Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Ke 8 Hari/Tgl : Jumat, 13 April 2018

Tenik Persiapan dan Perawatan Pasca Dosen : Dr drh Gunanti S MS

Operasi drh Henny Endah Anggraeni MSc

drh Tetty Barunawati Siagian MSi

drh Surya Kusuma Wijaya MSi

drh Heryudianto Vibowo

Asisten : Nafisah Zahra Amd

PERSIAPAN, PROSES DAN PERAWATAN PASCA OPERASI


LAPAROTOMI PADA KUCING
Kelompok 3/P-2

Disusun oleh :

1. Alexsandra Cipta Kusuma B. (J3P216103) 1.


2. Hani Ifah Ruminingrum (J3P116026) 2.
3. Ibnu Masud (J3P116030) 3.
4. Isnaini Diah Arum (J3P216099) 4.
5. M. Zaki Adam (J3P216043) 5.
6. Sabrian Glorio Putra W (J3P116057) 6.
7. Ricky Septian Hersade (J3P2160) 7.

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo berarti perut atau
abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan
sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi
adalah celiotomi (Fossum 2002)
Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan paramedianus.
Masing-masing jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi, organ target yang
akan dicapai, dan jenis hewan yang akan dioperasi.Umumnya pada hewan kecil laparotomi
yang dilakukan adalah laparotomi medianus dengandaerah orientasi pada bagian abdominal
ventral tepatnya di linea alba.
Tindakan bedah juga dapat dilakukan untuk menangani kasus – kasus yang terjadi pada
hewan kesayangan diantaranya dilakukan di daerah abdomen yaitu dengan cara cystotomi,
histerektomi, ovarihisterektomi, kastrasi, caudektomi dan enterektomiiliki orientasi bedah
yang sama yakni daerah abdomen dan memiliki resiko yang sama yakni hernia. Namun
tindakan bedah yang paling sering dilakukan adalah laparotomi. Pemilihan posisi penyayatan
laparotomi ini didasarkan kepada organ target yang dituju. Hal ini untuk menegakkan
diagnosa berbagai kasus yang terletak di rongga abdomen.
Keuntungan penggunaan teknik laparotomi sentral adalah tempat penyayatan mudah
ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda,sedikit terjadi perdarahan
dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam
penggunaan metode ini adalah mudah terjadi herniajika proses penjahitan atau penangan post
operasi kurang baik dan persembuhan yang relatif lama.

1.2 Tujuan
Mahasiwa dapat mengetahui dan menemukan letak anatomis atau orientasi organ-organ
visceral yang ada di dalam rongga abdomen secara langsung yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosa, serta dapat mengasah kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan
bedah laparotomi.
BAB II

METODELOGI
2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu alat bedah minor (towel clamp, scalpel, blade, pinset
sirurgis, pinset anatomis, gunting lurus runcing-runcing, gunting lurus runcing tumpul,
gunting lurus runcing-runcing, gunting bengkok runcing-runcing, gunting bengkok runcing
tumpul, gunting bengkok tumpul-tumpul, tang arteri lurus anatomis, tang arteri lurus
sisrurgis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri bengkok sirurgias, dan needle holder),
duk, jarum berpenampang segitiga, jarum berpenampang bulat, meja operasi, meja obat-
obatan, meja peralatan, lampu operasi, gagang infus, benang cat gut, benang silk, blade,
peralatan asisten dan operator (penutup kepala, masker, sikat, handuk, baju operasi, dan
sarung tangan), sumbu kompor, timbangan, sterilisator, stetoskop, thermometer, stopwatch,
kamera ponsel, dan spoit.

Bahan yang digunakan yaitu tampon bulat, tampon persegi, kapas, alkohol 70%,
iodine tincture3 %, plester, atropin, xylazine, ketamin, cairan infus (NaCl fisiologis),
antibiotik (penicillin, tetramisin, dan amoxillin), bioplacenton, dan air.

2.2 Waktu dan Tempat

Operasi laparotomi dilakukan pada hari Senin. Tanggal 27 Maret 2018 di Klinik
Hewan Pendidikan Diploma IPB.

2.3 Cara Kerja


 Sterilisasi Peralatan Operator dan Asisten

Peralatan dicuci dengan desinfektan, dibilas dengan air mengalir 10-15 kali dengan
posisi pembilasan yaitu ujung alat yang akan digunakan terlebih dahulu terbilas air dan
kemudian peralatan dikeringkan dengan lap steril. Setelah kering, peralatan bedah minor
dimasukkan dalam bak instrumen sesuai dengan urutannya (towel clamp, scalpel, blade,
pinset sirurgis, pinset anatomis, gunting lurus runcing-runcing, gunting lurus runcing tumpul,
gunting lurus runcing-runcing, gunting bengkok runcing-runcing, gunting bengkok runcing
tumpul, gunting bengkok tumpul-tumpul, tang arteri lurus anatomis, tang arteri lurus
sisrurgis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri bengkok sirurgias, dan needle holder), dan
duk yang telah bersih juga dimasukkan kedalam bak instrumen dengan posisi diatas needle
holder. Bak instrumen dibungkus dengan dua lapis kain dan diberi label. Bak instrument yang
telah dibungkus dimasukkan ke dalam sterilisator yang memiliki suhu 100 derajat celsius
selama 1 jam. Setelah sterilisator dimatikan maka didiamkan selama 15 menit, kemudian
sterilisator dibuka dan bak instrumen yang telah di bungkus diambil. Peralatan yang telah
disterilisasi ditata diatas meja alat dengan menyesuaikan tempat yang pertama kali peralatan
yang akan digunakan.
 Sterilisasi Peralatan Operasi
Peralatan operasi seperti penutup kepala, masker, baju operasi, sikat, handuk, dan
sarung tangan yang telah dicuci bersih serta dikeringkan. Peralatan operator dan asisten yang
telah kering dibungkus dengan menggunakan kain blacu dengan cara dilipat dan ditata sesuai
dengan urutannya masing-masing. Peralatan yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam
sterilisator dengan suhu 600C selama 15-30 menit. Perlengkapan yang telah disterilisasi
digunakan pada saat operasi oleh operator dan asisten operator.

 Persiapan Operator dan Asisten


Alat disiapkan, tutup kepala dan masker digunakan oleh operator dan asisten I. O
perator dan asisten I mencuci kedua tangan dengan sabun dan menyikatnya dengan sikat pada
air yang mengalir. Pencucian dimulai dari ujung jari yang paling steril kemudian dibilas
dengan arah dari ujung jari kelengan yang dilakukan sebanyak 10-15x. Setelah selesai
mencuci tangan dan membilasnya, keran ditutup dengan siku untuk mencegah kontaminasi.
Kemudian tangan dikeringkan dengan menggunakan handuk. Setelah kedua tangan kering,
baju operasi digunakan oleh operator dan asisten I dan sarung tangan juga dipakai. Setelah
semua langkah dilalui maka operasi siap dilakukan.

 Persiapan dan Preparasi Hewan


Persiapan-persiapan yang dilakukan pada hewan meliputi pemeriksaan signalemen,
anamnese, status present. Hewan ditimbang dan fisiologis hewan sebelum operasi diperiksa
antara lain suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas, limfonodulus, dan selaput lendir.
Hewan direstraint kemudian pembiusan yang dilakukan dari tahap pembiusan, pre medikasi,
induksi, dan maintenance. Hewan diinjeksi obat premedikasi yaitu Antropin Sulfat sebanyak
0.3 ml secara Subcutan, kemudian setelah 5 menit dari pemberian obat premedikasi fisiologis
hewan (suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas, limfonodulus, dan selaput lendir) di
cek dengan menggunakan stetoskop, termometer, dan penggaris. Hewan diinjeksi obat
induksi yaitu Xylazine dan Ketamine sebanyak 0.74 ( Xylazine = 0,37 ml ; Ketamine = 0,37
ml) secara Intra Muscullar , kemudian setelah 15 menit dari pemberian obat anestesi
fisiologis hewan (suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas, limfonodulus, dan selaput
lendir) di cek.
Apabila hewan telah tidak sadar, maka langsung dilakukan preparasi yaitu rambut
dicranial umbilikal yaitu pada linea alba umbilikal sampai ke linea alba tendo pubis dicukur
dengan menggunakan calipper. Rambut yang masih menempel pada daerah tersebut diberi
sabun dan dicukur dengan menggunakan silet dengan sudut 30 derajat dari kulit. Setelah
daerah yang dicukur bersih, kemudian dikeringkan dengan menggunakan tassue dan
desinfeksi menggunakan alkohol 70 %. Hewan diangkat dan diletakkan diatas meja operasi
dengan keempat kaki diikat dengan menggunakan sumbu kompor yang membentuk simpul
tomfool yang diikatkan pada meja operasi. Selanjutnya tampon bulat diberi iodine tincture
3% dan dioleskan pada daerah insisi (tengah-tengah) kemudian ke perifer dengan gerakan
melingkar. Hewan ditutup dengan duk, kecuali lokasi yang akan disayat. Hewan siap
dioperasi dan setiap 15 menit sekali kondisi fisiologi hewan dicek.
 Proses Bedah

Penyayatan kulit dilakukan di medianus yang dimulai dari 2 cm diatas umbilikal dan
2 cm di belakang umbilikal. Setelah kulit terbuka, penyayatan kulit dilakukan. Lapisan kulit
dikuakkan dengan bantuan tang arteri, kemudian subkutis disayat dengan menggunakan
scalpel. Subkulis yang telah tersayat dikuakkan dengan menggunakan tang arteri ke arah
samping hewan dan peritonum disayat. Organ-organ yang terdapat di rongga abdomen dicari
berdasarkan pembagian daerah yaitu epigastrium, mesogastrium dan hypogastrium. Setelah
organ dicari maka langsung dilakukan penjahitan. Sebelum dilakukan penjahitan maka organ
yang telah di pegang dari luar diberi beberapa tetes antibiotik (Penicilline). Penjahitan
pertama dilakukan pada lapisan peritoneum dan subkutis dengan jahitan sederhana
menggunakan benang cat gut agar tidak mudah hernia. Kemudian kulit dijahit dengan jahitan
interuptus sederhana menggunakan benang silk. Sebelum kulit dijahit, kulit diberikan
beberapa tetes antibiotik (penicillin). Setelah penjahitan selesai, bekas jahitan diberi iodine
tingture pada bekas sayatan yang telah dijahit. Setelah itu sayatan ditutup dengan tampon segi
panjang dan plester. Sebelum dipakaikan gurita, hewan disuntikan tetramicine sebanyak 1.10
ml secara IM.

 Proses Perawatan Pasca Bedah


Setelah itu hewan dipasangkan gurita. Hewan diberikan cairan infus fisiologis
melaluli Intra Vena sebanyak 50 ml larutan Ringer Laktat. Pemeriksaan keadaan Kucing
dilakukan setiap 15 menit sekali meliputi Detak Jantung, suhu, Frekuensi Nafas hingga
Kucing tersadar dan membaik. Setelah itu pemeriksaan kucing berlanjut dengan jangka waktu
1 jam-4 jam sekali. Mengikuti perkembangan pasien yang semakin membaik. Selain itu
kucing diberikan amoxilline 2kali sehari sebanyak 3 ml secara peroral selama 5 hari . Pada
pasca perawatan setelah bedah, selain pemeriksaan keadaan tubuh, pemeriksaan juga
dilakukan pada luka jahitan. Jahitan diperiksa keadaannya dan diganti perban sebanyak sehari
sekali, dan diberikan betadine dan salep (bioplacenton). Pembukaan jahitan hanya dilakukan
seijin atau seperintah dokter.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
 Signalemen
Nama Choi Species Kucing Breed Shorthair
Warna Tabby White Jantan Tgl. Lahir 2 Tahun
Sex
Tanda Khusus - Berat Badan 3.7 KG
 Hasil Pengamatan Setelah Operasi

Parameter Frekuensi Diameter


Denyut Jantung Suhu Tubuh CRT
Nafas Pupil
Waktu (kali/menit) (oC) (detik)
(kali/menit) (cm)
(menit ke-)
15 90 34,8 23 1 1,2
30 84 34,5 27 1 1,2
45 84 34,6 28 1 1,2
60 90 34,8 20 1 1,2
75 96 34,8 24 1 1,2
90 84 34,5 24 1 1,2
105 108 35 24 1 1,2
120 114 35,5 22 1 1,2
 Grafik

120

100
Denyut Jantung
(kali/menit)
Suhu Tubuh (oC)
80

Frekuensi Nafas
60 (kali/menit)
CRT
(detik)
40

20

0
15' 30' 45' 60' 75' 90' 105' 120'

 Hasil Pengamatan Harian


Frekuensi
Parameter Denyut Jantung Suhu Tubuh
Nafas Defekasi Urinasi
(kali/menit) (oC)
Waktu (kali/menit)
27/03/2018 114 35,5 24 - -
28/03/2018 132 37,5 30 - -
29/03/2018 132 37,5 24 + +
30/03/2018 114 36,5 36 ++ ++
31/03/2018 120 38 30 ++ ++
01/04/2018 138 38,2 24 ++ ++
02/04/2018 120 38,0 36 ++ ++
03/04/2018 114 38,5 30 ++ ++
No Foto Keterangan
.
1. Bagian abdomen kucing setelah dilakukan
pencukuran menggunkan sillet

2. Penentuan area bedah

3. Pengeluaran usus halus

4. Pemberian atibiotic penicillin

5. Penjahitan area bedah

6. Hasil penjahitan
7. Pemberian antibiotic tetramicin

8. Dilakukan pembalutan menggunakan kain


kassa yang sudah diberi iodine

9. Pembalutan menggunakan plester disekitar


kain kassa

10. Pemberian cairan infus (NaCl fisiologis)


melalui rute IV

11. Foto jahitan sebelum dilakukan pembukaaan


jahitan

 Pemberian Obat
Premedikasi - Subcutan
1. Antropin
Dosis : 0,2 mg/ Kg BB
= 0,2 mg x 3,7 kg = 0,074
Sedian : 0,25 mg/ ml
Digunakan : 0,074/ 0,25
= 0,296 ml ; penggunaan 0,3 ml
Anestesi – Intra Muscullar
1. Xilazine
Dosis :2 mg/ Kg BB
= 2 mg x 3,7 kg = 7,4
Sedian : 20 mg/ ml
Digunakan : 7,4/ 20
= 0,37 ml
2. Ketamine
Dosis : 10 mg/ Kg BB
= 10 mg x 3,7 kg = 37
Sedian : 100 mg/ ml
Digunakan : 37/ 100
= 0,37 ml

Antibiotik
1. Penicillin – Diteteskan pada sayatan dan organ
(Dosis Tidak diketahui)
Obat sudah disediaakan oleh dokter
2. Tetramisin – Intra Muscullar
Dosis : 15 mg/ Kg BB
= 15 mg x 3,7 kg = 55,5 mg
Sedian : 50 mg/ ml
Digunakan : 55,5/ 50
= 1,11 ml ; penggunaan 1,10 ml
3. Amoxillin - Peroral
Dosis : 20 mg/ Kg BB
= 20 mg x 3,7 kg = 74 mg
Sedian : 23 mg/ ml
Digunakan : 72/ 23
= 3,12 ml ; penggunaan 3 ml

Cairan Nacl Fisiolgi


Sebanyak 50 ml melalu intra Vena – Sesuai Petunjuk Dokter
3.2 Pembahasan

Operasi yang dilakukan pada saat praktikum adalah laparotomi. Operasi laparotomi
yang dilakukan memiliki tujuan untuk menemukan organ visceral yang ada di dalam ruang
abdominal atau peritoneal secara langsung, serta untuk mempertegas diagnosa (pruff
laparotomi). Organ pada ruang abdomen yang dapat dilihat pada saat operasi laparotomi
adalah saluran pencernaan (lambung, pankreas, usus, hati dan empedu), saluran limfatik
(limpa), saluran urogenital (ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra), dan saluran reproduksi
(ovarium, tuba falopii dan uterus) (Gunanti 2017). Operasi laparotomi memiliki beberapa
jenis diantaranya laparotomi flank, laparotomi medianus dan laparotomi paramedianus.

Pada saat praktikum, operasi yang dilakukan yaitu laparotomi medianus. Operasi
laparotomi medianus memiliki kelebihan yaitu mudah dicapai dan sedikit pendarahan pada
saat operasi karena pada bagian linea alba mengandung sedikit syaraf. Namun operasi
laparotomi medianus juga memiliki kekurangan yaitu dapat menyebabkan hewan hernia dan
persembuhannya lama. Laparotomi medianus yaitu suatu tindakan penyayatan abdomen yang
dilakukan pada 2 cm di anterior umbilikal dan 2 cm di posterior umbilikal. Penyayatan
abdomen yang dilakukan tepat dibagian tengah linea alba, karena untuk mempermudah
eksplorasi organ-organ yang berada di anterior maupun posterior dari sayatan.

Sebelum dilakukan operasi, pemeriksaan fisik secara umum dilakukan untuk


mengetahui kondisi kesehatan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi suhu, frekuensi
pernafasan, frekuensi jantung, CRT, limphonodus, status mental, sikap dan perawakan.
Setelah dilakukanya pemeriksaan fisik, kucing diberi obat premedikasi yaitu atropin sulfat
sebanyak 0.3 ml. Obat premedikasi diberikan sebelum diberikannya anastesi umum atau
induksi anastesi. Obat premedikasi diberikan karena untuk mencegah muntah pada saat
operasi. Kerja dari atropin yaitu dapat menyebabkan blokade reversibel kerja kolinomimetik
mempengaruhi motilitas usus, bronkodilatator, mencegah terjadinya hipersalivasi (Katzung
2001). Setelah diberikannya obat premedikasi pada kucing yang akan di operasi, kondisi
denyut jantung pada kucing mengalami peningkatan dan pupil mata berdilatasi. Menurut
Cooper (2003) Pemberian atropin sulfat pada hewan mampu mengurangi aktivitas traktus
digestuvus, menekan urinasi, nervus vagus, mampu meningkatkan kecepatan metabolisme,
bradikardi atau takikardia dan dilatasi pupil.

Setelah diberikan preanaesthesi maka diberikan anaesthesi berupa ketamin 10% dan
xylazine HCl 2%. Ketamin dan xylazine merupakan agen kombinasi yang saling melengkap
antara efek analgesik dan relaksasi otot. Ketamin memberikan efek analgesik sedangkan
xylazine menyebabkan relaksasi otot yang baik. Penggunaan xylazine dapat mengurangi
sekresi saliva dan dapat meningkatkan tekanan darah yang diakibatkan oleh penggunaan
ketamin. Kombinasi ketamin dan xylazine sebagai anastesi umum memiliki keuntungan
yaitu mudah dalam pemberian, ekonomis, induksi cepat, memiliki pengaruh relaksasi yang
baik dan jarang menimbulkan komplikasi klinis (Sari 2010).
Penyayatan secara medial dilakukan yaitu dengan cara menyayat kulit, linea alba,
aponeurose m. obliquus abdominis internus et externus, serta peritoneum pada abdomen.
Pada saat dilakukannya penyayatan pada daerah tersebut tidak terjadi pendarahan. Hal ini
dapat terjadi karenakan lokasi penyayatan tepat pada linea alba dan dimana lokasi tersebut
Setelah terbuka kemudian incisi yang ada diperluas dengan menggunakan gunting
tajam'tumpul dilakukan secara hati'hari agar tidak menyobek daerah sekitar incisi. Setelah
terbuka seluruh lapisan, rongga yangterbuka ditahan dengan menggunakan allis forceps dan
retractor agar tetap terbuka. amati organ visceral setelah lapisan pada abdomen terbuka,
mengandung sedikit syaraf. Apabila terjadi pendarahan dapat diatasi dengan membersihkan
darah menggunakan tampon bulat.
Semua organ viscera yang ada di dalam ruang abdomen ditutupi oleh omentum. Pada
daerah epigastrium ditemukan lambung, limpa, hati, ginjal kanan dan kiri. Daerah
mesogastrium ditemukan usus dan ovarium, sedangkan di hypogastrium ditemukan vesica
urinaria dan uterus. Seluruh organ ini berada pada posisi dan kondisi yang normal. Ginjal
kanan terletak lebih cranial dari pada ginjal kiri. Limpa berukuran normal dengan letak
menempel pada lambung. Hati terletak pada bagian kanan epigastrium. Usus dan uterus dapat
dikeluarkan dari ruang abdomen. Organ yang dapat terpalpasi pada saat operasi adalah usus,
karena posisi penyayatan yang dilakukan tepat ditengah abdomen. Usus yang ditemukan
berwarna merah muda, hangat, licin, lunak dan lumennya kosong serta memiliki banyak
vaskularisasi pada permukaan luarnya.
Organ yang ada didalam abdomen telah dilihat. Abdomen ditetesi antibiotik
(penicillin). Pemberian penicillin berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan
mengganggu reaksi transpeptidasi sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel adalah lapisan luar
yang rigid yang unik pada setiap spesies bakteri. Dengan terhambatnya reaksi ini makan akan
menghentikan sintesis peptidoglikan dan mematikan bakteri (Katzung 2007). Pemberian
penicillin sebagai obat antibiotik dilakukan agar pertumbuhan mikroorganisme yang berada
pada daerah sayatan bedah dapat dihambat (Bakteriostatik). Menurut Volk (1993) efek
bakterisida dari penicillin dihasilkan dengan cara mengganggu sintesis peptidoglikan dinding
sel, sehingga 15 membran sel merekah dan menghamburkan isi sel. Penicillin dapat
menghambat pembentukan dinding sel dengan cara mencegah penggabungan asam asetil
muramat yang dibentuk di dalam sel yang biasanya memberi bentuk kaku pada dinding sel
bakteri. Mekanisme kerja ini konsisten dengan kenyataan bahwa penisilin hanya bekerja pada
bakteri yang sedang tumbuh dengan aktif (Pelczar 1988).

Abdomen ditutup dengan peritoneum menggunakan benang catgut. Penggunaan


benang catgut dimaksudkan agar benang dapat diabsorpsi oleh tubuh sehingga tidak perlu
dilakukannya pengambilan benang serta metode penjahitan menggunakan jahitan sederhana
dimana pola jahitan yang di tali mati diawal dan di akhir sayatan. Sedangkan untuk
penjahitan kulit menggunakan benang silk. Benang ini digunakan karena untuk penjahitan
superficial dibutuhkan benang yang kuat dan tidak diabsorpsi agar jahitan tidak terlepas.
Jahitan yang digunakan adalah jahitan interuptus sederhana. Jahitan sederhana ini digunakan
agar hasilnya lebih kuat. Tempat jahitan ditutup dengan perban dan gurita agar proses
persembuhan tidak terganggu.

Prosedur bedah laparotomi umumnya didukung peralatan postoperatif pengecekan


tersebut antara lain efek anastesi dan meyakinkan bahwa persembuhan luka berjalan dengan
baik. komplikasi sering kali menyertai operasi seperti reaksi alergi jahitan,
seroma,hematoma,self trauma,dan ketidaknyamanan pasien. Penanganan post operatif sangat
penting karena dapat mempengaruhi persembuhan hewan (pasien) (Theresa,2007)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terhadap pasien bedah post operatif untuk
pera&atan pasien bedah, diantaranya adalah pemeriksaan pulsus, suhu, appetice,
defekasi,urinasi dan SL yang dilakukan setiap harinya untuk hingga hewan benar-benar pulih
untuk mengontrol perkembangannya pasca operasi serta menghindarkan hewan dari adanya
komplikasi pasca operasi. Perawatan pasca operasi diberikan amoxicillin dengan jarak 12 jam
dengan dosis 3 ml yang diberikan secara peroral. Selain itu diberikan antibiotik, yaitu
tetramisin secara subkutan dengan dosis 1,10 ml. Untuk antibiotik topikal pada daerah luka
diberikan surfatule untuk membantu penyembuhan luka. Dressing diganti setiap 2 hari sekali
dengan menggunakan surfatule lalu diberikan iodine yang kemudian ditutup dengan kasa
steril dan direkatkan dengan hyafix dan ditambahkan dengan pemasangan gurita agar
bandage tidak digigit oleh hewan serta mecegah adanya kontaminasi mikroorganisme dari
lingkungan luar. Apabila gurita tetap digigit oleh hewan makan dapat ditambah dengan
pemberian Elizabeth collar. Setelah 7 hari dilanjutkan dengan melakukan pengecekan
terhadap jahitan, apabila sudah kering dapat dilakukan pelepasan jahitan. dan setelah jahitan
dilepas, luka jahitan masih harus ditutup untuk mengantisipasi agar lupa tidak digigit oleh
hewan coba ataupun terkena kotoran yang ada dilingkungan ketika proses perawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Cooper B, Lane DR. 2003. Veterinary Nursing. 3rd edition. Baltimore: The Williams and
Walkins Compan.

Fossum TW. 2002. Small Animal Surgery. 2nd edition. China(CN): Mosby.

Gunanti, Endah HA, Soehartono H. 2017. Teknik Persiapan dan Perawatan Pasca Operasi.
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor Press.

Katzung BG. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta(ID): Salemba Medika.

Katzung B. G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Boston: McGraw Hill.

Pelczar MJ, Chan ECS. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta(ID): Universitas Indonesia
Press.
Sari, Ira et al. 2010. Profil Penggunaan Kombinasi Ketamin-Xylazine dan Ketamin-
Midazolam Sebagai Anestesi Umum Terhadap Gambaran Fisiologis Tubuh pada
Kelinci Jantan. Surabaya(ID): Veterinaria Medika.

Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jasad V. Jakarta(ID): Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai