Alamul Huda
Fakultas Syariah UIN MALIKI Malang
Email: alamulhuda09@gmail.com
Abstrak
The episthemology of Islamic fundamentalism and liberalism movement in modern era has
significant meaning. These two movements influence significantly on Muslim’s value and
behavior as well as their religiosity. As it has been known that each movement has its own main
principle. On the onehand fundamentalism empahasizes qur’an and sunnah movement with its
litaralist movement, muslim thinkers try to reinterprete those islamic sources islamic values
with modern thinking as the requirement to face and to solve contemporary problems, on the
other.Therefore, it should be acknowledged that muslim restore religious concept and start to
reanalyze tafsir and sunnah based on human situation, social law, gender justice. Finally, it is
undisputable that each religious movement has its own character.
Epistemologi dari gerakan Islam fundamentalis dan Islam liberalis di era modern memiliki arti
penting. Dua gerakan ini memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai dan perilaku serta
paradigma keberagamaan umat Islam. Sebagaimana di ketahui, bahwa dari masing-masing
gerakan yang ada memiliki prisip utama, sebagamana dalam Gerakan Islam Fundamentalis
menyeru untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunnah dengan pendekatan literal tekstual pada
tafsir ayat-ayatnya, di sisi yang lain, para pemikir Islam menyeru untuk melakukan pemaknaan
ulang nilai-nilai keislaman dengan menggunakan pemikiran modern sebagai syarat untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan terkini, oleh sebab itu, nampak
bahwa masyarakat muslim seharusnya merestorasi konsep keagamaan di semua bidang dan
memulai analisis ulang terhadap tafsir dan as-Sunnah berdasar situasi kemanusiaan, hukum
social dan keadilan gender, yang pada akhirnya, tidak dapat di pungkiri bahwa pada masing-
masing gerakan keagamaan memiliki karakter tersendiri.
Manusia berdasarkan pada keberadaan dan secara tidak langsung yang biasanya berdasar
penciptaannya merupakan makhluk sosial pada kesepakatan bersama dan tidak tertulis
yang perilaku, tindak tanduk dan aktivitas serta bersifat “kondisional dan situasional”,
pribadi ataupun sosialnya terikat pada nilai- hukum yang pertama ini yang lazim di
nilai atau konsensus bersama dalam satu nisbatkan pada hukum adat, sedangkan hu
komunitas sosial masyarakat. Dasar-dasar kum lainnya, dinyatakan dalam hukum ter
utama dari nilai atau konsesus tersebut me tulis yang mengakibatkan dikenakannya
ngikat serta membatasi “kebebasan” ma sanksi hukuman tertentu bagi siapa saja
nusia satu dengan yang lainnya, baik secara yang melanggarnya, baik menggunakan
langsung lewat aturan yang tersurat ataupun sistem hukum konvensional ataupun yang
178
Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 179
mengadopsi tipologi hukum Islam (baca; ki, yang akhirnya runtuh pada era kepe
Syariah). mimpinan Mustafa Kamal at-Tataruk di
Hukum terklasifikasi menjadi hukum sekitar pertengahan tahun 1924 M, lalu mun
adat, konvensional dan hukum Islam, yang cul periode kebangkitan kembali umat Is
kesemuanya berpengaruh pada kategori je lam setelah merebaknya kesadaran akan
nis kejahatan dan jenis hukuman (uqubat) kemunduran dan kelemahan ummat Is
bagi sang pelaku, dengan standarisasi yang lam yang semakin parah. Umat Islam mu
bergantung pada ruang dan waktu juga da lai menyadari bahwa peradaban dunia ba
erah dimana hukum itu hadir. Di ranah lain rat telah jauh lebih maju dan melangkah
ada aturan yang tidak tertulis namun hanya lebih jauh, yang hal tersebut akan menjadi
tersurat yang erat dengan tradisi dan budaya ancaman tersendiri bagi Dunia Islam. Pada
dari satu daerah yang juga menuntut untuk periode inilah, terdapat transisi pergeseran
di patuhi. Adalah lazim dalam kehidupan nilai, gagasan dan gerakan (movement) di
bila terdapat pendukung dan penentang dalamnya, dan – tentunya - memiliki mak
atas pemberlakuan hukum dan aturan ter na signifikan berkat keinginan kuat dan se
sebut, tidak terkecuali hukum Tuhan yang mangat revivalisme yang dimotori oleh
tersurat dalam tata aturan agama, yang ter Jamaluddin al-Afghani (1839M-1897M) de
tuang nyata dalam al-Qur’an dan sunnah na ngan Pan Islamisme, Muhammad Rashid
bawiyah serta ijtihad ulama. Ridha (1865M-1935M), Muhammad al-Sa
nusi (1791M-1859M) di Libya dan Maroko
Ruang dan waktu telah membentuk ge
dan Muhammad Abduh (1849M-1906M).1
rakan pembaharuan (tajdid) bagaimana ka
Kesadaran umat Islam berawal dari keja
um muslimin keluar dari kotak-kotak taklid
tuhan Mesir ke tangan Napoleon Bona
dan mazhab, munculnya kaum liberal yang
parte2 pada tahun 1798M, sehingga meng
menyeru pada pembacaan ulang hal-hal
gugah kaum muslimin untuk beranjak dari
yang sudah qath’iy dan tsubut dalam agama
stagnasi pemikiran, ijtihad, taklid buta dan
dengan metode baru, dan kaum yang me
tidak terkotak-kotak pada madzab dan po
milih sikap tengah dalam semangat bera
litik aliran serta lebih mengutamakan kem
gama (tadayyun). ijtihad telah dan selalu di
bali pada ajaran murni al-Qur’an dan Sun
lakukan guna mengeksplorasi kepatutan da
nah Rasulullah Saw. Para ulama dan pemikir
lam penerapan hukum Islam beserta kaidah-
pembaharu dalam Islam, melihat bahwa perlu
kaidahnya dalam menberi solusi terhadap
adanya pembangunan kembali pemikiran
masalah-masalah agama yang muncul di
dalam Islam termasuk dalam Fiqih. Jika
tengah masyarakat yang diwakili oleh me
kita membaca sejarah, sebenarnya usaha ini
reka yang menginginkan adanya tajdid, lalu
telah diawali sejak peralihan abad ke tiga be
bahasan tentang kepantasan beragama de
las dan empat belas oleh seorang ulama’ be
ngan akulturasi antara agama dengan tradisi,
sar syaikh Ibn Taymiyah (661H-728H) yang
adat dan budaya lokal yang di lakukan oleh
dikenal sebagi ulama’ penentang kedza
mereka yang berpaham moderat, hingga se
liman penguasa dan tidak kenal lelah mem
golongan mereka yang meletakkan konsep
perjuangkan penerapan Islam secara me
bid’ah (melakukan hal-hal yang baru dalam
nyeluruh dalam Negara Islam, di samping
beragama) adalah sikap rendah dan harus
dibuang karena ia dianggap sebagai benalu 1
Alaiddin Koto. . Ilmu fiqih dan Ushul Fiqh. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2006..., h. 23- 24.
aqidah tentang ke-Esa-an Tuhan yang Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir be-
dilakukan oleh wahabi dan salafi. rawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklu-
Fundamentalisme, Liberalisme dan kan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi
yang dicapai oleh Napoleon Bonaparte yang berke-
Moderasi dalam Islam bangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang
Dalam sejarah kaum muslimin, setelah kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan
modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya
merapuhnya dinasti Utsmaniyah di Tur stagnan. Lihat: http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir
180 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194
itu beliau juga menentang keras dan menolak kaum salafi atau dengan nama “Wahabiyah
taqlid serta “ketidak benaran” dalam praktek atau Wahabi” yang dinisbatkan oleh pengi
keagamaan umat Islam. Secara istilah taqlid kutnya pada pemilik ide dan pelopor pertama
memiliki makna yaitu menerima ucapan atau gerakan pembaharuan ini. Namun dalam
keterangan seseorang walau orang tersebut perkembangannya, Kaum Wahabi sendiri
tidak mengucapkan atau mencantukan dalil lebih memilih istilah al-Muwahhidun atau
nya, seperti kita menerima keterangan dari Ahl al-Tawhid untuk menamakan kelompok
imam Syafi’i tentang tertib dalam wudlu mereka.5 Dikisahkan, dalam sejarah perkem
hukumnya wajib, walau Imam Syafii’ tidak bangan ajaran Wahabi ini, yakni pada tahun
menyebutkan dalil tetapi kita mengamalkan 1747 M, Muhammad bin Saud menyatakan
keterangan tersebut, atau menurut pendapat secara terbuka penerimaannya terhadap ber
lain; Taqlid adalah menerima ucapan penda bagai pemikiran dan pandangan keagamaan
pat atau keterangan seseorang (mujtahid atau Muhammad bin abdul wahab, hingga dalam
ulama’ tertentu) tanpa mengetahui darimana waktu 10 tahun kekuasaannya berkembang,
sumber keterangan tersebut diambil.3 Selan dan begitu pula dakwah Wahabi makin me
jutnya Ibn Taymiyah menyerukan umat Is nguat dengan dukungan politik Ibnu Saud.
lam agar keluar dari kungkungan “sekat” Disebutkan antaraa Muhammad bin Saud
mazhab-mazhab dan mulai memperbarui dan Muhammad bin Abdul Wahab sama-
sistem berpikir serta menyelaraskan kembali sama diuntungkan, terjadilah simbiosis mu
hukum Islam yang sesuai dengan nilai-nilai tualisma antara paham keagamaan dan ke
yang terkandung dalam al-Kitab dan Sunnah kuatan politik sampai pada tahun 1757
Rasul (Ruju’ ila al-Qur’an wa as-Sunnah as- M pengaruh Wahabi terhenti di (wilayah)
Shohihah).4 Ihsa’.6
Pandangan keagamaan Wahabi dalam
Wahabi: Potret Gerakan Pemurnian Tauhid
masalah Tauhid, menurut mereka ada dua:
Selain gerakan yang dipantik dari kairo
tauhid rububiyah wa asma wa shifat dan tauhid
ibukota Mesir, (dalam peta Mesir masuk pa
rububiyyah dimana tauhid yang pertama
da wilayah benua Afrika), dalam rekam je
bertujuan untuk mengenal dan menetapkan
jak sejarah perjalanan umat Islam; muncul
Allah sebagai Rabb dengan nama dan sifat-
juga satu gerakan dari Jazirah Arab, yang
sifatNya, dan tauhid yang kedua terkait
di dalamnya juga terdapat beberapa fase
dengan tuntutan dan tujuan (at-thalab wal
munculnya pemikiran kuat dengan tujuan
qashad).
perilaku “membersihkan” pelataran pola pi
Fokus utama gerakan Wahabi adalah
kir kaum muslimin dari kemandegan dan ke
pemurnian tauhid dan akidah umat Islam.
jumudan – yang hal tersebut - berbarengan
Mereka beranggapan umat Islam harus
adanya gerakan massif pemahaman literal
dibersihkan dari syirik baik syirik asghar (ke
tafsir terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang ber
cil)`, syirik akbar (besar) dan syirik khaf`ii (sa
barengan dengan perilaku keagamaan yang
mar-samar). Di samping itu umat Islam da
diusung oleh Muhammad bin Abdul Wahab
lam beribadah harus dimurnikan dari bid’ah
(/1701M-1793M) yang di back up oleh kekuatan
baik bid’ah qawliyah i’tiqadiyah dan bid’ah fi al-
politik kerajaan, dengan Muhammad bin
‘ibadah.7 Kemunculan Wahabi sebagai satu
`Saud al-Faishal sebagai penguasa saat itu,
gerakan keagamaan, pada mulanya berawal
gerakan ini masyhur dikenal dengan sebutan
5
http://paramadina.wordpress.com/2007/06/20/wahha-
3
Berangkat dari definisi Taqlid, ada dua unsur yang bisme-sebagai-islam-puritan
perlu diperhatikan, yaitu: 1). Menerima atau mengiku- 6
Wahid, Maghfur. 2010. Benarkah Hizbut Tahrir Muk-
ti suatu perkataan orang, 3). Perkataan tersebut tidak tazilah, Khawarij dan Wahabi?. Malang: Khilafah Insti-
diketahui dasarnya apakah ada dalam al-Qur’an dan tute. h. 15-16.
hadits. Lihat: Opcit. Hal. 132. Saiful Hadi. 2009. Ushul 7
Dalam kaca mata wahabi, permasalahan yang melan-
Fiqh, Yogjakarta, Sabda Media..h. 125. da ummat Islam terkini adalah masalah aqidah umat
4
Opcit. Hal. 24-25. Lihat juga: Hilal, Iyad. 2005. Studi Ten- yang banyak mengandung kesesatan, prilaku syirik,
tang Ushul Fiqih, Bogor, Pustaka Thariqul Izzah. h. 132. bid’ah dan Khurafat. Ibid. h. 18-19.
Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 181
dari “keprihatinan yang membuncah” tentang Pada dekade akhir-akhir ini, juga terda
kondisi carut marutnya perkembangan sosial pat segolongan dari kaum muslimin yang
dan pemikiran di dunia Islam yang dalam menerjemahkan nash-nash syar’i dari al-
pandangan seorang Abdul Wahab karena Qur’an dan hadits secara “apa adanya”, me
sarat dengan khurafat, kultus “pemujaan” laksanakan hukum-hukum agama yang ter
indvidu, tahayul, pencemaran terhadap aqi surat dalam nash, pendekatan yang literal
dah tauhidiyah dan ritual bid’ah yang men terhadap fisik nash begitu kental, sebagian
dekati syirik serta perilaku menyimpang lain besar pada ayat-ayat penerapan hukum Is
yang “tidak dikenal dan terjadi” pada zaman lam (hukum syariah) dan ayat-ayat tentang
Rasulullah SAW. jihad. Dalam hal ini, mereka bukan hanya
Lebih lanjut disebutkan ajaran Wahabi ini memahami untuk kelompoknya sendiri
berkisar pada empat ajaran pokok: 1. Kem saja, tapi berusaha menyebarkan dan menu
bali kepada ajaran-ajaran Islam yang asli, larkan pada orang lain dengan segala cara,
seperti yang ada dalam al-Qur’an dan hadis; termasuk mendefinisikan bahwa segala yang
2. Kebutuhan untuk menyatukan iman baru dalam agama itu bid’ah – maka wajib
dan perbuatan; 3. Pelarangan atas semua diberantas-, termasuk sistim baru kene
pandangan dan praktik yang tidak ortodoks. garaan, seperti demokrasi atau beberapa isu
Hal ini menyebabkan, Muhammad bin yang berkaitan dengan HAM, bahkan me
Abdul Wahhab untuk sepanjang hidupnya lekat pada kelompok ini prinsip setiap ne
memerangi praktik-praktik seperti pe gara yang memerangi kaum muslimin pa
nyembahan kepada para wali dan ziarah ke da hakekatnya penduduk negara itu wajib
makam-makam dan tempat-tempat keramat diperangi pula dimanapun mereka berada
untuk memperoleh berkah; 4. Pembentukan sehingga menimbulkan kasus seperti bom
sebuah negara Islam yang secara khusus bali, pemboman hotel JW. Marriot, pem
akan didasarkan kepada penerapan hukum- boman kedubes Australia dan Amerika dan
hukum agama. Sejauh keluarga Sa`ud berhasil teror bom di malam natal dan tahun baru,
memperluas pengaruh dan wewenangnya di bahkan di malam pergantian tahun baru
Arabia, sesuatu yang mendekati sebuah ne 2011 terjadi pengeboman di depan gereja
gara Islam sudah terbentuk.8 Qadisiyin, Alexandria, Mesir, saat misa per
Melirik imbas paling kentara dari pemu gantian tahun yang menewaskan puluhan
tlakan paradigma dua kutub bid’ah-sunnah orang. 10
ini telah menjadi semacam momentum ter Peristiwa demi peristiwa yang terjadi di
sendiri; sekaligus sebagai babak baru pu atas, merupakan serangkaian tindakan teror
rifikasi total perilaku dan pemikiran kea atas nama agama, berdasar pada dalil nash
gamaan dalam dunia islam di antaranya yang dipahami secara “mentah”. Pendekatan
adalah menolak (baca; menentang) segala yang literal “hitam-putih” terhadap ayat, de
aspek-aspek spiritualitas dari aksi ritual ke ngan menjadikan kepastian ganjaran surga
agamaan sebagian golongan umat Islam – bagi pelaksana (baca: eksekutor) - sebagai
yang mengadopsi kebijaksanaan lokal baik alas tindakan ekstrim dan teror mereka.
yang bersifat ritual sosial, lelakon dan peri
laku budaya dan tradisi memaknai hari be dasar dari hadis yang diriwayatkan dari jalur Abdul-
lah, bin Ja’far, al-Makhrami, Az-Zuhri, dan Ibrahim
sar keagamaan dalam Islam atau perilaku bin Saad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf dari
lain yang bersifat kultural mu’amalah, yang al-Qasim bin Muhammad dari Aisyah ra. yang artinya:
notabene sudah men-darah daging dan “ siapa saja yang mengada-adakan sesuatu yang baru dalam
urusan agama kami ini, yang bukan bagian darinya, maka
mengakar tunjang bahkan sudah menyatu tertolak. (HR Ahmad, Bukhori, Muslim, Abu Dawud ,
menjadi denyut jiwa kehidupan pada Ibn Majah). Lihat: bab . Hadits Pilihan, Abdurrahman,
Yahya. 2010.“Semua yang Menyalahi Islam Tertolak”. Jur-
sebagian masyarakat tertentu.9 nal al-Waie, No. 117 tahun X, 1-31 Mei 2010. Hal. 64.
8
http://paramadina.wordpress.com/2007/06/20/wahha- 10
Misrawi, Zuhairi. Senin, 3 Januari 2011. Revital-
bisme-sebagai-islam-puritan isasi Islam “Rahmatan Lil Alamin”. Kompas (Ko-
9 Dasar hukum persoalan bid’ah dalam agama ber- lom 2-5).
182 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194
lam yang sudah baku, bersifat qot’iy dan te berguna buat umat manusia”.12 Menengok
tap, dalam artian- massifikasi pendekatan pada hal ini, pada dasarnya pemikiran-pe
liberal (liberal approach) terhadap ayat-ayat mikiran gerakan Islam liberal dapat kita pi
al-Qur’an dengan konsep yang extra fleksible lah, dan itu bertujuan untuk membongkar
bergantung pada realitas zaman, belum tentu kemapanan beragama, bertradisi dan ber
kebenarannya. pemahaman agama dari mainstream kaum
Selain pendekatan baru liberalisasi mak muslimin. Secara gambling, cara-cara mem
na ayat-ayat al-Qur’an dengan metode taf bongkar kemapanan itu dilakukan dengan
sir hermeneutika, kaum liberalis juga tiga cara, yaitu: 1) Liberalisasi dalam bidang
berusaha keras-dengan sedikit memaksa- akidah Islamiyah, 2) Liberalisasi dalam
mensinergikan maksud kandungan ayat-ayat bidang pemahaman al-Quran; dan, 3) Li
al-Qur’an dengan kondisi kemanusiaan dan beralisasi dalam bidang syariat dan akhlak
realitas asas-asas Hak Asasi Manusia (HAM) disebutkan, adanya liberalisasi dalam bidang
terkini, dengan hujjah applikasi penerapannya akidah yang diajarkan oleh kaum liberal, mi
yang bertumpu sama sekali pada aspek sosio salnya bahwa semua (kebenaran) agama
logis, determinasi psikologis, Maslahah dan sama,13 dan tentang pluralisme agama, hal
Maqosid syariah termasuk andaikata harus ini bertentangan dengan akidah Islam Ahlus
mendekonstruksi makna ‘terdekat’ dari ayat sunnah wal jamaah. Sementara juga, dalam
al-Qur’an – kalau - itu dibutuhkan demi dan hal ini, kaum muslimin meyakini agama
atas nama “universalitas” kemanusiaan, ji Islam sebagai agama yang haq dan paling
ka tuntutan ayat “harus” bisa beradaptasi benar, sebagaimana firman Allah SWT: yang
sesuai dengan konteks yang terjadi dalam artinya
dataran perilaku sosial-kemanusiaan, yang ”bahwa agama - di ridhoi- di sisi Allah adalah
terpenting adalah bagaimana teks bisa Islam”(QS. Ali Imran: 19),
terkoneksi dengan konteks. Kerangka so dengan tidak menafikan hubungan yang
siologis dan psikologis ini “memagari” ba baik dengan penganut agama lainnya yang
gaimana tindakan dan sikap keberagamaan memandang agama mereka juga benar
seseorang dalam menilai sebuah peristiwa menurut mereka.14
yang terjadi pada zamannya. Keberadaan 12
Ungkapan Ulil Abshar Abdalla dalam tulisan “menye-
Maslahat menjadi nyawa dan ruh utama da garkan kembali pemahaman Islam” , lihat http://jurnalpar-
lemenonline.wordpress.com/2010/01/15/islam-2/
lam beragama dalam konteks kekinian, ge 13
“Dengan tanpa rasa sungkan dan kikuk, saya men-
rakan liberalisasi Islam ini, menyiratkan gatakan, semua agama adalah tepat berada pada
bahwa manusia adalah segalanya, seakan ji jalan seperti itu, jalan panjang menuju Yang Mahabe-
nar. Semua agama, dengan demikian, adalah benar,
ka tanpa menghasilkan maslahat (bagi ma dengan variasi, tingkat dan kadar kedalaman yang
nusia) maka agama hanyalah fosil yang ja berbeda-beda dalam menghayati jalan religiusitas itu.
