Anda di halaman 1dari 24

PERPAJAKAN

Dosen Pengampu :
…………………..

OLEH
KELOMPOK …………….:

I Putu Semarajaya (09)


Sukma Arya Suari (14)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat Asung Wara Kertha Nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
PERPAJAKAN ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam membuat makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan dari
buku dan internet. Oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat beliaulah makalah ini dapat tersusun rapi.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah
membaca. Sekian dan Terima Kasih.

Denpasar, 16 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Sejarah Perpajakan di Indonesia................................................................3
2.2 Pengertian Pajak........................................................................................5
2.3 Struktur Pajak............................................................................................7
2.4 Tinjauan dan Pendekatan Pajak.................................................................8
2.5 Peran Dan Fungsi Pajak ..........................................................................13
2.6 Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lainnya...........................................16
BAB III PENUTUP............................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PSUTAKA.........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negarayang
digunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhirkesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan penting
dalam perkembangan kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa dipungkiri
bahwa sulitnya negara melakukan pemungutan pajak karena banyaknya wajib
pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak merupakan suatu tantangan
tersendiri. Pemerintah telah memberikan kelonggaran dengan
memberikanperingatan terlebih dahulu melalui Surat Pemberitahuan Pajak
(SPP).
Akan tetapi, tetap saja banyak wajib pajak yang lalai untuk membayar
pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari kewajiban tersebut.
Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanismeyang dapat
memberikan daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum.
Salah satu mekanisme tersebut adalah lembaga paksa badan. Keberadaan
lembaga ini masih kontroversial Seberapa kalangan beranggapan bahwa
pemberlakuan lembaga paksabadan merupakan hal yang berlebihan. lain
pihak, muncul pulapendapat bahwa lembaga ini diperlukan untuk
memberikan efek jera yang potensial dalam menghadapi wajib pajak yang
nakal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Perpajakan di Indonesia?
2. Apa yang dimkasud dengan Pengertian Pajak?
3. Bagaimana Struktur Pajak?
4. Bagaimana Tinjauan dan Pendekatan Pajak?
5. Bagaimana Peran Dan Fungsi Pajak ?
6. Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lainnya?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Sejarah Perpajakan di Indonesia
2. Mengetahui Pengertian Pajak
3. Mengetahui Struktur Pajak
4. Mengetahui Tinjauan dan Pendekatan Pajak
5. Mengetahui Peran Dan Fungsi Pajak
6. Mengetahui Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lainnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perpajakan di Indonesia


Jauh sebelum zaman Romawi dan Yunani kuno serta zaman Firaun di
Mesir,telah ada suatu waddah yang menguasai dan memerintah penduduk Le
Contract Social atau perjanjian masyarakat yang dikemukakan oleh Rousseau
adalah teori yang menjawab pertanyaan mengapa penduduk atau rakyat harus
patuh kepada pemerintah bnegaranya.Bahwa sebagian hak dari mereka
diberikan kepada suatu wadah yang akan mengurus kepentingan
bersama.Wadah mana kemudian dikenal sebagai L’etat, Staat, State, negara.

Eksistensi pajak sebagai spesies dari genus pungutan te;ah ada sejak
zamanRomawi.Pada awal Republik Roma (509-27 sebelum Masehi)dikenal
berbagai jenis pungutan seperti censor, questor, dan beberapa jenis pungutan
lain.pelaksanaan pemungutannya diserahkan kepada warga tertentu yang
disebut ublican.Tributum sebagai pajak langsung (pajak atas kepala=head
tax)dipungut pada zaman perang gerhadap penduduk Roma sampai tahun 167
SM.Sesudah abad ke2 penguasaan Roma mengandalkan pada apajak tidak
langsung yang disebut vegtigalia seperti portoria yakni pungutan atas
penggunaan pelabuhan.

Di zaman Julius Caesar dikenal Centesima rerum venalium yakni


sejenis pajak penjualan dengan tarif 1% dari omzet penjualan.Di daerah lain
di italia dikenal dengan decumae, yakni pungutan sebesar 10% (tithe) dari
para petani atau penguasa tanah.Setiap penduduk di Italia,termasuk penduduk
roma sendiri dikenakan tributum yang tetap yang sering kali disebut
stipendium. Demikian pula di Mesir, pembuatan piramida yang tadinya
merupakan pengabdian dan bersifat sukarela dari rakyat Mesir,pada akhirnya
menjadi paksaan,bukan saja daalam bentuk uang, harta kekayaan, tetapi juga
dalam bentuk kerja paksa.Pada abad ke XIV di Spanyol dikenal dengan

3
Alcabala, salah satu bentuk pajak penjualan.

Di indonesia,berbagai pungutan baik dalam bentuk natura (Payment in


kind),kerja paksa maupun dengan bentuk uang dan upeti telah lama
dikenal.Pungutan dan beban rakyat indonesia semakin terasa
besarnya,terutama sesudah berdirinya VOC tahun 1602 dan dilanjutkan
dengan pemerintahan kolonial Belanda. Adapun himpunan peraturan yang
mengatur hubungan antara pemerintah dan para wajib pajak serta segala
sesuatu yang berkaitan dengan gtersebut,inilah yang lazim disebut dengan
hukum pajak.Khusus di indonesia telah diatur salah satu Direct Tax,
yakni :Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985,tentang
Pajak Bumi dan Bangunan,yang berlaku sejak Tanggal 28 Desember 1985
yang di undangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
3312:dan penjelasannya dimuat dalam tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1985 nomor 68. Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti
(pemberian secara Cuma-Cuma)namun sifatnya merupakan suatu kewajiban
yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat)
kepada seorang raja ataupun penguasa.Saat itu,rakyat meberikan upetinya
kepada raja aatu penguasa berebntuk natura berupa padi, ternakk, atau hasil
tanaman lainnya seperi piang, kelapa, dan lain – lain.Pemberin yang
dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk keperluan atau kepentingan raja
atau penguasa setempat dan tidak ada imbalan prestasi yang dikembalikan
kepada rakyat karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan sepihak dan
seolah – olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang lebih
tinggi status sosialnya dibandingakan rakyat.

Dalam perkembangannya sifat upeti yang diberikan oleh rakyat hanya


untuk kepentingan raja saja,tetapi sudah mengarah krpada kepentingan rakyat
itu sendir,Artinya pemeberia kepada rakyat atau penguasa digunakan untuk
kepentingan umusm seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara
jalan, pembangunan saluran air, membangun sarana sosial lainnya, serta
kepentingan umum lainnya. Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat
upeti (pemberian)yang semuala dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa

4
trsebut,yang kemudian dibuat suatu aturan yang lebih baik agar sifatnya yang
memaksa tetap ada, namun unsiur keadilan lebih diperhatikan.Untuk
memenuhi unsur keadilan inilah maka rakyat di ikutsertakan dalam membuat
aturan – aturan dalam pemungutan pajak, yang nantinya akan dikembalikan
juga hasilnya untuk kepentingan rakyat itu sendiri.

2.2 Pengertian Pajak


Pajak adalah istilah asing disebut : fax(inggris), importcontribution,
taxe, droit(perancis), steuer, Abgabe, Gebuhr(jerman), impuesto contribution,
tributo,
gravamen, tasa(spanyol) dan belasting(belanda). dalam literatur Amerika
selain istilah tax dikenal pula istilah tarif.
Profesor Dr.P.J.A. Andriani merumuskan pajak adalah iuran kepada
negara ( yang dapat dipaksakan) yang terututang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengn tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Sedangkan prof.Dr.Rachmat Soemitro SH, merumuskan pajak adalah
iuran rakyat kepada Kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke
sector pemerintahan) berdasarkan Undang-Undang (dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
telihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari
sektor pajak. definisi pajak dikemukakan oleh Remsky K. Judisseno (1997:5)
adalah sebagai berikut : “pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan
pengabdian peran aktif warga negara dab anggota masyarakat lainnya untuk
membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang
pelaksanaannya diatur oleh undang – undang dan peraturan – peraturan untuk
kesejahteraan dan negara” Dalam buku,Merdiasmo(2002;1) mengemukakan
pengertian pajak sebagai berikut:”Pajak adalah iuran negara berdasarkan

