Anda di halaman 1dari 10

Kelompok V

MENELAAH PEMIKIRAN ULAMA-ULAMA DI DUNIA TENTANG


HUKUM PAJAK
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Hukum Pajak dan zakat
Dosen Pengampu : Rafik Patrajaya, M. H. I

Disusun Oleh :
Rahmat Patrio
Nim.2112130150
Akhmad Nor Padillah
Nim.212130153

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2024 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis masih diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa solawat serta salam
selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.

Ungkapan terimakasih juga penulis haturkan kepada Bapak Rafik Patrajaya,


M. H. I selaku dosen pengajar pada mata kuliah Hukum Pajak dan Zakat yang
telah memberikan semangat dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul "Menelaah Pemikiran Ulama-
ulama didunia tentang Hukum Pajak".

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang
bersifat persuasif agar ke depannya makalah yang penulis buat dapat menjadi lebih
baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Palangka Raya, Maret 2024

Tim Penyusun

II
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1

A. Latar Belakang…………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….2

A. Pemikiran Abu Yusuf terkait Hukum Pajak……………………………..2


B. Pemikiran Al Syaibani terkait Hukum Pajak……………………………3
C. Pemikiran Ibnu Khaldun terkait Hukum Pajak………………………….3

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….5

A. Kesimpulan………………………………………………………………5
B. Saran……………………………………………………………………..6

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...7

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemikiran ulama-ulama tentang hukum pajak dapat bervariasi
tergantung pada konteks dan pandangan mereka terhadap agama dan
masyarakat. Pada umumnya, hukum pajak diatur oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku di suatu negara. Di Indonesia, misalnya, hukum
pajak diatur oleh beberapa undang-undang, seperti Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Penghasilan, dan undang-
undang lainnya.1
Penting untuk dicatat bahwa pemikiran ulama-ulama tentang hukum
pajak dapat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi,
dan politik di mana mereka berada.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemikiran Abu Yusuf terhadap Hukum Pajak?
2. Bagaimanan Pemikiran Al-Syaibani Terkait Hukum Pajak?
3. Dan Bagaimana Pemikiran Ibnu Khaldun terkait Hukum Pajak?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengatahui Pemikiran Abu Yusuf terkait Hukum Pajak?
2. Untuk mengetahui Pemikiran Al-Syaibani terkait Hukum Pajak?
3. Unttuk megetahui Pemikiran Inbu Khaldun terkait Hukum Pajak?

1
“Hukum Pajak: Pengertian, Fungsi dan Sejarahnya,” diakses 26 Maret 2024,
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/hukum-pajak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemikiran Abu Yusuf terkait Hukum Pajak


Pemikiran Abu Yusuf terkait hukum pajak mencakup konsep yang
relevan dengan sistem perpajakan Indonesia saat ini. Abu Yusuf
menganggap perpajakan sebagai tindakan yang mencapai keadilan
ekonomi, yang disebut sistem Musaqamah. Abu Yusuf juga menganggap
bahwa pajak harus dikenakan berdasarkan kemampuan tanah, bukan
berdasarkan wazifah. 2
Abu Yusuf juga menyebutkan bahwa pajak harus menyediakan fasilitas
publik, mengelola tanah yang tidak produktif, membantu kondisi ekonomi,
menjaga dan menggunakan sumber daya alam, menggunakan sistem
Mukasama, membagikan dan mempromosikan transparansi pendapatan
negara, mengatur harga, dan mengulangi Jizyah.
Sistem perpajakan yang dijelaskan Abu Yusuf, seperti pajak bumi dan
bangunan (PBB) dan bea cukai, masih relevan dan digunakan sekarang. Abu
Yusuf juga telah menulis tentang konsep pajak yang disebut Al-Kharaj, yang
digunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan pajak. 3
Abu Yusuf menganggap bahwa perpajakan harus menyediakan minat
publik (al-maslahah al-ammah) dan harus mengurangi pembebanan
masyarakat.

B. Pemikiran Al-Syaibani terkait Hukum Pajak


Pemikiran Al-Syaibani terkait hukum pajak meliputi beberapa aspek
yang relevan dengan sistem pajakan dalam ekonomi Islam. Berikut adalah
beberapa informasi yang dapat diperoleh dari informasi yang tersedia:
1. Al-Syaibani merupakan seorang perintis ilmu ekonomi dalam Islam dan
pembuat kitab Al-Kasb, yang merupakan kitab pertama dalam dunia

2
Ach Bakir, “Pemikiran Abu Yusuf Tentang Pajak dan Relevansinya dengan Kebijakan
Ekonomi di Indonesia,” t.t.
3
“Abu Yusuf dan Pajak (Konsep dalam Kitab Al-kharaj dan Relevansinya Da-lam Ekonomi
Saat Ini) - Neliti,” diakses 26 Maret 2024, https://www.neliti.com/publications/340112/abu-yusuf-
dan-pajak-konsep-dalam-kitab-al-kharaj-dan-relevansinya-da-lam-ekonomi.

2
Islam yang membahas masalah ekonomi, termasuk perilaku produksi,
kerja, kekayaan, dan kefakiran. 4
2. Dalam pemikiran Al-Syaibani, pajakan merupakan sebuah konsep yang
menekankan peranan pemerintah dalam mengatur aktivitas ekonomi.
Al-Syaibani mengilhami lahirnya pemikiran ekonomi yang
menekankan perlunya campur tangan pemerintah dalam mengatur
aktivitas ekonomi.
3. Kitab Al-Amwal, yang ditulis oleh Abu Ubaid, merupakan sebuah
ringkasan tradisi Islam asli yang mengenai permasalahan ekonomi,
termasuk pajakan. Kitab ini juga memuat sejarah ekonomi Islam selama
dua abad pertama hijriyah.
4. Abu Ubaid mengutip pandangan dan perlakuan ekonomi dari imam dan
ulama terdahulu, seperti Malik ibn Anas dan pandangan sebagian besar
ulama madzhab Syafi'i lainnya.
5. Abu Yusuf, sebagai ulama Hanafi, juga memiliki pemikiran yang
relevan dengan hukum pajak. Dalam kitab Al-Kharaj, Abu Yusuf
menanggapi beberapa masalah yang berkaitan dengan pajakan,
termasuk pajakan tanah dan pajakan pertambangan.5

Selain itu, pemikiran Al-Syaibani juga mencakup masalah sebagian lain


yang berkaitan dengan ekonomi Islam, seperti klasifikasi usaha, kebutuhan
ekonomi, dan spesialisasi kerja.

C. Pemikiran Ibnu Khaldun terkait Hukum Pajak


Ibnu Khaldun, sebagai tokoh pemikir sosial, memiliki pemikiran yang
erat terkait pajak. Dalam hal ini, ia menekankan prinsip kesamarataan yang
diberikan pemerintah kepada rakyat, yang dijelaskan dalam skripsi "Konsep
Pengelolaan Pajak Yang Adil Menurut Ibnu Khaldun". Ibnu Khaldun juga
mempunyai gagasan tentang penerapan pajak, seperti penerapan kharaj

4
Salidin Wally, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Al Syabani dan Ubaid,” TAHKIM 14,
no. 1 (18 November 2018), https://doi.org/10.33477/thk.v14i1.580.
5
Eka Dewintara dan Sarmila, “Penerapan Konsep Ekonomi Abu Yusuf Dalam Kitab Al-
Kharaj (Perpajakan) Saat Ini,” BANCO: Jurnal Manajemen dan Perbankan Syariah 3, no. 1 (11 Juli
2022): 66–74, https://doi.org/10.35905/banco.v3i1.2596.

3
yang disebut PBB sekarang. Selain itu, ia juga menganggap pajak yang
ringan baik bagi kehidupan sebuah negara, karena pemerintah harus
memberikan pelayanan kepada masyarakat.6
Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa pemerintah harus memungut pajak
dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan pajak hanya
dipungut ketika pemerintah tidak membengkakkan kegiatan produksi dan
perdagangan. Pajak ditujukan untuk menjaga stabilitas (keamanan) warga,
kesejahteraan rakyat, keadilan dan pemerataan. Ibnu Khaldun juga
menekankan bahwa pemerintah harus menjauhi kemewahan, karena uang
(pajak) digunakan untuk menghancurkan suatu negara.7
Salah satu konsep penting dalam pemikirannya adalah 'asabiyah', yang
merupakan gagasan tentang solidaritas sosial atau kesatuan yang
memungkinkan suatu masyarakat untuk berkembang. Dalam konteks ini,
Ibnu Khaldun menyadari bahwa pemerintah membutuhkan sumber daya
untuk mempertahankan kekuasaannya. Meskipun tidak secara eksplisit
membahas pajak, namun konsep pemungutan sumber daya untuk keperluan
pemerintah dapat dihubungkan dengan prinsip-prinsip ekonomi dan
administrasi pajak.
Secara keseluruhan, pemikiran Ibnu Khaldun memberikan kerangka
kerja untuk memahami peran pajak dalam kehidupan ekonomi dan politik
sebuah masyarakat, meskipun ia tidak secara khusus memfokuskan
pemikirannya pada hukum pajak seperti yang kita kenal saat ini.

