PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi peranan lembaga pendidikan semakin dituntut memberikan manajemen
dan layanan yang profesional kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya
minat dan kebutuhan masyarakat melanjutkan pendidikan. Masyarakat sebagai salah satu
konsumen lembaga pendidikan sekarang lebih kritis dan realitis dalam memilih lembaga
pendidikan. Sikap masyarakat seperti itu menuntut lembaga pendidikan untuk tetap menjaga dan
meningkatkan image positif lembaganya di mata masyarkat.
Kondisi saat ini sangat menuntut sekolah tersebut menjadi lembaga pengemban amanat
ilmu pengetahuan untuk menjawab keberadaannya secara ideal. Sekolah tersebut harus benar-
benar bisa menempatkan diri dan melaksanakan manajemen secara baik agar selalu siap
mengikuti perubahan.
Membangun sektor pendidikan tidak pernah akan mencapai tujuan akhir yang sempurna
dan final. Hal ini terjadi karena konteks pendidikan selalu dinamis, berubah atau tidak pernah
konstan, sesuai dengan perubahan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlebih-lebih
pada era global sekarang ini karena arus informasi secara survival bebas keluar masuk di wilayah
semua negara. Keterbukaan dalam berbagai sistem kehidupan secara terus menerus akan menjadi
wacana dan cita-cita yang penting bagi kehidupan masyarakat.
Tiap sekolah memiliki program tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan
visi misi sekolah. Program-program ini, selain dikelola dengan baik, memerlukan pula dukungan
dari masyarakat. Misal, manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian penting
dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Karena sekolah merupakan salah satu sarana yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia. Sekolah tidak hanya memiliki
tanggung jawab dan tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan kesehatan
baik jasmani maupun rohani peserta didik. Oleh sebab itu sekolah memerlukan suatu manajemen
layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan peserta didiknya sehingga tujuan
pendidikan tersebut dapat tercapai.
1
Namun selain itu, keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan
di sekolah dan tersedianya sarana prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan,
keluarga, dan masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah
(sekolah), keluarga, dan masyarakat. Hal ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan
masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk berpartisipasi, turut memikirkan, dan memberikan
bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Sekolah dan masyarakat adalah faktor pendidikan yang saling mempengaruhi. Keduanya
mempunyai hubungan timbal balik yang tidak dapat dipisahkan. Seorang anak didik setelah
mendapat pendidikan di keluarganya akan segera berlanjut untuk mencari ilmu di sekolah.
Dalam lingkungan yang baru ini peserta didik diberi berbagai macam ilmu pengetahuan yang
berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Setelah itu ia akan beranjak ke lingkungan
berikutnya, yaitu masyarakat, di sinilah ia akan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatnya
ketika melakukan pendidikan di sekolah. Akan tetapi sering kali pendidikan yang diterima
peserta didik di sekolah tidak sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Sehingga perlu diketahui
sejauh mana pengaruh sekolah sebagai ladang pendidikan (formal) dalam mencetak generasi
yang siap terjun ke tengah masyarakat, karena tidak jarang antara sekolah dan masyarakat tidak
saling berinteraksi. Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di sekolah
merupakan salah satu ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauh mana masyarakat
dapat diberdayakan dalam proses pendidikan di sekolah, karena pemberdayaan masyarakat
dalam pendidikan merupakan sesuatu yang esensial bagi penyelenggaraan sekolah yang baik.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, lembaga pendidikan dituntut untuk
memiliki kerja tim yang solid antara pihak sekolah dengan pihak luar baik instansi atasan dan
masyarakat yang dapat terwujud dengan adanya manajemen hubungan kerja sama sekolah
dengan masyarakat dan layanan khsuus yang baik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat ?
2. Bagaimana manajemen hubungan sekolah dengan layanan khusus ?
2
C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah
1. Untuk mengetahui manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat dengan baik dan
benar
2. Untuk mengetahui manajemen hubungan sekolah dengan layanan khsuus dengan baik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang
sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di
sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai sistem sosial yang merupakan bagian integral dari sistem
social yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang
sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya
juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya
kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi penerangan
tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan masyarakat. Sebaliknya,
sekolah juga harus mengetahui dengan jelas pada kebutuhan, harapan dan tuntunan masyarakat,
terutama terhadap sekolah. Dengan kata lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina suatu
hubungan yang harmonis.
1. Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat ; sekolah bukan merupakan
lembaga terpisah dari masyarakat.
2. Kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat.
3. Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota – anggota
masyarakat dalam bidang pendidikan.
4. Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling berkorelasi ; keduanya saling
membutuhkan.
5. Masyarakat adalah pemilik sekolah; sekolah ada karena masyarakat memerlukannya.
5
masyarakat, (b) memperoleh kemajuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi masyarakat, (c) menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat, dan (d) memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang
terampil dan makin meningkat kemampuannya
Di samping itu, hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk saling membantu,
serta mengisi dan menggalang bantuan keuangan, bangunana serta barang. Pendidikan di sekolah
sangat terbatas waktunya sebab para peserta didik hanya 6-7 jam berada di sekolah, pada waktu
yang lain mereka berada di rumah dan di masyaraka. Waktu senggang di luar sekolah ini dapat di
manfaatkan sebenar-benarnya oleh masyarakat untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan
pendidikan melalui berbagai lembaga yang ada di masyarakat, seperti lembaga agama, pramuka,
kesenian dan olahraga. Lembaga-lembaga tersebut harus berupaya untuk memberikan
pendidikan kepada peserta didik sebagai penambah dan pelengkap apa-apa yang diperoleh di
sekolah.
Dalam hal ini, masyarakat dapat menyelenggarakan pendidikan yang bersifat spesialisasi,
misalnya keahlian. Program-program mahal yang disusun dan dikembangkan oleh lembaga-
lembaga masyarakat tersebut sebaiknya dikonsultasikan dengan sekolah-sekolah tempat peserta
didik belajar, lebih baik lagi kalau dapat disusun bersama secara kolaboratif antara pihak sekolah
dengan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat. Hal ini penting dilakukan agar apa yang
diselenggarakan di masyarakan sesuai dan sejalan, serta menunjang kegiatan pendidikan di
sekolah. Program kegiatan luar sekolah ni diantaranya adalah mengisi liburan, serta mengisi
waktu luang pada sore dan malam hari. Waktu-waktu tersebut bisa digunakan, misalnya untuk
mengikuti pesantren kilat, dan pengajian.
Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan
program bersama bagi pembinaan peserta didik, dapat mengurangi dan mencegah kemungkinan
anak berbuat nakal karena program yang padat dan menarik tidak member kesempatan atau
kemungkinan kepada peserta didik untuk berkhayal atau berbuat yang kurang baik.
Belajar Al-Quran, salat, bermain sandiwara, menyanyi, pidato, menulis/mengarang,
bermain piano, bermain karate, judo, sepak bola dan sebagainya merupakan pengisi waktu yang
baik. Pelajaran-pelajaran sebenarnya sudah diberikan di sekolah, tetapi karena waktunya sangat
terbatas yang diberikan hanya dasar-dasarnya saja. Dalam hal ini, masyarakat harus berusaha
untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Namun demikian, hal ini perlu
6
dijalani dan dikondisikan sedemikian rupa karena akhir-akhir ini banyak bertaburan program-
program pendidikan luar sekolah yang menjurus kepada bisnis, bahkan ada di antaranya yang
kurang memperhatikan aspek perkembangan kepribadian peserta didik, kalau tidak dikatakan
merusak, seperti judi melalui permainan komputer atau video games. Hal ini harus melalui
permainan komputer atau video games. Hal ini harus diwaspadai oleh orang tua, sekolah dan
masyarakat, dengan menjalani hubungan yang lebih harmonis dan hangat, serta kekeluargaan.
Melalui MBS mudah-mudahan hal ini bisa diwujudkan sehingga masa depan yang dikhawatirkan
diisi oleh generasi yang kurang bermoral dapat dihindarkan atau tidak terjadi, dan jangan sampai
terjadi.
Pada hakikatnya pendidikan yang baik membutuhkan biaya yang banyak, ruang belajar
yang cukup dan alat bantu pendidikan yang memadai. Biaya yang ada disekolah biasanya sangat
terbatas, dalam kerangka inilah masyarakat yang mampu diharapkan menjadi penanggung jawab
dan donatur yang memberikan dukungan dana demi kelancaran kegiatan pendidikan di sekolah.
Masyarakat dapat membantu sekolah melalui dewan sekolah atau BP3. Masyarakat, baik secara
perorangan maupun melembaga yang berminat dan bersimpati dapat memberikan bantuannya
melalui berbagai cara, misalnya membantu pengadaan alat peraga, dan perpustakaan sekolah,
serta memberika beasiswa kepada peserta didik yang kurang mampu atau bahkan menjadi orang
tua asuh.
Adapun tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat dalam pendidikan antara lain:
1. Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada masyarakat atau
pihak-pihak lain yang membutuhkannya.
2. Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan
informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya.
3. Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan informasi
yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu.
4. Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah
pendidikan.
5. Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerja sama.
7
6. Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan untuk kemajuan
pelaksanaan pendidikan
Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin dirasakan
pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami pentingnya pendidikan bagi
anak-anak. Namun tidak berarti pada masyarakat yang masih kurang menyadari pentingnya
pendidikan, hubungan kerja sama ini tidak perlu dibina. Pada masyarakat yang kurang menyadari
akan pentingnya pendidikan, sekolah dituntut lebih aktif dan kreatif untuk menciptakan
hubungan kerja sama yang lebih harmonis.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik; rasa tanggung jawab
dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta
hubungan dan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu
mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Gambaran
dan kondisi sekolah ini dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang
tua murid, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house, kunjungan ke
sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan oleh staf sekolah, murid, radio dan televisi, serta
laporan tahunan.
Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa menciptakan hubungan
yang baik antara sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus menaruh perhatian tentang
apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua tentang sekolah.
Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan meningkatkan hubungan kerja
sama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan
efisien. Hubungan yang harmons ini akan membentuk:
1. Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat dan lembaga-lembaga lain yang
ada di masyarakat, termauk dunia kerja;
2. Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan
pentingnya peran masing-masing;
3. Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan
mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.
8
Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapakan tercapai tujuan hubungan sekolah
dengan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif
dan efisien sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang
berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, keterampilan
dan sikap, yang dapat dijadikan bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya
atau hidup di masyarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.
9
sehingga waktu latihan sangat terbatas. Oleh karena itu masyarakat berperan dalam
melengkapi keterbatasan tersebut.
Hubungan kerja sama dalam bidang pendidikan ketrampilan
Peserta didik dituntut untuk memliki ketrampilan. Contoh ketrampilan yang
dibutuhkan dalam masyarakat yaitu keahlian menggunakan komputer, berbahasa Inggris,
pertanian, teknik, dan jasa. Ketrampilan membutuhkan waktu yang lama sehingga jumlah
jam di sekolah tidak mampu membuat terampil peserta didik. Untuk kepentingan
tersebut, diperlukan kerja sama yang erat dengan berbagai lembaga dan yayasan yang ada
didalam masyarakat. Untuk komputer dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga
pendidikan komputer. Untuk bahasa dapat bekerja sama dengan lembaga penyelengraan
bahasa. Utuk teknik perlu dibina kerja sama dengan dinas perindustrian, para tukang,
pandai besi, pabrik-pabrik dan sebagainya. Untuk jasa perlu dibina kerja sama dengan
dinas pariwisata, kantor-kantor, hotel-hotel dan lain sebagainya. Melalui hubungan kerja
sama yang terjalin dengan baik antara sekolah dan masyarakat diharapakan dapat
menekan dana yang harus dikeluarkan peserta didik . pendidik dapat menerima
pendidikan yang berkualitas dan murah.
Hubungan kerja sama pendidikan untuk anak berlainan
Kerja sama ini dapat dilakukan untuk menghadapi peserta didik yang berada di
atas normal, bahkan anak-anak normal yang mengalami hambatan-hambatan dalam
belajarnya.anak seperti ini dapat menyelesaikan studinya dengan cepat melalui
pembinaan yan baik, mungkin dalam usia 19 atau 20 tahun peserta didik sudah menjadi
sarjana yang berguna di dalam masyarakat dan bagi bangsanya.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam belajar membutuhkan bantuan
khusus. Anak seperti ini mungkin kurang dalam penglihatan, pendengaran, cacat atau
lambat belajar. Masyarakat dapat membantu mereka dengan membentuk lembaga
penyelengaraan sekolah luar biasa atau memberi bantuan-bantuan khusus bagi anak yang
memerlukan.
Dalam kelompok anak berkelainan terdapat juga anak yang nakal atau tidak
disiplin. Kelompok anak ini perlu mendapat perhatian khusus dari sekolah, dari orang
tua, maupun masyarakat sebab tindakan-tindakannya dapat menghambat kelancaran
proses belajar mengajar dan mengganggu lingkungannya.
10
Dalam rangka MBS , hubungan sekolah dan masyarakat dapat dijalin melalui dewan
sekolah, BP3, rapat bersama, konsultasi, radio dan televisi, surat dan telepon, pameran sekolah,
serta ceramah.
Melalui dewan sekolah
Dewan sekolah merupakan suatu lembaga yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan MBS. Angota dewan sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, bebrapa
tokoh masyarakat, serta orang tua yang memiliki potensi dan perhatian besar terhadap
pendidikan di sekolah. Pada akhikatnya dewan sekolah ini dibentuk untuk membantu
menyukseskan kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, baik menyakut
perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian. Dibentuknya dewan sekolah terutama
dalam kaitannya dengan masalah revisi pendidikan yang akan diwujudkan melalui MBS
agar apa yang dilaksanakan di ekolah sejalan dan selaras dengan kebutuhan dan
pengembangan masyarakat.
11
Melalui konsultasi
Sekolah dapat melakukan konsultasi mengenai peserta didiknya dengan seorang
yang ahli ada di masyarakat, misalnya seorang peserta didik mengalami gangguan
penglihatan atau pendengaran, guru dapat berkonsultasi dengan dokter ahli, yang hasilnya
dapat digunakan untuk mencari solusi yang tepat.
Melalui Radio dan Televisi
Pada umumnya masyarakat sekarang sudah sangat terbiasa dengan radio, televisi
dan bahkan internet. Kebiasaan ini dapat diggunakan untuk menjalin kerja sama anatar
masyarakat dan sekolah, artinya sekolah dapat menyampaikan masalah-masalah yang
dihadapi disekolah melalui program radio dan televisi maupun mengunggah masalah
pada jejaring sosial internet. Masyarakat dapat memberi tangapan atau bantuannya
langsung ke sekolah yang bersangkutan atau melalui radio atau televisi setempat.
Melalui surat dan telepon
Apabila sulit berhubungan langsung dengan parah ahli, selain melalui radio dan
televisi, dapat dilakukan dengan surat atau telepon. Melalui surat dan telepon tersebut
ditanyakan penanganan peserta didik yang nakal atau yang sering melakukan pelangaran
disiplin disekolah kepada ahli ilmu jiwa atau konsultan pendidikan yang ada di
masyarakat. Hasil konsultasi dapat digunakan sebagai pedoman dalam mebina peserta
didik di sekolah.
Melalui Pameran sekolah
Pameran sekolah dapat dilakukan diakhir tahun ajaran, sekolah dapat
memprogramnya secara kontinyu utuk memamerkan hasil karya peserta didik termasuk
pementasan karya tulis, seni, ketrampilan dan sebagianya. Pameran ini dapat digunakan
sebagai arena untuk menciptakan hubungan sekolah dengan masyarakat sekitar, sekaligus
mencari dana untik kepentingan perkemangan dan kelancaran pendidikan disekolah.
Pameran ini dapat diorganisasikan oleh para guru bersama para peserta didik dengan
meibatkan para tokoh masyarakat. Melalui pameran ini diharapkan masyarakat dapat
membeli barang-barang peserta didik, yang hasilnya dihimpun untuk kepentingan sekolah
Melalui ceramah
Guru dapat meminta seorang ahli dalam masyarakat untuk memberikan ceramah
di sekolah, misalnya mengenai keagamaan, kesehatan, pendayagunaan lingkungan, dan
12
mengenai pokok bahasan yang lain yang diperlukan. Pelaksanaan ceramah dapat
diadakan pada waktu libur, sore dan pada malam hari. Ceramah ini juga dapat dipadukan
dan digabungkan dengan pameran sekolah; pada waktu pembukaan pameran atau ketika
penutupan pameran. Materi ceramah sebaiknya dipilih yang menarik, bermanfaat, dan
paling banyak mendapatkan perhatian masyarakat saat itu.
13
kepada peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa
tercapai secara efektif dan efisien.
Layanan khusus yang diberikan sekolah kepada peserta didik tersebut pada umumnya
sama, akan tetapi proses pengelolan dan pemanfaatannya yang berbeda. Beberapa bentuk
layanan khusus di sekolah adalah layanan: BK, perpustakaan, laboratorium, ekstrakulikuler,
UKS, kafetaria. Sedangkan fungsi/proses manajemen layanan khusus tersebut meliputi: (1)
Perencanaan, berupa analisis kebutuhan dan penyusunan program layanan khusus; (2)
Pengorganisasian, berupa pembagian tugas untuk melaksanakan program layanan khusus; (3)
Penggerakan, berupa pengaturan dalam pelaksanaan layanan khusus, serta (4) Pengawasan,
berupa pemantauan program layanan khusus dan penilaian kinerja program layanan khusus di
sekolah.
1. Layanan Khusus Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling (BK) merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan
sistem pendidikan khususnya di sekolah. Sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dapat
diartikan secara umum sebagai bentuk bantuan. Namun dalam pengertian yang sebenarnya,
tidak setiap bentuk bantuan adalah bimbingan. Sesuai SK Mendikbud 25/1995 dalam
Santoso (2009) bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Makna bimbingan selalu berdampingan dengan makna konseling atau dengan kata
lain bahwa makna dari bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan. Konseling
merupakan bagian dari bimbingan. Pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak dapat
dipisahkan, artinya dalam satu kesatuan yang utuh. Namun perlu diingat bahwa setiap
bimbingan belum dikatakan sebagai konseling, tetapi konseling dapat dipastikan bimbingan.
Atau dengan kata lain. Konseling merupakan salah satu teknik pelayanan bimbingan secara
keseluruhan, yaitu dengan cara memberikan bantuan secara individual (face to face
relationship). Bimbingan tanpa konseling ibarat pendidikan tanpa pengajaran atau
perawatan tanpa pengobatan. Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemberian bantuan
kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara perorangan dalam suatu pertalian
hubungan tatap muka.
14
Manajemen dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling (BK) dapat berarti
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan aktifitas-aktifitas
pelayanan bimbingan dan konseling, serta penggunaan sumber daya lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen diperlukan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling dengan tiga alasan yaitu: untuk mencapai tujuan, untuk menjaga keseimbangan
diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan (jika ada), dan untuk mencapai efektivitas
dan efisiensi.
2. Layanan Khusus Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar yang menjadi denyut nadi proses
belajar membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional. Sebab keberadaan
perpustakaan sekolah membuat para guru dan siswa berkesempatan memperluas dan
memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui perpustakaan sekolah, selain para
siswa dapat melakukan kegiatan belajar mandiri atau belajar kelompok, para guru juga dapat
memperkaya materi-materi yang disajikan dalam proses belajar-mengajar. Sehingga
pelayanan perpustakaan sekolah harus dilakukan secara maksimal agar para guru dan siswa
dapat memanfaatkannya secara maksimal pula.
Perpustakaan sebagai sumber belajar akan memiliki kinerja yang baik apabila
dikelola atau di-manage secara baik. Dengan manajemen yang baik, maka perpustakaan
akan berfungsi secara optimal sesuai tujuan yang diharapkan. Sehingga manajemen atau
pengelolaan perpustakaan sekolah berarti segenap usaha pengkoordinasian segala kegiatan
yang berhubungan dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Tujuan utama
perpustakaan sekolah harus memungkinkan para tenaga pendidik, kependidikan, dan peserta
didik memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan
membaca bahan pustaka yang mengandung ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam proses
belajar-mengajar di sekolah.
15
Sehingga peserta didik akan mempunyai keyakinan mendalam bahwa apa yang mereka
dapatkan secara teoritik memang dapat dibuktikan secara empirik. Oleh sebab itu
laboratorium perlu dikelola agar dapat berperan maksimal untuk mendorong efektivitas serta
optimalisasi proses pembelajaran di sekolah.
Tiga peran dan fungsi utama dari laboratorium sekolah adalah sebagai: sumber
belajar, metode pendidikan, dan sarana penelitian. Sebagai sumber belajar, artinya
laboratorium digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor atau melakukan percobaan. Sebagai metode pendidikan, meliputi
metode pengamatan dan metode percobaan. sebagai sarana penelitian, berarti tempat
dilakukannya berbagai penelitian sehingga terbentuk pribadi peserta didik yang bersikap
ilmiah.
Jika ditelaah dari urgensi bidang garapannya, maka laboratorium sebenarnya
termasuk dalam lingkup bidang pengajaran sebagai bidang garapan pokok di sekolah. Hal
ini didasarkan pada sasaran masalah yang ditangani cenderung langsung berkaitan dengan
kegiatan atau proses belajar mengajar, khususnya kegiatan kurikuler dan ko-kurikuler.
Namun jika ditinjau dari sistem pengelolaannya, maka laboratorium sekolah merupakan unit
tersendiri dari sistem organisasi makro sekolah. Sehingga karakteristik pengelolaannya
cenderung setara dengan pengelolaan layanan khusus lain, terutama seperti pengelolaan
perpustakaan dan pusat sumber belajar.
16
Tujuan umum UKS menurut Dirjen Dikdas (2012) adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal
dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan secara khusus tujuan
UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan
peserta didik.
Tujuan minimum pelayanan kesehatan sekolah untuk membantu mengatasi masalah-
masalah kesehatan anak dan remaja yang dapat mengganggu pencapain maksimum dalam
proses pendidikan dan pembelajaran, serta untuk membimbing anak dan remaja memahami
akan pentingnya kesehatan fisik dan mental. Guna mencapai tujuan tersebut, maka
diperlukan kerjasama yang baik antara sekolah dengan lembaga-lembaga dan instansi-
instansi yang menangani kesehatan. Disamping itu diperlukan juga kerjasama dengan orang
tua dan masyarakat, karena sebagian besar waktu peserta didik bukanlah di sekolah tetapi di
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Keluarga dan masyarakat akan banyak
memberikan pengaruh terhadap peserta didik, termasuk dalam hal kesehatan.
17
Pengelola kantin menyeimbangkan antara kapasitas makanan, gizi, dan harga dengan
mengatur cara penyajian dan pelayanan makanan yang memadai dan cepat. Sehingga dapat
menarik selera pembeli yang utamanya adalah para siswa. Letak ruang kantin juga strategis
agar kegiatan operasionalnya berlangsung efektif.
Pada intinya keberadaan kafetaria/kantin sekolah tidak hanya sekedar untuk
memenuhi kebutuhan makan-minum siswa semata, namun juga harus bisa dijadikan sebagai
wahana untuk mendidik siswa tentang kesehatan, kebersihan, kejujuran, saling menghargai,
nilai disiplin dan lainnya. Selain itu para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah
hendaknya ikut menjaga dan bertanggungjawab terhadap kebersihan, kesehatan, serta gizi
makanan dan minuman yang dijual di kafetaria.
18
Sedangkan fungsi kegiatan ekstrakurikuler secara umum adalah untuk
mengembangkan aspek-aspek kemanusiaan peserta didik secara utuh (afektif, kognitif,
psikomotorik), mengembangkan potensi bakat dan minat peserta didik yang positif,
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungannnya, serta
kecakapan dalam berkomunikasi yang dilaksanakan tanpa deskriminasi terhadap hak dan
kewajiban peserta didik.
Jenis kegiatan ekstrakurikuler menurut Permendikbud nomor 81A tahun 2013, dapat
berbentuk sebagai berikut. (1) Krida; meliputi kepramukaan, latihan dasar kepemimpinan
siswa, Palang Merah Remaja (PMR), pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka), dsb.
(2) Karya Ilmiah; meliputi Kegiatan Ilmiah remaja (KIR), kegiatan penguasaan ilmu dan
kemampuan akademik, penelitian, dsb. (3) Latihan/ olah bakat/ prestasi; meliputi
pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan,
dsb. (4) Jenis lainnya seperti koperasi siswa, dsb.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami selaku penyusun makalah berharap agar penyajian makalah ini dapat
diperhatikan dengan saksama, karena melalui makalah yang dipaparkan ini menjelaskan
beberapa poin penting dari Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat dan Layanan
Khusus. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu diharapkan agar pembaca kiranya dapat juga membaca materi yang berkaitan,
pada referensi lainnya agar dapat lebih memahami lagi mengenai Manajemen Hubungan
Sekolah dengan Masyarakat dan Layanan Khusus.
20
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar. 2012. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kesehatan Sekolah. Jakarta: Kemendikbud.
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum: Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler.
Santoso, D. B. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Sopiatin, P. 2010. Manajemen Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia Indonesia
21