Semua agama ada dalam satu keluarga besar yang
uh dari memberi manfaat buat manusia sama: yaitu keluarga pencinta jalan menuju kebenaran
dan kemanusiaan bahkan jika sekalipun itu yang tak pernah ada ujungnya”. Tulisan Ulil Abshar
adalah hukum Tuhan. Sebagaimana ungka Abdalla dalam “menyegarkan kembali pemahaman Is-
lam”, lihat http://jurnalparlemenonline.wordpress.
pan salah satu tokoh liberal: “Syarat dasar com/2010/01/15/islam-2/
memahami Islam yang tepat adalah dengan 14
Secara definisi aswaja adalah Kepercayaan tehadap
Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya itu
tetap mengingat, apa pun penafsiran yang telah termaktub dalam al-Qur’an al-Karim dan sun-
kita bubuhkan atas agama itu, patokan uta nah Nabi secara terpencar-pencar, yang kemudian di-
ma yang harus menjadi batu uji adalah mas kumpulkan dan dirumuskan dengan rapi oleh seorang
ulama besar, yaitu Syeikh Abu al-Hasan al-Asy’ari
lahat manusia itu sendiri.” Diteruskan, “Jika (lahir di Basrah tahun 260 H dan wafat di kota yang
Islam hendak diseret kepada suatu penaf sama pada tahun 324 H dalam usia 64 tahun). Dengan
arti seperti di atas –cukup gamblang-, apa yang masuk
siran yang justru berlawanan dengan mas dalam kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah, pertama-
lahat manusia itu sendiri, atau malah me tama adalah para sahabat Nabi, para tabi’in dan tabiit-
nindas kemanusiaan itu, maka Islam yang tabi’in, serta semua orang yang mengikuti jalan Nabi
Muhammad SAW sampai hari kiamat kelak. Umam,
semacam ini adalah agama fosil yang tak lagi Khotibul, et. All. 2009. Faham Ahlu Sunnah wal Jamaah
184 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194
Bila dilihat, ajaran pluralisme yang di agama itu benar meski tidak sama, mem
maksud oleh kaum liberal berlainan dengan berikan ucapan selamat pada hari besar aga
pandangan konsep ukhuwah wathaniyah (per ma lain, aurat perempuan, anti poligami,
saudaraan sebangsa) yang dipegang kaum dan nikah beda agama.16 Design Islam yang
Nahdliyin yang dikenal dan menerapkan diperkenalkan dan ditawarkan oleh gerakan
ajaran Islam rahmatan lil alamin, konsep mo Islam Liberal adalah Islam yang substansial
derat dalam keberagamaan yang mengo dalam memandang segala persoalan de
kohkan solidaritas dengan saudara-saudara ngan barometer nilai kritis, universal dan
sebangsa. Disamping itu kaum liberal me mengedepankan pola pemecahan yang ra
ngabaikan syariah sebagai hukum tuhan un sional. Teks mesti mengalami dekonstruksi,
tuk dan demi kemaslahatan umat manusia, seperti pada hukum waris, pelaksanaan
mengabaikan sikap tawadhu’, akhlakul ka hudud (potong tangan) mesti menyesua
rimah dan ta’dim pada ulama’ salaf, memba ikan dengan kondisi perubahan waktu.17 Pe
talkan otoritas mereka dan keagungan turats nyangkalan atas “hukum Tuhan” dan yang
serta peradaban Islam.15 ada hanya prinsip umum universal, dan
keharusan atas pelaksanaannya ‘kudu” dide
Aspek Sosiologis dalam Kaidah Agama:
konstruksi dan hanya bertumpu pada tujuan
Perspektif Islam Liberal
umum syariah itu sendiri yang disebut
Peran paradigma sosiologis yang begitu maqashid shariah.18
besar dalam frame pemikiran keagamaan
kaum liberal, menyebabkan ketika ada per Epistemologi Islam Liberal:
soalan keagamaan yang secara umum sudah Pembacaan dan Penafsiran al-Qur’an
maklum dan “baku” jawabannya dalam hu Dalam pembacaan penafsiran, kita ambil
kum agama menjadi mungkin untuk dila contoh bagaimana Islam Liberal lebih meng
kukan eksplorasi lagi dengan menimbang utamakan bacaan yang baru yang lebih sesu
aspek sosiologis dan sisi psikologis pada ai dengan semangat Islam Liberal sehingga
hukum (baca; jawaban) tersebut. Penetapan ilmu yang sudah pakem dan paten dalam
hukum atas satu persoalan, selama persoalan pembacaan al-Qur’an yaitu ulumul Qur’an bias
itu masih berkutat pada hubungan antar ma dikesampingkan, bila tidak sesuai dengan
nusia (hablumminannas) pintu perdebatan dan konteks semangat zaman, hal ini sesuai de
pemberlakuan hukum lain selain yang sudah ngan ungkapan koodinator Jaringan Islam
“diamalkan” oleh umat Islam, masih mung Liberal, Ulil Abshar Abdalla: “Bahasa Arab
kin diterapkan ataupun ditinjau kembali. itu semuanya konsonan. Ketika dihidupkan
Merumuskan ulang kaidah umum yang dengan memberikan harakat, bisa dibaca ber
berkenaan dengan konsep maslahat ‘ammah beda-beda. Misalnya ada ayat la yamassuhu
(kepentingan umum) misalnya, ketika kai illal mutathahhirun, yang artinya orang yang
dah tersebut dapat digunakan untuk meng tidak berwudu tidak boleh menyentuh Al-
interpretasi teks hukum secara berbeda, ja Quran. Tetapi, kalau dibaca la yamassuhu illal
di ketika teks secara literal berbunyi “A” tapi 16
http://www. Majalah.Tempo interaktif.com/id/ar-
kepentingan umum berkata lain maka tafsir sip/2005/
yang dipakai bisa “B” yang berpihak pada 17
http://www. Majalah.Tempo interaktif.com/id/ar-
sip/2005/
kepentingan umum sekalipun harus berbeda 18
Ungkapan Ulil Abshar Abdalla dalam tulisan “menye-
dengan realitas teks. Berdasar fakta tersebut, garkan kembali pemahaman Islam” “Menurut saya, tidak
semisal perbedaan interpretasi dengan ga ada yang disebut “hukum Tuhan” dalam pengertian
seperti dipahami kebanyakan orang Islam. Misalnya,
gasan tentang hubungan Islam dengan aga hukum Tuhan tentang pencurian, jual beli, pernika-
ma lain dengan meletakkan bahwa semua han, pemerintahan, dan sebagainya. Yang ada adalah
prinsip-prinsip umum yang universal yang dalam
Jakarta, PP.LAKPESDAM NU. Cet. Ke-1, h..7-8 tradisi pengkajian hukum Islam klasik disebut seba-
15
http://www. Suara islam.com. news/ berita nasional/ gai maqashidusy syari’ah atau tujuan umum syariat Is-
forum kiai muda jatim/-jil-tak-punya-argumentasi- lam. Lihat: http://jurnalparlemenonline.wordpress.
kuat/ com/2010/01/15/islam-2/
Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 185
muththahharun, artinya menjadi al-Quran Liberal. Hingga untuk semakin ‘lebih’ akrab
itu tidak boleh disentuh kecuali oleh orang- dikenal, gerakan Islam Liberal mengadakan
orang yang hatinya suci. Menurut saya, yang serangkaian kegiatan yang bersifat rutin,
kedua ini jauh lebih tepat karena wudu se sistimatis dan skematis, mulai dengan lingkar
cara fisik tidak penting. Banyak lagi ratusan diskusi kecil, mengundang tokoh-tokoh yang
bacaan dalam al-Quran seperti itu. Jadi, al- bersimpati dan memiliki kemiripan afiliasi
Qurannya sama, cuma cara membacanya ki dengan gerakan ini dan menyiarkannya le
ta pilih yang lebih sesuai”. 19 wat media radio-radio, sampai dengan me
Ungkapan ini menegaskan bahwa Islam ngadakan seminar dan workshop di gedung
Liberal dalam memandang nash secara fisik dan hotel.
lebih mengedepankan ruang dan waktu, Islam Liberal menganggap bacaan dan
karena kehadiran nash mesti mendahulukan upaya para mufassirin klasik terhadap teks
kebutuhan manusia – dimana nash itu me (nash) masih lebih mengedepankan pema
mang diperuntukkan keberadaannya bagi haman teks yang berasal dari reader (pembaca/
manusia- jadi apalah arti kehadiran nash di dirinya), sehingga terkesan ada penggagahan
tengah-tengah manusia bila kehendaknya (baca; penguasaan atas kebenaran teks dari
masih selalu di “langit”, dan konteks ma sang absolute yang “tak terbatas” oleh yang
nusia bersama ruang dan waktu selalu me reader yang “terbatas”) mengapa dalam
ngalami perubahan, tidak stagnan dan tetap. membaca sebuah teks (nash), dibutuhkan
Dasar-dasar ini yang membungkus teori Mo hermeneutika? gerakan Islam Liberal lebih
hammed Arkoun bahwa al-Qur’an adalah berupaya menangkap maksud dari teks ter
muntaj tsaqofi atau produk budaya, teori sebut dengan “menghindari kesewenang-we
double movement Fazzlurrahman dan Nasr nangan penafsiran” - yang dalam kacamata
Hamid Abu Zayd yang intensif menggeluti mereka- seringkali terjadi dan dilakukan oleh
kajian hermeneutik dalam tafsir klasik. 20 individu atau sekelompok orang yang mem
Hal lainnya adalah, bagaimana Islam batasi keinginan Tuhan (the will of divine) atau
Liberal membuang organ-organ ornamental keinginan terdalam maksud teks dengan
pada al-Qur’an yang dianggap sudah tidak memberikan batasan final serta merupakan
lagi sesuai dengan zaman sekarang seperti hasil akhir terhadap kehendak teks yang ti
kisah-kisah para nabi, kaum dan bangsa dak dapat dibantah dan diganggu gugat.21
yang dihancurkan Allah SWT seperti kaum Dalam perspektif pendekatan hermeneu
Ad dan Tsamud, juga lainnya secara fisik ti tik, variable pemahaman manusia itu sedikit
dak lagi dibutuhkan hanya di ambil pesan nya melibatkan tiga unsur yaitu unsur author
moralnya. (pengarang), unsur teks dan unsur reader
Senada dengan yang di atas, sebelum me (pembaca) yang masing-masing unsur dalam
langkah terlalu jauh, ada baiknya kita se proses pemahaman memiliki peran dan
dikit menyinggung apa yang acap kali di fungsinya sendiri, sehingga mengunggulkan
dengungkan oleh gerakan Islam Liberal peran salah satu unsur atau mengabaikan
ketika menggagas diterapkannya metode peran salah satu unsur lainnya hanya akan
hermeneutika dalam penafsiran al-Qu’an, membawa “kesewenang-wenangan dalam
sebagaimana kita maklum, hermeneutika memahami”.22
adalah salah satu tema gerakan pemikiran Dalam bahasa lain, bangunan Hermene
Islam yang dijadikan isu sentral oleh Islam utika berkisar pada tiga elemen pokok yak
ni: teks, interpreter dan audien yang lazim
19
http://www. Majalah.Tempo interaktif.com/id/ar-
sip/2005/ dikenal dengan triadic structure. Dalam ga
20
Apa yang dilakukan oleh fazlurrahman, arkoun, dan ris besarnya, konsentrasi para pengkaji her
abu zayd, adalah contoh bagimana mengolah al-qur’an
dengan hermeneutika. Fahruddin Faiz. 2005. Herme- Ibid. kata pengantar M. Amin Abdullah, hal. xx.
21
neutika Al-Qur’an Tema-Tema Kontroversial. Yogjakarta: Ibid, kata pengantar, M. Amin Abdullah. hal. xviii-
22
meneutika adalah berkisar seputar segitiga Abu Zayd dengan metode analisis linguistik,
teks, pengarang dan pembaca (hermeneut). yang meletakkan al-Qur’an tak lebih dari teks
Adapun diantara tiga sisi adalah berpusat yang diproduksi realitas, alias “muntaj tsaqofi
pada teks sebab ialah produk yang ditelorkan atau produk budaya”,26 yang menganggap
oleh pengarang dan itulah tema yang menjadi bahwa sumber keilahian al-Qur’an bertenta
konsentrasi pembaca. 23 ngan dengan analisis ilmiah obyektif karena
Selanjutnya berangkat dari sini, aplikasi telah mengorbankan dimensi manusia un
tafsir dengan terapan metode hermeneutika tuk kemaslahatan Allah,27 serta metode ma
diharapkan –adanya- eksistensi al-Qur’an lebih terialis historis oleh Hassan Hanafi yang se
mampu menjawab persoalan kemanusiaan cara garis besar melakukan pembacaan dan
terkini, karena munculnya semangat rela pemahaman dengan menghubungkan wah
si kuat dialektika antara teks-konteks-kon yu ke realitas (wahyu selalu datang untuk
tekstualisasi, sehingga seorang mufassir pembenaran terhadap realitas yang sedang
dapat dengan leluasa menangkap spirit hidup), tidak membutuhkan semua dalil
makna teks dan dapat melakukan produksi naqli dan mendorong sisi humanis bukan
makna baru sesuai dengan realitas ruang teologis.28
dan waktu,- acuannya- dimungkinkan ter
Nash Syar’i dalam Perspektif Pemahaman
ciptanya al-Qur’an yang sholihun likulli zaman
dan Aksi Islam Fundamentalis
wal makan.
Kedudukan nash syar’i atau sebut saja al-
Hermeneutika24 dalam menilai tafsir
Qur’an dan sunnah nabawiyyah di kalangan
dengan memandangnya bahwa tidak ada taf
kaum fundamentalis adalah amat signifikan.
sir yang tetap, dalam perspektif bahwa semua
Sepenggal kalimat di atas bagaimana cara
tafsir adalah produk akal manusia yang si
pandang dan aksi gerakan mereka terhadap
fatnya relatif, yang parsial- kontekstual, tem
nash.
poral dan personal dan “bisa saja keliru”.
Nash bagi kaum fundamentalis adalah
Berangkat dari paham relativisme ini maka
pesan yang “hidup”, apa yang tersurat ha
tidak ada lagi satu kebenaran yang diterima
ruslah dilaksanakan dan dilakukan dalam
semua pihak, semua manusia bisa salah. De
ranah kehidupan sebagaimana disebutkan:
ngan demikian menurut hermeneutika ini
tidak ada tafsir yang qath’i, tidak ada yang “Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab
pasti kebenarannya, semuanya relatif, semu kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan
anya dzanni. 25 yang sebenarnya[tidak merubah dan mentakwilkan
Selanjutnya, baiknya senyampang kita sesuka hatinya, mereka itu beriman kepadanya.
lihat sebagaimana yang dilakukan oleh Mo dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka
mereka Itulah orang-orang yang rugi” (QS. Al-
hammed Arkoun dengan proyek dekons
Baqarah: 121)
truksi al-Qur’an dengan varian pembacaan
linguistik, semantis dan antropologis, dalam dan penerapannya dalam kehidupan
pengertian menghindari makna teologis ke sebagaimana dalam salah satu kandungan
tika membaca al-Qur’an, dan Nasr Hamid al-Qur’an:
23
Adian Husaini dan Abdurrahman al-Baghdadi. 2007. “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan
“Hermeneutika dan Tafsir al-Qur’an”. Jakarta, Gema In- kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
sani Prees. h. 31.
24
Hermeneutika pada dasarnya merupakan satu pena- memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya
firan yang berangkat dari analisa bahasa dan melang- mendapat pelajaran orang-orang yang mem
kah pada analisa konteks lalu menarikk makna yang punyai fikiran. “ (QS. Shad: 29).
didapat ke dalam ruang dan waktu saat pemahaman
dan penafsiran tersebut dilakukan. h. 15. 26
disebutkan”…karena bahasa adalah produk budaya,
25
Paham relativisme tafsir ini sangat berbahaya, dian- maka al-Qur’an yang berbahasa arab juga produk bu-
taranya: menghilangkan keyakinan akan kebenaran daya arab” lihat.Ibid. h. 33.
dan finalitas Islam, dan menempatkan Islam sebagai 27
Fahmi Salim. 2010. Kritik Terhadap Studi Al-Qur’an
agama sejarah yang selalu berubah mengikuti zaman. Kaum Liberal. Jakarta: Perspektif. h. 230.
Ibid, h. 19-20. 28
Ibid. h. 231-234.
Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 187
Visi keislaman yang jelas dari cara pan sejurus dengan firman Allah SWT dalam al-
dang kaum fundamentalis dan militan Is Qur’an :
lam yang “menolak demokrasi liberal” ala
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah
barat dan memiliki sikap pandangan, bah
kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan
wa dalam wilayah politik tidak ada garis te
janganlah kalian mengikuti langkah-langkah
gas yang memisahkan antara Islam dan po
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh nyata
litik, juga hubungan agama dan Negara.
bagi kalian” (QS. al-Baqarah: 108).
Dalam semangat memperjuangkan agama
(baca: Islam) adalah sudah semestinya bila Memaknai kata-kata sepenuhnya (kaffah)
perjuangan politik Islam yang kaffah mes dalam al-Qur’an, bahwa Islam mewajibkan
tilah diwujudkan dengan berdirinya satu bahwa setiap kehidupan diatur oleh agama
bentuk negara Islam yang berdasar syariah. Islam,31 dan adanya institusi negara Islam di
Agama tak dapat dipisahkan dari negara; butuhkan keberadaannya untuk menjamin
dan pada dasarnya agama mengatur seluruh keberlangsungan dijalankannya sistem hu
aspek kehidupan dan hubungan antar ma kum yang Islami yang sesuai dengan tun
nusia melalui negara yang terwujud dalam tunan Syariah, yang memaklumkan satu
konstitusi, legislasi dan berbagai undang- agenda pemerintahan yang bukan berben
undang yang mengatur kehidupan bernegara tuk sistem kerajaan, republik ataupun par
dan bermasyarakat. lementer bahkan khilafah bukan wujud
Dari sini, sebagaimana organisasi HTI dari satu pemerintahan yang berbentuk de
(Hizb tahrir Indonesia) yang memperjuang ngan sistem demokrasi, teokrasi maupun
kan bentuk pemerintahan Islam dengan sis autokrasi ataupun federasi, uni, kekaisaran
tem khilafah. Dalam tulisannya, Irfan Ali dan commonwealth tapi khilafah adalah
menyatakan: “Secara ideologis, HTI meru Negara kesatuan. Menurut HT (Hizb
pakan organisasi Partai Politik Islam yang Tahrir), agar segala sesuatunya berjalan
berdiri pada tahun 1953 di Timur Tengah, secara ideal, maka khilafah harus dibangun
di Negara Yordania. Saat ini HTI sudah di atas empat pilar sebagimana berikut: 1.
memiliki cabang di hampir 30 negara Kedaulatan di tangan Syariat, 2. Kekuasaan
termasuk Indonesia. Namun di Indonesia di tangan umat, 3. Hanya ada satu khalifah
HTI mewujud sebagai organisasi masa (or yang di baiat, 4. Hanya khalifah yang diberi
mas) yang berjuang di luar sistem politik ne kewenangan mengadopsi hukum untuk
gara untuk menegakkan syari’at islamiyah dijadikannperundang-undangan. 32
dibawah naungan daulah khilafah, suatu Berdasarkan paradigma krusial ini, maka
sistem pemerintahan yang dipimpin seorang seluruh hukum-hukum Islam tanpa terkecuali
khalifah.29 Taqiyuddin an-Nabhani sendiri harus diterapkan kepada manusia, sebagai
menyatakan tentang definisi khilafah yaitu: konsekuensi adanya iman atau aqidah Is
“Khilafah adalah kepemimpinan kaum Muslim di lamiyah. Konsep aqidah menjadi peran vital
seluruh dunia untuk menegakkan syariat Islam, utama yang membranding seluruh aktivitas
mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dakwah HT dalam mewujudkan dasar utama
dunia. Khilafah itu sama dengan imamah”.30 Se ideal Negara, perlembagaan (konstitusi) dan
mangat mendirikan negara Islam ini bergaung undang-undang yang berdasarkan syariah
karena dianggap dengan kekuatan politik ini Islam, serta setidaknya, aqidah Islamiyah
Islam dapat berkembang, disamping bahwa ini mencakup dua hal, yaitu aqidah aqliyah
semestinya mereka menjalankan perintah (aqidah yang menjadi dasar pemikiran) dan
Allah SWT, bahwa dalam beragama mesti aqidah siyasiyah (aqidah yang menjadi dasar
utuh dan penuh totalitas, dalam segala hal, politik) yang melahirkan aturan untuk me
31 Rahmat Kurnia, Muhammad.. Tak ada pemisahan
29 http://politik.kompasiana.com/2010/04/01/fenome- agama dan Negara dalam Islam. Jurnal al-Waie no.116 Ta-
na-hti-kajian-akademis/ hun X, 1-30 April, 2010. h. 57.
30 Opcit. h. 23. 32 Opcit. Hal. 23-24.
188 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194
sikap moderat dalam masalah takdir dengan sebagaimana dapat kita pahami, bahwa
menghindari sikap kemandirian penuh per akar kata “Islam” berasal dari kata “aslama,
buatan manusia yang jauh dari campur ta yuslimu, islaman”37 dimana “etimologi “sa
ngan tuhan seperti kaum Qadariyah atau ma lam” yang memiliki arti damai dan menye
nusia sama sekali tidak memiliki kehendak lamatkan. Implikasi dari pemaknaan tersebut
sebagaimana golongan Jabariah, keempat; memunculkan keniscayaan bagi setiap mus
moderat dalam sikap terhadap pemerintah lim dalam mengimplementasikan nilai-ni
yaitu sikap antara memberontak (bughot) dan lai ajaran Islam tidak lain adalah untuk
acuh tak acuh dalam menasehati pemerintah menciptakan kedamaian dan keselamatan
dalam undang-undang dan kebijakan pu kepada seluruh alam tanpa terkecuali. Sena
blik (control of government rule and public da, dengan hal ini, adalah ungkapan Dr. KH.
policy), lima; moderat dalam menyikapi Saied Aqil Siraj, dalam tulisannya “menyikapi
karomatul awliya’ (karomah atau derajat ke Kegarangan Puritanisme” bahwa otentisitas
muliaan para wali) dengan barokahnya keislaman apakah harus kearab-araban
dengan membenarkannya namun tidak apakah Isalam otentik mesti ”garang’ ter
juga berlebihan sampai memuja kuburan- hadap semua yang bukan dari islam, tradisi
kuburannya. lokal dan modernitas? 38
Sikap moderat dalam pemahaman keilmu Implementasi nilai-nilai keislaman yang
an keagamaan adalah sikap jalan tengah yang rahmatan lil alamin adalah bagaimana Islam
dengan tegas mengelaborasi pemikiran-pe hadir mencipta harmoni dalam sikap mem
mikiran keagamaan yang berpijak teguh pada bangun toleransi positif bagi semua ke
al-Qur’an dan hadits dengan menetapkan lompok agama dan aliran kepercayaan, se
Ijma’ (konsesus) para ulama Salafush Shalih bagaimana semangat dalam Q.S. al-Kafirun
dan para Mujtahidin, menghormati, meng ayat 1-6, dimana kita sebagai umat islam tahu
kaji dan membedah turats sebagai khazanah bahwa di sekeliling kita ada keyakinan dan
kekayaan peradaban keilmuan Islam serta kepercayaan atau iman lain yang kita dituntut
konsisten dalam meneguhkan adanya Ijtihad untuk memahami dan menghormati dengan
terhadap persoalan-persoalan manusia dan pemahaman dan penghormatan yang wajar
kemanusiaan yang terkini dan terbarukan, sebagaimana mereka lakukan pada kita.
selalu menjalankan sunnah Rasulullah Ada beberapa aspek konstruktif yang di
SAW dan menjauhi segala yang dilarang, jadikan asas yaitu nilai-nilai persaudaraan
melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar yang kita kenal dengan sikap ukhuwah. Dalam
sebagaimana firman Allah swt: “apa yang moderasi yang dibangun berdasar sikap
diberikan rasul padamu terimalah ia dan apa ukhuwah ini, sebagaimana yang dirumuskan
yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah; dan oleh KH. Akhmad Siddiq (rais am PBNU),
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah yaitu tiga konsep model persaudaraan yai
sangat keras hukuman-Nya” (QS. al- Hasyr: tu al-ukhuwah al-Islamiyah (persaudaraan
7), juga sebagaimana firman Allah swt: keislaman), al-ukhuwah wathoniyah (persa
“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan udaraan kebangsaan), al-ukhuwah al-basyariy
untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang mungkar dan beriman 37 Yunus, Mahmud. Kamus Arab –Indonesia, Jakarta.
kepada Allah” (QS. Ali ‘Imron: 110). Karya Agung. h. 177.
38 Membincang gerakan puritanisme islam pada um-
Sikap moderat dengan jalan tengahnya umnya gerakan yang menganggap dirinya laebih be-
menjadikan kehadiran Islam sebagai agama nar dari lawannya, bahkan, Said Aqiel Siraj mengutip
rahmatan lil alamin, jauh dari sikap ekstrim pendapat khaled aboe el-Fadoel tentang Islam puritan
ini, dengan menyatakan: mereka adalah kelompok atau
(tathorruf) dan membabi buta dalam ber gerakan yang sengaja memisahlan diri dari mainstream
agama (menjalani agama) juga menjauhi si umat. Mereka cenderung ekslusif, egoistis dan sering
kritis terhadap ulama’ yang mapan., Said Aqiel Siraj,
kap beragama yang “longgar” yang terasing “Menyikapi kegarangan Puritanisme”, Jawa Pos, Selasa, 5
dan menjaga jarak dari tuntunan nash, serta April 2011, (kolom 3).
190 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194
masa era penjajahan dan perang kemer yang tinggal dalam radius 94 KM dari kota
dekaan tak terhitung konstribusi serta pe Surabaya untuk ikut membantu BKR (Badan
ngorbanan nyata baik nyawa, darah dan keamanan Rakyat) dalam perang melawan
airmata umat islam sejak perlawanan zaman tentara Belanda dan Inggris, teriakan bung
penjajahan potugis sejak 1511-1605, masa tomo dengan pekikan… Allahu Akbar!
Belanda selama 3.5 abad, Inggris hingga era Membakar semangat para pemuda dan ma
Jepang, bahkan dalam masa pembentukan syarakat Surabaya dan daerah sekitarnya un
pemerintahan di awal-awal kemerdekaan tuk berperang dengan semangat menang atau
bahkan ketika menyusun pancasila sebagai mati syahid. dengan semangat keberagamaan
dasar negara. yang dipadu dengan rasa kecintaan pada tanah
Diceritakan oleh kiai Salahuddin Wahid air, umat islam telah menorehkan tinta emas di
dalam kilas sejarah, saat para kiai dan ulama’ sepanjang kelokan sejarah Indonesia.
dari organisasi Nahdlatul Ulama’ (NU) me Dari titik inilah sebenarnya –untuk ke
ngadakan rapat di Surabaya berkaitan de sekian kali- peran pesantren, kiai dan para
ngan adanya informasi shahih bahwa pada ulama’ yang di back up dengan semangat
akhir September 1945 tentara Belanda ukhuwah wathoniyah dan pernyataan hubbul
(NICA) mendompleng tentara sekutu un wathon minal iman yang bermakna cinta tanah
tuk kembali merebut dan menancapkan air adalah sebagian dari iman menggugah
kembali kekuasaannya di Indonesia, yang umat islam untuk berjuang bahu membahu
pada akhirnya para ulama yang dimotori menyelamatkan bangsa dan negara dari ta
oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 ngan penjajah, sehingga dengan peran dan
oktober 1945 mengeluarkan naskah per keikut sertaan ulama’ dalam perjuangan
juangan umat Islam yaitu resolusi jihad40 menjadikan 10 nopember dikenal sebagai
sebagai bentuk perlawanan atas segala hal hari pahlawan, hari pengorbanan segenap
yang berbau penindasan dan penjajahan. elemen bangsa. Rasanya tidak berlebihan,
Dimana isi lengkap dari naskah resolusi jika semangat persaudaraan sebangsa ini
jihad41 ini adalah mendorong pemuda islam diterapkan dalam konteks modern dalam
40
Naskah pidato perlawanan dari hadrotus syaikh
KH. Hasyim Asy’ari itu disampaikan dengan bahasa waktu kekinian dimana saatnya keikhlasan
arab dengan maksud tagar tidak terendus oleh belan- adjah;
da: diantar isi pidato itu adalah: “Apakah ada dan kita Menimbang: a. bahwa mereka (Kaoem Pendjajah) telah
orang yang suka ketinggalan, tidak turut berjuang pada mendjalankan kekedjaman, kedjahatan dan kezholi-
waktu-waktu ini, dan kemudian ia mengalami keadaan se- man dibeberpa daerah daripada Indonesi.b. bahwa
bagaimana yang disebutkan Allah ketika memberi sifat ke- mereka telah mendjalankan mobilisasi (Pengerahan
pada kaum munafik yang tidak suka ikut berjuang bersama tenaga peperangan) oemoem, goena memperkosa
Rasulullah… Demikianlah, maka sesungguhnya pendirian kedaoelatan Repoeblik Indonesia;
umat adalah bulat untuk mempertahankan kemerdekaan dan Berpendapatan: Bahwa oentoek menolak bahaja pendj-
membela kedaulatannya dengan segala kekuatan dan kesang- adjahan itoe tidak moengkin dengan djalan pembitja-
gupan yang ada pada mereka, tidak akan surut seujung ram- raan
but pun.Barangsiapa memihak kepada kaum penjajah dan sadja;1. Berperang menolak dan melawan pendjadjah
condong kepada mereka, maka berarti memecah kebulatan itoe Fardloe ‘ain (yang harus dikerdjakan oleh tiap2
umat dan mengacau barisannya….Maka barangsiapa yang orang Islam, laki2, perempoean, anak2, bersendjata atau
memecah pendirian umat yang sudah bulat, pancunglah tidak (bagi orang jang berada dalam djarak lingkaran
leher mereka dengan pedang siapa pun orangnya itu…” 94 Km. Dan tempat masoek kedoedoekan moesoeh). 2.
lihat:http://www.lakpesdam.or.id/publikasi/290/memahami- Bagi orang2 jadi berada diluar djarak lingkaran tadi,
kembali-maknaresolusi-jihad kewadjiban itu fordloe kifayah (yang tjoekoep, kalau
41
NADLATOEL OELAMA “R E S 0 B L U S 1” MOEK- dikerdjakan sebagian sadja). 3. Apa bisa kekoeatan da-
TAMAR NAHDLATOEL ‘OELAMA’ ke-XVI jadi di- lam No. I beloem dapat mengalahkan moesoeh, maka
adakan di POERWOKERTO moelai malam hari Rebo orang2 jang berada diloar djarak lingkaran 94 Km.
23 hingga malam Sabtoe Rb. ‘oetsani 1365, bertepatan Wadjib berperang djoega membantoe No. 1,sehingga
dengan 26 hingga 29 Maret 1946. moesoeh kalah. 4. Kaki tangan moesoeh adalah pemet-
Mendengar: Keterangan2 tentang soesana genting jang jah kegoelatan teqad dan kehendak ra’jat, dan haroes
melipoeti Indonesia sekarang, disebabkan datangja dibinasakan menoeroet hoekoem Islam sabda Chadits,
kembali kaoem pendjadjah, dengan dibantoe oleh riwajat Moeslim. Resoeloesi mi disampaikan kepada:1.
kakitanganja jang menjeloendoep ke dalam masjarakat P.J.M. Presiden Repoeblik Indonesia dengan peran-
Indonesia: taraan Delegasi Moe’tamar. 2. Panglimatertinggi T.R.l.
Mengingat:a. bahwa Indonesia adalah negeri Islam, 3. M.T. Hizboellah 4. M.T. Sabilillah 5. Ra’jat Oemoem
b. bahwa Oemmat Islam dimasa laloe telah tjoekoep .lihat: lihat:http://www.lakpesdam.or.id/publikasi/290/me-
menderita kedjahatan dan kezholiman kaoem pendj- mahami-kembali-maknaresolusi-jihad
192 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194
dan ketulusan berjuang yang tumbuh da Muslim dan Ibnu Majah.42 Pengedepanan
ri nilai-nilai relegiusitas dapat mengisi ru aspek kemanusiaan ini juga menyentuh sikap
ang waktu pasca revolusi fisik perang ke tolong menolong dan saling meringankan be
merdekaan yang sudah terjadi lebih dari ban kala bencana atau kesusahan menimpa.
setengah abad yang lalu. Aspek ini pada dasarnya meletakkan solida
Aura positif keIslaman menjadi pendorong ritas kepada sesama sebagai tulang punggung
kejujuran (honesty) dalam menjalankan ama utama, dengan ketulusan membantu dan
nah masyarakat dari segenap segmen baik meringankan beban siapapun `yang mem
politik, hukum, seni- budaya, dan pertahanan butuhkan tanpa melihat status, strata, suku
serta ketahanan bangsa. Bahkan beranjak agama, ras dan adat. Penghargaan kita seba
lebih jauh, produktivitas persaudaraan gai pribadi amatlah menentukan terhadap
sebangsa ini, menjadi penyanggah bangunan bagaimana wajah agama Islam di hadapan
peradaban dan elan vital spirit bangsa menjadi manusia sekalian dan dunia.
bangsa teladan yang baldatun thayyibatn wa Ukhuwah basyariah memberdayakan dan
rabbun ghafur. mencipta pribadi unggul serta menempatkan
segala urusan kemanusiaan dengan penuh
Al- ukhuwah al-basyariah penghargaan sebagai sesama ciptaan Tuhan,
Tipologi ukhuwah yang ketiga adalah per bukankah persaudaraan yang tulus akan
saudaraan kemanusiaan, umat islam melihat menciptakan perdamaian, sebagaimana hu
manusia lain sebagai saudara sesama makh bungan sosial membutuhkan saling pema
luk yang diciptakan Allah SWT, yang se haman dan keterbukaan.
cara hukum mereka berhak mendapat per Mengaca dari konsep Islam moderat yang
lindungan baik nyawa dan harta bendanya. mengusung teologi jalan tengah dengan be
Berangkat dari satu pemahaman dan peri rupaya membumikan wajah Islam yang rah
laku keberagamaan bahwa umat islam da matan lil alamin setidaknya ada lima hal
tang dengan damai dan membawa rasa yang harus dilakukan; pertama adalah se
aman baik terhadap individu maupun ko nantiasa menciptakan dialog interaktif dina
munitas sosial tidak terkecuali alam dan mis antara teks (nash) dan konteks sehingga
lingkungan sekitar, bukankah Rasulullah diharapkan akan tercapai hasil pemikiran
SAW sendiri menyatakan: “barang siapa yang konstruktif-produktif dalam mem
yang beriman pada Allah swt dan hari akhir bangun situasi dan kondisi sosial yang
hendaklah ia memuliakan dan menghor Islami, kedua; mengembangkan sikap pe
mati tetangganya” atau dalam satu riwa rilaku keberagamaan (baca: keislaman)
yat disebutkan, Rasulullah SAW pernah yang mendorong kearah terwujudnya mas
mengatakan: “celakalah orang yang tetang lahatul ‘ammah (kemaslahatan publik) yang
ganya tidak merasa aman dari mulut dan ta lebih berpihak pada isu-isu krusial yang
berkembang di tengah masyarakat semisal
ngannya”. Terminologi “tetangga” dalam
Islam adalah bilangan 40 rumah atau kepala 42
keluarga dari empat pejuru mata angin ke :
:
arah barat, timur, utara dan selatan, yang
mana hak penghormatan kita pada mereka ”
dengan tidak menyakiti mereka dan selalu Yang artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasu-
mengulurkan kebaikan pada mereka, tanpa lullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka jangan menyakiti
mempertimbangkan aspek apapun kecuali tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada
bahwa tetangga kita adalah manusia yang Allah dan hari akhir, maka hendaklah menghormati
harus dihormati keberadaannya. hal ini se tamunya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.”
bagaimana perintah Rasulullah SAW dalam (Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah). Lihat http://kelu-
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori argasakinahh.blogspot.com/2009/01/5-hadits-tentang-
tetangga.html
Alamul Huda Menakar Epistemologi Gerakan Liberalis, Fundamentalis, Dan Moderat..... | 193
Daftar Pustaka
Bull, Victoria. 2010. Oxford Leaners Pocked Diary. PP.LAKPESDAM NU. Cet. Ke-1.
Oxford: Oxford university Press. Salim, Fahmi. 2010. Kritik Terhadap Studi
Faiz, Fahruddin. 2005. Hermeneutika Al-Qur’an Al-Qur’an Kaum Liberal. Jakarta:
Tema-Tema Kontroversial. Yogjakarta: El- Perspektif.
SaQ press. Hilal, Iyad. 2005. Studi Tentang Ushul Fiqih,
Koto, Alaiddin. 2006. Ilmu fiqih dan Ushul Fiqh. Terjemah oleh Abu Faiz. Bogor: Pustaka
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Thariqul Izzah.
Umam, Khotibul, et. All. 2009. Faham Hadi, Saiful. 2009. Ushul Fiqh, Yogjakarta,
Ahlu Sunnah wal Jamaah Jakarta, Sabda Media.
194 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2010, hlm. 178-194