu keinginan individu. Ia juga mngatakan
masyarakat madani memiliki ciri-ciri yang khas yaitu
kemajemukan kebudayaan (Multicultural), Hubungan timbal
balik (Reprocity) dan sikap yang saling memahami dan
menghargai. Anwar Menjelaskan watak masyarakat madani
yang ia maksud adalah guiding ideas,dalam melaksanakan ide-
ide yang mendasari keberadaanya yaitu prinsip moral, keahlian,
kesamaan, musyawarah dan demokratis.
Dawam Rahardjo juga mengemukakan defenisi
masyaraakat madani adalah proses penciptaan peradaban yang
mengacu pada nilai-nilai kebijakan bersama. Menurutnya
masyarakat madani adalah warga negara bekerja samaa
membangun ikatan sosial, jaringan produktif, solidaritas
kemanusiaan yang bersifat non negara. Ia juga mengemukakan
dasar utama masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi
nasional yang didasarkan pada suatu pedoman hidup,
menghindarkan diri dari konflik permusuhan yang
menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.
Sejalan dengan iitu, Azyumardi Azra juga mengemukakan
bahwa masyarakat madani lebih dari sekedar gerakan
prodemokrasi yang mengacu pada pembentukan masyarakat
bekwalitas dan ber-tamaddun (Civility). Menurut tokoh
cendikiawan muslim indonesia Norcholish Madjid istilah
masyarakat madani mengandung makna toleransi kesediaan
priadi untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan
tingkah laku sosial.
6
C. Sejarah Singkat Masyarakat Madani
Sejarah Civil Society Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris
Toteles (384-322 SM) yang mengandung konsep Civil Society
sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu
sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society dikenal
dengan Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik
tempat warga negara dapat terlibat lansung dalam peraturan
ekonomi-politik dalam mengambil keputusan. Istilah Koinonia
Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk menggambarkan
sebuah masyarakat politis dan etis dimana warga negara
didalamnya berkedudukan sama didepan hukum. Yang
kemudian mengalami perubahan dengan pengertain Civil
Societyyaitu masyarakat sipil diluar dan penyeimbang warga
negara.
Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius
Cicero (106-43 SM) memiliki pandangan yang berbeda dengan
Aris Toteles. Ia mengistilahkan Masyarakat Sipil
dengan societies cvilies yaitu sebuah komonitas yang
mendominasi komonitas yang lain dengan radisi politik kota
sebagai komponen utamanya. Istilah ini lebih menekankan
pada konsep negara kota (City-state) yaitu menggambarkan
kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya yang menjelma
menjadi entitas dan teorganisir.
Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh
Thomas Hobbes (1588-1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704)
yang memandang perkembangan civil society sebagai lanjutan
darievaluasi masyarakat yang berlansung secara alamiah.
Menurut Hobbes entitas negara civil society mempunyai
peranan untuk meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia
harus memiliki kekuasaan mutlak untuk mengontrol dan
mengawasi secara ketat pola-pla interaksi setiap warga negara.
7
Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk
melindungi kebebasan dan hak milik warga negara. Mengingat
sifatnya seperti itu civil society tidak absolut dan tidak
membatasi perananya pada wilayah yang tidak dapat dikelola
warga negara untuk memperoleh haknya secara adil dan
profesional.
Pada tahun 1767 Adam ferguson
mengkontektualisasikan civil society dengan konteks sosial dan
politik di skotlandia dengan perkembangan kapitalisme yang
berdampak pada krisis sosial. Berbeda dengan pndangan
sebelumnya ia lebih menekankan visi etis pada civil
society dalam kehidupan sosial. Menurutnya ketimpangan
sosial akibat kapitalisme harus dihilangkan. Ia yakin bahwa
publik secara alamiah memiliki spirit solidaritas sosial dan
sntimen moral yang menghalangi munculnya kembali
despotisme. Kekhawatiran ia semakin menguatnya sistem
individualistis dan berkurangnya tanggung jawab sosial
mayarakat mewarnai paandangan tenag civil society waktu itu.
Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal
Inggris-Amerika yang bernama Thomas Paine civil
society sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga negara
bahkan ia dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan
paradigma ini peran negara sudah saatnya untuk dibatasi.
menurut paradigma ini negara tidak lain hanyalah keniscayaan
buruk belaka. Konsep negara yang absah menurut pemikiran
ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan
oleh masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama.
Dengan demikian menurutnya civil society adalah ruang
dimana warga negara dapat mengembangkan kepribadian dan
memberi peluang bagi pemuasan kepentinganya secara bebas
dan tanpa paksaan.
8
Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel, Karl Max
(1818-1883), dan Antonio Gramsci (1891-1837)
mengembangkan Istilahcivil society ialah elemen ideologis
keelas dominan. Pemahaman ini merupakan reaksi atas
pandangan paine yang memisahkan civil society dari negara.
Berbeda dengan pandangan paine, Hegel Memandang civil
society sebagai kelompok subordinatif terhadap negara.
Menurut Ryaas Rasyid seorang pakar politik indonesia,
menurutnya pandangan ini erat kaitanya dengan perkembangan
sosial masyarakat borjuasi eropa yang ditandai dengan
pelepasan diri dari cengkraman dominasi negara.
Selanjutnya hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil
society terdaat tiga entitas sosial : keluarga, masyarakat sipil,
dan negara. Keluarga merupakan ruang sosialisasi pribadi
anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan. Sedangkan
masyarakat sipil merupakan tempat berlansungya percaturan
sebagai kepentingan pribadi dan golongan terutama
kepentingan ekonomi. Menurutnya negara merupaka ide
universa yang bertugas melindungi kepentingan politik
warganya dan mempunyai hak penuh untuk intervensi
terhadap civil society.
Berbeda dengan hegel, karl max memandang civil
society sebagai masyarakat borjuis. Dalam konteks hubungan
produksi kapitalis. Keberadaan civil society merupakan kendala
besar bagi upaya pembebasan manusia dari penindasan kelas
pemiik modal. Oleh karena itu civil society harus dilenyapkan
demi terwujudnya tatanan masyarakat tanpa kelas.
Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang
masyarakat sipil dalam konteks relasi produksi tetapi lebih
pada sisi idiologis. Gramsci meletakan masyaraakat madani
pada struktur berdampingan degan negara yang disebut
sebagai Political society. Menurutnya civil society merupakan
9
tempat perebutan posisi hegemoni untuk membentuk konsensus
dalam masyarakat. Ia memberiakan pandangan penting kepada
kaum cendikiawan sebagai aktor dalam proses utama
perubahan sosial dan politik.
Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap
mazhab hegelian dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville
(1805-1859 M) yang bersumber dari pengalamanya mengamati
budaya demokrasi america. Menurutnya Tocqueville kekuatan
politik dalam masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang
menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya tahan yang
kuat. Berkaca pada budaya amerika yang berciri Plural,
Mandiri, dan kedewasaan berpolitik warga negara manapun
mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.
Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih
menempatkan masyarakat sipil sebagai suatu yang tidak apriori
maupun tersubordinasi lembaga negara. Sebaliknya civil
societybersifat otnom dan memiliki kepastian politik cukip
tinggi sehingga mampu menjadikan kekuatan penyeimbang
terhadap kecenderungan intervensi negara atas warga negara.
Dari sekian banyak pandangan mengenai civil
society, Mazhab Gramscian dan Tocquevillian telah menjadi
inspirasi gerakan prodemokrasi di eropa timur dan eropa tengah
pada dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini hidup dibawah
dominasi negara terbukti telah melumpuhkan kehidupan
masyarakat sipil.
Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab
pemikirancivil society tocquelville juga dikembangkan oleh
cendikiawan muslim indonesia Dawam Rahardjo dengan
konsep masyarakat madaninya, rahardjo mengilustrasikan
bahwa peranan pasar sangat menenukan unsur-unsur dalam
masyarakat madani sedangkan menurut Wutnow dalam
hubungan anrata unsur-unsur pokok masyarakat madani
10
faktor Valuntary sangat menentukan pola interaksi antara
negara dan pasar.
Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen
rakyat disebut masyarakat madani (Civil Society) yang harus
memperoleh peranan utama. Dalam sistem demokrasi
kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan
rakyat. Jadi peran sektor swasta sangat mendukung terciptanya
proses keseimbangan kekuasaan dalam koridor pemerintahan
yang baik, seketika peran swasta bisa berada diatas ini terjadi
jika pembuatan kebijakan publik berkolusi dan tergoda untuk
memberikan akses yang longgar pada konglomerat ataupun
usahawan.
11
bersumber dan dilakukan, oleh, dari, dan untuk warga
negara
3. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan
menghormati perbedaan pendapat. Menurut Nurcholish
Madjid toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban
melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan
tata cara pergaulan yang menyenangkan antara
kelompok yang berbeda-beda maka hasil itu dipahami
sebagai hikmah atau manfaat dari ajaran yang benar.
Toleransi bukan hanya tuntutan sosial masyarakat
majemuk saja , tapi juga menjadi bagian terpenting
pelaksanaan ajaran moral.
4. Kemajemukan
Disebut juga pluralisme yang tidak hanya dipahami
seagai sebatas sikap harus mengakui dan memahami
kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai
dengan sikap ttulus untuk menerima kenyataan
pandangan sebagai suatu yang alamiah dan rahmat
tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
5. Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan
pembagian yang propersional atas hak dan kewajiban
warga negara yang mencakup segala aspek kehidupan
ekonomi, politik, pengetahuan, dan pelengkapan.
Dengan pengertian lain keadilan sosial adalah hilangnya
monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan
yang dilakukan oleh kelompok atau golongan tertentu.
12
pesat yang diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial
keagamaan dan penggerakan nasional dalam merebut
kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi peejuang
penegak HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial.
Organisasi berbasis islam seperti syariakat islam (SI), Nahdatul
Ulama (NU), dan muhammdadiyah telah menunjukan
kiprahnya sebagai komponen civil society yang penting dalam
perkembangan masyarakata sipil indonesia.
Terdapat strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang
bagaimana seharusnya bangunan masyarakat madani yang bisa
tterwujud di indonessia :
1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Menyatakan
bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlansung
dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam masyarakat
sebelum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara
yang kuat. Bagi pengikut pandangan ini praktik
demokrasi ala barat hanya akan berakibat konflik antara
sesama warga bangsa.
2. Pandangan Reformasi Sistem Politik
Demokrasi merupakan pandangan yang menekankan
bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu
bergantung pada kepentingan ekonomi. Pembangunan
institusi demokratis lebih diutamakan oleh warga
negara dibanding pembangunan ekonomi.
3. Paradigma pembangunan masyarakat madani sebagai
basis utama pembangunan demokrasi. Ini merupakan
alternatif diantara dua pandangan yang pertama yang
dianggap gagal dalam pembangunan demokrasi.
Pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan
penyadaran poitik warga negara, khusus kalangan kelas
menengah. Hal itu mengingatkan demokrasi
13
membutuhkan topangan kultural sselain mendukung
struktural.
14
demokrasi madani indonesia. Karenaa mahasiswa merupakan
bagian dari kelas menengah, ia memiliki tanggung jawab
terhadap nasib masa depan demokrasi dan masyarakat madani
indonesia.
15
sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang
dikembangkan dalam masyarakat madani untuk
menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati
pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang atau
kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.
4. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima
kenyataan disertai sikap tulus bahwa masyarakat itu
majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan
merupakan rahmat tuhan.
5. Keadilan Sosial (Social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan
pembagian yang proporsional antara hak dan kewajiban
setiap warga dan negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan.
6. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari
rekayasa merupakan awal yang baik bagi terciptanya
masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat
terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan
otonomi individu terjaga.
7. Supermasi hokum
Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan
jaminan terciptanya keadilan, keadilan harus
diposisikan secara netral, artinya tidak ada pengecualian
untuk memperoleh kebenaran di atas hukum.
8. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-
kelompok ekslusif kedalam masyarakat melalui
kontrak sosial dan aliansi sosial.
9. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-
kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat
dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
16
10. Dilengkapinya program-program pembangunan yang
didominasi oleh negara dengan program-program
pembangunan yang berbasis masyarakat.
Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan
negara karena keanggotaan organisasi-organisasi
volunter mampu memberikan masukan-masukan
terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
11. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust)
sehingga individu-individu mengakui keterkaitannya
dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
12. Adanya pemisahan kekuasaan
13. Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan atau
pemerintahan.
17
demokrasi dapat ditegakkan dengan baik dan hanya dalam
suasana demokratislah masyarakat madani dapat berkembang
secara wajar. Nurcholish Madjid memberikan penjelasan
mengenai keterkaitan antara masyarakat madani dengan
demokratisasi. Menurutnya, masyarakat madani merupakan
tempat tumbuhnya demokrasi. Pemilu merupakan simbol bagi
pelaksanaan demokrasi.
Masyarakat madani merupakan elemen yang signifikan
dalam membangun demokrasi. Salah satu syarat penting bagi
demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat dalam
proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
negara atau pemerintahan. Masyarakat madani mensyaratkan
adanya civic engagement yaitu keterlibatan warga negara
dalam asosiasi-asosiasi sosial. Civic engagement ini
memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran
antara satu dengan lainnya. Masyarakat madani dan demokrasi
menurut Ernest Gellner merupakan dua kata kunci yang tidak
dapat dipisahkan. Demokrasi dapat dianggap sebagai hasil
dinamika masyarakat yang menghendaki adanya
partisipasi.Proses demokratisasi menuju masyarakat madani
merupakan faktor pendrong bgi negara untuk selalu
mengusahakan perbaikn terus menerus dan menjaga agar tidak
terjadi kemeosotan demi kesejahteraan rakyat.
Proses menuju masyarakat madani pada dasarnya tidaklah
mudah, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi yang
tercermin antara lain dari kemampuan tenaga-tenaga
profesionalnya untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
18
2. Memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok
sendiri (mampu mengatasi ketergantungan) agar tidak
menimbulkan kerawanan, terutama bidang ekonomi .
3. Semakin mantap mengandalkan sumber-sumber
pembiayaan dalam negeri (berbasis kerakyatan) yang
berarti ketergantungan kepada sumber pembangunan
dari luar negeri semakin kecil atau tidak ada sama
sekali.
4. Secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi,
sistem politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan
yang dinamis, tangguh serta berwawasan global.
19
Dalam kehidupan demokrasi, agar masyarakat dapat hidup
secara madani harus mempunyai tiga syarat, yaitu sebagai
berikut :
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur
berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat akan berupa
pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-
undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar
terciptanyakesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus
supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu,
kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang
terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan
bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa
kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di
bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan
kesejahteraan umat haruslah berpacu.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus
melihat pada potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di
Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung
kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar
potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam
maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila
seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun
agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu,
marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui
latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.
B. Saran
Melalui makalah ini saya berharap semoga pembahasan mengenai
Masyarakat Madani, sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca,
21
selain itu Saya sebagai penulis mohon ma’af apabila masih terdapat
kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu saya
mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca, untuk kesempurnaan
dari makalah saya ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Suito, Deny. Forum Ilmiah pada acara Festival Istiqlal, 26 September 1995
: Jakarta
23