5
undang – undang (yang dapat dipaksakan)Dengan tiada mendapat jasa
kontraprestasi,yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar keperluan umum”
Dari definisi pajak tersebut jelas bahwa pajak merupakan kewajiban
kenegaraan dan pengabdian peran aktif warga negara dalam upaya pembiyaan
pembangunan nasional kewajiban perpajakan setiap warga negara diatur oleh
undang – undang dan Peraturan – peraturan Pemerintah.Dalam rumusan
simlple yakni iuran dari rakyat kepada kas negara.
Undang-undang perpajakn memberikan kesempatan kepada setiap
wajib pajak untuk melakukan kegiatan perpajakannya sendiri mulai dari
menghitung, membayar, dan melaporkan kewajiban perpajakannya ke kantor
pelayanan pajak.
Pajak yang dibayar oleh wajib pajakn dimaksudkan untuk membantu
pemerintah dalam membiayai keperluan penyelenggaraan kenegaraan yakni
pembangunan nasional, dimana pelaksanaan pembangunan nasional diatur
dalam undang-undang dan peraturan – peraturan untuk tujuan kesejahteraan
bangsa dan negara.
Kepercayaan yang diatur oleh pemerintah sesuai dengan sistem
perpajakan yang dianut oleh pemerintah yakni sistem self assessment yang
berarti wajib pajak melakukan sendiri kewajiban perpajakannya.Dengan
adanya sistem self-assessment tersebut, pemerintah mengharapkan kejujuran
dan kesadaran dari setiap wajib pajak untuk meelakukan kewajiban
perpajaknnya berdasarkan Undang-Undang perpajakan yang berlaku.
Sesuai dengan Undang – Undang perpajakan yang berlaku pada saat
ini menyatakan bahwa setiap warga negara indonesia maupun warga negra
asing yang telah menetap diindonesia selama 183 hari secara berturut – turut
dan memperoleh penghasilan dari kegiatan usahanya wajib untuk melakukan
kegiatan perpajakannya sesuai dengan Undang – Undang perpajakan yang
berlaku di indonesia.
Dengan adanya sistem self assessment yang telah diterapkan oleh
pemerintah dalam bidang perpajakan, berarti kewajiban perpajakan setiap
wajib pajak, dihitung, diperhitungkan, dibayar , dan dilaporkan sendiri oleh

6
wajib pajak kepemerintah dalam hal ini kantor pelayanan pajak dimana wajib
pajak terdaftar atau berdomisili

2.3 Struktur Pajak


Berdasarkan uraian di atas maka struktur pajak di Indonesia adalah berikut
ini.
a. Pajak Penghasilan disingkat PPh.
b. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah disingkat PPN dan PPnBM.
c. Pajak Bumi dan Bangunan disingkat PBB.
d. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang terdiri dari empat jenis pajak
untuk Provinsi dan tujuh jenis pajak untuk Kabupaten/Kota.
e. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan disingkat BPHTB.
f. Bea Meterai.
Untuk mewujudkan pajak-pajak tersebut menjadi kenyataan
terdapat Hukum Pajak Formal, yakni Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
disingkat KUP .
Bagi Wajib Pajak yang dengan berbagai alasan tidak memenuhi
kewajiban perpajakan, yakni tidak melunasi utang pajak, terdapat Undang-
undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor
19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, disingkat
PPSP.
Bagi Wajib Pajak yang ingin mendapatkan keadilan dalam
perpajakan setelah Keberatannya ditolak seluruhnya atau sebagiannya oleh
Direktur Jenderal Pajak terdapat kesempatan untuk mengajukan Banding
berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak disingkat BPSP. Sebagaimana telah
disebutkan di atas, Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 ini telah diubah
dan diganti dengan Undang-undang No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak.

7
Salah satu alasan reformasi Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997
adalah karena undang-undang ini dianggap masih belum dapat menampung
rasa keadilan Wajib Pajak antara lain karena adanya kewajiban untuk
melunasi semua (100%) pajak yang terutang sebagai salah syarat dalam
pengajuan banding sebagaimana diatur dalam Pasal 38 UU No. 17 Tahun
1997. Ketentuan ini telah diubah sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat
(4) UU No. 14 Tahun 2002, di mana Banding hanya dapat diajukan apabila
jumlah yang terutang telah dibayar sebesar 50%. Pertimbangan lain adalah
karena Badan Penyelesaian Sengketa Pajak belum merupakan badan
peradilan yang berpuncak pada Mahkamah Agung.
Pengadilan Pajak di Amerika Serikat mulai ada pada tahun 1924
dengan nama Board of Tax Appeals. Badan ini bersifat independen dari US
Department of Justice (Departemen Kehakiman Amerika Serikat). Sejak
tahun 1942 badan ini diubah namanya menjadi Tax Court yang masih tetap
independen. Namun, sejak tahun 1969 Tax Court menjadi bagian dari
sistem peradilan federal

2.4 Tinjauan dan Pendekatan Pajak


Rochmat Soemitro (1990:1)mengemukakan:

“Untuk mengerti dan memahami peraturan perundang-undangan pajak


dengan baik diperlukan terlebih dahulu penguasaaan asas-asas dan dasar-
dasar pajak. Pajak diatur dengan undang-undang. Oleh karena itu, pajak harus
mempunyai dasar hukum yang kuat dan mantap. Untuk mengerti pajak
dengan baik, diperlukan juga sekedar pengetahuan tentang hukum, ekonomi,
politik, sosiologi, falsafah dan sebagainya.”

Dalam (Abuyamin,2016:27) diketahui ada beberapa


pendekatan perpajakan
yaitu:
1. Pendekatan perpajakan dari segi hukum
2. Pendekatan perpajakan dari segi ekonomi
3. Pendekatan perpajakan dari segi keuangan
4. Pendekatan perpajakan dari segi akuntansi

8
5. Pendekatan perpajakan dari segi sosiologi
6. Pendekatan perpajakan dari segi pembangunan
7. Pendekatan perpajakan dari segi administrasi
8. Pendekatan perpajakan dari segi teknik informasi
9. Pendekatan perpajakan dari segi kewenangan, dan
beberapa pendekatan lainnya.
Dari pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan diatas
maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Hukum
Dalam bukunya, Rochmat Soemitro (1993:50-51) mengemukakan:

“Pendekatan pajak dari segi hukum ini lebih menitik beratkan pada
segi hukumnya, pada hubungan hukumnya, sehingga pajak dilihat dari
segi hak dan kewajibannya. Siapa yang berhak memungut pajak, apa
kewajiban pemungut pajak terhadap wajib pajak, siapa wajib pajak,
apa hak dan kewajiban wajib pajak terhadap fiskus (penguasa
pemungut pajak).”
Pajak dilihat dari segi hukum dapat didefinisikan sebagai perikatan
yang timbul karena undang-undang yang mewajibkan seseorang yang
memenuhi syarat yang ditentukan dalam undang-undang untuk
membayar suatu jumlah tertentu kepada negara yang dapat ditunjuk,
yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
2. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Ekonomi
Pendekatan perpajakan dari segi ekonomi menurut Rochmat
Soemitro (1990:52-53)adalah:

“Pendekatan dari segi ekonomi dapat dilakukan dari segi


makroekonomi atau dari segi mikroekonomi.”

Pendekatan dari segi mikroekonomi ditekankan pada


kebutuhan individu dan pada income. Kebutuhan masyarakat tidak
terpikirkan, mengakibatkan pengertian pajak yang salah, sebab pajak
dilihat sebagai suatu yang mengurangi income individu tanpa
mendapatkan imbalan, sehingga pajak dianggap sebagai beban yang

9
memberatkan, mengurangi pendapatan seseoran, mengurangi daya
beli, akhirnya mengurangi kesejahteraan individu.

Sedangkan pendekatan makroekonomi, masyarakat


mempunyai kebutuhan juga memerlukan income untuk membiayai
kelangsungan hidupnya yang dapat dipecah-pecah menjadi berbagai
kepentingan seperti keamanan, tata tertib, gaji para pegawai,
kesehatan, pendidikan dan banyak lagi yang lainnya.

Pajak dari segi ekonomi didefinisikan sebagai peralihan


kekayaan dari sektor swasta ke sektor pemerintah, berdasarkan
peraturan-peraturan yang dapat dipaksakan dan mengurangi income
anggota masyarakat, tanpa memperoleh imbalan yang secara
langsung tetapi sebaliknya pajak merupakan income bagi masyarakat
yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
masyarakat.

3. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Keuangan


Pendekatan perpajakan dari segi keuangan menurut
Rochmat Soemitro (1990:54) yaitu:

“Pendekatan perpajakan dari segi keuangan adalah


pendekatan dikaitkan dengan fungsi budgetair dari pajak.
Pendekatan ini sebenarnya juga merupakan pendekatan dari segi
ekonomi, tetapi dengan tekanan pada segi keuangan negara, hanya
sebagai alat mengisi kas negara.”

4. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Sosiologi


Pendekatan perpajakan dari segi sosiologi menurut Rochmat
Soemitro (1990:55), yaitu:

“Pendekatan perpajakan dari segi sosiologi ini meninjau


pajak dari segi masyarakat, apa akibat pungutan pajak terhadap
masyarakat, dan apa hasil yang diberikan kepada masyarakat.”

5. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Pembangunan

10
Pendekatan perpajakan dari segi pembangunan menurut
Abuyamin (2016:32), yaitu:

“Pembangunan negara memerlukan dana yang berasal dari


tabungan pemerintah dan tabungan rakyat. Untuk memperbesar
tabungan pemerintah berusaha memperbesar penerimaan pajak, hasil
sumber alam, memperkecil pengeluaran rutin dan pengawasan.
Tabungan rakyat dapat dipersuasi oleh pemerintah supaya rakyat
bersedia menanamkan tabungannya dalam proyek pembangunan yang
mendapat insentif/fasilitas perpajakan.”

6. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Akuntansi


Pendekatan perpajakan dari segi pembukuan menurut
Abuyamin(2016:32), yaitu:

“Pendekatan pajak dari segi pembukuan adalah pendekatan


melalui proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode tahun pajak tersebut.”

Sedangkan pendekatan perpajakan dari segi pencatatan menurut


Abuyamin (2016:32), yaitu:

”Pendekatan dari segi pencatatan adalah pendekatan melalui


data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/ atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang termasuk penghasilan yang
bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.”

11
7. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Administrasi
Abuyamin (2016:32-33), mengemukakan pendekatan
perpajakan dari segi administrasi, yaitu:

“Pendekatan perpajakan dari segi administrasi secara luas


adalah pendekatan melalui proses kegiatan yang dilakukan untuk
mengendalikan administrasi perpajakan, mulai dari perencanaan
perpajakan pengorganisasian perpajakan dan memimpin perpajakan.
Pendekatan perpajakan dari segi administrasi secara sempit adalah
pendekatan yang meliputi pekerjaan tata usaha perpajakan yang
bersifat catat mencatat dibidang perpajakan sebagai bahan keterangan
bagi pemimpin perpajakan dalam pencapaian tujuan dibidang
perpajakan.”

8. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Manajemen


Pendekatan perpajakan dari segi manajemenmenurut
Abuyamin (2016:33), yaitu:

“Pendekatan perpajakan dari segi manajemen adalah


pendekatan melalui fungsi-fungsi manajemen, yaitu fungsi planning
(perencanaan), fungsi organizing (pengorganisasian), fungsi
actuating (pelaksanaan hak dan kewajiban), dan fungsi controlling
(pengawasan).”

9. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Politik


Pendekatan perpajakan dari segi politikmenurut Abuyamin
(2016:33), yaitu:

“Pendekatan perpajakan dari segi politik adalah kajian kacamata


pandang tentang perpajakan dihubungkan dengan ilmu politik,
bagaimana perpajakan dihubungkan dengan landasan teoritik politik,
bagaimana perpajakan dihubungkan dengan perspektif politik,
bagaimana perpajakan dihubungkan dengan instrumen demokrasi
politik, bagaimana kajian perpajakan dalam hubungan keuangan
pusat dan daerah dalam rangka perimbangan keuangan pusat dan
daerah serta dalam politik pusat dan daerah, bagaimana perpajakan
dihubungkan dengan pemilihan umum, bagaimana hubungan politik
hak dan kewajiban individu, masyarakat, negara dan perpajakan.”

10. Pendekatan Perpajakan Dari Segi Teknologi Informasi


Pendekatan perpajakan dari segi teknologi informasimenurut
Abuyamin (2016:33), yaitu:

“Pendekatan perpajakan dari segi teknologi informasi adalah


pendekatan perpajakan melalui kajian perpajakan dihubungkan dengan
teknologi informasi, sistem infomasi perpajakan.”

2.5 Peran Dan Fungsi Pajak


2.5.1 Peranan Pajak Dalam Perekonomian
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari
sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah. Pajak daerah mempunyai peranan yang sangat
penting dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan serta
pembangunan di suatu daerah. Kemampuan pemerintah daerah dalam
memungut pajak daerah merupakan salah satu tolak ukur dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Pemerintah daerah perlu untuk dapat
meningkatkan secara maksimal potensi yang ada khususnya potensi yang
akan dikenakan pajak daerah.
Kebijakan perpajakan yang baik ikut menentukan jalannya
perekomian di suatu daerah. Dijelaskan bahwa tarif pajak yang tinggi akan
menurunkan investasi yang otomatis menekan pertumbuhan ekonomi dan
berdampak mengecilnya penerimaan pajak. Tarif pajak yang relatif kecil
akan berdampak sebaliknya, investasi melaju, pertumbuhan ekonomi
membaik, dan penerimaan negara membesar maka dari itu dengan
dirumuskan Tax= F(Y) dengan adanya pajak pertumbuhan ekonomi akan

13
menjadi lebih baik. Jadi, jelas setiap kebijakan perpajakan memiliki
dampak ekonomi makro dan aspek sosial lainnya.

2.5.2 Fungsi Pajak


Setelah mengetahui apa saja yang berkaitan dengan ciri-ciri
yang melekat pada pajak itu sendiri, maka saatnya mengetahui apa
saja fungsi dari pajak yang selama ini dibayarkan oleh Wajib Pajak:
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak merupakan sumber pendapatan negara dan memiliki
fungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan
dengan negara. Pada dasarnya, negara membutuhkan biaya untuk
dapat menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan. Biaya yang diperlukan negara ini dapat diperoleh
melalui penerimaan pajak yang dibayarkan oleh warga negara
yang terdaftar sebagai Wajib Pajak kepada negara. Pajak dapat
digunakan oleh negara untuk pembiayaan rutin seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan sebagainya. Untuk
hal yang berkaitan dengan pembiayaan pembangunan, biaya
yang digunakan dapat berasal dari tabungan pemerintah, yaitu
dari penerimaan dalam negeri yang dikurangi dengan
pengeluaran rutin.
Untuk tabungan pemerintah, perlu ditingkatkan setiap
tahunnya menyesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin meningkat, dan peningkatan akan
tabungan pemerintah ini diharapkan juga dapat berasal dari
sektor pajak. Contohnya adalah pembiayaan kegiatan rutin,
belanja negara, belanja pegawai, anggaran pembangunan, dan
lain sebagainya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Melalui kebijaksanaan pajak, dapat membantu pemerintah
dalam mengatur pertumbuhan ekonomi. Melalui fungsi mengatur
ini, pajak diharapkan dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai
sebuah tujuan, yaitu kesejahteraan rakyatnya.

14
Fungsi mengatur tersebut antara lain:
 Pajak bisa digunakan untuk menghambat laju inflasi
 Pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mendorong dan
meningkatkan kegiatan ekspor, seperti pajak ekspor barang
 Pajak bisa memberikan perlindungan terhadap barang produksi dari
dalam negeri, seperti PPN
 Pajak bisa mengatur dan menarik investasi modal guna membantu
perekonomian semakin produktif

3. Fungsi Stabilitas
Pajak juga berfungsi dalam membantu pemerintah berkaitan
dengan kepemilikan dana yang dapat digunakan untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga hal-
hal yang berkaitan dengan inflasi dapat dikendalikan dengan baik.
Untuk dapat menjaga stabilitas perekonomian negara, dapat
dilakukan dengan mengatur peredaran uang yang ada di
masyarakat, pemungutan pajak, hingga penggunaan pajak yang
efektif dan efisien
Contohnya adalah bila suatu negara mengalami inflasi, maka
negara akan menetapkan nominal pungutan wajib yang relatif lebih
tinggi. Sedangkan, apabila negara mengalami deflasi maka negara
akan menetapkan nominal pungutan yang relatif rendah.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan


Pajak yang telah dipungut oleh pemerintah atau negara,
nantinya akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk ke dalamnya adalah membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja yang dapat
dimanfaatkan oleh warga negaranya yang membutuhkan pekerjaan
yang pada akhirnya berujung pada peningkatan pendapatan
Masyarakat.
Contohnya adalah pendapatan negara digunakan untuk
keperluan pembukaan lapangan pekerjaan baru di suatu daerah atau

15
wilayah. Nantinya, masyarakat di daerah tersebut akan mendapat
sumber penghasilan baru sehingga pendapatan masyarakat ikut
meningkat.

2.6 Perbedaan Pajak Dengan Pungutan Lainnya


Pajak merupakan instrumen dalam bentuk pungutan yang
berkontribusi terhadap penerimaan negara. Per April 2023, pendapatan dari
pajak mencapai Rp 688,15 triliun atau setara 40,05% dari target Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023. Hal ini berarti hampir
setengah dari persentase APBN bersumber dari pajak sehingga
menjadikannya salah satu kebijakan penting terhadap pembangunan negara
Indonesia.
Pembahasan mengenai pajak selalu menarik diulik selama
pemerintah memberlakukan kebijakan pemungutannya. Selain pajak,
terdapat jenis pungutan lainnya seperti retribusi, bea, cukai, dan sumbangan.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui untuk mengenal perbedaan
pajak dan pungutan lainnya secara umum.
1. Pajak Adalah Pungutan yang “Dipaksakan”
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Berdasarkan definisi dalam Kitab Undang-Undang Perpajakan
(KUP) tersebut, dapat dipahami bahwa pajak merupakan pungutan yang
dibebankan dan “dipaksakan” berdasarkan undang-undang perpajakan
kepada masyarakat.
Salah satu contoh pajak yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
yang dikenakan pada setiap transaksi jual beli barang dan jasa dengan
syarat dan kondisi tertentu. Dengan diberlakukannya PPN, maka
masyarakat suka ataupun tidak harus membayarnya seiring dengan
transaksi yang dilakukan terhadap jual-beli barang atau jasa tersebut.

16
Imbalan yang didapatkan masyarakat terhadap PPN juga bersifat tidak
langsung, tetapi dapat berwujud penciptaan lapangan pekerjaan,
membiayai proyek pembangunan nasional, dan lainnya.

2. Jenis Pungutan Selain Pajak


Indonesia memberlakukan beberapa jenis pungutan resmi lainnya
selain pajak, yaitu retribusi, bea, dan cukai. Selain itu ada pula pungutan
yang kerap dianggap tidak resmi, yaitu pungutan. Dalam hal ini pungutan
dalam bentuk sumbangan diatur dalam UU No. 9 Tahun 1961 tentang
Pengumpulan Uang dan Barang.
Retribusi merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Retribusi diatur dalam UU No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Berbeda
dengan pajak, tidak ada unsur paksaan dalam kewajiban pembayaran
retribusi. Selain itu pembayaran retribusi hanya dikenakan kepada orang-
orang yang menggunakan jasa dari retribusi tersebut. Contohnya retribusi
jasa tertentu seperti restoran, tempat hiburan malam, dll. atau retribusi
perizinan.
Bea merupakan pungutan yang dikenakan atas transaksi ekspor dan
impor. Berdasarkan transaksinya, bea terbagi menjadi bea ekspor dan bea
impor. Bea ekspor atau bea keluar adalah pungutan yang dikenakan pada
barang-barang yang akan diekspor ke luar negeri, sedangkan pungutan
yang dikenakan pada barang yang akan diekspor ke dalam negeri dalam
rangka impor disebut bea impor atau bea masuk. Pungutan bea ekspor dan
impor dikelola oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Selain itu dikenal
pula bea materai, pungutan yang dikenakan atas dokumen resmi yang
diatur melalui UU Materai.
Pada umumnya banyak yang memahami bea dan cukai adalah hal
yang sama, padahal kedua pungutan tersebut berbeda. Cukai adalah
pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang

17
mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang
cukai. Sifat dan karakteristik yang dimaksud melekat pada barang yang
konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi,
pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup, serta pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara
demi keadilan dan keseimbangan. Contohnya cukai rokok.
3. Perbedaan Pajak dan Pungutan Lainnya
Meskipun sama-sama pungutan resmi, Pajak dibedakan dari
Retribusi, Bea dan Cukai. Berikut adalah perbedaan pajak dan pungutan
resmi lainnya.

Pajak Pungutan Resmi Lainnya


Pemungutan didasarkan peraturan
Pemungutan pajak dilakukan atas
pemerintah, peraturan menteri, atau
dasar undang-undang.
peraturan kepala daerah.
Tidak ada imbalan jasa (prestasi)
Ada imbalan langsung yang diberikan
secara langsung setelah membayar
kepada masyarakat.
pajak.
Perhitungan pajak dilakukan oleh Perhitungan pungutan resmi dilakukan
wajib pajak. oleh pemerintah nasional atau daerah.
Jatuh tempo pembayaran pajak sesuai Untuk pungutan resmi, pembayaran
dengan tahun fiskal. dilakukan sesuai pemakaian.
Pungutan resmi bersifat sebagai
Pembayaran sifatnya memaksa. pungutan yang disesuaikan dengan
kebijakan yang diberlakukan.
Sanksi hukum diatur lewat kebijakan
Sanksi hukum diatur dalam undang-
pemerintah daerah (retribusi) dan
undang.
kementerian terkait (bea dan cukai).

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak merupakan kewajiban kenegaraan dan pengabdian peran aktif
warga negara dalam upaya pembiyayaan pembangunan nasional kewajiban
perpajakan setiap warga negara diatur dalam undang-undang dan
peraturan-peraturan pemerintah. dalam rumusan simple yakni iura dari
rakat kepada kas negara.

3.2 Saran
Dalan penulisan ini, tentu terdapat banyak kekurangan baik itu dalam
materi maupun penulisan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun guna kemajuan penulis dalam
perkembangan penulisan kedepannya

19
DAFTAR PUSTAKA

Mustaqiem. 2014. Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di


Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Buku Litera.

Mujiyati, Abdul Aris. 2021. Seluk Beluk Perpajakan Indonesia. Surakarta:


Penerbit Muhammadiyah University Press.

Kementerian Keuangan RI. 2023. Tumbuh Moderat, Penerimaan Pajak Capai


Rp688,15 Triliun per April
2023. https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/
tumbuh-moderat-penerimaan-pajak-capai-688T

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan

20
21

Anda mungkin juga menyukai