1 : 1 9-29
ISSN : 2302-7436
Intisari
Bawang putih (Allium sativum Linn) terbukti aktif terhadap
Mycobacterium tuberculosis. Senyawa alisin yang terkandung dalam
bawang putih (Allium sativum Linn) berfungsi sebagai antimikroba
spektrum luas yang mampu menghambat bakteri penyebab TBC.
Kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No: 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat
tradisional.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak bawang putih memiliki
khasiat sama dengan bawang puting lanang, pada dosis 240 µg/ml
medium (setara dengan 600 mg ekstrak bawang putih per kapsul)
memiliki potensi paling besar dalam menghambat pertumbuhan
Mycobacterium tuberculosis (diambil dari koloni biakan murni dari
kultur sputum pasien yang menderita TBC jenis BTA +2, kultur positif
9, resisten terhadap rifampisin) dibanding dosis 320 dan 400 µg/ml
media. Ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) memenuhi
persyaratan sebagai bahan isi kapsul obat tradisional, antara lain
angka lempeng total 1.5 (dipersyaratkan tidak lebih dari 10); angka
kapang dan khamir ekstrak bawang putih 6.102 (dipersyaratkan tidak
lebih dari 104); tidak mengandung mikroba patogen (tidak
terkontaminasi bakteri coliform, Eschericia coli, Salmonella sp, dan
Staphylococcus aureus); tidak terdeteksi adanya aflatoxin
(dipersyaratkan tidak lebih dari 30 bpj); kadar air rata-rata sebesar 1
sampai 2 % (dipersyaratkan tidak lebih dari 10 %).
Kapsul ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn)
memenuhi persyaratan farmasetika untuk sediaan kapsul obat
tradisional hasil uji waktu hancur kurang lebih 13 menit
(dipersyaratkan tidak lebih dari 15 menit) dan memenuhi
keseragaman bobot yang dipersyaratkan untuk sediaan kapsul.
Abstract
Garlic (Allium Sativum Linn) proven inhibiting the Mycobacterium
tuberculosis propagation. Alisin compound which implied in garlic
(Allium Sativum Linn) functioning as wide spectrum antimikroba
capable to pursue Tuberkulosis cause by bacterium. Garlic Capsule
(Allium Sativum Linn) have to fulfill conditions as according to Decree
Of The Minister For Public Health of Republic Indonesia No:
661/MENKES/SK/VII/1994 about traditional medicines.
The results shows that garlic extract with 240 µg/ml medium
(equivalent by 600 mg garlic extract per capsule) has better potency in
pursuing growth of Mycobacterium tuberculosis (taken a from pure
breeding colony from patient sputum culture which suffering
Tuberkulosis BTA type + 2, positive culture 9, resisten to rifampisin)
compared to 320 and 400 µg / ml media.Dry extract of garlic (Allium
Sativum Linn) fulfilling conditions upon which fill traditional drug
capsule, for example total plate number 1.5 (qualifying at the most
10); mould and khamir number 6x10 2 (qualifying at the most 104);
negative result of patogen bacteries such as coliform bacteries,
Eschericia Coli, Salmonella Sp, and Staphylococcus aureus; negatife
result of of aflatoxin (qualify at the most 30 bpj); total water content
equal to 1 - 2 % (qualifying at the most 10 %).
Dry garlic extract (Allium Sativum Linn) capsule fulfilling
conditions of pharmaceutical form of traditional capsule result
disintegration time less than 13 minute (qualify at the most 15 minute)
and fulfill uniformity of weight which qualify for the traditional capsule
Pendahuluan
protein tersebut mudah dicerna oleh tubuh evaporator hingga kental, penguapan
(Syamsiah dan Tajudin, 2003). dilanjutkan di oven pada suhu 50 0C sampai
Bawang putih memiliki aroma yang didapatkan ekstrak kering bawang putih
menyengat sehingga dibutuhkan suatu bentuk (Allium sativum Linn) yang memenuhi bobot
sediaan obat seperti kapsul untuk menutup konstan menurut Farmakope Indonesia edisi
aroma tersebut dan mempermudah bagi III (1979).
pasien penderita TBC untuk 2. Uji potensi antibakteri ektrak kering
mengonsumsinya. bawang putih (Allium sativum Linn)
Pembuatan ekstrak kering bawang terhadap Mycobacterium tuberculosis
putih (Allium sativum Linn) sebagai bahan dengan metode dilusi padat.
baku kapsul tidak menutup kemungkinan a. Pembuatan inokulum Mycobacterium
terjadinya pencemaran sehingga perlu tuberculosis: diambil koloni biakan
dilakukan serangkaian uji untuk mendapatkan murni dari kultur sputum pasien yang
kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) menderita TBC jenis BTA +2, kultur
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan positif 9, resisten terhadap rifampisin
Keputusan Menteri Kesehatan Republik kemudian diencerkan dengan larutan
Indonesia No: NaOH 4 % dalam perbandingan (1:2)
661/MENKES/SK/VII/1994 tentang b. Pengujian dan penentuan potensi
persyaratan obat tradisional meliputi uji kadar ekstrak kering bawang putih: disiapkan
air isi kapsul tidak boleh lebih dari 10 %, uji 8 media Lowenstein Jensen (LJ) yang
angka lempeng total tidak lebih dari 10, uji tidak mengandung larutan ekstrak kering
angka kapang dan khamir tidak lebih dari 104, bawang putih ataupun rifampisin sebagai
uji mikroba patogen negatif, dan uji kontrol negatif, 8 media LJ yang
aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj. Selain itu mengandung rifampisin 40 µg/ml
sediaan kapsul obat tradisional juga harus medium yang mewakili 100 mg/ kapsul, 8
memenuhi persyaratan meliputi uji waktu media LJ yang mengandung larutan
hancur kurang dari 15 menit, uji keseragaman ekstrak kering bawang putih 240 µg/ml
bobot kapsul. medium, 8 media LJ yang mengandung
Pembuatan kapsul bawang putih larutan ekstrak kering bawang putih
(Allium sativum Linn) yang poten terhadap 320µg/ml medium, dan 8 media LJ yang
Mycobacterium tuberculosis dan memenuhi mengandung larutan ekstrak kering
persyaratan obat tradisional yang berbentuk bawang putih 400µg/ml medium.
kapsul bisa digunakan sebagai terapi alternatif Sebelum dilakukan inokulasi, semua
pengobatan TBC. media LJ tersebut diuji terlebih dahulu
dengan menginkubasi media pada suhu
o
Metode Penelitian 37 C selama 1 minggu untuk melihat
kemungkinan terjadinya kontaminasi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Setelah media LJ tidak mengalami
adalah bawang putih (Allium sativum Linn) kontaminasi, selanjutnya diinokulasikan 1
yang kulitnya berwarna putih keunguan yang apusan dengan kapas lidi steril larutan
diperoleh dari pasar jongke, Pajang, bakteri. Inkubasi dilakukan selama 4-6
Surakarta. Bawang putih tersebut dibuat o
menjadi ekstrak kering sebagai isi kapsul. minggu pada suhu 37 C. Setelah 4-6
minggu, diamati pertumbuhan bakteri
A. Cara Kerja tersebut pada masing-masing media.
1. Pembuatan ekstrak kering bawang 3. Pengujian terhadap ekstrak kering
putih (Allium sativum Linn) bawang putih (Allium sativum Linn)
Sepuluh kilo bawang putih (Allium sebagai isi kapsul.
sativum Linn) dikupas kulit luarnya dan diiris a. Uji angka lempeng total ekstrak
kecil-kecil, dicampur dengan air 2 kali kering bawang putih: disiapkan 5
lipatnya, dihaluskan dengan blender tabung atau lebih yang masing-masing
selanjutnya disentrifus dengan kecepatan telah diisi dengan 9 ml pengecer NaCl 0,9
3000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang %. Dari hasil homogenasi pada penyiapan
diperoleh kemudian diuapkan dengan ekstrak kering bawang putih dipipet
selama 24 jam. Koloni yang tumbuh e. Uji kadar air ektrak kering bawang
diamati dan diindentifikasikan dan putih : Penetapan kadar air dilakukan
kemudian dilakukan uji serologi dengan cara destilasi, 5 gram bahan uji
(Anonim, 1997; Hafid dan didestilasi dengan 200 ml toluen. Kadar
Kusumawati, 2001). air dalam % dan penetapan kadar air
3) Uji Staphylococcus aureus: dilakukan secara duplo untuk setiap
Disiapkan 3 buah tabung yang pengamatan. (Anonim, 1979; Hafid dan
masing-masing telah diisi dengan 9 ml Kusumawati, 2001).
BPW (Blood Pepton Water). Dari hasil 4. Pembuatan kapsul bawang putih
homogenisasi pada penyiapan ekstrak (Allium sativum Linn)
kering bawang putih 10-1 sebayak 1 ml Dari hasil uji potensi antibakteri ekstrak
ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml kering bawang putih terhadap
BPW hingga diperoleh pengenceran Mycobacterium tuberculosis, ekstrak yang
10-2, dikocok. Dipipet 1 ml ke dalam paling aktif (poten) dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berisi 9 ml BPW hingga cangkang kapsul yang sesuai.
diperoleh pengenceran 10-3. Dari 5. Pengujian terhadap kapsul bawang
masing-masing pengenceran dipipet putih (Allium sativum Linn)
0,25 ml, dituangkan pada permukaan a. Uji waktu hancur kapsul bawang
BP (Blood Plate) agar, disebar ratakan putih: uji waktu hancur yang dilakukan
menggunakan batang kelas bengkok terhadap kapsul sama dengan uji waktu
dan dibuat duplo. Dibiarkan beberapa hancur tablet menurut Farmakope
saat hingga inokulum terserap dalam Indonesia edisi III (1979). Pengujian
media. Diinkubasi pada suhu 37 0C waktu hancur dilakukan secara duplo
selama 24-48 jam dengan posisi cawan untuk setiap pengamatan.
dibalik. Setelah 24 jam dipilih cawan b. Uji keseragaman bobot kapsul
dengan jumlah 30-300 koloni bawang putih: uji keseragaman bobot
berwarna hitam mengkilap dan kapsul dilakukan terhadap kapsul sama
dikelilingi daerah jernih. Posisi koloni dengan uji waktu hancur tablet menurut
diberi tanda dan diinkubasi dilanjutkan Farmakope Indonesia edisi III (1979).
hingga 48 jam. Seluruh koloni yang Uji dilakukan secara duplo.
tumbuh selama periode inkubasi
dihitung kemudian dilakukan uji B. Teknik dan Analisis Hasil
koagulase (Anonim, 1997; Hafid dan Banyaknya pertumbuhan Mycobacterium
Kusumawati, 2001). tuberculosis dalam media yang telah
d. Uji aflatoksin ekstrak kering bawang mengandung ekstrak kering bawang putih
putih: Timbang seksama sejumlah sampel (Allium sativum Linn) yang mewakili dosis 600
serbuk bawang putih, ekstraksi mg, 800 mg, dan 1000 mg dalam tiap kapsul
menggunakan 2 ml kloroform dengan memperlihatkan potensi daya antimikroba
cara di vortex, kemudian disaring. Filtrat ekstrak tersebut. Pertumbuhan Mycobacterium
pertama disisihkan, residu diekstraksi dua tuberculosis dibaca dengan cara sebagai berikut:
kali kembali dengan 2 ml kloroform negatif bila tidak ada pertumbuhan,
menggunakan vortex, disaring sehingga disebutkan jumlah koloninya bila 1-5, positif
diperoleh filtrat 2 dan filtrat 3. Gabungan 6 bila jumlah koloni 6-25, positif 7 bila
filtrat 1, 2, dan 3 dievaporasikan sampai jumlah koloni 26-100, positif 8 bila jumlah
terbentuk ekstrak kental. Larutkan ekstrak koloni > 100, positif 9 bila pertumbuhan
kental yang diperoleh dengan kloroform koloni menutupi seluruh permukaan
sampai volume 50µl. Totolkan 5µl larutan medium. Cara menentukan Mycobacterium
sampel pada lempeng silika gel GF 254 tuberculosis resisten atau sensitif terhadap
kemudian eluasi dengan fase gerak media LJ yang mengandung ekstrak kering
Kloroform-metanol 98:2 dengan baku bawang putih (Allium sativum Linn): sensitif
pembanding Aflatoxin B1. Amati Rf dari bila tidak ada pertumbuhan dan atau ada
sampel dan baku standar aflatoxin B1 pertumbuhan dengan selisih > 1 dengan
(Lembar kerja Uji Kimia LPPT-UGM, medium kontrol dan resisten bila ada
2008).
Tabel 1. Uji potensi antibakteri ekstrak kering bawang putih terhadap Mycobacterium tuberculosis
Dari hasil uji potensi antibakteri rifampisin 40µg/ ml medium (setara dengan
ekstrak kering bawang putih terhadap 100 mg rifampisin per kapsul). Dari 8 plate
Mycobacterium tuberculosis diketahui bahwa replikasi uji potensi anti bakteri, hanya 1 plate
ektrak bawang putih dengan dosis 240 µg/ yang mengalami pertumbuhan 26 – 100
ml medium (setara dengan 600 mg ekstrak koloni, dan diduga hal tersebut terjadi karena
bawang putih per kapsul) memiliki potensi human error.
menghambat pertumbuhan Mycobacterium Pada kadar yang lebih tinggi (300µg/ ml
tuberculosis, bahkan lebih sensitif daripada media dan 400µg/ml media) justru tidak
sensitif terhadap Mycobacterium tuberculosis, medium, atau setara dengan 600 mg ekstrak
semakin tinggi kadarnya justru semakin kering bawang putih per kapsul.
resisten, diduga terdapat senyawa lain yang
ikut larut di dalam eksrak yang justru menjadi C. Pengujian terhadap ekstrak kering
mendukung perkembangbiakan bakteri bawang putih (Allium sativum Linn)
Mycobacterium tuberculosis. Perlu dilakukan sebagai isi kapsul.
penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi 1. Uji angka lempeng total ekstrak kering
senyawa aktif dari bawang putih yang bawang putih (Allium sativum Linn)
berperan sebagai anti tubercolusis karena Penetapan angka lempeng total
pada penelitian ini, baru sampai tahap awal dilakukan dengan metode dilusi dengan
yakni mengambil fase larut air dari bawang menggunakan media agar dan pengencer
putih, dimana dimungkinkan masih sangat NaCl 0,9 %. Setelah media memadat,
banyak bahan non aktif yang ikut tersari dan cawan petri diikubasi pada suhu 35 – 37
tercampur dalam ekstrak yang dihasilkan. 0C selama 24–48 jam dengan posisi
Dari uji ini, ditetapkan kadar ekstrak kering terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh
bawang putih yang paling poten sebagai anti sebagai berikut:
Mycobacterium tuberculosis adalah 240µg/ ml
Tabel 2. Angka lempeng total ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn)
Replikasi Angka Lempeng Total Persyaratan
1. 2 10
2. 1 10
Hasil pengujian angka lempeng total dilusi dengan pengencer NaCl 0,9 %
menunjukkan bahwa ekstrak bawang dengan media agar pada cawan petri.
putih kering yang dihasilkan memenuhi Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu
persyaratan angka lempeng total isi 20-25 0C selama 5-7 hari. Sesudah 5 hari
kapsul obat tradisional tidak lebih dari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur
10. yang tumbuh, pengamatan terakhir pada
2. Uji angka kapang dan khamir ekstrak inkubasi 7 hari. Koloni ragi dibedakan
kering bawang putih (Allium sativum karena bentuknya bulat kecil-kecil putih
Linn) hampir menyerupai bakteri. Lempeng
Penetapan angka kapang dan khamir agar yang diamati dan didapatkan hasil
dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:
Tabel 3. Angka kapang dan khamir ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn)
Replikasi Angka kapang dan khamir Persyaratan
2
1. 6.10 104
2. 6.102 104
Hasil pengujian angka kapang dan 1) Uji nilai duga terdekat (MPN)
khamir dari ekstrak kering bawang putih Coliform
memenuhi persyaratan angka kapang dan Penetapan MPN Coliform
khamir isi kapsul obat tradisional yakni menggunakan metode dilusi dengan
tidak lebih dari 104. menggunakan pengencer NaCl 0,9 %
3. Uji mikroba patogen ekstrak kering dengan menggunakan tabung Durham.
bawang putih (Allium sativum Linn) Pada uji ini juga dibuat seri pengenceran
untuk uji perkiraan dan uji konfirmasi.
Seluruh tabung diikubasi pada suhu 37 BP agar. Setelah dibiarkan beberapa saat
0C selama 24–48 jam. Kemudian hingga inokulum terserap dalam media
dilakukan pengamatan terhadap kemudian inkubasi pada suhu 37 0C
pembentukan gas. Jumlah tabung yang selama 24-48 jam dengan posisi cawan
positif gas dicatat dan hasil pengamatan dibalik. Setelah 24 jam dipilih cawan
tersebut dirujuk pada tabel Nilai Duga dengan jumlah 30-300 koloni berwarna
Terdekat (NDT) atau Minimal Presumtif hitam mengkilap dan dikelilingi daerah
Number (MPN). Angka yang diperoleh jernih. Posisi koloni diberi tanda dan
dari tabel menyatakan jumlah bakteri inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam.
coliform dalam tiap-tiap gram contoh Seluruh koloni yang tumbuh selama
yang diuji. Hasil yang diperoleh nilai periode inkubasi dihitung kemudian
MPN Coliform ekstrak kering bawang dilakukan uji koagulase. Hasil yang
putih dari replikasi duplo adalah 0 atau diperoleh dalam ekstrak kering bawang
tidak terdeteksi, ini membuktikan bahwa putih adalah tidak terdeteksi adanya
dalam ekstrak kering bawang putih yang Staphylococcus aureus serta Staphylococcus
dihasilkan tidak mengandung bakteri epidermis. Ekstrak kering bawang putih
coliform. yang digunakan sebagai bahan isi kapsul
2) Uji Escherichia coli. telah memenuhi persyaratan yaitu tidak
Penetapan adanya Escherichia coli mengandung mikroba patogen dalam isi
merupakan lanjutan dari uji MPN kapsul obat tradisional (hasil uji mikroba
Coliform. Kemudian dilakukan patogen negatif).
pewarnaan Gram. Escherichia coli yang 4. Uji aflatoksin ekstrak kering bawang
merupakan bakteri gram negatif bentuk putih (Allium sativum Linn)
batang agak membulat. Setelah itu Dalam penetapan adanya cemaran
dilanjutkan dengan penetapan IMVIC aflatoxin yang dilakukan dengan metode
sebagai berikut: Uji Indol, Uji Methil KLT. Hasil uji (terlampir) yang diperoleh
merah, Uji Voges-Proskauer dan Uji dalam ekstrak kering bawang putih tidak
Citrate. Hasil yang diperoleh dalam terdeteksi adanya aflatoxin sehingga
ekstrak kering bawang putih adalah tidak memenuhi persyaratan jumlah aflatoksin
terdeteksi adanya Escherichia coli. isi kapsul obat tradisional tidak lebih dari
3) Uji Salmonella 30 bpj.
Penetapan adanya Salmonella 5. Uji kadar air ekstrak kering bawang putih
dilakukan dengan pembiakan cuplikan (Allium sativum Linn)
LB (Lactose Broth) pada media TBGB Penetapan kadar air dilakukan
(Tetrathionate Brilliant Green Broth) dan dengan cara destilasi. Prinsip dari metode
SCB (Selenit Cysteine Broth) kemudian ini terletak dalam destilasi dengan bahan
diinkubasikan pada permukaan BGA yang pelarut menguap yang tidak dapat
(Brilliant Green Agar) dan BSA (Bismuth bercampur dengan air, seperti toluen.
Sulfit Agar) dan diinkubasikan pada Pada saat proses destilasi toluen yang
suhu 37 0C selama 24 jam. Koloni yang menguap sebagai campuran azeotrop
tumbuh diamati dan diidentifikasi dan dengan air, akan pada pendingingan akan
kemudian dilakukan uji serologi. Hasil terpisah kembali, sehingga jumlah air
yang diperoleh dalam ekstrak kering yang terdestilasi terlihat dan dapat dicatat
bawang putih adalah tidak terdeteksi volumenya (Voight, 1994).
adanya Salmonella.
4) Uji Staphylococcus aureus. Kadar air ekstrak kering bawang putih
Penetapan adanya Staphylococcus aureus sebesar 1-2 %, nilai ini masih memenuhi
dilakukan dengan metode dilusi dengan persyaratan kadar air untuk isi kapsul obat
pengencer BPW (Blood Pepton Water) tradisional tidak lebih dari 10%.
yang kemudian dituangkan pada media
Tabel 4. Kadar air ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) dengan metode destilasi
Kadar air ekstrak kering
Replikasi Volume air
bawang putih
1. 0,1 ml 2%
2. 0,05 ml 1%
Tabel 5. Uji waktu hancur kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) 600 mg
Waktu hancur kapsul
Replikasi Persyaratan
bawang putih 600 mg
1. 12 menit 47 detik Kurang dari 15 menit
2. 13 menit 08 detik Kurang dari 15 menit
Hasil uji waktu hancur kapsul 2. Uji keseragaman bobot kapsul bawang
bawang putih 600 mg memenuhi putih (Allium sativum Linn)
persyaratan uji waktu hancur jika waktu Keseragaman bobot : Cara untuk
yang diperlukan untuk menghancurkan kapsul yang berisi obat kering. Timbang
kelima kapsul tersebut tidak lebih dari 15 10 kapsul. Timbang lagi kapsul satu-
menit .Uji waktu hancur ini persatu. Keluarkan isi semua kapsul dan
menggambarkan berapa lama kapsul bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan
hancur setelah diminum sehingga bisa dalam persen bobot isi tiap kapsul
segera diabsorbsi di dalam tubuh yang terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul
mengonsumsi. tidak boleh lebih dari yang ditetapkan
kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak
lebih dari yang ditetapkan kolom B.
Dari dua kali replikasi uji keseragaman dibuat memiliki dosis yang seragam dan
bobot kapsul bawang putih yang diteliti diasumsikan juga memiliki kendungan zat
diperoleh hasil bahwa kapsul yang dibuat aktif dengan kadar yang seragam pula,
telah memenuhi keseragaman bobot yang sehingga diharapkan dapat menimbulkan efek
dipersyaratkan untuk sediaan kapsul. Dengan terapi yang sama jika tiap kapsul tersebut
demikian bisa dinyatakan bahwa kapsul yang dikonsumsi oleh pasien.
Tabel 6. Uji keseragaman bobot kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) 600 mg