Anda di halaman 1dari 3

Judul Quality or Control?

Management in Higher Education


Jurnal Journal of Higher Education Policy and Management
Volume & Halaman Vol. 26, No. 3, pp. 381-391
Tahun November 2004
Penulis John Milliken & Gerry Colohan
Reviewer Al. Rusmadji
Tanggal 5 Desember 2016

Tujuan Penelitian 1. Menganalisis analisis kebijakan pendidikan Inggris berdasarkan


Education Reform Acts of 1988 and 1992
2. Menunjukkan perubahan paradigma manajemen pendidikan
Inggris dalam kurun waktu 15 tahun terakhir yang ditandai
perubahan dari managerialisme ke kontrol mutu

Subjek Penelitian Education Reform Acts of 1988 and 1992 yang dikeluarkan oleh the
Higher Education Funding Council for England (HEFCE)

Metode Penelitian Analisis historis kebijakan publik

Definisi Operasional 1. Managerialisme adalah “the pursuit of results- oriented


Variabel Dependen systems of government management through streamlined
processes of decision making, designed to allow greater
autonomy but also greater responsibility for the field or
programme manager” (p. 381). Dalam dunia pendidikan,
managerialisme berarti mengintroduksikan prinsip manajerial
bisnis ke dalam dunia pendidikan. Demikian pernyataan
pengarang: “Consumer-driven market in which schools
compete for pupils by trying to offer the best goods and a
greater variety of choice. Under this market mechanism,
schools, which fail, will go to the wall. But for those schools,
which remain, this new system will increase their power and
enhance their status” (p.382).
2. Kontrol kualitas merupakan mekanisme dalam membuat
evaluasi atas pengajaran dosen, hasil belajar mahasiswa,
pengalaman belajarnya yang diukur berdasarkan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah. (p.387)

Cara & Alat Mengukur Analisis managerialisme dan kontrol kualitas di pendidikan
Variabel Dependen dianalisis dengan cara:
1. Memperlihatkan filosofi di belakang kebijakan pendidikan.
2. Memperlihatkan pengaruh politik dalam kebijakan
pendidikan
Hasil Penelitian 1. Pada tahun 1980-an, penyelenggaraan pendidikan tinggi
mengalami perubahan dalam hal (1) A shift from issues of
policy to issues of management; (2) The break up of traditional
bureaucratic structures into quasi-autonomous ``corporatised''
units; and (3) A strong emphasis on cost-cutting. Singkatnya,
prinsip-prinsip manajerial ekonomi diintroduksikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tinggi. Audit Commission
menyebut kata kunci untuk hal itu ialah ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas.
2. Dampak bagi manajemen sekolah ialah perubahan tekanan
a. Dari kemajuan ke standar
b. Dari penugasan ke spesialisasi
c. Dari manajemen lokal ke otonomi.
3. Namun demikian dampak yang paling kentara ialah
a. Tekanan besar pada akuntabilitas penyelenggaraan
pendidikan
b. Perubahan struktur pendanaan
c. Meningkatnya jumlah mahasiswa
d. Keterikatan sekolah dengan dunia pasar
4. Perubahan kedua terjadi ketika disadari bahwa sekolah tidak
dapat disamakan seluruhnya dengan dunia pasar. Perhatian
pada mutu lebih ditekankan daripada penerapan manajerial
pasar: “focus on quality is beginning to revolutionise the work
of most organisations (Atkinson, 1991; Berry, 1991;
Murgatroyd and Morgan, 1994; Oakland, 1989).”
5. Dampak dari penerapan akuntabilitas dalam perbagai sektor
dunia sekolah ialah “The main effects of this reform on higher
education are increatosed pressure for more accountability,
changes in structure and funding, increased student numbers
and an intense exposure to market forces. Current notions of
accountability have broadened beyond the 1980s perspective
of accounting for the use of public funds and demonstrating
effciency in the allocation of financial resources, to
accountability to students in the quality of teaching and
accountability to industry for the knowledge and skills base of
new graduates.” (cetak miring dari saya)
6. Masih terdapat diskusi yang jauh dari kata sepakat mengenai
makna mutu. CNAA mendeskripsikan mutu sebagai berikut:
“the development of students' intellectual and imaginative
powers; their understanding and judgement; their problem-
solving skills, their ability to communicate; their ability to see
relationships within what they have learned and to perceive
their field of study in a broader perspective. The programme
must aim to stimulate an enquiring, analytical and creative
approach, encouraging independent judgement and critical
self-awareness.” (p.385). Mutu adalah selalu berkaitan dengan
tujuan.
7. Evaluasi atas penerapan kontrol mutu menunjukkan bahwa
a. Pencapaian mutu terkendala oleh kurangnya dana.
AUT “expressed the view that the quality of the
student experience has suffered from the under-
funded expansion of higher education.” (p.388)
b. Rumitnya instrumen evaluasi pencapaian mutu
membuat dosen memilih cara evaluasi yang gampang.
“to avoid a signi®cant increase in student failure rates.
The evidence includes reports of lecturers being forced
to use less time-consuming and less rigorous
assessment techniques.” (p.388)
c. Akibat kurangnya kontrol, THES melaporkan
seperempat jumlah mahasiswa melakukan plagiasi
dalam ujian dan tugas mereka. “A recent THES (Baty,
2004) article reports on survey which shows that a
quarter of students admit to plagiarising ± and almost
all of them are getting away with it.” (p.388)

Kekuatan Penelitian Memperlihatkan basis teori maupun dimensi politis dari reformasi
pendidikan di Inggris.

1. Grand theory yang dipakai ialah teori manajemen yang


sudah teruji di dunia bisnis dan mengkritik pendasaran
manajemen Weberian pada perguruan tinggi. “a Weberian
iron cage of over-prescriptive rationality, of given ends and
operationalism'' (p.384)
2. Membuka tabir adanya motif politik dalam mendefinisikan
arti kualitas dalam dunia pendidikan berkat analisis kritik
ideologi. “Dennis (1995) takes it a stage further and has
suggested that quality appears to be a metonym for
system worship (which in itself is a dei®cation of
managerialist prerogatives) and that the concern should be
with an apparent movement towards a regime of a total
systematic management of humans. In the US, this is also
considered by Rhoades (1997) who believes that
management prerogatives have grown at the expense of
academic autonomy and power.” (cetak miring dari saya)

Kelemahan Penelitian Tidak ditampilkan data statistik yang dapat mendukung tinjauan
kritis atas implementasi reformasi pendidikan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai