DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Penulis menyusun makalah yang berjudul “Sejarah Pajak Penghasilan” guna
memenuhi tugas mata kuliah Pajak Penghasilan Dasar. Keberadaan makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai runtutan peristiwa sejarah dalam proses
pembentukan Pajak Penghasilan di Indonesia dan beberapa negara lainnya.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat menjadi kajian yang bermanfaat bagi khalayak
umum yang hendak memahami Sejarah Pajak Penghasilan. ‘Tak ada Gading yang Tak Retak’,
penulis menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis bersedia menerima setiap kritik dan saran guna perbaikan penyusunan makalah ini. Akhir
kata, penulis hendak mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini. Selamat membaca dan semoga bermanfaat !
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN………………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………21
3.2 SARAN………………………………………………………………………………22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….23
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
business tax yang diterapkan Belanda, penerapan berbagai ordonasi seperti ordonasi
pendapatan, ordonasi upah, dan ordonasi perseroan. Pada akhirnya, Indonesia mulai
memasuki era reformasi perpajakan dengan keberadaan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 yang muali menerapkan beberapa penyederhanaan sistem pajak.
Reformasi perpajakan Indonesia terus berlanjut, hingga pada akhirnya ditetapkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang sampai saat ini dijadikan sebagai dasar
pemungutan dan penerapan Pajak Penghasilan di Indonesia.
1.3 TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada sekitar abad 3300 SM, di daerah Sungai Eufrat dan Tigris tepatnya di
Mesopotamia, ditemukan sebuah tulisan kuno berbentuk baji. Tulisan kuno tersebut
dianggap sebagai awal permulaan dari Pajak Penghasilan (PPh). Tulisan kuno
tersebut menceritakan tentang sistem pemungutan pajak pada masa itu, dimana
sistem pemungutan pajak diterima oleh kuil sebagai bentuk kekuasaan melalui
penerimaan pajak atas emas, ternak, dan budak.
(Nilai Tanah = Biaya terkait tanah – Penghasilan yang diperoleh dari tanah)
Sejak abad 167 SM, bangsa Romawi Kuno melakukan pemungutan pajak
yang diberi nama tributum atau pajak atas kepala. Tributum mrupakan pemungutan
pajak atas kekayaan kelompok, seperti tanah, rumah, budak, dan hewan ternak
dengan pengenaan tarif sebesar 1%. Pengenaan tarif 1% dapat dinaikkan apabila
terjadi situasi darurat seperti adanya perang ataupun bencana.
Menjelang akhir abad ke-1 SM, Kaisar Agustus menerapkan pemungutan poll
tax atau pajak perorangan. Poll tax atau pajak perorangan dikenakan atas
6
kepemilikan harta kekayaan secara individu. Kaisar Agustus menganggap
pemungutan sistem pajak sebelumnya kurang efektif, sehingga melakukan
perombakan radikal dengan melakukan sistem pemungutan pajak poll tax atau pajak
perorangan.
7
seperti orang sakit, pelajar, dan lansia dikenakan kebebasan dari
pengenaan pajak.
Pengenaan PPh secara eksplisit yang diatur dalam suatu undang-undang pertama
kali dilakukan oleh UK pada tahun 1799. Itulah sebabnya, tahun 1799 dianggap sebagai
tahun dimulainya PPh modern dan UK dianggap sebagai negara pelopor penerapan PPh
modern di dunia. Dalam sejarahnya, penerapan PPh di UK dapat dikatakan mengalami
pasang surut. PPh di UK pada awalnya diperkenalkan oleh William Pitt, Perdana Menteri
UK, pada tahun 1798 sebagai sarana untuk meningkatkan penerimaan dalam rangka
mendanai perang melawan Napoleon. Pajak ini secara resmi diberlakukan pada tanggal 1
Januari 1799 dengan terbitnya The Act of 1799 dan dikenal dengan istilah The War
Income Tax.
PPh yang diciptakan oleh Pitt ini dikenakan pada semua subjek pajak UK
sehubungan dengan penghasilan yang mereka terima, tanpa memperhatikan dari mana
penghasilan tersebut berasal. Sementara itu, untuk tarif, pembebasan, serta pengurangan
diterapkan berdasarkan kategori wajib pajak yang telah dibagi menjadi tiga. Pertama,
kategori wajib pajak kaya yang memiliki banyak harta, seperti rumah, kereta kuda,
pelayan, atau kuda. Kedua, wajib pajak, yang meskipun tidak memiliki harta kekayaan
seperti wajib pajak kategori pertama, mempunyai harta lainnya, seperti rumah, kacamata,
jam dinding, atau jam tangan. Ketiga, wajib pajak tidak mampu yang tidak memiliki
harta.
8
Penerimaan pemerintah UK pasca dicabutnya PPh pada tahun 1816 ditopang oleh
penerimaan yang berasal dari bea dan cukai serta pajak atas tanah. Sistem ini terus
berlangsung hingga tahun 1842. Namun, pada tahun yang sama, pemungutan PPh
kembali diberlakukan lagi, yaitu pada masa pemerintahan Perdana Menteri Sir Robert
Peel. Pada awalnya, Peel menolak untuk menerapkan pemungutan PPh. Namun,
terjadinya defisit disertai dengan kebutuhan pendanaan negara, Peel akhirnya setuju
untuk menerapkan PPh di masa pemerintahannya. Selain itu, Peel juga memperkenalkan
dua fitur administrasi penting dalam penerapan PPh, yaitu hak untuk mengajukan
banding kepada komisi khusus dan sistem penalti. Pemungutan PPh pada masa
pemerintahan Peel dianggap mampu menghidupkan kembali perdagangan. Setelah
diterapkan pada masa pemerintahan Perdana Menteri Sir Robert Peel, terdapat beberapa
kali rencana untuk menghapuskan pemungutan PPh di UK. Salah satunya pada masa
pemerintahan Perdana Menteri William Ewart Gladstone. Rencana penghapusan PPh ini
mulai didengungkan menjelang tahun 1860. Namun, terjadinya perang dan kebutuhan
akan pendanaan negara membuat rencana untuk menghapuskan pemungutan PPh di UK
mengalami kegagalan. Tercatat pada masa itu, PPh menjadi sumber utama penerimaan di
UK dengan menyumbangkan hasil sebesar £10 juta per tahunnya. Selain itu, pada masa
pemerintahan Gladstone juga dilakukan perubahan signifikan terkait dengan PPh, yaitu
terkait penyelesaian sengketa PPh. Pada masa itu, mulai ditetapkan adanya hak wajib
pajak untuk mengajukan banding atas keputusan Pengadilan Tinggi apabila
masing-masing pihak berpendapat bahwa keputusan tersebut tidak benar.
9
Sebagai bagian yang sangat penting dalam sistem pajak UK, terdapat beberapa
upaya yang dilakukan oleh pemerintah UK untuk memperjelas pemungutan PPh di
negara tersebut, yaitu antara lain.
(i) Undang-Undang PPh Tahun 1918 mengkonsolidasi seluruh Undang- Undang PPh
ke dalam satu volume, mulai dari Undang-Undang PPh Tahun 1842 hingga
Undang-Undang PPh Tahun 1853.
(ii) Pendirian Komisi Kerajaan di tahun 1920 dengan tujuan untuk menyelidiki segala
aspek berkaitan dengan PPh (termasuk super-tax).
(iii) Pada tahun 1927 Kanselir Winston Churchill mendirikan Komite Kodifikasi PPh
untuk meringkas 800 ketentuan dari 19 undang-undang yang berbeda dan keputusan dari
1800 kasus pajak di pengadilan menjadi satu kode tunggal. Laporan atas kodifikasi ini
berhasil diselesaikan pada tahun 1936. Namun, terjadinya Perang Dunia Kedua
menyebabkan kodifikasi yang dilakukan oleh Komite Kodifikasi PPh tidak dianggap
berhasil.
Berikut ini adalah beberapa negara yang memiliki sejarah dari Pajak Penghasilan,
yaitu :
2.3.1. Australia
PPh federal sudah diperkenalkan pada tahun 1915 dan digunakan untuk
membiayai perang. Dan penerapan PPh baru dilakukan oleh seluruh negara bagian
sejak tahun 1907. PPh juga biasanya diterapkan bersamaan dengan pajak tanah,
baik oleh pemerintah federal itu sendiri maupun pemerintah negara bagian.
Penerapan dua jenis PPh merupakan cerminan dari karya Henry George yang
10
berjudul Progress and Poverty. Upaya harmonisasi ini dilakukan oleh Royal
Commission sejak tahun 1920. Penyebabnya, pemungutan PPh dilaksanakan oleh
pemerintah negara bagian dan pemerintah federal. Alhasil, Commission
menerbitkan undang-undang PPh federal pada tahun 1922. Akan tetapi,
implementasinya tidak berjalan lancar sehingga upaya harmonisasi dilakukan
kembali dan menerbitkan Income Tax Assessment Act 1936.
11
Improvement Project pada tahun 1994-1998. Pembuatan Tax Law Improvement
Project ini bertujuan untuk merumuskan undang undang dengan bahasa inggris
yang lebih sederhana. Namun, nyatanya itu juga tidak berubah secara signifikan.
Akhirnya pemerintah menerbitkan Income Tax Assessment Act 1997 (ITAA 1997)
dengan di dalam nya menggunakan diagram, rambu, daftar, diagram alur, dan lain
lain. Dengan harapan dapat lebih mudah dipahami oleh wajib pajak. Pada ITAA
1997 itu sendiri, juga menerapkan pendekatan yang sangat “bersahabat” dengan
cara menyebut istilah bagi wajib pajak dengan kata ’anda”yang membuat
ketentuan yang ada pada pembayaran PPh yang tercantum dalam ITAA 1997,
yang berlaku pada tahun 1998.
Selain itu,di tahun yang sama Pemerintah Australia juga mulai membuat
agenda reformasi pajak yang sangat komprehensif terkait dengan sistem PPh,
yaitu :
i. Melakukan reformasi terhadap tarif PPh orang pribadi dan perusahaan, termasuk
pemotongan pajak, perubahan pajak, dan integrasi yang lebih besar dari PPh
dengan sistem kesejahteraan sosial.
ii. Mengenalkan pajak pertambahan nilai yang disebut dengan pajak barang dan jasa
Goods and Services Tax. Adapun sistem GST yang diterapkan, yaitu pemerintah
federal mengalirkan penerimaan ke negara bagian dalam bentuk hibah.
iii. Merubah sistem administrasi pajak yang mencakup aturan withholding tax system
yang lebih luas, integrasi dari beberapa mekanisme pemungutan pajak, dan
mengikatnya keputusan pajak yang berbentuk lisan secara hukum kepada wajib
pajak orang pribadi yang memiliki sengketa pajak yang kasusnya sederhana.
iv. Melakukan perubahan secara substansial atas dua hal, yaitu dasar pengenaan
pajak bagi wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak perusahaan dan sistem
perpajakan bagi wajib pajak perusahaan atau entitas. Terlepas dari adanya
paparan agenda reformasi pajak pada tahun 1998, salah satu reformasi PPh yang
terkait dengan pajak atas instrumen keuangan belum diberlakukan pada tahun
2009. Akan tetapi, pemerintah menaruh perhatian pada isu yang berkaitan dengan
jaminan sosial dan sistem pajak lainnya. Bahkan, pemerintah telah membuat
keputusan dan menerapkan implementasinya yang dimulai pada tahun 2010.
Terkait dengan tarif PPh, wajib pajak orang pribadi dikenakan tarif PPh yang
bersifat progresif.
PPh pertama kali diterapkan pada tahun 1864 yang ditujukan untuk
pembiayaan perang sipil (Civil War). Selanjutnya, penghasilan wajib pajak yang
dikenakan PPh mencakup kepemilikan saham di perusahaan yang keuntungannya
12
ditahan atau tidak didistribusikan. Pada tahun 1913 setelah melewati proses
amandemen ke-16 terhadap konstitusi yang diratifikasi oleh seluruh negara bagian
pada tahun 1913. Pada setiap perubahan aturan PPh yang terjadi sejak 1913
hingga 1938 ditetapkan sebagai Revenue Act (Act) yang bersifat mandiri. Salah
satu alasan banyaknya perubahan Act adalah adanya ketentuan mengenai
penggunaan belanja pajak (tax expenditure). Keberadaan tax expenditure
membutuhkan ketentuan tambahan untuk mencegah penyalahgunaan aturan pajak
oleh wajib pajak.
Puncak reformasi sistem PPh dalam IRC 1954 terjadi pada tahun 1980-an.
Pada tahun 1981, Kongres mengurangi tarif PPh orang pribadi secara substansial.
Bahkan, Kongres juga menetapkan insentif pajak baru yang jumlahnya signifikan
bagi wajib pajak yang memiliki tabungan dan melakukan investasi. Selanjutnya,
reformasi struktur PPh juga terjadi secara substansial pada tahun 1986 yang
diwujudkan dengan The Tax Reform Act of 1986 melalui perluasan basis pajak,
menghapus ketentuan insentif pajak secara substansial, mengurangi tarif PPh
orang pribadi, dan mengatur penghapusan biaya bunga utang wajib pajak orang
pribadi, kecuali bunga hipotek rumah.
Mengenai tarif, IRC 1986 mengatur penurunan tarif dan progresivitas PPh
dan menetapkan tarif umum maksimum untuk wajib pajak orang pribadi dan
perusahaan tergantung pada iklim politik dan fiskal. Selain itu, adanya penentuan
tarif PPh terhadap bracket penghasilan yang diterima oleh wajib pajak orang
pribadi yang disesuaikan setiap tahun untuk mencerminkan inflasi. Ada enam
jenis tarif PPh orang pribadi yang bersifat progresif, yaitu 10%, 15%, 25%, 28%,
33%, dan 35%. Akan tetapi, masing-masing penetapan tarif PPh tersebut
memperhatikan bracket penghasilan dan status perkawinan wajib pajak orang
pribadi. Sementara itu, tarif PPh bagi wajib pajak perusahaan bersifat berbeda.
Maksudnya, yaitu tarif PPh bersifat progresif dan bersifat regresif tergantung
dengan bracket penghasilan.
Pada tahun 2003 juga mengurangi tarif PPh maksimum bagi wajib pajak
orang pribadi atas penghasilan yang berasal dari capital gain dan dividen. Dan
Kongres memberlakukan kembali pajak warisan pada tahun 2011. Pada tanggal
22 Desember 2017, Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald
13
Trump mengesahkan undang-undang baru yang disebut Tax Cuts and Jobs Act
(TCJA) sebagai perombakan ulang pertama skema pajak AS yang terjadi setelah
lebih dari tiga puluh tahun. Beberapa poin penting dalam TCJA salah satunya
adalah mengenai perubahan tarif PPh badan dari 35% ke 21%. Selain PPh badan,
TCJA juga merevisi struktur PPh Orang Pribadi terutama dengan menurunkan
tarif tertinggi dan meningkatkan nilai batasan penghasilan di kelompok
penghasilan tertinggi. Revisi tersebut dinilai lebih menguntungkan masyarakat di
kelompok penghasilan 20% teratas dan merupakan ciri khas dari Republikan yang
condong kepada kelompok masyarakat kaya. Selain perubahan tarif, poin penting
lainnya dalam TCJA terkait PPh adalah mengenai perubahan sistem worldwide ke
territorial di AS yang memberikan pembebasan atas pembayaran dividen yang
berasal dari luar negeri (foreign dividend exemption).
Tahun 1816
Sejarah pengenaan PPh di Indonesia dimulai dengan adanya tenement tax
(huistaks) pada tahun 1816, yaitu sejenis pajak yang dikenakan sebagai sewa
terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai tempat berdirinya rumah atau
bangunan. Pajak ini diciptakan pada masa penjajahan Inggris di bawah
kepemimpinan Raffles.
Tahun 1824
Pada masa ini, huistaks tidak hanya dikenakan kepada orang pribumi,
tetapi juga dikenakan kepada orang asing (vreemde oosterlingen) yang
berdagang, bekerja sebagai buruh, atau sebagai pengrajin di Indonesia.
Tahun 1839
Pada tahun 1839, pengenaan huistaks dihapuskan dan digantikan dengan
pajak atas penghasilan yang berasal dari kegiatan berdagang (business tax)
dengan tarif pajak sekitar 2%.
Terdapat ketentuan pengecualian bagi pemberlakuan business tax, yaitu
bagi orang pribadi yang berprofesi sebagai petani, seluruh penghasilan yang
diperolehnya akan dibebaskan dari pajak. Alasannya, seluruh tanah yang
14
dikerjakan oleh petani dimiliki oleh pemerintah. Atas tanah tersebut, petani
membayar sewa kepada pemerintah dalam bentuk pajak atas tanah.
Tahun 1885
Pada tahun 1885 orang asing yang berasal dari Asia akan dikenakan tarif
pajak sebesar 4% dengan minimum penghasilan sebesar 2 guilder. Sementara itu,
orang-orang pribumi akan dikenakan tarif pajak sebesar 2%. Pemberlakuan tarif
yang berbeda ini disebabkan orang-orang asing yang berasal dari Asia
memperoleh penghasilan yang lebih tinggi daripada orang-orang pribumi.
Tahun 1878
Pada tahun 1878 pajak atas penghasilan juga dikenakan dalam bentuk
patentrecht mulai diberlakukan oleh negara-negara di Eropa. Patentrecht atau
pajak paten merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang berasal dari
sektor pertanian, manufaktur dan perdagangan, kerajinan, seni dan ilmu
pengetahuan, jasa profesi, dan jasa orang pribadi yang dilakukan bukan dari orang
yang berkewarganegaraan Indonesia.Tarif pajak paten yang diberlakukan adalah
sebesar 2% dan bersifat proporsional.
Tahun 1907
Pada tahun 1907, business tax digantikan dengan pajak atas bisnis dan
penghasilan lainnya (de belasting op de bedrijfs en andere inkomsten).Tarif pajak
atas bisnis dan penghasilan bersifat progresif. Untuk penghasilan yang berjumlah
antara 50 guilder hingga 60 guilder per tahun akan dikenakan tarif sebesar 0,72
guilder. Selanjutnya, untuk penghasilan yang jumlahnya 630 guilder dan lebih
akan dikenakan tarif sebesar 4,5%.
15
Tahun 1908
Pada tahun 1908, pengenaan pajak atas penghasilan kepada orang-orang
Eropa dan subjek pajak lainnya diatur dalam aturan hukum, yaitu berdasarkan
Ordonansi Pajak Pendapatan 1908.Dalam Ordonansi Pajak Pendapatan 1908
diatur bahwa subjek pajak terdiri dari orang-orang Eropa yang berdomisili di The
Netherland Indies (sekarang Indonesia) dan orang-orang Eropa yang tidak
berdomisili di The Netherland Indies, tetapi ia berhak untuk memperoleh
penghasilan yang berasal dari perusahaan atau entitas lainnya yang berkebangsaan
The Netherland Indies atau subjek pajak luar negeri.
Tahun 1916
Pada tahun 1916, diterapkan pajak atas keuntungan perang (war profit
tax). War profit tax adalah pajak yang dikenakan atas suatu industri tertentu yang
bekerja dengan baik serta memperoleh penghasilan besar selama masa
perang.Pada saat itu, pajak ini dikenakan atas penghasilan yang dihasilkan oleh
industri gula.
16
2.4.2 Periode Tahun 1920
Tahun 1920 dianggap sebagai tahun unifikasi jenis dan tarif pajak dengan
diperkenalkannya General Income Tax, yaitu ordonansi pajak pendapatan yang
diperbaharui melalui reformasi pajak tahun 1920. Dengan kata lain, reformasi
pajak pendapatan terjadi pada tahun 1920.
Terkait dengan konteks pajak, asas “unifikasi” telah menyebabkan
dualistik yang selama ini ada dihilangkan dengan diperkenalkannya General
Income Tax, yaitu Ordonansi Pajak Pendapatan, yang berlaku baik bagi penduduk
pribumi, orang Asia, maupun orang Eropa.
Terdapat tujuh karakteristik Ordonansi Pajak Pendapatan 1920 terkait
dengan asas “unifikasi”, yaitu sebagai berikut.
17
penghitungan pajak dapat dimulai sejak penghasilan diterima pada tanggal
1 Januari pada tahun berjalan.
● Ordonansi Pajak Pendapatan 1920 menyatakan bahwa ruang lingkup
keuntungan yang berlebihan hanya berasal dari paid-up capital dan tarif
yang dikenakan sebesar 8% sampai 10%.
18
2. Penyederhanaan Tarif Pajak
19
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Selanjutnya, perubahan kedua terjadi pada tahun 1994. Reformasi pajak yang
dilakukan oleh pemerintah disebabkan pesatnya perkembangan sosial ekonomi
dan globalisasi di berbagai bidang. Keadaan tersebut mengakibatkan pemerintah
ingin meningkatkan kemandirian bangsa dalam pembiayaan pembangunan
nasional. Selain itu, pemerintah juga ingin menutup celah-celah yang dapat
dimanfaatkan oleh wajib pajak karena aspek pajak dalam praktik penyelenggaraan
kegiatan usaha tersebut belum cukup diatur dalam UU No.7/1983.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Memasuki awal revolusi industri dan periode perang dunia, Pajak Penghasilan terus
berkembang di beberapa negara Eropa. Pada periode tersebut, Pajak Penghasilan sempat
menjadi sektor penerimaan tertinggi di beberapa negara Eropa. Perkembangan pesat terhadap
Pajak Penghasilan, membuat sejumlah negara seperti Australia dan Amerika Serikat
melakukan sejumlah reformasi. The Tax Reform Act of 1986 dan Tax Cuts and Jobs Act 2017
merupakan dua contoh reformasi perpajakan yang cukup terkenal di Amerika Serikat. Dari
dua reformasi tersebut, Amerika Serikat mencoba untuk memperluas basis pajak, mengubah
sistem worldwide menjadi teritorial, dan mengubah sejumlah tarif pajak. Serupa dengan
Amerika Serikat, Australia melakukan hal yang sama dengan reformasi yang didasarkan pada
Income Tax Assessment Act (ITAA).
Sejak zaman penjajahan Inggris dan Belanda, Pajak Penghasilan sudah mulai
diterapkan di Indonesia dengan nama huistaks, serta pajak bisnis dan penghasilan. Memasuki
zaman pra-kemerdekaan, Indonesia menerapkan Ordonansi Pendapatan, dimana pendapatan
dijadikan sebagai objek pajak pada masa itu. Ordonansi Pendapatan dinilai belum memenuhi
aspek keadilan dan kesetaraan, serta masih membawa unsur pajak dari gagasan Belanda.
Sejak tahun 1984, Indonesia mulai melakukan reformasi pajak dengan keberadaan UU
Nomor 17 Tahun 1983 dilanjutkan dengan UU Nomor 10 Tahun 1994, UU Nomor 17 Tahun
2000, dan UU Nomor 36 Tahun 2008. Setelah memasuki reformasi perpajakan, objek pajak
di Indonesia mengalami perubahan dari “pendapatan” menjadi “penghasilan”. Tak hanya itu,
Indonesia juga melakukan sejumlah perubahan mulai dari besaran tarif, sistem pemungutan
yang menjadi self assessment, serta berbagai aspek yang menjadi pengenaan pajak atas
penghasilan.
21
3.2 SARAN
Keberadaan sejarah di bidang perpajakan, sebaiknya dapat menjadi bahan kajian dan
perbandingan bagi seluruh stakeholders di bidang perpajakan. Kajian tersebut dapat
mengambil sisi positif dari penerapan pajak pada periode terdahulu, dan memperbaiki sisi
negatif dari penerapan pajak pada periode terdahulu. Sektor perpajakan sebagai salah satu
bagian dari perekonomian negara, diharapkan dapat terus berkembang dan menjadi lebih baik
dari periode sebelumnya, sehingga perpajakan dapat terus mendukung perekonomian dan
membantu mencapai pembangunan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Darussalam, Danny Septriadi, Khisi Armaya Dhora. 2020. Konsep dan Aplikasi Pajak
Penghasilan. DDTC: Jakarta (Online)
https://perpajakan-id.ddtc.co.id/publikasi/ebooks/konsep-dan-aplikasi-pajak-penghasilan/
Diakses pada Selasa, 15 Februari 2022.
Watung, Debora Natalia. 2013. Analisis dan Penerapan Pajak Penghasilan Pasal 21
Serta Pelaporannya. ISSN 2303-1174, 03 (01).
23