Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN

Dosen Pengampu : Endang Winarsih, S.E., M.Ak

DI SUSUN OLEH:
SRI RAHAYU (105731109920)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSSAR
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi. Penulis sangat

berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun

merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Makassar,16 Desember 2023

Penulis

PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................... 1

PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................2
BAB II.........................................................................................................4

PEMBAHASAN..........................................................................................4

A. Definisi Pajak Penghasilan (PPh)................................................................4


B. Dasar Hukum...............................................................................................5
C. Subjek Pajak................................................................................................5
D. Objek Pajak Penghasilan BUT....................................................................7
E. Ketentuan bagi Petugas Pajak..................................................................11
F. Sanksi Pajak..............................................................................................13
BAB III......................................................................................................16

PENUTUP.................................................................................................16

A. Kesimpulan................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................18

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada obyek pajak
atas penghsilan yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang
atau badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap
perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak diwajibkan untuk
membayar pajak. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber pengeluaran (cash
disbursment) tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut.
Sehingga biasanya banyak perusahaan melakukan upaya untuk membayar
pajak terutangnya sekecil mungkin selama hal tersebut memungkinkanPada
hakekatnya perpajakan di Indonesia di tetapkan berdasarkan undang-undang,
hal ini merupakan pencerminan bagian dari pelaksanaan tonggak demokrasi
dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dalam hubungan ini merupakan suatu
realita negara yang merdeka dan berdaulat. Sesuai perjalanan sejarah
perpajakan nasional di Indonesia, tak dapat dipungkiri bahwa dalam penyusunan
kerangka acuan perubahan undang-undang dan peraturan perpajakan sebagian
besar bersumber dari sistem perpajakan warisan kolonial penjajah, terutama
ketika negara Republik Indonesia baru terbentuk. Dalam beberapa dekade
terakhir ini perubahan tersebut telah banyak mengalami perubahan yang
bersumber dari sistem perpajakan negara lain.
Dalam teori ekonomi klasik yang kini masih relevan diterapkan di
berbagai negara menyebutkan bahwa : “salah satu sumber penerimaan negara
ialah dari sektor pajak.” Pernyataan ini tertuang di dalam naskah Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut : “segala
pajak dipungut berdasarkan undang-undang demi kepentingan negara dan
ditunjukan kesejahteraan rakyat”.
Pajak adalah salah satu alat yang digunakan pemerintah didalam
mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung dari masyarakat, untuk itu diperlukan adanya kesadaran
dari masyarakat akan kewajiban pajaknya karena pajak yang dikumpul

1
digunakan untuk kepentingan dan membiayai pengeluaran rutin serta
pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.
Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara
yang berlaku di berbagai negara. Tiap negara membuat aturan dan dalam
mengenakkan dan memungut pajak di negaranya. Bagi Indonesia, penerimaan
pajak sangat besar perannya dalam mengamankan anggaran negara dalam
APBN setiap tahun. Kondisi itu tercapai ketika harga minyak bumi berfluktuasi di
pasar internasional dalam kurun waktu yang relatif panjang pada awal dekade
1980-an. Fluktuasi harga tersebut telah membuat struktur penerimaan negara
yang saat itu sangat mengandalkan penerimaan dari minyak bumi dan gas
(migas) tidak bisa diandalkan lagi untuk kesinambungannya. Dari aspek
budgeting, bila penerimaan andalan dari migas tetap di pertahankan, maka akan
merusak tatanan atau struktur penerimaan negara di APBN. Akibatnya,
pembangunan nasional yang telah dilaksanakan dan diprogramkan diberbagai
bidang, dan membutuhkan biaya saat itu, bisa saja tidak dapat dilaksanakan
sesuai dengan rencana (program pembangunan).
Sumber penerimaan negara dari sektor pajak ada banyak macamnya.
Salah satu adalah pajak penghasilan badan, yaitu pajak penghasilan yang
dikenakan kepada sebuah badan usaha atas penghasilan dan laba usahannya
baik dalam negeri maupun pendapatan diluar negeri. Salah satu kewajiban wajib
pajak khususnya wajib pajak adalah menyelenggarakan pembukuan sebagai
suatu proses yang dilakukan secara teratur untuk menyusun laporan keuangan.
Sumber penerimaan negara dari sektor pajak ada banyak macamnya. Salah satu
adalah pajak penghasilan badan, yaitu pajak penghasilan yang dikenakan
kepada sebuah badan usaha atas penghasilan dan laba usahannya baik dalam
negeri maupun pendapatan diluar negeri. Salah satu kewajiban wajib pajak
khususnya wajib pajak adalah menyelenggarakan pembukuan sebagai suatu
proses yang dilakukan secara teratur untuk menyusun laporan keuangan. Dalam
rangka menyukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan pajak
sangat penting dan mempunyai kedudukan yang strategis. Tidak mungkin
pemerintah dapat mengerakkan roda pemerintahan dan pembangunan nasional
tanpa adanya dukungan dana, terutama yang bersumber dari penerimaan pajak.
Oleh sebab itu setiap tahun penerimaan pajak senantiasa diupayakan untuk
terus meningkat. Ada tiga unsur yang menentukan penerimaan pajak, yakni

2
undang-undang perpajakan yang tepat, kepatuhan serta kesadaran dari Wajib
Pajak dan aparat perpajakan yang cakap dan bersih.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pajak Penghasilan (PPh)


Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap orang
pribadi atau perseorangan dan badan, berkenaan dengan penghasilan
yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. Ditinjau dari
segi sejarahnya, pajak sudah ada sejak jaman dahulu kala yang saat itu
pemberiannya sukarela dari rakyat kepada rajanya. Pada mulanya pajak
merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma) namun sifatnya
merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus
dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau
penguasa. Saat itu, rakyat memberikan upetinya kepada raja atau
penguasa berbentuk natura berupa padi, ternak, atau hasil tanaman
lainnya seperti pisang, kelapa, dan lain-lain.

Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk


keperluan atau kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak
ada imbalan atau prestasi yang dikembalikan kepada rakyat karena
memang sifatnya hanya untuk kepentingan sepihak dan seolah-
olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang
lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat.

Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 6 Tahun


1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang-
Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara
perpajakan adalah “kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.

4
B. Dasar Hukum

C. Subjek Pajak
Pajak penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang menjadi subjek pajak
adalah :
1. a. Subyek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau
orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Warisan yang belum belum terbagi satu kesatuan menggantikan yang
berhak warisan merupakan subjek pengganti, menggantikan mereka yang
berhak yaitu ahli waris.
2. badan, terdiri atas perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif,
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Perusahaan luar negeri yang bergerak dalam kegiatan ekonomi suatu
negara, dalam hal ini negara Indonesia. Subjek pajak dapat pula dibedakan
yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Selanjutnya
dapat dijelaskan bahwa subjek pajak dalam negeri adalah wajib pajak
membuat SPT sementara subjek pajak luar negeri tidak wajib membuat SPT.

Subjek pajak dapat dibedakan menjadi :


1. Subjek Pajak dalam negeri yang terdiri dari :
a. Subjek pajak orang pribadi, yaitu :
 Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau

5
 Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai nilai bertempat tinggal di Indonesia.

b. Subjek pajak badan, yaitu :


Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali
unit tertentu dari badan pemerintahan yang memenuhi criteria :
 Pembentukkannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan,
 Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
 Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintahan pusat atau
pemerintah daerah, dan
 Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.

c. Subjek pajak warisan, yaitu :


Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.

2. Subjek pajak luar negeri yang terdiri dari :


a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia,
dan
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau
memperoleh panghasilan dari Indonesia tidak dari menjalakan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah
menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak. Subjek pajak badan dalam negeri menjadi

6
wajib pajak sejak saat didirikan, atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Subjek pajak luar negeri baik orang pribadi maupun badan sekaligus menjadi
wajib pajak karena menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang
bersumber dari Indonesia atau yang melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia. Dengan perkataan lain, wajib pajak adalah orang pribadi atau
badan yang yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.
Perbedaan wajib pajak dalam dalam negeri dan wajib pajak luar negeri, antara
lain adalah :

Wajib Pajak dalam negeri Wajib Pajak luar negeri

 Dikenakan pajak atas penghasilan  Dikenakan pajak hanya atas


baik yang diterima atau diperoleh penghasilan yang berasal dari
dari Indonesia dan dari luar sumber penghasilan di Indonesia
indonesia.  Dikenakan pajak berdasarkan
 Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto
penghasilan netto.  Tarif pajak yang digunakan
 Tarif pajak yang digunakan adalah adalah tarif sepadan (tarif UU
tarif umum (tariff UU PPh pasal 17) PPh pasal 26)
 Wajib menyampaikan SPT  Tidak wajib menyampaikan SPT.

Kewajiban Pajak Subjektif


Untuk lebih memperjelas pengertian, kapan mulai dan berakhirnya
sebagai subjek pajak dalam negeri maupun subjek pajak luar negeri,
berikut ini diberikan table mulai dan berakhirnya pajak subjektif.
Kewajiban pajak subjektif

MULAI BERAKHIR

Subjektif pajak dalam negeri orang Subjektif pajak dalam negeri orang
pribadi: pribadi:
 Saat dilahirkan  Saat meninggal
 Saat berada di indonesia atau  Saat meninggalkan indonesia untuk
bertempat tinggal di indonesia selama-lamanya
Subjektif pajak dalam negeri Subjektif pajak dalam negeri badan:
badan:  Saat dibubarkan atau tidak

7
 Saat didirikan atau bertempat bertempat kedudukan di indonesia
kedudukan di indonesia

MULAI BERAKHIR

Subjek pajak luar negeri melalui Subjek pajak luar negeri melalui
BUT: BUT:
 Saat menjalankan usaha atau  Saat tidak lagi menjalankan usaha
melakukan kegiatan melalui BUT di atau melakukan kegiatan melalui
indonesia BUT di indonesia.

Subjek pajal luar negeri tidak Subjek pajal luar negeri tidak
melalui BUT: melalui BUT:
 Saat menerima atau memperoleh  Saat tidak lagi menerima atau
penghasilan dari indonesia memperoleh penghasilan dari
indonesia
Warisan belum terbagi: Warisan belum terbagi:
 Saat timbulnya warisan yang belum  Saat warisan telah selesai dibagikan
terbagi

TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK


Yang tidak termasuk subjek pajak adalah :
1. Kantor perwakilan Negara asing.
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsultan atau pejabat lain dari Negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat :
a. Bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.
b. Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
3. Organisasiinternasional sebagai mana dimaksud dalam keputusan menteri
keuangan no 661/KMK.04./1994 tanggal 23 Desember 1994 sebagai mana
telah diubah terkhir dengan keputusan Menteri Keuangan nomor
314/KMK.04/1998 tanggal 15 juni 1998, dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.

8
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional, sebagai mana dimaksud dalam
keputusan Menteri Keuangan no 611/KMK.04/1994 tanggal 23 Desember
1994 sebagaimana telah diubah dengan keputusan Menteri Keuangan
nomor 314/KMK.04/1998 tanggal 15 juni 1998, dengan syarat :
a. Bukan warga Negara Indonesai.
b. Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia.

D. Objek Pajak Penghasilan BUT


Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapar dipakai untuk
konsumsi atau utnuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk :
1. Pergantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, grafitasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3. Laba usaha;
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pegambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali, yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam

9
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
pendidikan, badan social termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagai atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
penegmbalian utang;
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. Premi asuransi;
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksus dalam Undang-undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
19. Surplus Bank Indonesia.
Penghasilan tersebut dapat dikelompokan menjadi:

10
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas,
seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaries, aktuaris,
akuntan, pengacara, dan sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha atau kegiatan.
3. Penghasilan dari modal atau penggunaan harta, seperti sewa, bunga,
dividen, royalty, keuntungan dari penjualan harta yang tidak digunakan, dan
sebagainya.
4. Penghasilan lain-lain, yaitu penghasilan yang tidak dapat diklasifikasikan ke
dalam salah satu dari tiga kelompok penghasilan di atas, seperti:
a. Keuntungan karena pembebanan utang.
b. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
c. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
d. Hadiah undian.
Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri, yang menjadi Objek Pajak adalah
penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
Sedangkan bagi Wajib Pajak Luar Negeri, yang menjadi Objek Pajak
hanya penghasilan yang berasal dari Indonesia saja.

TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


Yang dikecualikan dari objek pajak adalah :
1. a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
zamil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbanan keagamaan yang sifatnya wajib pajak bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan
yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada

11
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikian atau penguasaan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham.
4. Penggaian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib
pajak atau pemerintah
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa
6. Dividen atau pembagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN, atau BUMD,
dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat :
• Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
• Bagi perseoan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen
paling rendah 25% Dari jumlah modal yang disetor dan harus
mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan Saham tersebut.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai.
8. Penghasilan dari modal yang telah ditanamkan oleh dana pensiun
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif.
10. Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau
kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan
usaha dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia

12
11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu.
12. Laba lebih yang diterima atau lembaga nirlaba bidang pendidikan
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang


pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu
Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adlah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka
penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan
lain sebagainya.

B. Saran
Kami selalu berharap bagi semua pihak yang berwenang dalam
pemungutan pajak agar pajak yang didapat dari pemungutan wajib pajak
tersebut harus bisa dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya sehingga
dapat sangat bermanfaat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana, dan Lilis Setiawati, 2009, Perpajakan Indonesia, Andi,


Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 1999. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK No.


17, Cetakan Keempat, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Lumbantoruan, Shopar, 2005, Akuntansi Pajak, Gramedia Widiasarana.


Jakarta Muljono, Djoko 2009, TAX PLANNING-Menyiasati Pajak dengan
Bijak.Yogyakarta : ANDI.

Mardiasmo. 2011, Perpajakan Edisi Revisi 2011, Andi, Yogyakarta.

Munawir S. 2002, Perpajakan, Edisi Revisi, Liberty, Yogyakarta.

Pohan, CA 2011, Optimazing Corporate Tax Management, Bumi Aksara,


Jakarta

Resmi, Sitti 2009, Perpajakan : Teori dan Kasus, Jakarta : Salemba


Empat.

Suandy, Erly, 2006, Perpajakan, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Rahayu, Siti Kurnia 2009, Perpajakan Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta


Soemahamidjadja Soeparman, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”. (2002:5)

Suandy, 2003, Perencanaan Pajak, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta

http://forever2705.wordpress.com/2008/08/11/pengertian-pajak-
penghasilan/www.google.com.

15

Anda mungkin juga menyukai