Anda di halaman 1dari 11

Journal of Pharmacy Vol. 2 No.

1 : 1 9-29
ISSN : 2302-7436

Optimasi Kapsul Bawang Putih (Allium sativum


Linn) sebagai Terapi Alternatif Pengobatan TBC

Optimization of Garlic capsule (Allium sativum Linn)


for TB Treatment Alternative

Novena Yety Lindawati1) Hartono2)


1, 2)
Akademi Farmasi Nasional Surakarta
1, 2)
Jln. Yos Sudarso 338 surakarta; novena_yl@yahoo.com

Intisari
Bawang putih (Allium sativum Linn) terbukti aktif terhadap
Mycobacterium tuberculosis. Senyawa alisin yang terkandung dalam
bawang putih (Allium sativum Linn) berfungsi sebagai antimikroba
spektrum luas yang mampu menghambat bakteri penyebab TBC.
Kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No: 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat
tradisional.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak bawang putih memiliki
khasiat sama dengan bawang puting lanang, pada dosis 240 µg/ml
medium (setara dengan 600 mg ekstrak bawang putih per kapsul)
memiliki potensi paling besar dalam menghambat pertumbuhan
Mycobacterium tuberculosis (diambil dari koloni biakan murni dari
kultur sputum pasien yang menderita TBC jenis BTA +2, kultur positif
9, resisten terhadap rifampisin) dibanding dosis 320 dan 400 µg/ml
media. Ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) memenuhi
persyaratan sebagai bahan isi kapsul obat tradisional, antara lain
angka lempeng total 1.5 (dipersyaratkan tidak lebih dari 10); angka
kapang dan khamir ekstrak bawang putih 6.102 (dipersyaratkan tidak
lebih dari 104); tidak mengandung mikroba patogen (tidak
terkontaminasi bakteri coliform, Eschericia coli, Salmonella sp, dan
Staphylococcus aureus); tidak terdeteksi adanya aflatoxin
(dipersyaratkan tidak lebih dari 30 bpj); kadar air rata-rata sebesar 1
sampai 2 % (dipersyaratkan tidak lebih dari 10 %).
Kapsul ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn)
memenuhi persyaratan farmasetika untuk sediaan kapsul obat
tradisional hasil uji waktu hancur kurang lebih 13 menit
(dipersyaratkan tidak lebih dari 15 menit) dan memenuhi
keseragaman bobot yang dipersyaratkan untuk sediaan kapsul.

Kata kunci: TBC, ekstrak kering bawang putih (Allium sativum


Linn), parameter kapsul obat tradisional

Abstract
Garlic (Allium Sativum Linn) proven inhibiting the Mycobacterium
tuberculosis propagation. Alisin compound which implied in garlic
(Allium Sativum Linn) functioning as wide spectrum antimikroba
capable to pursue Tuberkulosis cause by bacterium. Garlic Capsule
(Allium Sativum Linn) have to fulfill conditions as according to Decree
Of The Minister For Public Health of Republic Indonesia No:
661/MENKES/SK/VII/1994 about traditional medicines.

Volume 2 Issue 1 (2013) 19


Optimasi Kapsul Bawang Putih sebagai Terapi Alternatif Pengobatan TBC

The results shows that garlic extract with 240 µg/ml medium
(equivalent by 600 mg garlic extract per capsule) has better potency in
pursuing growth of Mycobacterium tuberculosis (taken a from pure
breeding colony from patient sputum culture which suffering
Tuberkulosis BTA type + 2, positive culture 9, resisten to rifampisin)
compared to 320 and 400 µg / ml media.Dry extract of garlic (Allium
Sativum Linn) fulfilling conditions upon which fill traditional drug
capsule, for example total plate number 1.5 (qualifying at the most
10); mould and khamir number 6x10 2 (qualifying at the most 104);
negative result of patogen bacteries such as coliform bacteries,
Eschericia Coli, Salmonella Sp, and Staphylococcus aureus; negatife
result of of aflatoxin (qualify at the most 30 bpj); total water content
equal to 1 - 2 % (qualifying at the most 10 %).
Dry garlic extract (Allium Sativum Linn) capsule fulfilling
conditions of pharmaceutical form of traditional capsule result
disintegration time less than 13 minute (qualify at the most 15 minute)
and fulfill uniformity of weight which qualify for the traditional capsule

Keywords: Tuberkulosis, dry garlic extract (Allium Sativum


Linn), traditional medicines capsule parameter

Pendahuluan

Penyakit tuberkulosis (TBC) Melihat perkembangan dan


merupakan penyakit yang mudah menular bahayanya penyakit TBC, peneliti bertujuan
dimana dalam tahun-tahun terakhir untuk mengembangkan bahan alam yang
memperlihatkan peningkatan dalam jumlah memiliki efek samping yang lebih ringan
kasus baru maupun jumlah angka kematian sebagai alternatif dan terapi pendukung untuk
yang disebabkan oleh TBC. Hasil Survey pengobatan. Ada berbagai bahan alam yang
Kesehatan Rumah Tangga pada tahun 1995 dapat digunakan untuk terapi tuberkulosis
menunjukan bahwa penyakit TBC antara lain; buah mengkudu, rimpang jahe
merupakan penyebab kematian nomor tiga gajah, bunga kembang sepatu, rimpang
setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit kunyit, rimpang temu putih, rimpang
saluran pernapasan pada semua kelompok lempuyang wangi, biji selasih, bawang merah,
umur, dan nomor satu dari golongan dan bawang putih. Dalam penelitian ini
penyakit infeksi. TBC belum dapat digunakan bawang putih (Allium sativum Linn)
diberantas, data dari WHO menyatakan yang terbukti aktif terhadap Mycobacterium
Indonesia sebagai negara ketiga didunia tuberculosis. Senyawa alisin yang terkandung
dalam hal banyaknya penderita TBC dalam bawang putih (Allium sativum Linn)
(Anonim, 2007). berfungsi sebagai antimikroba spektrum luas
Penyakit TBC tidak hanya merupakan yang mampu menghambat bakteri penyebab
persoalan individu tapi sudah merupakan TBC. Alisin memiliki mekanisme molekuler
persoalan masyarakat. Kesakitan dan untuk memblokade aktivitas enzim yang
kematian akibat TBC mempunyai menyebabkan infeksi dan gangguan
konsekuensi yang signifikan terhadap metabolisme, yakni enzim cysteine proteinase
permasalahan ekonomi baik individu, dan enzim alkohol dehidrogenase. Selain itu,
keluarga, masyarakat, perusahaan, dan negara. kandungan Scordinin (enzim dalam bawang
Beberapa faktor penyebab kegagalan dalam putih yang berfungsi untuk pembentukan
pengobatan penderita TBC antara lain karena tunas) diyakini dapat meningkatkan stamina
pengobatannya menggunakan banyak obat, dan kekebalan tubuh terhadap berbagai jenis
memakan waktu lama, dan beberapa faktor penyakit. Hal ini disebabkan kemampuan
lain, seperti biaya dan efek samping bawang putih dalam bergabung dengan
pengobatan. protein dan menguraikannya, sehingga

20 Volume 2 Issue 1 (2013)


Novena dan Hartono

protein tersebut mudah dicerna oleh tubuh evaporator hingga kental, penguapan
(Syamsiah dan Tajudin, 2003). dilanjutkan di oven pada suhu 50 0C sampai
Bawang putih memiliki aroma yang didapatkan ekstrak kering bawang putih
menyengat sehingga dibutuhkan suatu bentuk (Allium sativum Linn) yang memenuhi bobot
sediaan obat seperti kapsul untuk menutup konstan menurut Farmakope Indonesia edisi
aroma tersebut dan mempermudah bagi III (1979).
pasien penderita TBC untuk 2. Uji potensi antibakteri ektrak kering
mengonsumsinya. bawang putih (Allium sativum Linn)
Pembuatan ekstrak kering bawang terhadap Mycobacterium tuberculosis
putih (Allium sativum Linn) sebagai bahan dengan metode dilusi padat.
baku kapsul tidak menutup kemungkinan a. Pembuatan inokulum Mycobacterium
terjadinya pencemaran sehingga perlu tuberculosis: diambil koloni biakan
dilakukan serangkaian uji untuk mendapatkan murni dari kultur sputum pasien yang
kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) menderita TBC jenis BTA +2, kultur
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan positif 9, resisten terhadap rifampisin
Keputusan Menteri Kesehatan Republik kemudian diencerkan dengan larutan
Indonesia No: NaOH 4 % dalam perbandingan (1:2)
661/MENKES/SK/VII/1994 tentang b. Pengujian dan penentuan potensi
persyaratan obat tradisional meliputi uji kadar ekstrak kering bawang putih: disiapkan
air isi kapsul tidak boleh lebih dari 10 %, uji 8 media Lowenstein Jensen (LJ) yang
angka lempeng total tidak lebih dari 10, uji tidak mengandung larutan ekstrak kering
angka kapang dan khamir tidak lebih dari 104, bawang putih ataupun rifampisin sebagai
uji mikroba patogen negatif, dan uji kontrol negatif, 8 media LJ yang
aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj. Selain itu mengandung rifampisin 40 µg/ml
sediaan kapsul obat tradisional juga harus medium yang mewakili 100 mg/ kapsul, 8
memenuhi persyaratan meliputi uji waktu media LJ yang mengandung larutan
hancur kurang dari 15 menit, uji keseragaman ekstrak kering bawang putih 240 µg/ml
bobot kapsul. medium, 8 media LJ yang mengandung
Pembuatan kapsul bawang putih larutan ekstrak kering bawang putih
(Allium sativum Linn) yang poten terhadap 320µg/ml medium, dan 8 media LJ yang
Mycobacterium tuberculosis dan memenuhi mengandung larutan ekstrak kering
persyaratan obat tradisional yang berbentuk bawang putih 400µg/ml medium.
kapsul bisa digunakan sebagai terapi alternatif Sebelum dilakukan inokulasi, semua
pengobatan TBC. media LJ tersebut diuji terlebih dahulu
dengan menginkubasi media pada suhu
o
Metode Penelitian 37 C selama 1 minggu untuk melihat
kemungkinan terjadinya kontaminasi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Setelah media LJ tidak mengalami
adalah bawang putih (Allium sativum Linn) kontaminasi, selanjutnya diinokulasikan 1
yang kulitnya berwarna putih keunguan yang apusan dengan kapas lidi steril larutan
diperoleh dari pasar jongke, Pajang, bakteri. Inkubasi dilakukan selama 4-6
Surakarta. Bawang putih tersebut dibuat o
menjadi ekstrak kering sebagai isi kapsul. minggu pada suhu 37 C. Setelah 4-6
minggu, diamati pertumbuhan bakteri
A. Cara Kerja tersebut pada masing-masing media.
1. Pembuatan ekstrak kering bawang 3. Pengujian terhadap ekstrak kering
putih (Allium sativum Linn) bawang putih (Allium sativum Linn)
Sepuluh kilo bawang putih (Allium sebagai isi kapsul.
sativum Linn) dikupas kulit luarnya dan diiris a. Uji angka lempeng total ekstrak
kecil-kecil, dicampur dengan air 2 kali kering bawang putih: disiapkan 5
lipatnya, dihaluskan dengan blender tabung atau lebih yang masing-masing
selanjutnya disentrifus dengan kecepatan telah diisi dengan 9 ml pengecer NaCl 0,9
3000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang %. Dari hasil homogenasi pada penyiapan
diperoleh kemudian diuapkan dengan ekstrak kering bawang putih dipipet

Volume 2 Issue 1 (2013) 21


Optimasi Kapsul Bawang Putih sebagai Terapi Alternatif Pengobatan TBC

pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml ke dalam c. Uji mikroba patogen ekstrak kering


tabung yang berisi pengencer NaCl 0,9 % bawang putih: uji nilai duga terdekat
pertama hingga diperoleh pengenceran 10- (MPN) Coliform: Disiapkan 5 tabung atau
2 dan dikocok hingga homogen. Dibuat lebih yang masing-masing telah diisi
pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau dengan 9 ml pengencer NaCl 0,9 % hasil
sesuai dengan yang diperlukan. Dari setiap homogenisasi pada penyiapan ekstrak
pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan kering bawang putih dipipet pengenceran
petri dan dibuat duplo. Ke dalam tiap 10-1 sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang
cawan petri dituangkan 15–20 ml media berisi pengencer NaCl 0,9 % pertama
PCA (Plate Count Agar) (45±10). Segera hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan
cawan petri digoyang dan diputar dikocok hingga homogen. Dibuat
sedemikian rupa hingga suspensi terbesar pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau
merata. Untuk mengetahui sterilitas media sesuai dengan yang diperlukan (Anonim,
dan pengencer dibuat uji kontrol 1997; Hafid dan Kusumawati, 2001).
(blangko). Pada satu cawan hanya diisi 1 1) Uji Escherichia coli: dipilih biakan
ml pengencer dan media agar, dan pada positif pada uji MPN Coliform, 1 ml
cawan yang lain diisi pengencer dan dari masing-masing biakan tersebut
media. Setelah media memadat, cawan diinokulasikan ke dalam MBC (Mac
petri diinkubasi pada suhu 35 – 37 0C Conkey Broth) dan diinkubasi pada suhu
selama 24-48 jam dengan posisi terbalik, 37 0C selama 24-48 jam. Terbentuknya
jumlah koloni yang tumbuh diamati dan gas dalam tabung Durham
dihitung (Anonim, 1998; Hafid dan menunjukkan fekal Coliform positif,
Kusumawati, 2001). kemudian biakan digoreskan pada
b. Uji angka kapang dan khamir ekstrak media BGLB (Briliant Green Lactose Bile
kering bawang putih: disiapkan 3 buah Broth). Diinkubasi pada suhu 37 0C
tabung yang masing-masing diisi 9 ml selama 24 jam. Dipilih koloni hijau
ASA (Air Suling Agar). Dari hasil dengan kilap logam dan bintik biru
homogenisasi pada penyiapan ekstrak kehijauan ditengahnya dari BGLB,
kering bawang putih dipipet 1,0 ml digoreskan pada NA (Nutrien Agar)
pengenceran 10-1 ke dalam tabung ASA miring dan diinkubasikan pada suhu
pertama hingga diperoleh pengenceran 10- 37 0C selama 24 jam. Dilakukan
2 dan dikocok sampai homogen. Dibuat pewarnaan Gram Escherichia coli
pengenceran selanjutnya hingga 10-4. Dari merupakan bakteri gram negatif
masing-masing pengenceran dipipet 1,0 bentuk batang agak membulat.
ml, dituangkan pada permukaan PDA Dilanjutkan dengan penetapan IMVIC
(Potato Dextrose Agar), segera digoyang sebagai berikut. Uji Indol, Uji Metil
sambil diputar agar suspensi terbesar merah, uji Voges-Proskauer dan Uji
merata dan dibuat duplo. Untuk Citrate (Anonim, 1997; Hafid dan
mengetahui sterilitas media dan pengencer Kusumawati, 2001).
dilakukan uji blangko. Ke dalam satu 2) Uji Salmonella: Cuplikan dalam LB
cawan petri dituangkan media dan (Lactose Broth) dengan hasil
dibiarkan memadat, ke dalam cawan petri homogenisasi ekstrak kering bawang
lainnya dituangkan media dan pengencer, putih diinkubasi pada suhu 37 0C
kemudian dibiarkan memadat. Seluruh selama 18-24 jam. Dipipet masing-
cawan petri diinkubasi pada suhu 20-25 masing ml biakan LB ke dalam 50 ml
0C selama 5-7 hari. Sesudah 5 hari media TBGB (Tetrathionate Brilliant
inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang Green Broth) dan 50 ml SCB (Selenit
tumbuh, pengamatan terakhir pada Cysteine Broth) dan diinkubasi pada
inkubasi 7 hari. Koloni ragi dibedakan suhu 43 0C selama 24 jam. Dari
karena bentuknya bulat kecil-kecil putih masing-masing biakan TBGB dan SCB
hampir menyerupai bakteri. Lempeng agar diinokulasikan 1 sengkelit pada
yang diamati adalah lempeng yang permukaan BGA (Brilliant Green
terdapat 40-60 koloni jamur (Anonim, Agar) dan BSA (Bismuth Sulfit Agar)
1998; Hafid dan Kusumawati, 2001). dan diinkubasikan pada suhu 37 0C

22 Volume 2 Issue 1 (2013)


Novena dan Hartono

selama 24 jam. Koloni yang tumbuh e. Uji kadar air ektrak kering bawang
diamati dan diindentifikasikan dan putih : Penetapan kadar air dilakukan
kemudian dilakukan uji serologi dengan cara destilasi, 5 gram bahan uji
(Anonim, 1997; Hafid dan didestilasi dengan 200 ml toluen. Kadar
Kusumawati, 2001). air dalam % dan penetapan kadar air
3) Uji Staphylococcus aureus: dilakukan secara duplo untuk setiap
Disiapkan 3 buah tabung yang pengamatan. (Anonim, 1979; Hafid dan
masing-masing telah diisi dengan 9 ml Kusumawati, 2001).
BPW (Blood Pepton Water). Dari hasil 4. Pembuatan kapsul bawang putih
homogenisasi pada penyiapan ekstrak (Allium sativum Linn)
kering bawang putih 10-1 sebayak 1 ml Dari hasil uji potensi antibakteri ekstrak
ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml kering bawang putih terhadap
BPW hingga diperoleh pengenceran Mycobacterium tuberculosis, ekstrak yang
10-2, dikocok. Dipipet 1 ml ke dalam paling aktif (poten) dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berisi 9 ml BPW hingga cangkang kapsul yang sesuai.
diperoleh pengenceran 10-3. Dari 5. Pengujian terhadap kapsul bawang
masing-masing pengenceran dipipet putih (Allium sativum Linn)
0,25 ml, dituangkan pada permukaan a. Uji waktu hancur kapsul bawang
BP (Blood Plate) agar, disebar ratakan putih: uji waktu hancur yang dilakukan
menggunakan batang kelas bengkok terhadap kapsul sama dengan uji waktu
dan dibuat duplo. Dibiarkan beberapa hancur tablet menurut Farmakope
saat hingga inokulum terserap dalam Indonesia edisi III (1979). Pengujian
media. Diinkubasi pada suhu 37 0C waktu hancur dilakukan secara duplo
selama 24-48 jam dengan posisi cawan untuk setiap pengamatan.
dibalik. Setelah 24 jam dipilih cawan b. Uji keseragaman bobot kapsul
dengan jumlah 30-300 koloni bawang putih: uji keseragaman bobot
berwarna hitam mengkilap dan kapsul dilakukan terhadap kapsul sama
dikelilingi daerah jernih. Posisi koloni dengan uji waktu hancur tablet menurut
diberi tanda dan diinkubasi dilanjutkan Farmakope Indonesia edisi III (1979).
hingga 48 jam. Seluruh koloni yang Uji dilakukan secara duplo.
tumbuh selama periode inkubasi
dihitung kemudian dilakukan uji B. Teknik dan Analisis Hasil
koagulase (Anonim, 1997; Hafid dan Banyaknya pertumbuhan Mycobacterium
Kusumawati, 2001). tuberculosis dalam media yang telah
d. Uji aflatoksin ekstrak kering bawang mengandung ekstrak kering bawang putih
putih: Timbang seksama sejumlah sampel (Allium sativum Linn) yang mewakili dosis 600
serbuk bawang putih, ekstraksi mg, 800 mg, dan 1000 mg dalam tiap kapsul
menggunakan 2 ml kloroform dengan memperlihatkan potensi daya antimikroba
cara di vortex, kemudian disaring. Filtrat ekstrak tersebut. Pertumbuhan Mycobacterium
pertama disisihkan, residu diekstraksi dua tuberculosis dibaca dengan cara sebagai berikut:
kali kembali dengan 2 ml kloroform negatif bila tidak ada pertumbuhan,
menggunakan vortex, disaring sehingga disebutkan jumlah koloninya bila 1-5, positif
diperoleh filtrat 2 dan filtrat 3. Gabungan 6 bila jumlah koloni 6-25, positif 7 bila
filtrat 1, 2, dan 3 dievaporasikan sampai jumlah koloni 26-100, positif 8 bila jumlah
terbentuk ekstrak kental. Larutkan ekstrak koloni > 100, positif 9 bila pertumbuhan
kental yang diperoleh dengan kloroform koloni menutupi seluruh permukaan
sampai volume 50µl. Totolkan 5µl larutan medium. Cara menentukan Mycobacterium
sampel pada lempeng silika gel GF 254 tuberculosis resisten atau sensitif terhadap
kemudian eluasi dengan fase gerak media LJ yang mengandung ekstrak kering
Kloroform-metanol 98:2 dengan baku bawang putih (Allium sativum Linn): sensitif
pembanding Aflatoxin B1. Amati Rf dari bila tidak ada pertumbuhan dan atau ada
sampel dan baku standar aflatoxin B1 pertumbuhan dengan selisih > 1 dengan
(Lembar kerja Uji Kimia LPPT-UGM, medium kontrol dan resisten bila ada
2008).

Volume 2 Issue 1 (2013) 23


Optimasi Kapsul Bawang Putih sebagai Terapi Alternatif Pengobatan TBC

pertumbuhan = kontrol dan atau menggunakan oven pada suhu 50 0C sampai


pertumbuhan selisih satu dengankontrol. didapatkan ekstrak kering bawang putih
sampai diperoleh bobot konstan.
Hasil dan Pembahasan Diperoleh ekstrak kering bawang putih
A. Pembuatan Ekstrak Kering bawang sebesar 740 gram (rendemen 7,4 % b/b dari
putih bawang basah). Suhu penguapan ekstrak
Pada penelitian ini simplisia yang basah ditetapkan 50 0C dimaksudkan untuk
dipilih adalah bawang putih dengan kulit menghindari kerusakan kandungan kimia dari
berwarna putih keunguan diperoleh dari bawang putih.
pasar jongke, Pajang, Surakarta. Bawang Ekstrak kering yang diperoleh
putih yang dipilih adalah bawang putih berupa bongkahan kasar, berukuran besar
dengan kulit berwarna putih keunguan karena (menggumpal menjadi seperti kerikil kecil),
dinyatakan bahwa jenis ini memiliki potensi berwarna kuning kecoklatan dengan bau khas
sebagai daya anti mikroba terhadap bawang putih. Karena bentuknya yang besar
Mycobacterium tuberculosis (Syamsiah dan dan tidak seragam, maka dilakukan
Tajudin, 2003). pengecilan ukuran partikel menggunakan
Dalam pembuatan ekstrak kering mortir dan stamper sehingga diperoleh
bawang putih digunakan sepuluh kilo bawang ekstrak kering bawang putih dalam bentuk
putih yang telah dikupas kulit luarnya dan serbuk halus.
diiris kecil-kecil, dicampur dengan air
sebanyak 2 kali lipat berat bawang putih, B. Uji potensi antibakteri ektrak kering
dihaluskan dengan blender. Hasil bawang putih (Allium sativum Linn)
penghalusan dengan blender disaring dengan terhadapMycobacterium tuberculosis
penyaring kasa terlebih dahulu untuk dengan metode dilusi padat.
selanjutnya disentrifus dengan kecepatan Uji potensi antibakteri ekstrak kering
3000 rpm selama 15 menit sehingga bisa bawang putih dilakukan terhadap
dipisahkan supernatan dari ampasnya. Mycobacterium tuberculosis yang diperoleh dari
Supernatan yang diperoleh sebanyak 10.000 koloni biakan murni dari kultur sputum
ml, dipisahkan, kemudian diuapkan dengan pasien yang menderita TBC jenis BTA +2,
evaporator hingga kental. Ekstrak kental kultur positif 9. Diperoleh hasil sebagai
bawang putih selanjutnya dikeringkan berikut:

Tabel 1. Uji potensi antibakteri ekstrak kering bawang putih terhadap Mycobacterium tuberculosis

Kadar Ekstrak bawang putih Rifampisin


Kontrol
Replikasi (µg/ml medium) (µg/ml medium)
negatif
240 320 400 40
- +9 +6 +9 +8
1.
2. +7 - +8 +8 +8
3. - +7 +9 +8 +9
4. - +6 +6 +9 +9
5. - +9 +8 +9 +9
6. - - +7 +7 +9
7. - - +7 +8 +9
8. - +8 +8 +9 +8

Dari hasil uji potensi antibakteri rifampisin 40µg/ ml medium (setara dengan
ekstrak kering bawang putih terhadap 100 mg rifampisin per kapsul). Dari 8 plate
Mycobacterium tuberculosis diketahui bahwa replikasi uji potensi anti bakteri, hanya 1 plate
ektrak bawang putih dengan dosis 240 µg/ yang mengalami pertumbuhan 26 – 100
ml medium (setara dengan 600 mg ekstrak koloni, dan diduga hal tersebut terjadi karena
bawang putih per kapsul) memiliki potensi human error.
menghambat pertumbuhan Mycobacterium Pada kadar yang lebih tinggi (300µg/ ml
tuberculosis, bahkan lebih sensitif daripada media dan 400µg/ml media) justru tidak

24 Volume 2 Issue 1 (2013)


Novena dan Hartono

sensitif terhadap Mycobacterium tuberculosis, medium, atau setara dengan 600 mg ekstrak
semakin tinggi kadarnya justru semakin kering bawang putih per kapsul.
resisten, diduga terdapat senyawa lain yang
ikut larut di dalam eksrak yang justru menjadi C. Pengujian terhadap ekstrak kering
mendukung perkembangbiakan bakteri bawang putih (Allium sativum Linn)
Mycobacterium tuberculosis. Perlu dilakukan sebagai isi kapsul.
penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi 1. Uji angka lempeng total ekstrak kering
senyawa aktif dari bawang putih yang bawang putih (Allium sativum Linn)
berperan sebagai anti tubercolusis karena Penetapan angka lempeng total
pada penelitian ini, baru sampai tahap awal dilakukan dengan metode dilusi dengan
yakni mengambil fase larut air dari bawang menggunakan media agar dan pengencer
putih, dimana dimungkinkan masih sangat NaCl 0,9 %. Setelah media memadat,
banyak bahan non aktif yang ikut tersari dan cawan petri diikubasi pada suhu 35 – 37
tercampur dalam ekstrak yang dihasilkan. 0C selama 24–48 jam dengan posisi

Dari uji ini, ditetapkan kadar ekstrak kering terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh
bawang putih yang paling poten sebagai anti sebagai berikut:
Mycobacterium tuberculosis adalah 240µg/ ml

Tabel 2. Angka lempeng total ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn)
Replikasi Angka Lempeng Total Persyaratan
1. 2 10
2. 1 10

Hasil pengujian angka lempeng total dilusi dengan pengencer NaCl 0,9 %
menunjukkan bahwa ekstrak bawang dengan media agar pada cawan petri.
putih kering yang dihasilkan memenuhi Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu
persyaratan angka lempeng total isi 20-25 0C selama 5-7 hari. Sesudah 5 hari
kapsul obat tradisional tidak lebih dari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur
10. yang tumbuh, pengamatan terakhir pada
2. Uji angka kapang dan khamir ekstrak inkubasi 7 hari. Koloni ragi dibedakan
kering bawang putih (Allium sativum karena bentuknya bulat kecil-kecil putih
Linn) hampir menyerupai bakteri. Lempeng
Penetapan angka kapang dan khamir agar yang diamati dan didapatkan hasil
dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:

Tabel 3. Angka kapang dan khamir ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn)
Replikasi Angka kapang dan khamir Persyaratan
2
1. 6.10 104
2. 6.102 104

Hasil pengujian angka kapang dan 1) Uji nilai duga terdekat (MPN)
khamir dari ekstrak kering bawang putih Coliform
memenuhi persyaratan angka kapang dan Penetapan MPN Coliform
khamir isi kapsul obat tradisional yakni menggunakan metode dilusi dengan
tidak lebih dari 104. menggunakan pengencer NaCl 0,9 %
3. Uji mikroba patogen ekstrak kering dengan menggunakan tabung Durham.
bawang putih (Allium sativum Linn) Pada uji ini juga dibuat seri pengenceran
untuk uji perkiraan dan uji konfirmasi.

Volume 2 Issue 1 (2013) 25


Optimasi Kapsul Bawang Putih sebagai Terapi Alternatif Pengobatan TBC

Seluruh tabung diikubasi pada suhu 37 BP agar. Setelah dibiarkan beberapa saat
0C selama 24–48 jam. Kemudian hingga inokulum terserap dalam media
dilakukan pengamatan terhadap kemudian inkubasi pada suhu 37 0C
pembentukan gas. Jumlah tabung yang selama 24-48 jam dengan posisi cawan
positif gas dicatat dan hasil pengamatan dibalik. Setelah 24 jam dipilih cawan
tersebut dirujuk pada tabel Nilai Duga dengan jumlah 30-300 koloni berwarna
Terdekat (NDT) atau Minimal Presumtif hitam mengkilap dan dikelilingi daerah
Number (MPN). Angka yang diperoleh jernih. Posisi koloni diberi tanda dan
dari tabel menyatakan jumlah bakteri inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam.
coliform dalam tiap-tiap gram contoh Seluruh koloni yang tumbuh selama
yang diuji. Hasil yang diperoleh nilai periode inkubasi dihitung kemudian
MPN Coliform ekstrak kering bawang dilakukan uji koagulase. Hasil yang
putih dari replikasi duplo adalah 0 atau diperoleh dalam ekstrak kering bawang
tidak terdeteksi, ini membuktikan bahwa putih adalah tidak terdeteksi adanya
dalam ekstrak kering bawang putih yang Staphylococcus aureus serta Staphylococcus
dihasilkan tidak mengandung bakteri epidermis. Ekstrak kering bawang putih
coliform. yang digunakan sebagai bahan isi kapsul
2) Uji Escherichia coli. telah memenuhi persyaratan yaitu tidak
Penetapan adanya Escherichia coli mengandung mikroba patogen dalam isi
merupakan lanjutan dari uji MPN kapsul obat tradisional (hasil uji mikroba
Coliform. Kemudian dilakukan patogen negatif).
pewarnaan Gram. Escherichia coli yang 4. Uji aflatoksin ekstrak kering bawang
merupakan bakteri gram negatif bentuk putih (Allium sativum Linn)
batang agak membulat. Setelah itu Dalam penetapan adanya cemaran
dilanjutkan dengan penetapan IMVIC aflatoxin yang dilakukan dengan metode
sebagai berikut: Uji Indol, Uji Methil KLT. Hasil uji (terlampir) yang diperoleh
merah, Uji Voges-Proskauer dan Uji dalam ekstrak kering bawang putih tidak
Citrate. Hasil yang diperoleh dalam terdeteksi adanya aflatoxin sehingga
ekstrak kering bawang putih adalah tidak memenuhi persyaratan jumlah aflatoksin
terdeteksi adanya Escherichia coli. isi kapsul obat tradisional tidak lebih dari
3) Uji Salmonella 30 bpj.
Penetapan adanya Salmonella 5. Uji kadar air ekstrak kering bawang putih
dilakukan dengan pembiakan cuplikan (Allium sativum Linn)
LB (Lactose Broth) pada media TBGB Penetapan kadar air dilakukan
(Tetrathionate Brilliant Green Broth) dan dengan cara destilasi. Prinsip dari metode
SCB (Selenit Cysteine Broth) kemudian ini terletak dalam destilasi dengan bahan
diinkubasikan pada permukaan BGA yang pelarut menguap yang tidak dapat
(Brilliant Green Agar) dan BSA (Bismuth bercampur dengan air, seperti toluen.
Sulfit Agar) dan diinkubasikan pada Pada saat proses destilasi toluen yang
suhu 37 0C selama 24 jam. Koloni yang menguap sebagai campuran azeotrop
tumbuh diamati dan diidentifikasi dan dengan air, akan pada pendingingan akan
kemudian dilakukan uji serologi. Hasil terpisah kembali, sehingga jumlah air
yang diperoleh dalam ekstrak kering yang terdestilasi terlihat dan dapat dicatat
bawang putih adalah tidak terdeteksi volumenya (Voight, 1994).
adanya Salmonella.
4) Uji Staphylococcus aureus. Kadar air ekstrak kering bawang putih
Penetapan adanya Staphylococcus aureus sebesar 1-2 %, nilai ini masih memenuhi
dilakukan dengan metode dilusi dengan persyaratan kadar air untuk isi kapsul obat
pengencer BPW (Blood Pepton Water) tradisional tidak lebih dari 10%.
yang kemudian dituangkan pada media

26 Volume 2 Issue 1 (2013)


Novena dan Hartono

Tabel 4. Kadar air ekstrak kering bawang putih (Allium sativum Linn) dengan metode destilasi
Kadar air ekstrak kering
Replikasi Volume air
bawang putih
1. 0,1 ml 2%
2. 0,05 ml 1%

jenis kapsul keras, terbuat dari gelatin dengan


D. Pembuatan dan Pengujian kapsul ukuran kapsul O. Pengujian terhadap sediaan
ekstrak kering bawang putih (Allium kapsul obat tradisional meliputi uji
sativum Linn) keseragaman bobot dan waktu hancur.
Penelitian ini memperlihatkan
Mycobacterium tuberculosis uji yang digunakan 1. Uji waktu hancur kapsul bawang putih
bersifat sensitif terhadap ekstrak kering (Allium sativum Linn) 600 mg.
bawang putih dengan kadar 240 µg/ml Uji waktu hancur yang dilakukan
medium. Kadar tersebut mewakili sediaan terhadap kapsul sama dengan uji waktu
kapsul yang berisi 600 mg ekstrak kering hancur tablet menurut Farmakope
bawang putih tiap kapsul. Sediaan kapsul Indonesia edisi III (1979). Hasil uji waktu
ekstrak bawang putih yang dibuat adalah 600 hancur kapsul bawang putih 600 mg
mg tiap kapsul dengan alat pengisi kapsul sebagai berikut:
sederhana. Bahan kapsul yang digunakan

Tabel 5. Uji waktu hancur kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) 600 mg
Waktu hancur kapsul
Replikasi Persyaratan
bawang putih 600 mg
1. 12 menit 47 detik Kurang dari 15 menit
2. 13 menit 08 detik Kurang dari 15 menit

Hasil uji waktu hancur kapsul 2. Uji keseragaman bobot kapsul bawang
bawang putih 600 mg memenuhi putih (Allium sativum Linn)
persyaratan uji waktu hancur jika waktu Keseragaman bobot : Cara untuk
yang diperlukan untuk menghancurkan kapsul yang berisi obat kering. Timbang
kelima kapsul tersebut tidak lebih dari 15 10 kapsul. Timbang lagi kapsul satu-
menit .Uji waktu hancur ini persatu. Keluarkan isi semua kapsul dan
menggambarkan berapa lama kapsul bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan
hancur setelah diminum sehingga bisa dalam persen bobot isi tiap kapsul
segera diabsorbsi di dalam tubuh yang terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul
mengonsumsi. tidak boleh lebih dari yang ditetapkan
kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak
lebih dari yang ditetapkan kolom B.

Perbedaan bobot isi kapsul (%)


Bobot rata-rata isi kapsul
A B
120 mg atau lebih ± 10 % ± 20 %
Lebih dari 120 mg ± 7.5 % ± 15 %

Dari dua kali replikasi uji keseragaman dibuat memiliki dosis yang seragam dan
bobot kapsul bawang putih yang diteliti diasumsikan juga memiliki kendungan zat
diperoleh hasil bahwa kapsul yang dibuat aktif dengan kadar yang seragam pula,
telah memenuhi keseragaman bobot yang sehingga diharapkan dapat menimbulkan efek
dipersyaratkan untuk sediaan kapsul. Dengan terapi yang sama jika tiap kapsul tersebut
demikian bisa dinyatakan bahwa kapsul yang dikonsumsi oleh pasien.

Volume 2 Issue 1 (2013) 27


Optimasi Kapsul Bawang Putih sebagai Terapi Alternatif Pengobatan TBC

Tabel 6. Uji keseragaman bobot kapsul bawang putih (Allium sativum Linn) 600 mg

BERAT KAPSUL (g) BERAT CANGKANG (g) ISI KAPSUL (g)


NO. Replikasi Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 1 Replikasi 2
1
1. 0.6949 0.6941 0.1273 0.1177 0.5676 0.5764
2. 0.7443 0.7237 0.1230 0.1202 0.6213 0.6035
3. 0.7140 0.7258 0.1309 0.1175 0.5831 0.6083
4. 0.6976 0.7393 0.1227 0.1243 0.5749 0.6154
5. 0.7368 0.6964 0.1269 0.1259 0.6099 0.5705
6. 0.7305 0.7252 0.1267 0.1239 0.6038 .06013
7. 0.7303 0.7621 0.1208 0.1250 0.6095 0.6371
8. 0.7057 0.6900 0.1246 0.1260 0.5811 0.5640
9. 0.7321 0.7037 0.1163 0.1229 0.6158 0.5808
10 0.7257 0.7149 0.1176 0.1241 0.6081 0.5908
BERAT 7.2119 7.1755 1.2368 1.2274 5.9751 5.9481
TOTAL
REPLIKASI 1 REPLIKASI 2
Berat rata-rata isi kapsul Berat rata-rata isi kapsul
5.9751 5.9481
10 0.5975 gram 10 0.5948 gram

Kapsul lolos syarat kolom A Kapsul lolos syarat kolom A

0.5527 X 0.6423 0.5502 X 0.6394


Kapsul lolos syarat kolom B Kapsul lolos syarat kolom B

0.5079 X 0.6871 0.4989 X 0.6907

Kesimpulan dan Saran  bahan isi kapsul telah memenuhi


persyaratan yaitu tidak mengandung
A. KESIMPULAN
mikroba patogen dalam isi kapsul
1. Ekstrak bawang putih dengan dosis 240
obat tradisional (tidak terkontaminasi
µg/ ml medium (setara dengan 600 mg
bakteri coliform, Eschericia coli,
ekstrak bawang putih per kapsul)
Salmonella sp, dan Staphylococcus aureus)
memiliki potensi paling besar.
 pada bahan isi kapsul tidak terdeteksi
2. Ekstrak kering bawang putih (Allium
adanya aflatoxin sehingga memenuhi
sativum Linn) memenuhi persyaratan
persyaratan jumlah aflatoksin isi
sebagai bahan isi kapsul obat tradisional:
kapsul obat tradisional tidak lebih
 angka lempeng total ekstrak bawang
dari 30 bpj
putih 1.5, memenuhi persyaratan
 kadar air rata-rata ektrak kering
angka lempeng total isi kapsul obat
bawang putih (Allium sativum Linn)
tradisional tidak lebih dari 10
sebesar 1-2 %, memenuhi
 angka kapang dan khamir ekstrak
persyaratan kadar air untuk isi kapsul
bawang putih 6.102, memenuhi
obat tradisional tidak lebih dari 10 %
persyaratan angka kapang dan
3. Kapsul ekstrak kering bawang putih
khamir isi kapsul obat tradisional
(Allium sativum Linn) memenuhi
yakni tidak lebih dari 104
persyaratan farmasetika untuk sediaan
kapsul obat tradisional

28 Volume 2 Issue 1 (2013)


Novena dan Hartono

 hasil uji waktu hancur kapsul bawang Direktorat Jenderal Pengawasan


putih (Allium sativum Linn) 600 mg Obat dan Makanan, Jakarta.
adalah kurang lebih 13 menit, Anonim, 1998, Metode Analisis 97/98, 158-
memenuhi persyaratan uji waktu 160, 184-185, Direktorat Jenderal
hancur yakni tidak lebih dari 15 Pengawasan Obat dan Makanan,
menit Jakarta.
 bobot kapsul bawang putih yang Anonim, 2000, Standard Operating Prosedur
diteliti memenuhi keseragaman (SOP) in Microbiology, 72-89, 140-147,
bobot yang dipersyaratkan untuk Departemen Kesehatan Republik
sediaan kapsul Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2005, TBC (Tuberculosis),
B. SARAN PUSTEKKOM, http://www.e-
1. Perlu dilakukan isolasi atau fraksinasi dukasi.net/pengpop/pp_full.php?pp
senyawa aktif yang terkandung dalam id=249&fname=all.htm.
bawang putih yang paling berperan Anonim, 2007, Program Penanggulangan TBC,
sebagai anti tubercolusis Pusat Kesehatan Kerja Departemen
2. Perlu dilanjutkan menuju uji klinis Kesehatan Republik Indonesia,
kapsul bawang putih 600 mg sebagai http://www-20%tbc-
anti TBC. %20Departemen%20Kesehatan,%In
donesia.htm.
Ucapan Terima Kasih Hafid, A. F., dan Kusumawati, I., 2001,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Penetapan Parameter Standar
Propinsi Jawa Tengah yang telah mensupport Ekstrak Etanol Temulawak Sebagai
penelitian bawang putih biasa sebagai terapi Bahan Baku Kapsul temulawak,
alternatif TBC. Jurnal Penelitian Medika Eksakta, 2,
146-161.
Daftar Pustaka Lay, B., W., 1994, Analisis Mikroba di
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Laboratorium, Edisi I, 10-15, PT. Raja
5-8, 807, 815, Departemen Grafindo Persada, Jakarta.
Kesehatan Republik Indonesia, Roser, D., 1991, Garlic for Health,
Jakarta. diterjemahkan oleh Djaja Surja
Anonim, 1993, Dasar-dasar Pemeriksaan Atmadja, 66-67, PT. Bumi Aksara,
Mikrobiologi, 27-29, Bagian Jakarta.
Mikrobiologi, Fakultas Farmasi Syamsiah, I. S., dan Tajudin, 2003, Khasiat &
UGM, Yogyakarta. Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik
Anonim, 1994, Persyaratan Obat Tradisional, Alami, Terbitan Keenam, 1-2,11-14,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik 28-59, AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Indonesia No. Thomas, A. N. S., 1989, Tanaman Obat
661/MENKES/SK/VII/19994, Tradisional, 53, Kanisius, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Voigt, R., 1994, Lehrbuch Der Pharmazeutischen
Indonesia, Jakarta. Technologie, 379, Gadjah Mada
Anonim, 1997, Metode Analisis 91/92, 144- University Press, Yogyakarta
145, 161-162, 163-164, 214-215,

Volume 2 Issue 1 (2013) 29

Anda mungkin juga menyukai