Anda di halaman 1dari 9

PENGAUDITAN I

LAPORAN AUDITOR

TUGAS RMK KE - 4

OLEH

KELOMPOK 7

Ni Kadek Yani Andriyani (1607532146)


Ketut Krisna Savitri (1607532151)
Anak Agung Istri Mas Prabha Iswara (1607532152)

PROGAM NON REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
1. Jenis-Jenis Laporan Auditor
a. Standar Laporan audit bentuk baku
Laporan audit bentuk baku memuat pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion) yang mengandung arti bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam hal ini yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
suatu satuan usaha sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Jusup,
57:2001) Laporan ini dirancang untuk memisahkan secara jelas antara tanggung
jawab manajemen dengan auditor (Darmawan: 2012).
Unsur pokok laporan audit bentuk baku (Darmawan: 2012):
1) Judul laporan yang berbunyi “Laporan Auditor Independen”.
2) Pihak kepada siapa laporan audit ditujukan.
3) Paragraf pengantar, menyangkut pernyataan yang menyangkut apa saja yang
telah diaudit dan pernyataan mengenai perbedaan tanggung jawab auditor dan
manajemen.
4) Paragraf lingkup audit, menyangkut pernyataan auditor melaksanakan audit
sesuai standar auditing yang telah ditetapkan dan pernyataan rencana auditor
untuk melakukan audit agar tidak terjadi salah saji material. Pernyataan yang
telah auditor laksanakan mengenai pemeriksaan bukti-bukti mendukung
diungkapkan berdasar pengujian, penilaian prinsip akuntansi yang digunakan
manajemen, penilaian penyajian laporan keuangan keseluruhan. Pernyataan
yakin dari auditor bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat.
5) Paragraf pendapat, pernyataan mengenai laporan keuangan yang disebut dalam
paragraph lingkup audit disajikan secara wajar.
6) Tanda tangan, nama, dan nomor register Negara auditor.
7) Tanggal diselesaikannya pekerjaan audit.
Laporan audit baku diberikan dalam kondisi (Darmawan: 2012):
1) Semua laporan sudah dimasukkan dalam laporan keuangan.
2) Semua standar umum dan standar pekerjaan lapangan telah dilaksanakan dengan
bukti yang cukup.
3) Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi berterima
umum.

1
b. Laporan audit standar
Laporan standar merupakan laporan yang paling umum dterbitkan dan berisi
pendapat wajar tanpa pengecualian yang menetapkan semua asersi manajemen atas
pengendalian internal wajar dalam material. Kesimpulan ini dapat diterapkan apabila
auditor telah memeriksa tidak ada kelemahan material dalam pengendalian internal
atas pelaporan keuangan. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menerbitkan
laporan audit ini, meliputi (Darmawan: 2012):
1) Standar auditing sudah terpenuhi dan auditor sudah berkedudukan independen.
2) Laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
3) Pernyataan yang dimuat dalam laporan keuangan mudah dipahami. Tidak
terdapat ketidakpastian yang luar biasa mengenai perkembangan perusahaan
pada periode berikutnya.
c. Laporan audit keuangan
Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang sering dilakukan oleh
auditor independen karena dapat meningkatkan kepercayaan bagi pemakai laporan
keuangan yang dihasilkan perusahaan. Auditor melakukan audit ini atas permintaan
akan jasa pengauditan oleh para pengguna laporan keuangan, hal ini tentu saja akan
menciptakan pasar bagi auditor independen (Darmawan: 2012). Para pemakai
laporan keuangan meminta para auditor melakukan audit atas laporan mereka atas
dasar:
1) Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara
manajemen sebagai pembuat laporan keuangan dengan para pemakai laporan
keuangan.
2) Keinginan para pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di dalam
laporan tersebut sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum dan
terbukti kewajarannya.
3) Para pemakai laporan keuangan mengandalkan jasa auditor untuk memastikan
kualitas laporan keuangan yang bersangkutan apakah sudah relevan atau belum.

2
4) Karena keterbasan akses, para pemakai laporan keuangan mengandalkan
kemampuan auditor untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dengan
menekan risiko informasi.
Manfaat ekonomis audit laporan keuangan:
1) Meningkatkan kredibilitas perusahaan
2) Meningkatkan efesiensi dan kejujuran
3) Meningkatkan efesiensi operasional perusahaan
4) Mendorong efesiensi pasar modal
Keterbatasan audit laporan keuangan, meliputi:
1) Pembatasan biaya dan penarikan sampel akan membuat terbatasnya pengujian
serta ketidakakuratannya data pendukung yang menjadi sampel.
2) Keterbatasan waktu yang tidak memadai untuk auditor melakukan audit akan
memberikan keraguan bagi pemakai laporan keuangan terhadap keakuratan data
yang diaudit. Apabila auditor juga terlalu lama melakukan audit, maka akan
mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan transaksi
setelah tanggal neraca dan akan berdampak pada laporan keuangan.
Dapat terujinya data laporan keuangan dapat dilihat dari apakah bukti-bukti yang
ada untuk menilai kewajaran laporan keuangan sudah sesuai dengan kenyataannya.
Tahapan audit laporan keuangan (Darmawan: 2012):
1) Auditor melakukan pertimbangan penerimaan tugas apabila auditor belum
mengenal klien.
2) Auditor membuat perencanaan audit untuk melakukan audit dan
mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan audit.
3) Auditor mengadakan tes uji audit untuk mengumpulkan bukti mengenai
efektivitas pengendalian intern dan memberikan dasar bagi pemberian
pernyataan mengenai kewajaran laporan keuangan klien.
4) Auditor melaksanakan audit sesuai standar umum dan standar pekerjaan
lapangan.
Auditor melaporkan hasil auditnya berdasarkan temuan yang dia temukan.

2. Persyaratan Masing-Masing Auditor


Standar Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kegiatan audit bertujuan
untukmenilai layak dipercaya atau tidaknya laporan pertanggung jawaban

3
manajemen. Penilaian yang baik adalah yang dilakukan secara obyektif oleh orang
yang ahli (kompeten) dan cermat (due care) dalam melaksanakan tugasnya. Untuk
menjamin obyektivitas penilaian, pelaku audit (auditor) baik secara pribadi maupun
institusi harus independen terhadap pihak yang diaudit (auditi), dan untuk menjamin
kompetensinya, seorang auditor harus memiliki keahlian dibidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidangyang diauditnya. Sedangkan
kecermatan dalam melaksanakan tugas ditunjukkan oleh perencanaan yang baik,
pelaksanaan kegiatan sesuai standar dan kode etik, supervisi yang diselenggarakan
secara aktif terhadap tenaga yang digunakan dalam penugasan, dan sebagainya
(Anonim: 2011)
a. Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya.
1) Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang
pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan, idealnya
seorang auditor memiliki latar belakang pendidikan (pendidikan formal atau
pendidikan dan latihan sertifikasi) dibidang auditing. Sedangkan pengalaman,
lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang bersangkutan berkarir di bidang audit
atau intensitas/sering dan bervariasinya melakukan audit. Jika auditor
menugaskan orang yang kurang/belum berpengalaman, maka orang tersebut
harus disupervisi (dibimbing) oleh seniornya yang berpengalaman.
2) Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan oleh
latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
3) Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang
pendidikan dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan keuangan
dan standar akuntansi yang berlaku. Demikian pula dengan auditor yang
melakukan audit operasional dan ketaatan, dia harus memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai kegiatan operasional yang diauditnya, baik cara
melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian.
Jika auditor kurang mampu atau tidak memiliki kemampuan tersebut, maka dia
(auditor) wajib menggunakan tenaga ahli yang sesuai.

4
b. Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna laporan
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh subyektifitas
para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan dan hasil auditnya dapat
diselenggarakan secara obyektif. Independensi yang dimaksud meliputi independensi
dalam kenyataan (infact) dan dalam penampilan (in appearance). Independensi
dalam kenyataan lebih cenderung ditunjukkan oleh sikap mental yang tidak
terpengaruh olehpihak manapun. Sedangkan independensi dalam penampilan
ditunjukkan oleh keadaan tampak luar yang dapat mempengaruhi pendapat orang
lain terhadap independensi auditor. Contoh penampilan yang dapat mempengaruhi
pendapat orang terhadap independensi auditor, apabila dia (auditor) sering tampak
makan-makan atau belanja bersama-sama dengan dan dibayari oleh auditinya.
Walaupun pada hakekatnya (in fact) auditor tetap memelihara independensinya,
kedekatan dalam penampilan itu dapat merusak citra independensinya dimata publik.
Independensi tidak hanya dari sisi kelembagaan. Tetapi juga dari sisi pekerjaan.
Misalnya suatu Kantor Akuntan Publik menjadi konsultan pada suatu perusahaan
atau membantu perusahaan menyusunkan laporan keuangannya. Terhadap
perusahaan tersebut, Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan tidak boleh
memberikan jasa audit.
c. Kecermatan dalam melaksanakan tugas.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya dengan
cermat (due professional care), direncanakan dengan baik, menggunakan pendekatan
yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkan bukti yang cukup dan ditelaah
secara mendalam. Di samping itu, institusi audit harus melakukan pengendalian mutu
yang memadai; organisasinya ditata dengan baik, terhadap SDM yang digunakan
dilakukan pembinaan, diikut sertakan dalam pendididkan dan pelatihan yang
berkesinambungan, pelaksanaan kegiatannya disupervisi dengan baik, dan hasil
pekerjaannya direviu secara memadai. Kecermatan merupakan hal yang mutlak harus
diterapkan auditor dalam pelaksanaan tugasnya. Karena hasil audit yang dilakukan
akan berpengaruh pada sikap orang yang akan menyandarkan keputusannya pada
hasil audit yang dilakukannya. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan

5
bahwa suatu saat dia harus mempertanggung jawabkan hasil auditnya,termasuk
apabila dia tidak dapat menemukan kesalahan yang sebenarnya telah terjadi dalam
laporan yang diauditnya, namun tidak berhasil mengungkapkannya.

3. Kriteria Wajar dalam Laporan Auditor


Kriteria wajar dalam laporan auditor terdiri dari wajar tanpa syarat, wajar tanpa
syarat dengan paragraph penjelasan, wajar dengan pengecualian, tidak wajar dan
tidak memberikan pendapat (Darmawan: 2012).
a. Wajar Tanpa Syarat (Unqualified Opinion) diterbitkan bila:
1) Seluruh laporan keuangan neraca, laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan
arus kas telah lengkap.
2) Semua aspek dari ketiga standar umum telah dipatuhi dalam penugasan audit
tersebut.
3) Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah
melaksanakan penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga
membuatnya mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan
telah dipatuhi.
4) Laporan keungan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
5) Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan
sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasikan kalimat dalam laporan audit.
b. Wajar tanpa Syarat dengan paragraf penjelasan atau dengan Modifikasi Kalimat
(Unqulified Opinion with Explanatory Language) ditambahkan apabila:
1) Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
2) Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan.
3) Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
4) Penekanan pada suatu masalah.
5) Laporan yang melibatkan auditor lainnya.
c. Wajar dengan pegecualian (Qualified Opinion) diterbitkan bila:
1) Pada saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan
secara wajar.

6
2) Jika auditor merasa yakin bahwa kondisi-kondisi yang dilaporkannya tersebut
bersifat material.
3) Auditor merasa tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang diwajibkan
dalam standar profesional akuntan publik.
4) Pada saat lingkup audit sang auditor dibatasi baik oleh klien maupun oleh
kondisi yang ada, yang mencegah auditor untuk melaksanakan proses audit
secara lengkap.
d. Tidak wajar (Adverse Opinion), pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat
wajar tanpa pengecualian.
1) Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak
menyajikan secara wajar atas laporan keuangan.
2) Laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.
3) Ruang lingkup auditor dibatasi sehingga bukti kompeten yang cukup untuk
mendukung pendapatnya tidak dapat dikumpulkan.
4) Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi
yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya,
sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk
pengambilan keputusan.
e. Tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion) disebabkan beberapa kondisi:
1) Adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya,
kemudian karena auditor tidak independen dalam hubungan dengan kliennya.
2) Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak
wajar adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor
mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan
auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak
cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau
karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien

7
Daftar Pustaka

Jusup, Haryono. 2001. Auditing Buku I BP. Yogyakarta: STIE YKPN

Halim, Abdul 2001. Auditing 1: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi


2. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN

Anda mungkin juga menyukai