Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUKUM PAJAK

TENTANG PENDAPATAN NEGARA

Dosen : MUHSIN, S.H., M.H.

Disusun Oleh :
Kelompok I

1. Muhammad Bagas Al Rahmat 301211010028

2. Nur Azilla 301211010025

3. Widiani 301211010064

4. Asseri 301211010030

5. Frendinata

Kelas : Hukum IV/B

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS


ISLAM INDRAGIRI
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul ”Pendapatan Negara” dengan tepat waktu.

Tugas ini ditunjukkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pajak. Dan penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhsin, S.H, M.H. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Hukum Pajak.

Penulis menyadari makalah ini banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam hal
pengetikkan maupun keseluruhan isinya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan
dan wawasan penulis. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
pembaca.

Tembilahan, 16 mei 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4

2.1 Pengertian Pendapatan Negara..........................................................................................4

2.2 Sumber-Sumber Pendapatan Negara................................................................................5

BAB III PENUTUP...................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................15

3.2 Saran.................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendapatan negara telah menjadi bagian penting dari pemerintahan sejak zaman kuno.
Sejarah awal pendapatan negara dapat dilacak kembali ke peradaban kuno seperti Mesir,
Roma, dan Yunani. Di Mesir kuno, pendapatan negara diperoleh dari pajak atas tanah, hewan
ternak, dan perdagangan. Pajak-pajak ini dikelola oleh pejabat pemerintah yang disebut
scribes. Pendapatan tersebut digunakan untuk membiayai infrastruktur seperti irigasi, jalan
raya, dan bangunan-bangunan publik.
Di Roma kuno, pendapatan negara diperoleh dari pajak atas properti, perdagangan, dan
pungutan pajak atas harta warisan. Pajak tersebut dikelola oleh para gubernur provinsi, dan
digunakan untuk membiayai militer, jalan raya, dan pembangunan infrastruktur. Sementara
itu, di Yunani kuno, pendapatan negara diperoleh dari pajak atas perdagangan, pertambangan,
dan hasil panen. Pajak tersebut dikelola oleh para pejabat pemerintah dan digunakan untuk
membiayai militer dan pembangunan infrastruktur.
Pada abad pertengahan, sistem pendapatan negara berkembang di Eropa. Pajak-pajak
dikelola oleh penguasa dan digunakan untuk membiayai perang, pembangunan kastil, dan
pembangunan infrastruktur. Di Inggris, pendapatan negara diperoleh dari pajak atas
perdagangan, industri, dan kepemilikan tanah.
Pada abad ke-18 dan ke-19, sistem perpajakan modern mulai berkembang di Eropa dan
Amerika Serikat. Pajak-pajak dikelola secara terpusat oleh pemerintah dan digunakan untuk
membiayai kebijakan sosial, pembangunan infrastruktur, dan pengeluaran publik lainnya.
Dalam beberapa dekade terakhir, negara-negara di seluruh dunia telah mengadopsi berbagai
jenis pajak modern seperti pajak penghasilan, pajak nilai tambah, dan pajak bumi dan
bangunan
untuk memperoleh pendapatan yang diperlukan untuk membiayai pengeluaran publik.
Reformasi perpajakan dimulai tahun 1983, dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh), dan Undang- Undang Nomor 8
Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (UU PPN). Dalam ketiga undang-undang tersebut telah dilakukan perubahan

1
yang mendasar untuk mendapatkan undang-undang yang sesuai dengan kondisi sosial dan
ekonomi. Undang-undang perpajakan tersebut telah berlaku lebih dari 30 (tiga puluh) tahun
dan untuk mengantisipasi perkembangan sosial dan ekonomi, telah dilakukan beberapa kali
perubahan. Kebijakan perpajakan tidak dapat terlepas dari permasalahan atau perkembangan
di bidang sosial dan ekonomi. Kebijakan perpajakan dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatnya pendapatan negara yang digunakan untuk
pembangunan dan penyelenggaraan kepentingan umum juga dapat mencegah semakin
melebarnya kesenjangan sosial. Tujuan tersebut antara lain tercermin dalam berbagai
kebijakan tarif pajak, kebijakan obyek yang dikenakan pajak dan dikecualikan, dan berbagai
kebijakan lainnya.
Selain itu, kebijakan pajak harus dapat mengakomodasi seluruh kegiatan perekonomian,
termasuk bagaimana menghitung- menyetor-melaporkan pajak yang terutang untuk jenis
usaha yang berbeda-beda. Perlakuan pajak terhadap usaha perbankan berbeda dengan
perlakuan pajak terhadap usaha pertambangan, dan berbeda pula dengan perlakuan pajak
terhadap industri pertanian, begitu pula perlakuan pajak yang berbeda untuk jenis usaha yang
lain. Perlakuan pajak terhadap usaha pertambangan juga berbeda- beda antara jenis tambang
yang satu dengan jenis tambang yang lain. Kebijakan perpajakan juga harus dapat
mengakomodasi perkembangan ekonomi dunia yang berdampak pada peraturan
peundangundangan perpajakan.
Beberapa undang-undang perpajakan, seperti UU PPh dan UU PPN, menganut sistem
“self assessment” dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung dan membayar
pajak yang terutang, serta menyampaikan laporan tentang penghitungan dan pembayaran
pajak melalui Surat Pemberitahuan kepada Direktur Jenderal Pajak.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, pendapatan negara di awal tahun 2023 masih
mencatat kinerja yang stabil. Meski dibayangi ancaman pelemahan ekspor serta tren
melandainya harga komoditas, penerimaan diharapkan terus terjaga sepanjang tahun untuk
meredam kelanjutan dampak guncangan perekonomian dunia.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, penerimaan pajak pada Januari 2023 tumbuh
48,6 persen secara tahunan (year on year), yaitu sebesar Rp 162,23 triliun atau mencapai 9,44
persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.
Secara rinci, kinerja pajak di awal tahun ini paling banyak ditopang oleh Pajak
Penghasilan (PPh) nonmigas yang mencapai Rp 78,29 triliun atau tumbuh 28,03 persen secara
tahunan. Selain itu, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
2
(PPnBM) sebesar Rp 74,64 triliun atau tumbuh 93,86 persen secara tahunan. Adapun Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) dan pajak lainnya tercatat sebesar Rp 1,29 triliun atau tumbuh
118,72 persen secara tahunan. Sementara kinerja PPh migas tercatat menurun 10,09 persen
secara tahunan, yakni sebesar Rp 8,03 triliun, akibat menurunnya harga komoditas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pendapatan negara?

2. Apa saja sumber-sumber pendapatan negara?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendapatan Negara


Pendapatan negara adalah pemasukan negara yang digunakan sebagai sumber pendanaan
kegiatan dan kebutuhan negara dalam rangka pembangunan negara. Yang dimaksud dengan
pendapatan negara atau penerimaan uang negara atau penerimaan pemerintah yakni meliputi
pajak, retribusi, keuntungan perusahaan negara, denda, sumbangan masyarakat, .1 Dalam hal
ini pendapatan negara yaitu berasal dari pajak maupun non pajak. Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang lansung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.2

Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih. Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yaitu pada
pasal 11 ayat (3), pendapatan negara Indonesia terdiri atas penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak, dan hibah.

Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri atas pajak dalam negeri
dan pajak perdagangan internasional. Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan negara
yang berasal dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang dan jasa, pajak penjualan
atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan,
cukai, dan pajak lainnya. Pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan negara
yang berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor.

Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) adalah semua penerimaan yang diterima oleh
negara dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), pendapatan Badan Layanan Umum (BLU), serta penerimaan
negara bukan pajak lainnya. Sebagai salah satu sumber pendapatan negara, PNBP memiliki
peran yang cukup penting dalam menopang kebutuhan pendanaan anggaran dalam APBN
Negara Indonesia walaupun sangat mudah terpengaruh oleh perkembangan berbagai faktor
eksternal.
1
Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlmn
85
2
Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2011, hlm. 1
4
Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan
pemerintah. Di negara-negara yang sudah sangat maju pajak adalah sumber utama dari
pembelanjaan pemerintah, sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai
administrasi pemerintahan dan sebagian lainnya adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan
pembangunan. Membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah, membiayai sistem pendidikan
dan kesehatan rakyat, membiayai pembelanjaan untuk angkatan bersenjata, dan membiayai
berbagai jenis infrastruktur yang penting yang akan dibiayai pemerintah. Perbelanjaan-
perbelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi
tingkat kegiatan ekonomi negara.3

2.2 Sumber-Sumber Pendapatan Negara


Sumber-sumber pendapatan negara secara umum dibagi menjadi dua sumber yaitu
pendapatan pajak dan pendapatan non pajak.

a. Pendapatan pajak.

Pendapatan pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang diatur
dalam undang-undang tanpa balas jasa secara langsung.Pendapatan negara berasal dari pajak.
Secara garis besar berbagai jenis pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan kepada dua
golongan yaitu pajak langsung dan pajak tak langsung. Pajak langsung berarti jenis pungutan
pemerintah yang secara langsung dikumpulkan dari pihak yang wajib membayar pajak. Setiap
individu yang bekerja dan perusahaan yang menjalankan kegiatan dan memperoleh
keuntungan wajib membayar pajak. Sedangkan, Pajak tak langsung adalah pajak yang
bebannya dapat dipindah- pindahkan kepada pihak lain. Diantara jenis pajak tak langsung
yang penting adalah pajak impor dan pajak penjualan. Pendapatan pajak berasal dari pajak
pusat dan pajak daerah:

1) Pajak Pusat (wewenang pemajakan berada di tangan pemerintah pusat)


Pajak pusat/negara adalah pajak yang dipungut oleh negara yang menjadi salah satu
sumber penerimaan negara dan digunakan untuk membiayai belanja negara, dalam hal

3
Jakarta,2012Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Rajawali Pers, ,
hlm. 168
5
pelaksaan pemungutannya negara diwakili oleh aparatur negara yang telah ditunjuk negara
yakni dirjen pajak yang berada dalam naungan kementrian keuangan Republik Indonesia.
Yang termasuk pajak pusat antara lain:

a) Pajak penghasilan (PPh)


Pajak penghasilan atau PPh ialah pajak yang dikenakan terhadap tiap tambahan nilai
kemampuan ekonomis. Baik itu yang didapat dari dalam maupun yang dari luar negeri,
yang dapat menambah kekayaan tiap Wajib Pajak (WP). Wajib Pajak bisa perorangan
atau suatu badan usaha. Badan Usaha juga wajib memiliki NPWP (Nomor Pokok
Wajib Pajak) dan dikenakan PPh atas pengelolaan dan penguasaannya atas barang dan
jasa. Beberapa Badan Usaha itu seperti bentuk badan hukum Perusahaan Terbatas (PT),
atau Perusahaan Firma (Fa), atau Perseroan Komanditer (CV) dan lain sebagainya.
b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan pada setiap tahap
peredaran barang atau jasa, mulai dari produsen hingga konsumen akhir. PPN
diberlakukan untuk mengenakan beban pajak secara proporsional kepada setiap pelaku
usaha yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi barang atau jasa.
c) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan pada
penjualan atau impor barang-barang mewah di suatu negara. PPnBM biasanya berlaku
untuk barang-barang yang dianggap mewah atau memiliki nilai lebih tinggi dari barang
konsumsi biasa.
Tujuan utama dari penerapan PPnBM adalah untuk mengumpulkan pendapatan bagi
pemerintah dan juga mengendalikan konsumsi barang-barang mewah yang cenderung
menguntungkan golongan yang lebih kaya. Pajak ini juga digunakan untuk mengurangi
kesenjangan sosial dan mendistribusikan pendapatan dengan lebih adil.
d) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau
pemanfaatan tanah dan bangunan yang dimiliki oleh individu atau entitas hukum. PBB
merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah daerah yang digunakan untuk
membiayai berbagai program dan kegiatan pemerintah di tingkat lokal.
PBB diberlakukan sebagai bentuk kontribusi pemilik atau pengguna tanah dan
bangunan terhadap pemerintah sebagai imbalan atas pemakaian dan pemanfaatan

6
sumber daya tersebut. Pajak ini diatur oleh peraturan perundang-undangan di setiap
negara, dan tarif serta mekanisme pengenaannya dapat berbeda-beda tergantung pada
kebijakan pemerintah setempat.
e) Bea Materai
Bea Materai adalah jenis pajak yang dikenakan atas sejumlah dokumen yang
memerlukan legalisasi atau pengesahan tertentu. Bea materai merupakan pajak yang
bersifat fiskal, yang dikenakan untuk mendapatkan pendapatan bagi negara.
Bea materai dikenakan pada berbagai jenis dokumen, seperti surat-surat perjanjian,
akta, kwitansi, surat-surat berharga, tanda terima, surat-surat kuasa, serta
dokumendokumen lain yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan di negara
tersebut.
f) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan
atas perolehan hak atas tanah dan bangunan dalam transaksi jual beli atau peralihan hak
lainnya. BPHTB merupakan pajak yang berlaku di Indonesia dan diatur oleh peraturan
perundang-undangan di negara ini.
BPHTB dikenakan pada setiap transaksi perolehan hak atas tanah dan bangunan,
termasuk dalam proses jual beli, waris, hibah, pemberian hak sewa, atau peralihan hak
lainnya. Pajak ini dihitung berdasarkan nilai transaksi atau nilai pasar dari tanah dan
bangunan yang diperoleh.
g) Bea Masuk
Bea Masuk, yang juga dikenal sebagai bea cukai atau tarif impor, adalah pajak atau
tarif yang dikenakan oleh pemerintah suatu negara terhadap barang-barang yang
diimpor dari luar negeri. Bea masuk merupakan salah satu jenis pajak yang digunakan
oleh pemerintah untuk mengendalikan perdagangan internasional, melindungi industri
dalam negeri, dan mengumpulkan pendapatan bagi negara.
Bea masuk diatur dan dikelola oleh otoritas bea cukai atau lembaga terkait di negara
masing-masing. Pada saat barang impor tiba di pelabuhan atau pintu masuk negara,
pemilik barang atau importir wajib melaporkan barang dan membayar bea masuk yang
ditetapkan sebelum barang tersebut dapat dilepas masuk ke dalam negeri.
h) Cukai tembakau dan Ethil Alkohol beserta hasil olahannya
Cukai Tembakau dan Ethil Alkohol adalah jenis cukai yang dikenakan pada
produkproduk yang terkait dengan tembakau dan alkohol, termasuk etil alkohol
7
(etanol) dan produk-produk hasil olahannya. Cukai ini bertujuan untuk mengendalikan
konsumsi tembakau dan alkohol, melindungi kesehatan masyarakat, serta sebagai
sumber pendapatan bagi negara.

2) Pajak Daerah (wewenang pemajakannya berada di tangan pemerintah daerah)


Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (Provinsi, Kota dan
Kabupaten) yang menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan digunakan
untuk membiayai belanja daerah, dalam hal ini pemerintah daerah diwakili oleh dinas
pendapatan daerah dan apartur negara lainnya (misalnya samsat).

a) Pajak daerah provinsi


1. Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor


Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan
bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi
karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan. Bahan bakar
kendaraan bermotor. Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair
atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor.

4. Pajak Air Permukaan


Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.
Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut,
baik yang berada di laut maupun

5. Pajak Rokok

Pajak rokok adalah adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah

b) Pajak Daerah Kabupaten/Kota


(1) Pajak Hotel

8
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah
fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait Tainnya dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata,
wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan
jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

(2) Pajak Restoran


Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan Yang disediakan Oleh restoran. Restoran
adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/ katering.

(3) Pajak Hiburan


Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis
tontonan, penunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut
bayaran.

(4) Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum
terhadap barang, jasa, orang, atau badan, dan atau dinikmati oleh umum.

(5) Pajak Penerangan Jalan


Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain .

(6) Pajak Parkir


Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik
yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak
bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.4

4
Muda Markus, Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hlm. 3
9
b. Pendapatan non pajak
Pendapatan non pajak adalah pendapatan negara selain dari pajak. Pendapatan non pajak
berasal dari:
1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah, (antara lain
penerimaan jasa giro, sisa anggaran pembangunan, sisa anggaran rutin)
2. Penerimaan dari pemanfaatansumber daya alam (segala kekayaan alam yang terdapat
diatas, permukaandan di dalam bumi yang dikuasai negara, antara lain royalti di
bidang pertambangan)
3. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan (antara lain
dividen atau bagian laba pemerintah dari BUMN, dana pembangunan semesta, dan
hasil penjualan saham pemerintah dalam BUMN)
4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah (antara lain
pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan pelatihan, pemberian hak
paten, merek, hak cipta, pemberian visa dan paspor, serta pengelolaan kekayaan
negara yang tidak dipisahkan)
5. Penerimaan berdasarakan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda
administrasi (antara lain lelang barang rampasan negara dan denda)
6. Penerimaan yang berupa hibah yang merupakan hak pemerintah (adalah penerimaan
negara berupa bantuanhibah dan atau sumbangan dari dalam dan luar negri baik swasta
maupun pemerintah yang menjadi hak pemerintah, kecuali hibah dalam bentuk natura
yang secara langsung untuk mengatasi keadaan darurat seperti bencana alam atau
wabah penyakit yang tidak dicatat dalam APBN)
7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam UU tersendiri. 5

Pajak dibedakan atas pajak subjektif dan pajak objektif :

1. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya (wajib pajak). Contohnya
pajak penghasilan PPh). Dalam PPh terdapat subjek pajak orang pribadi. Pengenaan PPh
5
Ibid., hlm 493
10
untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (status perkawinan,
banyaknya anak dan tanggungan lainnya). Keadaan pribadi wajib pajak tersebut selanjutnya
digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak.

2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa
benda,keadaan, perbuatan atau peristiwa yang engakibatan timbulnya kewajiban membayar
pajak,tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak maupun tempat tinggal. Contoh Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) serta Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB). 6

Tata Cara pemungutan pajak terdiri dari stelsel pajak,asas pemungutan pajak, dan
sistem pemungutan pajak.

1. Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu :

a. Stelsel Nyata(Riil). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek
yang sesungguhnya terjadi (untuh PPh maka objeknya adalah penghasilan). Oleh karena itu,
pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua
penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui. Kelebihan stelsel nyata
adalah perhitungan pajak didasarkan pada penghasilan yang sesungguhnya sehingga lebih
akurat dan realistis. Kekurangan stelsel nyata adalah pajak baru yang diketahui pada akhir
periode, sehingga:
1) Wajib Pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi pada akhir tahun
sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia jumlah kas yang memadai; dan 2) Semua
wajib pajak akan membayar pajak pada akhir tahun sehingga jumlah uang beredar secara
makro akan terpengaruh.

b. Stelsel anggapan (fiktif). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan
pada suatu anggapan yang diatur oleh undang- undang, sebagai contoh, pengahsilan pajak
yang terhutang pada suatu tahun dianggap sama dengan penghasilan sebelumnya, sehingga
6
http://eprints.polsri.ac.id/4828/3/BAB%20II.pdf hlmn 9

11
pajak yang terhutang pada suatu tahun juga dianggap sama dengan pajak yang terutang tahun
sebelumnya. Dengan stelsel ini, berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan
sudah dapat ditetapkan atau diketahui pada awal tahun ytang bersangkutan.
Kelebihan stelsel fiktif adalah pajak dapat dibayarkan selama tahun berjalan, tanpa
harus menunggu sampai akhir suatu tahun, misalnya pembayaran pajak dilakukan pada saat
Wajib Pajak memperoleh penghasilan tinggi atau mungkin ndapat diangsur dalam tahun
berjalan. Kekurangan adalah p-ajak yang dibayar tidak berdasar pada keadaan yang
sesungguhnya sehingga penentuan pajak menjadi tidak akurat.

c. Stelsel Campuran. Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada
kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada wal tahun, besarnya pajak dihitung
berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak dihitung berdasar
keadaan yang sesungguhnya. Jika besarnya pajak berdasar keadaan sesungguhnya lebih besar
daripada besarnya pajak menurut anggapan, Wajib Pajak harus membayar kekurangan
tersebut. Sebaliknya, jika besarnya pajak sesungguhnya lebih kecil daripada besarnya pajak
menurut anggapan, kelebihan tersebut dapat diminta kembali (restitusi) ataupun
dikompensasikan pada tahun-tahun berikutnya, setelah diperhitungkan dengan utang pajak
yang lain.

2. Asas Pemungutan Pajak


Terdapat tiga asas pemugutan pajak, yaitu :
a. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib
Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun
luar negeri. Setiap Wajib Pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah Indonesia
(Wajib Pajak dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya baik
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.

b. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber di wilanyahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. Setiap orang
yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang
diperolehnya. c. Asas Kebangsaan
12
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu
negaraa. Misalnya, pajak asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan
berkebangsaan Indonesia, tetapi bertempat tinggal di Indonesia.

3.Sistem Pemungutan Pajak.


Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem pemugutan, yaitu :
a. Official Assessment system
Sistem pemugutan pajak yang memberi kewenangan aparatur pepajakan untuk menentukan
sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundangundangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan
menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan.
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung
pada aperatur perpajakan (peranana dominan ada pada aperatur perpajakan.)

b. Self Assessment System


Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri
jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut
pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung
pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai
kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak.
Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk :
1) Menghitung sendiri pajak yang terutang
2) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang 3) Membayar sendiri jumlah pajak
yang terutang
4) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang; dan
5) Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemugutan pajak banyak tergantung
Wajib Pajak Sendiri ( peranan dominan ada pada Wajib Pajak) .

c. With Holding System

13
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan pajak yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai
peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk
memotong serta memungut pajak, menyetor, dan mempertanggung jawabkan melalui sarana
perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk. 7

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendapatan negara adalah jumlah dana yang diperoleh oleh pemerintah dari berbagai
sumber untuk membiayai kegiatan dan program pemerintah serta memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pendapatan negara sangat penting dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintah,
termasuk penyediaan layanan publik, pembangunan infrastruktur, kesejahteraan sosial, serta
pemenuhan kebutuhan dan perlindungan masyarakat.

7
Ibid hlmn 11-1
14
Sumber-sumber pendapatan negara merupakan beragam sumber yang digunakan oleh
pemerintah untuk membiayai kegiatan dan program pemerintahan serta memenuhi kebutuhan
masyarakat. Beberapa kesimpulan tentang sumber-sumber pendapatan negara dapat diambil
sebagai berikut:

1.Pajak adalah sumber pendapatan utama bagi negara. Pajak dikenakan pada pendapatan
individu, perusahaan, barang dan jasa, properti, serta transaksi keuangan. Pajak memiliki
peran penting dalam mengumpulkan dana bagi negara untuk membiayai berbagai kebutuhan
dan layanan publik.

2. Cukai merupakan jenis pajak khusus yang dikenakan pada barang-barang tertentu seperti
alkohol, tembakau, minuman beralkohol, dan bahan bakar minyak. Cukai memberikan
kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara, sekaligus berperan dalam pengendalian
konsumsi dan perlindungan masyarakat.

3. Pendapatan dari sumber daya alam adalah sumber pendapatan yang diperoleh negara
melalui eksploitasi sumber daya alam seperti minyak, gas, batu bara, dan logam. Pendapatan
ini berasal dari royalti, dividen, atau pembagian hasil produksi yang dilakukan oleh
perusahaan yang mengelola sumber daya alam tersebut.

4.Pendapatan dari investasi dan kekayaan negara meliputi pendapatan dari investasi
pemerintah, kepemilikan saham dalam perusahaan, kepemilikan aset negara seperti tanah dan
bangunan, serta pendapatan dari lelang dan hak penggunaan aset negara.

5.Pendapatan lainnya seperti pendapatan dari bunga dan pinjaman, denda dan sanksi,
pendapatan dari lelang dan penjualan aset, serta bantuan dan hibah dari negara lain juga dapat
menjadi sumber pendapatan bagi negara.

3.2 Saran

Adapun saran untuk meningkatkan pendapatan negara adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Efisiensi Pajak: Meningkatkan administrasi pajak untuk mengurangi


penghindaran dan penggelapan pajak. Melakukan pembaruan peraturan perpajakan yang
jelas dan mengadopsi teknologi informasi untuk mempercepat proses perpajakan.
Memperkuat penegakan hukum terhadap pelanggaran pajak.

15
2. Promosi Investasi: Mendorong investasi dalam sektor yang berpotensi menghasilkan
pendapatan tinggi. Menyediakan insentif dan kemudahan bagi investor untuk
menanamkan modal di negara tersebut. Membangun iklim investasi yang kondusif dan
stabilitas kebijakan yang jangka panjang.
3. Peningkatan Ekspor: Mendorong pertumbuhan ekspor dengan mengembangkan
komoditas unggulan dan meningkatkan daya saing produk domestik. Memberikan
dukungan kepada pelaku usaha dalam hal pemasaran, promosi, dan pemenuhan standar
internasional. Memperkuat kerja sama perdagangan dengan mitra internasional.
4. Diversifikasi Sumber Pendapatan: Mengembangkan sumber-sumber pendapatan selain
pajak. Misalnya, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam, memperoleh
pendapatan dari royalti atau dividen, serta memperluas sektor ekonomi yang potensial
seperti pariwisata, industri kreatif, atau teknologi informasi.
5. Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi: Meningkatkan penegakan hukum
terhadap korupsi dan penyalahgunaan keuangan negara. Memperkuat lembaga
antikorupsi dan sistem pengawasan. Meningkatkan transparansi dalam penggunaan

anggaran publik dan memastikan akuntabilitas yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara, Rineka Cipta, Jakarta, 1994.

Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2011

Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Rajawali Pers, Jakarta,2012.

Muda Markus, Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.


http://eprints.polsri.ac.id/4828/3/BAB%20II.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai