Anda di halaman 1dari 9

Makalah

Perkembangan Peserta Didik


“Konsekuensi Dan Kebutuhan Serta Implikasinya Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan”

Dibuat Oleh :

Kelompok 8 :
Sherly N. Sahuleka (2015-41-051)
Syenilita Saptenno (2015-41-094)
Denis Tetelay (2014-41-0

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya dengan judul, “Konsekuensi Dan Kebutuhan Serta Implikasi Penyelenggaraan
Pendidikan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta
Didik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Fatma Alhamid selaku Dosen Mata Kuliah
sekaligus selaku pembimbing untuk kami menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga dari makalah ini, kita dapat
menambah pengetahuan mengenai konsekuensi dan kebutuhan dan implikasi terhadap
penyelenggaraan pendidikan.

Ambon, 11 Februari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siswa merupakan suatu komponen input dalam proses pembelajaran. Berhasil atau
tidaknya suatu proses pendidikan banyak bergantung pada keadaan, kemampuan dan tingkat
perkembangan siswa itu sendiri. Hasil pendidikan dan proses kemajuannya sudah tentu tidak
sama untuk setiap siswa, karena adanya perbedaan individu baik fisik, psikologis maupun
kondisi sosial budaya tempat mereka hidup.

Setiap siswa usia sekolah menengah juga sebagai anggota masyarakat yang sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan tentu memiliki kebutuhan dan minat serta
masalah yang dihadapi dengan karakteristik yang berbeda.

Kebutuhan adalah kecendrungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan


dorongan dan kelakuan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan muncul sebagai akibat
adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau akibat pengaruh kejadian–
kejadian dari lingkungan organisme. Kebutuhan akan menimbulkan dorongan atau motivasi
yang mendasari tingkah laku tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula.

Konsekuensi adalah dampak yang terjadi jika suatu keputusan tertentu diambil. Dengan
kata lain, konsekuensi adalah hal-hal yang akan muncul apabila kita melakukan sebuah pilihan
keputusan tertentu. Istilah konsekuensi artinya hal-hal yang timbul sebagai akibat atas sebuah
pilihan, perbuatan atau keputusan. Perbuatan apapun yang kita lakukan, pasti ada
konsekuensinya. Guru di kelas bisa mengelola kelas dengan menerapkan konsekuensi logis yang
mendidik bagi para siswanya untuk memperbaiki kedisiplinan siswa. Konsekuensi logis harus
sesegera mungkin dijatuhkan. Hal ini dimaksudkan agar siswa segera tahu apa yang telah
diperbuat dan melanggar peraturan.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut :

a) Apa itu konsekuensi?


b) Apa itu kebutuhan?
c) Bagaimana implikasi dari konsekuensi dan kebutuhan terhadap penyelenggaraan
pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas tujuan makalah ini, yaitu:

a) Dapat mengerti dan memahami apa itu konsekuensi

b) Dapat mengerti dan memahami apa itu kebutuhan

c) Dapat mengetahui bagaimana implikasi dari konsekuensi dan kebutuhan terhadap

penyelenggaraan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Apa Itu Konsekuensi?

Konsekuensi adalah dampak yang terjadi jika suatu keputusan tertentu diambil. Dengan
kata lain, konsekuensi adalah hal-hal yang akan muncul apabila kita melakukan sebuah pilihan
keputusan tertentu. Istilah konsekuensi artinya hal-hal yang timbul sebagai akibat atas sebuah
pilihan, perbuatan atau keputusan. Perbuatan apapun yang kita lakukan, pasti ada
konsekuensinya. Guru di kelas bisa mengelola kelas dengan menerapkan konsekuensi logis yang
mendidik bagi para siswanya untuk memperbaiki kedisiplinan siswa. Konsekuensi logis harus
sesegera mungkin dijatuhkan. Hal ini dimaksudkan agar siswa segera tahu apa yang telah
diperbuat dan melanggar peraturan. Contohnya dimulai dari hal-hal kecil, seperti seorang siswa
membawa handphone ke sekolah sementara peraturan sekolah melarang hal tersebut.
Konsekuensinya, guru akan menyita handphone tersebut untuk sementara waktu. Sebelum
menyita handphone, guru harus terlebih dahulu menjelaskan kepada siswa bahwa perbuatannya
melanggar peraturan sekolah, dan penyitaan ini merupakan konsekuensi dari perbuatannya. Guru
juga harus menjelaskan mengapa membawa handphone tidak diperbolehkan. Hal ini dilakukan
agar dipikiran anak-anak tertanam bahwa apa yang ia terima bukan semata-mata sebuah
hukuman akan tetapi konsekuensi yang logis atas perbuatannya.
B. Apa itu kebutuhan?

Kebutuhan adalah kecendrungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan


dorongan dan kelakuan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan muncul sebagai akibat
adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau akibat pengaruh kejadian–kejadian
dari lingkungan organisme. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk
mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan. Setiap individu memiliki
kebutuhan karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis
yang lebih sempurna dalam kehidupannya. Dengan adanya berbagai macam dorongan yang ingin
di capai manusia,semua itu mengakibatkan timbulnya kebutuhan yang harus dipenuhi manusia.

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru hendaknya selalu sensitif terhadap


kebutuhan para siswa (remaja) dan berusaha memahaminya sebaik mungkin. Untuk itu guru
perlu memperhatikan aspek berikut:

a. Mempelajari kebutuhan siswa melalui berbagai pendapat orang dewasa;

b. Mengadakan angket yang ditujukan kepada para siswa untuk mengetahui masalah–masalah
yang sedang mereka hadapi

c. Bersikap sensitif terhadap kebutuhan yang tiba–tiba muncul dari siswa yang berada di bawah
bimbingannya.

Dari uraian di atas, kebutuhan remaja diklasifikasikan menjadi 4 kelompok kebutuhan


yaitu:

1. kebutuhan organik yaitu makan, minum, bernapas, seks;

2. kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak
lain

3. kebutuhan berprestasi atau need of achievement dikenal dengan n’Ach yang berkembang
karena dorongan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan
kemampuan psikofisis

4. kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis.


Sejalan dengan pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan Individu yang sudah
dikenal luas, namun aplikasinya untuk kepentingan pendidikan siswa di sekolah tampaknya
belum mendapat perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri
siswa, sekolah dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya.
C. Bagaimana implikasi dari konsekuensi dan kebutuhan terhadap
penyelenggaraan pendidikan?

Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini harus
dipenuhi, Karena hal ini merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupannya agar tetap
tegar (survival). Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, terutama ekonomi
keluarga. Akibat tidak tepenuhinya kebutuhan fisik ini akan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial seorang individu.
Dalam mencapai keinginannya untuk mandiri sering kali anak mengalami hambatan-hambatan
yang disebabkan oleh masih adanya kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain. Dalam
contoh yang disebutkan diatas, anak mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti
kehendak orangtua atau mengikuti keinginannya sendiri. Jika ia mengikuti kehendak orangtua
maka dari segi ekonomi (biaya sekolah) anak akan terjamin karena orangtua pasti akan
membantu sepenuhnya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti kemauan orangtua bisa jadi
orangtuanya tidak mau membiayai sekolahnya.
Anak-anak sebaiknya sudah mulai diajari tentang menerima konsekuensi atas
perbuatannya. Hal ini bertujuan agar ketika dewasa, ia mampu menerima dan menjalani akibat
yang ditimbulkan dari perbuatannya. Guru di kelas bisa mengelola kelas dengan menerapkan
konsekuensi logis yang mendidik bagi para siswanya untuk memperbaiki kedisiplinan siswa.
Contohnya, yang sangat sering terjadi adalah jika siswa malas mengerjakan pekerjaan rumah.
Maka guru akan memberikan konsekuensi yang sesuai dengan perbuatannya. Misalnya,
menyuruh siswa mengerjakan pekerjaan rumah tersebut didepan kelas.
Konsekuensi logis yang mendidik selain bisa membuat kondusif kegiatan belajar
mengajar juga dapat membentuk karakter disiplin siswa. Siswa yang telah merasakan
konsekuensi logis akan berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Bagi siswa lain yang belum
pernah dikenai konsekuensi logis tentu saja akan melihat, mengamati dan tidak meniru perbuatan
teman yang melanggar. Akhirnya, dalam diri siswa akan terbentuk karakter disiplin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peserta didik usia sekolah menengah mengalami proses yang sangat penting dalam
pertumbuhan dan perkembangannya yakni proses secara berkelanjutan guna memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan adalah kecendrungan permanen dalam diri seseorang yang
menimbulkan dorongan dan kelakuan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan muncul
sebagai akibat adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau akibat pengaruh
kejadian–kejadian dari lingkungan organisme.

Konsekuensi logis yang mendidik selain bisa membuat kondusif kegiatan belajar mengajar
juga dapat membentuk karakter disiplin siswa. Siswa yang telah merasakan konsekuensi logis
akan berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Bagi siswa lain yang belum pernah dikenai
konsekuensi logis tentu saja akan melihat, mengamati dan tidak meniru perbuatan teman yang
melanggar. Akhirnya, dalam diri siswa akan terbentuk karakter disiplin.
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis 1988. Teori-teori belajar. Jakarta: P2LPTK


Davies, Ivor K. 199 l. Pengelolaan Belajar. Terjemahan oleh Sudarsono Sudirdjo dkk. Jakarta :
CV Rajawali.
Sardiman, AM. 1986. Interaksi dan Motivasi Be/ajar Mengajar. Jakarta : Penerbit Rajawali.
Winkel, WS. 1999. Psikologi pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai