Pengelolaan Obat Kedaluwarsa Untuk Mengatasi Dampak Pencemaran Lingkungan
Pengelolaan Obat Kedaluwarsa Untuk Mengatasi Dampak Pencemaran Lingkungan
NIM :231106044
Kelas : D3 Farmasi B
Pendahuluan
Limbah medis dari pelayanan kesehatan memiliki ciri khas yang berbeda
dari limbah perusahaan atau limbah rumah tangga, sehingga memerlukan
manajemen yang lebih khusus. Jika penanganan tidak dilakukan dengan benar,
dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan dan lingkungan. Dampak pencemaran
lingkungan oleh limbah medis dapat merugikan kesehatan individu dan komunitas
sekitarnya. Manajemen limbah medis merupakan tantangan bagi fasilitas
pelayanan kesehatan karena melibatkan biaya yang besar dan kepatuhan pada
regulasi yang dikenakan oleh produsen limbah. Limbah Farmasi, mencakup
produk farmasi yang telah kedaluwarsa, tidak terpakai, tumpah, atau
terkontaminasi, tergolong dalam kategori limbah B3. Produk farmasi, seperti obat
kedaluwarsa, harus memenuhi standar identitas, kemurnian, kekuatan, dan
kualitas saat digunakan, dengan syarat disimpan sesuai panduan produsen
mengenai suhu, kelembaban, paparan cahaya, dan integritas kemasan.
Berdasarkan studi litelatur awal yang dilakukan oleh peneliti pada lima
puskesmas, terlihat bahwa obat yang sudah kedaluwarsa masih seringkali belum
dikelola dengan melakukan pemilahan, penyimpanan, dan pemusnahan yang
efektif. Keadaan tersebut berpotensi menyebabkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat, sehingga penanganan obat kedaluwarsa
perlu dilaksanakan secara efisien dan sesuai prosedur yang benar.
Pembahasan
Obat yang telah melewati masa kedaluwarsa, sebagai jenis limbah B3,
diatur dalam hal pengelolaan, termasuk cara penyimpanannya. Panduan
penyimpanan Limbah B3 (LB3) mengharuskan pematuhan terhadap berbagai
aspek, seperti tempat penyimpanan yang khusus, penggunaan wadah yang sesuai
dengan klasifikasi limbah B3, pemberian kode warna pada kemasan, dan
penambahan simbol dan label sesuai dengan sifat limbah B3. Standar warna
cokelat telah ditetapkan sebagai tanda pengenal untuk wadah obat yang telah
kedaluwarsa menurut regulasi Kementrian LHK RI tahun 2015. Agar
keamanannya terjamin, disarankan untuk menyimpan obat kedaluwarsa secara
terpisah dari obat yang masih berlaku, dalam ruang yang terkunci. Limbah
farmasi yang telah kedaluwarsa atau tidak terpakai dalam jumlah besar sebaiknya
dikembalikan kepada pemasok atau entitas yang memiliki izin untuk pemusnahan,
sementara limbah bahan kimia dalam jumlah kecil dapat dikumpulkan bersama
dengan limbah infeksius.
Eliminasi obat yang rusak atau kedaluwarsa menjadi isu yang kompleks
bagi Pemerintah Daerah. Mengingat obat tersebut merupakan aset daerah dan
termasuk dalam persediaan, penghapusan barang dapat dilaksanakan untuk
mengatasi masalah obat rusak dan kedaluwarsa. Meskipun demikian, sebagai
bagian dari persediaan daerah, belum ada prosedur administrasi khusus yang
mengatur penghapusan obat, sehingga penghapusan obat rusak dan kedaluwarsa
masih mengacu pada pedoman penghapusan barang milik daerah secara umum
(Widiasih, Zahrulfa, Rustamaji, & Suryawati, 2018).
Kegiatan administratif dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas
mencakup pencatatan dan pelaporan terhadap semua proses dalam manajemen
sediaan farmasi yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan di
Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Fungsi pencatatan dan pelaporan ini
bertujuan sebagai bukti pelaksanaan pengelolaan sediaan farmasi, sebagai sumber
data untuk pengaturan dan pengendalian, serta sebagai sumber informasi untuk
pembuatan laporan sesuai dengan pedoman Kementerian Kesehatan RI tahun
2016. Proses pencatatan dan pembuatan Berita Acara Obat Rusak/Kedaluwarsa
diterapkan untuk obat-obat yang telah kedaluwarsa.
Kesimpulan
Referensi:
3. 5 Verb
- Menjalani
- Membuat
- Mencemari
- Menyimpulkan
- Menimbulkan
5 Nomina
- Penelitian
- Praktik
- Lingkungan
- Limbah
- Bahaya
5 Konjungsi
- Yang
- Meskipun
- Jika
- Dengan
- Dan