Anda di halaman 1dari 8

CHECKLIST STARD 2015

TITLE AND ABSTRACT

1. Terdapat terminologi “diagnostic accuracy” yang mengarahkan pada jurnal diagnostik


pada judul jurnal. Meskipun tidak terdapat terminologi seperti sensitivity, specificity,
predictive values, or AUC.

ABSTRACT

2. Study design : case-control study; ada pada metode karena menggunakan 61 pasien
DCM (grup 1) dan 139 pasien dengan fungsi jantung normal dengan indikasi coronary
angiography (grup 2, control).
Method : ada peserta dan cara kerja dari MDCT
Results : tiap grup (grup 1 & 2) memiliki nilai sensitivitas, spesifitas, dan nilai duga
berbeda-beda pada pemeriksaan menggunakan MDCT
Conclusion : MDCT terbukti layak, aman, dan akurt dalam mengidentifikasi idiopatik dan
iskemik DCM, dan dapat digunakan sebagai alternatif untuk angiografi koroner.

INTRODUCTION

3. Pada penelitian sebelumnya, biasanya menggunakan ICA (menghilangkan adanya CAD


pada pasien) untuk mendeteksi DCM pada pasien yang memiliki kekurangan seperti
prosedurnya yang mahal, dan perna ditemukan kasus kematian akibat penggunaannya.
Dan berbeda dengan MDCT (mendeteksi adanya lesi koroner seperti stenosis) yang lebih
layak dan akurat dibanding ICA.
4. Tujuan penelitian pada jurnal tersebut adalah untuk melihat kelayakan, keamanan, dan
akurasi diagnostik MDCT dibanding ICA pada pasien DCM dengan etiologi yang belum
jelas.

METHOD

Study design

5. prospective study : karena dari data pasien yang didapatkan dari rumah sakit, peneliti
masih melakukan kriteria eksklusi untuk mengeluarkan pasien yang tidak sesuai kriteria
sejumlah 28 kasus tidak masuk kedalam studi. (-)

Participants

6. Data pasien yang didapatkan dari rumah sakit dilakukan kriteria eksklusi untuk
mengeluarkan pasien yang tidak sesuai kriteria seperti perna diperiksa ICA sebelumnya,
kontraindikasi pada agen iodin, riwayat CAD, gagal ginjal, dan BMI dan didapatkan
sejumlah 28 kasus tidak masuk kedalam studi.
7. Ada tabel yang menunjukkan gejala yang mengindentifikasikan subjek yang memenuhi
kriteria studi.
8. Menjelaskan setting penelitian : waktu penelitian, waktu perawatan pasien, namun tidak
didapatkan adanya lokasi penelitian dan mekanisme rujukan.
9. Cara sampling pada data penelitian didapatkan secara consecutive untuk tiap grup (grup
1 dan 2) dari rumah sakit.
Test methods

10a. Index test atau test yang dilakukan berupa MDCT image analysis dan ICA

10b. Terdapat detail prosedur dari preanalitik (persisapan pasien dan pemeriksaan) berupa
pemberian protokol beta blocker 15 menit sebelum MCDT utk grup 1 dan pemberian
metaprolol secara intravena 15 menit sebelum scan, dan analitik (proses pemeriksaan)
menggunakan protokol scan dan gambaran rekonstruksi dengan MDCT dan ICA, namun
tidak dijelaskan secara jelas prosedur post analitik.

11. Terdapat adanya reference standard atau pemeriksaan lain yang dapat memperkuat
hasil diagnosis berdasarkan rasionalisasi pemilihan reference standard yang dilakukan
oleh 2 pembaca yang tidak memiliki ilmu tentang ICA dan MDCT

12a. Klasifikasi hasil pemeriksaan index test & reference standard dapat berupa kategori
positif, negatif, indeterminate. Pada jurnal ini ditunjukkan dengan ukuran dari lumen
arteri pada pemeriksaan MDCT dan lumen stenosis yang terjadi pada pemeriksaan ICA.

12b. Klasifikasi hasil pemeriksaan index test & reference standard dapat berupa kategori
positif, negatif, indeterminate. Pada jurnal ini ditunjukkan dengan ukuran dari lumen
arteri pada pemeriksaan MDCT dan lumen stenosis yang terjadi pada pemeriksaan ICA.
(-)

13a. Pada jurnal ini, peneliti melakukan interobservasi yang menggunakan parameter berupa
CI 95%

13b. Pada jurnal ini, peneliti melakukan interobservasi yang menggunakan parameter
berupa CI 95%

Analysis

14. Terdapat beebrapa penghitungan yang dapat membantu menentukan diagnosis secara
akurat seperti metode segmental, t test, dan k test untuk menguji data dan
pemeriksaan.
15. Hasil yang meragukan atau yang tidak disetujui karena tidak termasuk dalam kelompok
positif atau negatif diselesaikan dengan cara konsensus.
16. Setelah diperhatikan, jumlah sampel mulai awal penelitian dan jumlah sampel yang
disertakan dalam analisis ada yang dieksklusikan, karena tidak sesuai dengan kriteria
yang dapat menimbulkan bias.
17. Terdapat analisis adanya variasi hasil penelitian, dan akurasi berupa hasil analisis
subgroup (NDP, NDN)

18. Terdapat perhitungan jumlah sampel yang memperhitungkan error dan power

RESULTS

19. Tidak ada flow diagram


20. Adanya karakteristik klinis subyek penelitian namun tidak ditemukan karakter
demografinya
21a. Tidak terdapat adanya spektrum penyakit yang bisa mengubah sensitivitas, spesifitas,
hasil positif, maupun hasil negatif

21b. Tidak terdapat adanya spektrum penyakit yang bisa mengubah sensitivitas, spesifitas,
hasil positif, maupun hasil negatif

22. Tidak ada perubahan waktu yang dapat menjadikan bias


23. Ada cross tabulation yang melaporkan seluruh hasil, meski di jurnal ini hanya
menampilkan tabel lain (sudah dlm bentuk kalkulasi performa diagnostik; tabel
sensitivitas, spesifitas)
24. Tidak disajikan hasil presisi menggunakan CI 95%
25. Ada adverse event yang menunjukkan aspek feasibiliti dan keamanan

DISCUSSION

26. Terdapat adanya limitation dari jurnal tersebut, dan menjelaskan keterbatasan
penelitian, generalisibility hasil penelitian
27. Ada aplikasi hasil penelitian dengan mempertimbangkan diagnosis, skrining, dan
pemeriksaan dengan alat sebelumnya

OTHERS

28. Tidak terdapat registerasi protokol penelitian


29. Tidak terdapat adanya lampiran atau protokol tambahan tentang penelitian
30. Tidak terdapat adanya penjelasan funding dari jurnal tersebut
RINGKASAN JURNAL

Latar belakang

Multidetector computed tomography adalah alat non-invasif yang tepat untuk mendeteksi
penyakit arteri koroner (CAD), terutama pada pasien dengan probabilitas penyakit yang rendah,
seperti pasien dengan DCM yang tidak diketahui asalnya atau etiologinya.

Kardiomiopati dilatasi (DCM) ditandai dengan pembesaran jantung dan gangguan fungsi
sistolik pada satu atau kedua ventrikel. Angiografi koroner invasif konvensional (ICA) sering
dilakukan pada pasien dengan DCM untuk menghilangkan diagnosis adanya penyakit arteri koroner
(CAD). Meskipun risiko ICA kecil, komplikasi serius mungkin masih terjadi, dan ditemukan mortalitas
sebesar 0,1%. Selain itu, pemeriksaan menggunakan ICA cenderung tidak nyaman untuk pasien, dan
butuh keterampilan teknis dan perawatan lanjutan yang harus rutin, dan merupakan prosedur yang
mahal. Oleh karena itu, ICA konvensional harus dibatasi pada pasien dengan intervensi koroner
perkutan atau bedah revaskularisasi.

Penelitian terbaru dengan MDCT 16-detektor telah menunjukkan akurasi diagnostik yang
baik untuk deteksi stenosis yang signifikan, memiliki tingkat kelayakan yang tinggi, sensitivitas, dan
nilai prediktif negatif. Oleh karena itu, MDCT dapat menjadi alat non-invasif yang sesuai untuk
deteksi CAD, terutama pada pasien dengan probabilitas rendah. Oleh karena itu, peneliti berusaha
untuk menilai kelayakan, keamanan, dan akurasi diagnostik MDCT dibandingkan dengan ICA pada
pasien dengan DCM yang belum diketahui etiologinya.

Kasus yang Diduga

Penyakit arteri koroner (CAD) dengan kemungkinan kardiomiopati dilatasi (DCM) yang
ditandai adanya pembesaran jantung dan gangguan fungsi sistolik pada satu atau kedua ventrikel.

Alat Diagnostik yang Digunakan

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan kemampuan MDCT untuk memvisualisasikan


arteri koroner yang berhubungan secara klinis dan untuk mendeteksi stenosis signifikan pada pasien
dengan CAD yang sudah terbukti atau dicurigai. Temuan utama dari penelitian ini adalah MDCT 16-
detektor yang layak, aman, dan akurat untuk mendeteksi CAD dengan sensitivitas dan spesifisitas
tinggi pada pasien dengan DCM. Selain itu, dapat melihat perbedaan antara DCM iskemik dan non-
iskemik, dan lebih penting lagi, mampu mengevaluasi tingkat CAD karena hal ini memiliki implikasi
klinis yang besar pada pasien dengan DCM.

Daya tarik MDCT dibandingkan dengan ICA, terlihat dari eksekusinya yang cepat dan
karakteristiknya yang non-invasif. MDCT mampu menghilangkan ketidaknyamanan pasien,
terjadinya komplikasi terkait kateter, dan risiko gagal jantung yang memburuk karena injeksi selektif
dari media kontras di arteri koroner dan akibat waktu berbaring yang lama. Tidak ada komplikasi
yang berhubungan dengan pemeriksaan MDCT yang terjadi pada pasien dengan DCM, sedangkan
komplikasi vaskular minor (4 kasus) atau episode akut gagal jantung (6 kasus) terjadi ketika mereka
menjalani ICA. Durasi invasi yang berbeda dari 2 pemeriksaan diagnostik (9,1 ± 4,3 menit vs 35,1 ±
8,9 menit) dapat menjelaskan pentingnya menggunakan pencitraan non-invasif dan cepat pada
pasien gagal jantung kronis dengan fungsi ventrikel kiri yang sangat depresi.

Keakuratan diagnostik MDCT. Dalam perbandingan langsung dengan ICA, akurasi diagnostik
MDCT dalam mendeteksi normal (44 kasus) atau penyakit (17 kasus) arteri koroner sangat tinggi,
dan semua pasien dengan benar diklasifikasikan memiliki DCM idiopatik atau iskemik. Temuan ini
sesuai dengan akurasi diagnostik MDCT yang sangat tinggi pada pasien dengan kemungkinan CAD
rendah ke menengah.

MDCT dapat digunakan sebagai pengganti ICA untuk menghilangkan keberadaan CAD
signifikan pada pasien. Selain itu, MDCT mengurangi risiko dan komplikasi yang terkait dengan ICA,
dan, berkat kelayakannya, kecepatan, biaya yang lebih rendah, dan pemanfaatan sebagai
pemeriksaan rawat jalan mungkin lebih baik daripada ICA pada pasien DCM. Selain itu, MDCT juga
dapat membantu dalam mengidentifikasi pasien DCM yang memungkinkan dilakukannya prosedur
revaskularisasi.

Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai