Anda di halaman 1dari 5

ISSN (Print) : 2443-1141

ISSN (Online) : 2541-5301


PENELITIAN

Pengelolaan Obat Kedaluwarsa dalam Upaya


Pengendalian Pencemaran Lingkungan di
Puskesmas Wilayah Kerja Kota Serang
Yeti Nuryeti¹* , Yaslis Ilyas²
Abstrak
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah bahan farmasi menjadi kekhawatiran
global. ditemukan jejak limbah farmasi dilingkungan akuatik memiliki potensi untuk menimbulkan
efek berbahaya bagi kehidupan akuatik. Sumber yang signifikan dari pencemaran limbah farmasi di
lingkungan adalah pembuangan obat kedaluwarsa yang tidak dilakukan pengelolaan sebelumnya.
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu penghasil limbah farmasi yaitu
obat kedaluwarsa. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengelolaan obat kedaluwarsa di Pusk-
esmas wilayah Kota Serang tahun 2017.
Desain penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan metode observatif. Lokasi penelitian
dilakukan di Puskesmas wilayah Kota Serang. Responden penelitian adalah pengelola obat dan kepala
puskesmas sebanyak 32 orang responden.
Hasil penelitian diperoleh dari 32 responden yang diperiksa, diperoleh 100% tidak memiliki ke-
bijakan pengelolaan obat Kedaluwarsa. Dari 32 responden yang diperiksa diperoleh sebanyak 20
(62,5%) responden melakukan penyimpanan obat Kedaluwarsa yang kurang baik dan 12 (37,5%) re-
sponden mempunyai penyimpanan obat kedaluwarsa yang baik. Sebanyak 28 (87,5%) responden
melakukan pemusnahan obat kedaluwarsakurang baik dan sebanyak 4 (12,4%) responden memiliki
pengelolaan obat kedaluwarsa yang baik dan sebanyak 32 (100%) responden melakukan pencatatan
dan pelaporan obat Kedaluwarsa yang baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah di seluruh Pusk-
esmas belum ada kebijakan tentang pengelolaan obat kedaluwarsa dan belum melakukan pengel-
olaan obat kedaluwarsa yang baik. Maka diperlukan pembuatan kebijakan pengelolaan obat ked-
aluwarsa dan meningkatkan pengawasan dan kordinasi lintas sektor.

Keywords : Limbah Farmasi, Obat Kedaluwarsa, Pengelolaan, Puskesmas

Pendahuluan tujuan yang harus dicapai pada Sustainable Devel-


Dalam Undang – Undang Dasar 1945 pasal opment Goals (SDGs) yang berwawasan lingkungan
28H menegaskan bahwa warga setiap warga nega- yaitu pelestarian lingkungan dan menghentikan
ra berhak untuk hidup dalam lingkungan hidup hilangnya keanekaragaman hayati. (United Nation,
yang baik dan sehat. Oleh karena itu negara wajib n.d.)
melindungi warga negaranya dengan membuat Pencemaran lingkungan yang disebabkan
peraturan yang menjamin kelestarian lingkungan oleh limbah bahan farmasi menjadi kekhawatiran
hidup. (UUD 1945, n.d.). Sejalan dengan salah satu global. ditemukan jejak limbah farmasi diling-
kungan akuatik memiliki potensi menimbulkan efek
berbahaya bagi kehidupan akuatik. Sumber yang
*Korespondensi : ainuryeti16@yahoo.co.id
1,2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia signifikan dari limbah farmasi di lingkungan adalah
V O L UM E 4, N O. 3, SEP T EM B E R—D E SE M B E R 2018 H IG IE N E 139

pembuangan obat-obatan yang Kedaluwarsa/sisa/ limbah farmasi termasuk dalam kategori limbah B3.
tidak terpakai dari sektor rumahtangga. Studi yang Produk farmasi dalam hal ini obat kedaluwarsa ada-
dilakukan (Shaaban, Alghamdi, Alhamed, Alziadi, & lah obat yang telah melewati tanggal kedaluwarsa
Mostafa, 2018) mendapatkan kesimpulan bahwa ditentukan berdasarkan obat yang disimpan di
sebagian besar obat kedaluwarsa dibuang melalui bawah kondisi ideal yang disarankan produsen dari
limbah rumah tangga atau di saluran pembuangan aspek kondisi suhu, kelembaban, paparan cahaya,
air. Praktek tersebut dapat menyebabkan efek me- dan integritas pengemasan. (ICH, 2002). Tanggal
rugikan bagi manusia dan satwa liar. Mayoritas kedaluwarsayang ditentukan oleh produsen produk
masyarakat sadar tentang bahaya obat-obatan na- obat berarti bahwa obat harus memenuhi standar
mun tidak semua sadar akan keterkaitan bahaya yang berlaku dari identitas, kemurnian, kekuatan
atau resikonya terhadap lingkungan. dan kualitas pada saat digunakan, asalkan itu disim-
Bahan berbahaya dan beracun yang selan- pan dalam kondisi penyimpanan yang ditunjukkan
jutnya di singkat B3 adalah zat, energi, dan/atau oleh produsen. (Farrugia, 2005)
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/ Dari survei pendahuluan yang di lakukan
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak oleh peneliti dari dua puskesmas menunjukan bah-
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak wa obat kedaluwarsa masih banyak yang belum
lingkungan hidup, dan/atau merusak lingkungan, dilakukan pemilahan, penyimpanan dan pemusna-
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, han dengan baik. Hal tersebut dapat berdampak
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan kepada pencemaran lingkungan dan kesehatan
makhluk hidup lain. Limbah bahan berbahaya dan masyarakat sehingga pengelolaan obat kedaluwar-
beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3, ada- sa harus dilakukan dengan baik dan benar. Tujuan
lah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
mengandung B3. (Kementrian LHK RI, 2009) pengelolaan obat Kedaluwarsa di Puskesmas Wila-
Limbah pelayanan kesehatan berbeda yah Kota Serang Tahun 2017.
dengan limbah dari perusahaan atau limbah rumah
tangga pada umumnya khususnya dari karakteristi- Metode Penelitian
knya sehingga diperlukan upaya pengelolaan yang Desain penelitian ini menggunakan studi
lebih spesifik. Apabila tidak dilakukan pengelolaan deskriptif dengan metode observatif.
dengan benar akan menimbulkan potensi bahaya Menggunakan instumen lembar checklist observasi.
bagi kesehatan dan lingkungan. Pencemaran ling- Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas wilayah
kungan yang terjadi akibat limbah medis akan kem- Kota Serang, Waktu penelitian dilaksanakan pada
bali berdampak terhadap kesehatan baik pero- bulan Mei-Juli tahun 2017. Pada penelitian ini tidak
rangan maupun masyarakat sekitar. Permasalahan dilakukan pengambilan sampel karena penelitian
pengelolaan limbah khususnya limbah medis men- menggunakan metode non probability sampling
jadi masalah dan tantangan bagi setiap fasilitas dengan teknik kuota sampling dimana keseluruhan
pelayanan kesehatan yang ada. Karena pengelolaan populasi dijadikan sebagai sampel yaitu 16 Pusk-
limbah medis membutuhkan biaya yang cukup be- esmas di wilayah Kota Serang. Responden
sar dan aturan yang wajib dipenuhi oleh penghasil penelitian adalah pengelola obat dan kepala pusk-
limbah sebagai syarat dari upaya pengelolaan yang esmas sebanyak 32 orang responden. Data dik-
ada. (RosihanAdhani, 2018) umpulkan dianalisis secara deskriptif untuk
Limbah Farmasi adalah limbah yang men- menghasilkan gambaran pengelolaan obat Ked-
cakup produk farmasi yang sudah kedaluwarsa, aluwarsa di seluruh puskesmas wilayah Kota Se-
tidak digunakan, tumpah, atau terkontaminasi se- rang.
hingga harus dibuang. Dari karakteristiknya maka
140 H IG IE N E V O L UM E 4, N O. 3, SEP T EM B E R—D E SE M B E R 2018

Hasil responden yang diperiksa, diperoleh 100% tidak


Dari hasil pengumpulan dan pengelolaan memiliki kebijakan pengelolaan obat Kedaluwarsa.
data penelitian mengenai pengelolaan limbah far- Gambaran penyimpanan obat kedaluwarsa di Pusk-
masi di 16 puskesmas terhadap 32 responden di esmas wilayah Kota Serang. Didapatkan data bahwa
wilayah Kota Serang, diperoleh hasil sebagai berikut. dari 32 responden yang diperiksa diperoleh
Tabel memperlihatkan gambaran kebijakan sebanyak 20 (62,5%) responden melakukan penyim-
pengelolaan obat kedaluwarsa di Puskesmas wila- panan obat Kedaluwarsa yang kurang baik dan 12
yah Kota Serang. Didapatkan data bahwa dari 32 (37,5%) responden mempunyai penyimpanan obat
kedaluwarsa yang baik.

Tabel 1. Gambaran Kebijakan, penyimpanan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan Obat


Kedaluwarsa Di Puskesmas Wilayah Kerja Kota Serang (n=32)

Variabel Jumlah %
Ada 0 0.0
Kebijakan pengelolaan Obat Kedaluwarsa
Tidak Ada 32 100.0
Kurang baik 20 62.5
Penyimpanan Obat Kedaluwarsa
Baik 12 37.5
Kurang baik 28 87.5
Pemusnahan Obat Kedaluwarsa
Baik 4 12.5
Kurang baik 28 87.5
Pencatatan dan Pelaporan Obat Kedaluwarsa
Baik 4 12.5

Gambaran pemusnahan obat kedaluwarsa pemusnahan dan pencatatan dan pelaporan obat
di Puskesmas wilayah Kota Serang. Didapatkan data kedaluwarsa.
dari 32 responden yang diperiksa diperoleh Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
sebanyak 28 (87,5%) responden melakukan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
pemusnahan obat kedaluwarsakurang baik dan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
sebanyak 4 (12,4%) responden memiliki pengelolaan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih men-
obat kedaluwarsa yang baik. Gambaran pencatatan gutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
dan pelaporan obat kedaluwarsa di Puskesmas wila- mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
yah Kota Serang. Didapatkan data sebanyak 32 setinggi-tingginya di wilayah kerja Dinas Kesehatan
(100%) responden melakukan pencatatan dan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menye-
pelaporan obat Kedaluwarsa yang baik. lenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang
kesehatan di kabupaten/kota. (Kemenkes RI, 2014).
Pembahasan Dalam rangka mewujudkan kinerja pemerintahan
Kebijakan pengelolaan limbah farmasi dapat daerah yang optimal, diperlukan standar operasion-
dilihat dari dua aspek yaitu aspek perlindungan bagi al prosedur penyelenggaraan tugas-tugas
lingkungan hidup yaitu pengurangan dan pemilahan, pemerintahan daerah. SOP adalah Serangkaian pe-
penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, pen- tunjuk tertulis yang dibakukan mengenai proses
guburan, Penimbunan Limbah B3 dan aspek pengel- penyelenggaraan tugas-tugas Pemerintah Daerah.
olaan obat yaitu fungsi penyimpanan, pemusnahan (Kemendagri RI, 2011).
dan pencatatan pelaporan. Pengelolaan limbah far- Dari hasil penelitian yang dilakukan didapat-
masi berupa obat kedaluwarsadi Puskesmas wilayah kan semua puskesmas tidak memiliki kebijakan
kerja Dinas Kota Serang meliputi penyimpanan, terkait pengelolaan obat kadaluarsa. Kebijakan da-
V O L UM E 4, N O. 3, SEP T EM B E R—D E SE M B E R 2018 H IG IE N E 141

lam hal ini adalah berupa Standar Operasional Pemusnahan obat merupakan kegiatan
Prosedur (SOP). Hal ini karena tidak ada peraturan penyelesaian terhadap obat-obatan yang tidak
atau aturan dari Dinas Kesehatan Kota Serang yang terpakai karena kadaluarsa, rusak, ataupun mu-
mengatur tentang pengelolaan obat kadaluarsa. tunya sudah tidak memenuhi standar. Tujuan dil-
Akibat ketidaktersediaan kebijakan pengelolaan akukan pemusnahan ini ialah untuk melindungi
obat Kedaluwarsamaka pengelola obat tidak mem- masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
iliki pedoman yang harus dilakukan untuk mengel- penggunaan obat atau perbekalan kesehatan yang
ola obat Kedaluwarsadengan baik. Penelitian yang tidak memenuhi persyaratan mutu keamanan dan
dilakukan(Setyasri, 2011) meyebutkan bahwa SOP kemanfaatan, selain itu pemusnahan juga ber-
memastikan apa yang dikerjakan sesuai dengan tujuan untuk menghindari pembiayaan seperti
standar, tidak berubah-ubah sehingga mencipa- biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan atas
takan konsistensi kerja dan mencapai kualitas yang obat atau perbekalan kesehatan lainya yang sudah
ditetapkan. tidak layak untuk dipelihara. (Subagya MS, 1990)
Obat kedaluwarsa merupakan limbah B3 Penghapusan obat rusak dan kedaluwarsaju-
yang diatur pengelolaannya termasuk penyimpa- ga menjadi masalah tersendiri bagi Pemerintah
nannya. Penyimpanan Limbah B3 (LB3) dilakukan Daerah. Sebagai barang milik daerah, obat rusak
dengan cara menyimpan di fasilitas Penyimpanan dan kedaluwarsayang ada dimasukkan dalam
LB3, menggunakan wadah sesuai kelompok Limbah persediaan, penghapusan barang dapat dilakukan
B3, penggunaan warna pada setiap kemasan dan/ untuk obat rusak dan Kedaluwarsa. Sebagai barang
atau wadah Limbah sesuai karakteristik Limbah B3; persediaan milik daerah belum ada dasar prosedur
dan pemberian simbol dan label Limbah B3 pada administrasi penghapusan khusus untuk obat.
setiap kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai Penghapusan obat rusak dan kedaluwarsa yang ada
karakteristik Limbah B3. Wadah untuk obat Ked- masih mengacu pada penghapusan barang milik
aluwarsa menurut aturan adalah warna cokelat. daerah secara umum. (Widiasih, Zahrulfa,
(Kementrian LHK RI, 2015). Penyimpanan obat Ked- Rustamaji, & Suryawati, 2018)
aluwarsa sebaiknya di simpan di ruang atau tempat Dari Penelitian yang dilakukan didapatkan
khusus terpisah dari obat yang belum kadaluarsa, mayoritas responden (87,5%) tidak melakukan
diruang yang terkunci agar terjamin keamanannya. pemusnahan dengan baik. Obat kedaluwarsa dari
Limbah bahan kimia atau Limbah farmasi beberapa tahun sebelumnya masih tersimpan. Hal
dalam jumlah sedikit dapat dikumpulkan bersama ini dikarenakan tidak adanya pedoman untuk
dengan Limbah infeksius. Limbah farmasi Ked- pemusnahan obat kedaluwarsa, tidak adanya dana
aluwarsa/tidak digunakan dalam jumlah besar yang untuk pemusnahan yang harus dilakukan kepada
tersimpan di unit pelayanan farmasi harus dikem- pihak pengelola limbah B3 yang memiliki izin untuk
balikan ke pemasok (penyuplai) atau pihak pengel- pemusnahan.
ola Limbah B3 yang telah memiliki izin untuk Kegiatan pelayanan kefarmasian di Pusk-
pemusnahan esmas adalah melakukan administrasi meliputi pen-
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa catatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian
mayoritas (65%) puskesmas tidak melakukan kegiatan dalam pengelolaan sediaan Farmasi yang
penyimpanan obat Kedaluwarsasesuai standar. Hal diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan
ini dikarenakan puskesmas tidak memiliki sarana di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan
penyimpanan yang sesuai, kurangnya pengetahuan pencatatan dan pelaporan adalah bukti bahwa
tentang aturan penyimpanan obat kedaluwarsadan pengelolaan Sediaan Farmasi telah dilakukan, sum-
tidak adanya SOP dalam penyimpanan obat Ked- ber data untuk melakukan pengaturan dan pengen-
aluwarsa. dalian dan sumber data untuk pembuatan laporan.
142 H IG IE N E V O L UM E 4, N O. 3, SEP T EM B E R—D E SE M B E R 2018

(Kemenkes RI, 2016). Obat kedaluwarsadicatat dan Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan
dibuat Berita Acara Obat Rusak/Kedaluwarsa. RI Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pen-
catatan dan pelaporan dan pembuatan berita acara Kementrian LHK RI. (2009). Undang-Undang No.32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
obat rusak/kedaluwarsatelah dilakukan oleh seluruh
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Retrieved
pengelola obat di puskesmas Kota Serang. Pencata- from http://175.184.234.138/p3es/uploads/
tan dan pelaporan ini menjadi dasar dari laporan unduhan/UU_32_Tahun_2009_(PPLH).pdf
mutasi obat yang dibuat setiap akhir tahun untuk Kementrian LHK RI. (2015). Peraturan Menteri Ling-
menilai seluruh jumlah nilai asset daerah khususnya kungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor :
obat. P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas
Kesimpulan Pelayanan Kesehatan.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ke- RosihanAdhani. (2018). Pengelolaan Limbah Medis.
bijakan tentang pengelolaan limbah farmasi Belum (S. Devy Halim, Ed.). Banjarmasin: Lambung
tersedia di seluruh puskesmas, penyimpanan dan Mangkurat University Press. Retrieved from
pemusnahan limbah farmasi belum seluruhnya http://eprints.ulm.ac.id/2939/1/Buku
Pengelolaan limbah medis pelayanan
puskesmas melakukan dengan baik sedangkan pen- kesehatan_final_26feb2018.pdf
catatan dan pelaporan obat kedaluwarsa sudah dil-
Setyasri, P. D. (2011). Prosedur Pengelolaan Doku-
akukan dengan baik diseluruh puskesmas wilayah men Standar Operasional Prosedur (SOP) di
kerja Kota Serang. Diharapkan Dinas Kesehatan PT Konimex Pharmaceutical Laboratories
selaku pemangku kepentingan membuat kebijakan Sukoharjo. UNIVERSITAS SEBELAS MARET.
atau Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk Shaaban, H., Alghamdi, H., Alhamed, N., Alziadi, A.,
pengelolaan limbah farmasi di Puskesmas dan & Mostafa, A. (2018). Environmental Con-
tamination by Pharmaceutical Waste: As-
meningkatkan pengawasan dan koordinasi lintas
sessing Patterns of Disposing Unwanted
sektor untuk pengelolaan obat kedaluwarsa. Medications and Investigating the Factors
Influencing Personal Disposal Choices.
Daftar Pustaka Subagya MS. (1990). Manajemen logistik (cetakan
ke). Jakarta: CV Haji Masagung.
Farrugia, C. . (2005). Controlled temperature stor-
age of medicinals: good practice measures in United Nation. (n.d.). About the Sustainable Devel-
the community pharmacy. Journal of the opment Goals - United Nations Sustainable
Malta College of Pharmacy Practice, 10, 30– Development. Retrieved October 16, 2018,
33. from https://www.un.org/
sustainabledevelopment/sustainable-
ICH. (2002). Bracketing and matrixing designs for
development-goals/
stability testing of new drug substances and
products. In International Conference on UUD 1945. (n.d.). Retrieved from http://
Harmonization. jdih.pom.go.id/uud1945.pdf
Kemendagri RI. (2011). Peraturan Menteri Dalam Widiasih, E. S., Zahrulfa, A., Rustamaji, & Suryawati,
Negeri Nomor 52 Tahun 2011 Tentang S. (2018). Analisis Dasar Hukum, Kebijakan
Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan dan Peraturan Penghapusan Obat Rusak dan
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kedaluwarsadi Dinas Kesehatan Yogyakarta.
Jakarta. Retrieved from https:// Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 7, 34–
peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/ 41.
Permendagri_52_2011.pdf
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusk-
esmas. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai