Anda di halaman 1dari 10

KEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar 1

BIMBINGAN ANTISIPASI

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah kegiatan belajar 1 ini, peserta didik diharapkan mampu
menjelaskan, memahami dan mempraktekkan pemberian bimbingan
antisipasi orang tua pada anak-anak dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 ini, peserta didik diharapkan
mampu menjelaskan, memahami dan mempraktekkan tentang:
1. Bimbingan antisipasi sesuai usia anak
2. Kesiapan anak dan orang tua untuk toilet training
3. Pencegahan terhadap kecelakaan pada anak

C. Pokok – Pokok Materi


Mencapai tujuan dalam kegiatan belajar 1 ini, Anda akan mempelajari
tentang bimbingan antisipasi
1. Bimbingan antisipasi sesuai usia anak
2. Kesiapan anak dan orang tua untuk toilet training
3. Pencegahan terhadap kecelakaan pada anak

D. Uraian Materi
Memberitahukan/upaya bimbingan kepada orang tua tentang tahapan
perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan
dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak.

1. Bimbingan antisipasi sesuai usia anak


a. 6 bulan pertama
1) Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal dalam
memenuhi kebutuhan bayi.
2) Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi
terhadap stimulasi dari lingkungan.
3) Support kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan
dan perkembangan bayinya mis : respon tertawa.
4) Menyiapkan orang tua untuk kebutuhan keamanan bayi.
5) Menyiapkan orang tua untuk imunisasi bayi.
6) Menyiapkan orang tua untuk mulai memberi makanan
padat pada bayi.
b. 6 bulan kedua
c.
1) Menyiapkan orang tua akan adanya “Stranger Anxiety”.
2) Menganjurkan orang tua agar anak dekat kepadanya
hindari perpisahan yang lama.
3) Membimbing orang tua agar menerapkan disiplin
sehubungan dengan meningkatnya mobilitas bayi.
4) Menganjurkan orang tua menggunakan “Kontak Mata” dari
pada hukuman badan sebagai suatu disiplin.
d. Usia 12 – 18 bulan
1) Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya
perubahan tingkah laku dari toddler.
2) Penyapihan secara bertahap.
3) Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
4) Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi.
5) Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin
dengan lembut dan cara-cara untuk mengatasi
6) Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik,
bahasa, pengetahuan dan ketrampilan social.
e. Usia 18 – 24 bulan
1) Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam
bermain.
2) Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran
bayi baru.
3) Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk
toilet training.
4) Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada
kegelapan atau suara keras.
5) Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi
pada waktu anak mengalami stress
f. Usia 24 -36 bulan
1) Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam
kegiatan dengan cara meniru.
2) Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet
training dan sikap menghadapi keadaan-keadaan seperti
mengompol atau BAB dicelana.
3) Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler mis :
melalui bahasa yang digunakan ketidakmampuan melihat
kejadian dari perspektif yang lain.
4) Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar
dan nyata, ajukan alasan yang rasional, hindari
kebingungan dan salah pengertian
g. Usia 3 tahun
1) Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak
dalam hubungan yang luas.
2) Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
3) Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif
(menurunkan ketegangan/ tension).
4) Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada
anaknya alternative-alternatif pilihan pada saat anak
bimbang.
5) Perlunya perhatian ekstra.
h. Usia 4 tahun
1) Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan
bahasa.
2) Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
3) Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari
tingkah lakunya.
i. Usia 5 tahun
1) Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
2) Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang
pada anak.
j. Usia 6 tahun
1) Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan mendorong
anak berinteraksi dengan temannya.
2) Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama
naik sepeda.
3) Siapkan orang tua akan peningkatan inters keluar rumah.
4) Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak
akan privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
k. Usia 7 – 10 tahun
1) Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan
kemandirian.
2) Interes beraktivitas di luar rumah.
3) Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita memasuki
prapubertas.
l. Usia 11 – 12 tahun
1) Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan
tubuh saat pubertas.
2) Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
3) Sex education yang adekuat dan informasi yang akurat.
2. Kesiapan anak dan orang tua untuk toilet training
a. Kesiapan anak
1) Fisik
a). usia 18 – 24 bulan.
b). Pengontrolan saraf volunter spinkterani dan uretra
c). Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam.
d). Perkembangan ketrampilan motorik kasar : duduk, jongkok,
berjalan.
e). Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu
membuka celana dan berpakaian.
f). Pengontrolan saraf volunter spinkterani dan uretra
2) Psikologis
a). Mengenal adanya dorongan untuk miksi dan defikasi.
b). Kemampuan berkomunikasi : verbal dan non verbal
mengindikasikan dorongan untuk miksi atau defikasi.
c). Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat tingkahlaku dan
mengikuti pengarahan.
d). Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua.
e). Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa
cerewet atau turun.
b. Kesiapan orang tua
a). Mengikuti tingkat kesiapan anak.
b). Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan
pengertian.
c). Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti :
perceraian, pindah rumah, mendapat adik baru atau akan
berlibur.
d). Memberi pujian jika anak berhasil.

3. Pencegahan terhadap kecelakaan pada anak


Kecelakaan merupakan kejadian yang dapat menyebabkan kematian
pada anak. Kepribadian adalah faktor pendukung terjadinya
kecelakaan.Orang tua bertanggungjawab terhadap kebutuhan anak,
menyadari karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaan
waspada terhadap faktor-faktor lingkungan yang mengancam
keamanan anak.
a. Factor-faktor Yang Menyebabkan Kecelakaan
(1) Jenis kelamin, biasanya lebih banyak pada laki-laki karena
lebih aktif di rumah. (2) Usia pada kemampuan fisik dan
kognitif, semakin besar akan semakin tahu mana yang
bahaya. (3) Lingkungan (4) Adanya penjaga atau pengasuh.
b. Cara Pencegahan : (1) Pemahaman tingkat perkembangan dan
tingkahlaku anak. (2) Kualitas asuhan meningkat. (3) Lingkungan
aman.

Pencegahan Terhadap Kecelakaan ;


a. Masa bayi
Jenis kecelakaan : Aspirasi benda, jatuh, luka baker, keracunan,
kurang O2.
Pencegahan
1) Aspirasi : bedak, kancing, permen (hati-hati).
2). Kurang O2 : plastic, sarung bantal.

3). Jatuh : tempat tidur ditutup, pengaman (restraint), tidak pakai


kursi tinggi.

4). Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai.

5). Keracunan : simpan bahan toxic dilemari.

b. Masa Toddler
Jenis kecelakaan :
1). Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.
2). Tenggelam.
3). Keracunan atau terbakar.
4). Tertabrak karena lari mengejar bola/balon.
5). Aspirasi dan asfiksia.
Pencegahan :
1). Awasi jika dekat sumber air.
2).Ajarkan berenang.
3). Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika.
4). Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
5). Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
6). Cek air mandi sebelum dipakai.
7). Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman.
8). Jangan biarkan kabel listrik menggantung
9) Hindari makan ikan yang ada tulang dan makan permen yang
keras.
10). Awasi pada saat memanjat, lari, lompat karena sense of
balance.
c. Masa Pra Sekolah
Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari potensial
bahaya : obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya
main di jalan, lari mengambil bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan ada 2 cara ; (1) Mengontrol lingkungan.
(2) Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya.
Dengan cara; jauhkan korek api dari jangkauan.
Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat
membahayakan anak. Mendidik anak seperti; cara menyeberang
jalan. Arti rambu-rambu lalulintas. Cara mengendarai sepeda yang
aman
d. Usia sekolah
Pada usia ini, anak sangat aktif. Terkadang anak sudah berpikir
sebelum bertindak. Aktif dalam berbagai kegiatan : mengendarai
sepeda, mendaki gunung, berenang. Perawat mengajarkan
keamanan dan kesehatan, seperti mengawasi pada saat anak
menggunakan alat berbahaya : gergaji, alat listrik. Mengajarkan
agar tidak menggunakan alat yang bisa meledak/terbakar.

e. Masa remaja
Remaja semakin banyak beraktifitas. Bepergian menggunakan
kendaraan sendiri, seperti sepeda motor. Penggunaan kendaraan
bermotor bila jatuh dapat : fraktur, luka pada kepala. Hal lain yang
bisa terjadi adalah kecelakaan karena olah raga. Karenanya hal
berikut menjadi perhatian
1) Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor
sebelumnya ada negosiasi antara orang tua dengan remaja.
2) Menggunakan alat pengaman yang sesuai.
3) Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan olah
raga.

4. Sibling Rivalry
Keluarga mendapat bayi baru : dapat menimbulkan krisis bagi
toddler. Toddler tidak membenci atau marah pada bayi, tetapi
karena (1) Perubahan merasa ada saingan. (2) Perhatian ibu
terbagi. (3) Kebiasaan rutin menjadi berubah menyebabkan anak
bertingkahlaku invantil. Perlu persiapan toddler untuk menerima
kehadiran saudara kandungnya mulai sejak bayi dalam
kandungan.

RANGKUMAN

Bimbingan antisipasi, atau Anticipatory Guidance adalah bimbingan yang


perlu dilakukan orang tua untuk menjamin pertumbuhan dan
perkembangan berjalan sesuai dengan umur anak. Juga dimaksudkan
untuk mengantisipasi kesalahan dalam membimbing anak, agar tidak
membahayakan anak. Dalam hal ini, perawat patut membantu orang tua,
untuk menjadi orang tua yang dapat membantu anak-anak mereka
bertumbuh dan berkembang secara optimal.

Bimbingan yang diberikan, disesuaikan dengan usia anak. Anak memiliki


tahap perkembangan sendiri, sehingga panduan bimbingan orang tua pun
akan berbeda pada masa kehidupan anak, mengikuti perkembangan anak
tersebut.

TEST FORMATIF

1. Budi perawat home care, mendapat tugas membimbing keluarga


Andi yang memiliki anak berusia 1 tahun 8 bulan, bernama Titah.
Dengan kondisi istri sedang hamil. Bimbingan antisipasi yang
diberikan perawat Budi, adalah:
A. Memasang alat pengaman
B. Memahami fase tumbuh kembang
C. Melibatkan anak Titah dalam proses penyiapan kehadiran adik
baru.
D. Menyarankan orang tua untuk menitip anaknya di TPA
E. Sudah siap dilatih toileting.

DAFTAR PUSTAKA
Andrew Mc. Chile, MA, Phd., Penerapan Psikologi Dalam Perawatan,
Yayasan Esentia Medika, Yogyakarta, 1996.

Charles Abraham, Eaman Shanley, Editor Yasmin Asih, S.Kp., Psikologi


Sosial Untuk Perawat, EGC, Jakarta, 1997.

Wong, Donna L, (1999) Nursing Care of Infant ang Children, ST Louis, Mosby

Wong, Donna L, (2003), Essensial of Pediatric Nursing 6 th edition, St.Louis


Moaby

Wong, Donna L,(2000), Clinical Manual of Pediatric Nursing,St.Louis Mosby

SOAL SUMATIF

1. Anak Andy, 2,5 tahun, beberapa kali masih ngompol di celana. Terkadang BAB di
celana, atau terlambat menyatakan keinginan BAB. Ini adalah saat yang tepat
untuk mengajarkannya cara berdefekasi (toileting) yang benar. Dilihat dari
perkembangan psikososial anak, Andy ada pada fase:

a. Fase oral

b. Fase anal

c. Fase Phalic

d. Fase latent

e. Fase genital

2. Ibu Ani, membawa serta bayinya yang berusia 7 bulan ke klinik tumbang. Ibu Ani
mengatakan, bayinya mulai rewel dan menolak didekati orang lain, selain ibu
dan ayahnya. Perawat memberi nasehat, untuk lebih tanggap memberikan
respon pada tangisan bayinya. Hal yang melatarbelakangi nasehat perawat
tersebut adalah:

a. Supaya bayi tidak cengeng

b. Malu pada tetangga, karena tangisan bayi sangat mengganggu

c. Bayi bisa sakit perut terlalu sering menangis

d. Menumbuhkan rasa aman pada bayi

e. Seharusnya orang tua menyayangi anaknya.

Anda mungkin juga menyukai