Anda di halaman 1dari 22

Mentari Pupitasari

1913020047
DIABETES MELITUS

Merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah
melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun
absolut.
PATOGENESIS

Diabetes melitus disebabkan oleh kekurangan insulin secara relatif maupun


absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui tiga jalan, yaitu:
Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia
tertentu)
Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer
Apabila di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin maka dapat
mengakibatkan:
Menurunnya transport glukosa melalui membran sel, keadaan ini
mengakibatkan sel-sel kekurangan makanan sehingga meningkatkan
metabolisme lemak dalam tubuh.
Menurunnya glikogenesis dimana pembentukan glikogen dalam hati dan
otot terganggu.
Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glukoneogenesis, karena
proses ini disertai nafsu makan meningkat sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya hiperglikemia.
GEJALA KLINIS

Rasa haus yang berlebihan ( polidipsia)


Selalu merasa lapar ( polifagia)
Sering kencing terutama pada malam hari ( poliuria)
Berat badan turun cepat
Lemah
Kesemutan pada jari tangan dan kaki
Gatal – gatal
Penglihatan menjadi kabur
Gairah seks menurun
Luka sukar sembuh
KLASIFIKASI

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (1997) sesuai


anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:
Diabetes tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Diabetes tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin
DependentDiabetes Mellitus [NIDDM])
Diabetes melitus tipe lain
Diabetes Melitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus [GDM])
ULKUS DIABETIKUM

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir disertai
kematian jaringan yang luas dan invasif kuman saprofit.
Ulkus Diabetikum adalah salah satu komplikasi kronik DM berupa luka
terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan
setempat.
Pada pasien dengan ulkus diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga
gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan
terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian
distal.
Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah yang
akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :
1) Pain (nyeri).
2) Paleness (kepucatan)
3) Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
4) Pulselessness (denyut nadi hilang).
5) Paralysis (lumpuh).
Menurut berat ringannya lesi, kelainan ulkus diabetikum dibagi menjadi
enam derajat menurut Wagner, yaitu :
PATOFISIOLOGI

Gangguan vaskuler  iskemik ulkus dan infeksi.


Gangguan vaskuler melalui 2 proses :
1.Makroangiopati
Penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah ukuran
sedang/besar  iskemi dan ulkus.
2. Mikroangiopati
Penyempitan dan penyumbatan pembuluh perifer  pada tungkai
bawah terutama kaki  perfusi jaringan bagian distal berkurang 
ulkus kaki diabetika
Patofisiologi pada tingkat biomolekuler menyebabkan neuropati perifer,
penyakit vaskuler perifer dan penurunan sistem imunitas yang berakibat
terganggunya proses penyembuhan luka.

Neuropati perifer pada penyakit DM dapat menimbulkan kerusakan pada


serabut motorik, sensoris dan autonom  kelemahan otot, atrofi otot,
deformitas dan mempermudah terbentuk kalus,
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

1.Apakah pasien mempunyai riwayat DM sejak lama ?


2.Apakah ada gangguan neuropati DM ?
sering kesemutan, rasa panas di telapak kaki, keram, badan sakit semua terutama
malam hari, hilang atau berkurangnya rasa nyeri dikaki.
3. Apakah ada gangguan pembuluh darah?
nyeri tungkai sesudah berjalan pada jarak tertentu akibat aliran darah ketungkai
yang berkurang (klaudikasio intermiten), ujung jari terasa dingin, nyeri diwaktu
malam, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan serta jika luka
yang sukar sembuh
PEMERIKSAAN FISIK

INSPEKSI

Kulit kering pecah-pecah, hilangnya rambut atau jari kaki, penebalan


kuku, kalus ada daerah yg mengalami penekanan.
PALPASI

Perabaan dingin, hilangnya pulsasi arteri, kalus akan terasa


tebak dan keras.
P. SENSORIK

Tidak merasakan sentuhan pemeriksaan nilon monofilamen.


P. VASKULER
Dengan tes vaskuler noninvasive, Pengukuran oksigen transkutaneus, ankle brachial index dan absolute
tou systolic pressure.
P. RADIOLOGIS
Untuk mengetahui ada gas atau benda asing serta ada atau tidaknya osteomielitis.
P. LABORATORIUM
Pemeriksaan darah rutin menunjukkan angka lekosit yang meningkat bila sudah terjadi infeksi. Gula
darah puasa dan 2 jam PP harus diperiksa untuk mengetahui kadar gula dalam lemak. Albumin diperiksa
untuk mengetahui status nutrisi pasien.
DIAGNOSIS BANDING

Ulkus tropikum
Ulkus yang cepat berkembang dan nyeri biasanya pada tungkai bawah.
Ulkus varikosum
Ulkus yang disebabkan karena gangguan aliran darah vena pada tungkai bawah
PENATALAKSAAN DAN TERAPI

PENGENDALIAN DIABETES
1.Terapi non farmakologis : Perubahan gaya hidup
2. Terapi farmakologis : Terapi farmakologis yang diberikan adalah pemberian
obat anti diabetes oral dan injeksi insulin.
Terdapat enam golongan obat anti diabetes oral yaitu: Golongan sulfonilurea,
Glinid, Tiazolidindion, Penghambat Glukosidase α,Biguanid dan Obat-obat
kombinasi dari golongan-golangan diatas
PENANGANAN ULKUS DIABETIKUM

1. Debridemen , tujuan :
Mengevakuasi bakteri kontaminasi
Mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat penyembuhan
Menghilangkan jaringan kalus
Mengurangi risiko infeksi lokal
Mengurangi beban tekanan (off loading )

2. Perawatan luka
3. Pengendalian infeksi
4. Skin graft
5. Tindakan amputasi
PENANGANAN ULKUS DIABETIK SESUAI
KLASIFIKASI WAGNER

Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki khusus dan

pelengkap alas kaki yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat secara

khusus dapat mengurangi tekanan yang terjadi. Bila pada kaki terdapat

tulang yang menonjol atau adanya deformitas, biasanya tidak dapat hanya

diatasi dengan pengguna-an alas kaki buatan umumnya memerlukan

tindakan pemotongan tulang yang menonjol (exostectomy) atau dengan

pembenahan deformitas.
b) Tingkat I
Memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan beban.

c) Tingkat II :
Memerlukan debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, perawatan lokal luka dan teknik pengurangan beban yang
lebih berarti.

d) Tingkat III :
Memerlukan debridemen jaringan yang sudah menjadi gangren, amputasi sebagian, imobilisasi yang lebih ketat, dan pemberian
antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur.
 
e) Tingkat IV & V:
Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian atau amputasi seluruh kaki.

Anda mungkin juga menyukai