6
“Pemikiran Utama Ibnu Khaldun Soal Pajak | Republika Online,” diakses 26 Maret 2024,
https://ekonomi.republika.co.id/berita/quliwy440/ini-pemikiran-utama-ibnu-khaldun-soal-pajak.
7
Sigit Kusbiyantoro, “Dinamika Fungsi Dan Mekanisme Pajak Perspektif Ibnu Khaldun,”
t.t.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemikiran Abu Yusuf terkait hukum pajak mencakup konsep yang
relevan dengan sistem perpajakan Indonesia saat ini. Abu Yusuf
menganggap perpajakan sebagai tindakan yang mencapai keadilan
ekonomi, yang disebut sistem Musaqamah. Abu Yusuf juga
menganggap bahwa pajak harus dikenakan berdasarkan kemampuan
tanah, bukan berdasarkan wazifah.
2. Pemikiran Al-Syaibani terkait hukum pajak meliputi beberapa aspek
yang relevan dengan sistem pajakan dalam ekonomi Islam. Berikut
adalah beberapa informasi yang dapat diperoleh dari informasi yang
tersedia: Al-Syaibani merupakan seorang perintis ilmu ekonomi dalam
Islam dan pembuat kitab Al-Kasb, Dalam pemikiran Al-Syaibani,
pajakan merupakan sebuah konsep yang menekankan peranan
pemerintah dalam mengatur aktivitas ekonomi, Kitab Al-Amwal, yang
ditulis oleh Abu Ubaid, merupakan sebuah ringkasan tradisi Islam asli
yang mengenai permasalahan ekonomi, termasuk pajakan, Abu Ubaid
mengutip pandangan dan perlakuan ekonomi dari imam dan ulama
terdahulu, dan Abu Yusuf, sebagai ulama Hanafi, juga memiliki
pemikiran yang relevan dengan hukum pajak.
3. Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa pemerintah harus memungut pajak
dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan pajak
hanya dipungut ketika pemerintah tidak membengkakkan kegiatan
produksi dan perdagangan. Pajak ditujukan untuk menjaga stabilitas
(keamanan) warga, kesejahteraan rakyat, keadilan dan pemerataan.
Ibnu Khaldun juga menekankan bahwa pemerintah harus menjauhi
kemewahan, karena uang (pajak) digunakan untuk menghancurkan
suatu negara.

5
B. Saran
Para ulama Islam telah memberikan saran dan pandangan tentang hukum
pajak berdasarkan prinsip-prinsip agama Islam. Meskipun tidak ada teks
langsung dalam Al-Qur'an atau Hadis yang membahas hukum pajak modern
secara rinci, prinsip-prinsip umum dalam Islam telah diinterpretasikan untuk
diterapkan dalam konteks pajak.

6
DAFTAR PUSTAKA

“Abu Yusuf dan Pajak (Konsep dalam Kitab Al-kharaj dan Relevansinya Da-lam
Ekonomi Saat Ini) - Neliti.” Diakses 26 Maret 2024.
https://www.neliti.com/publications/340112/abu-yusuf-dan-pajak-konsep-
dalam-kitab-al-kharaj-dan-relevansinya-da-lam-ekonomi.
Bakir, Ach. “Pemikiran Abu Yusuf Tentang Pajak dan Relevansinya dengan
Kebijakan Ekonomi di Indonesia,” t.t.
Dewintara, Eka dan Sarmila. “Penerapan Konsep Ekonomi Abu Yusuf Dalam Kitab
Al-Kharaj (Perpajakan) Saat Ini.” BANCO: Jurnal Manajemen dan
Perbankan Syariah 3, no. 1 (11 Juli 2022): 66–74.
https://doi.org/10.35905/banco.v3i1.2596.
“Hukum Pajak: Pengertian, Fungsi dan Sejarahnya.” Diakses 26 Maret 2024.
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/hukum-pajak.
Kusbiyantoro, Sigit. “Dinamika Fungsi Dan Mekanisme Pajak Perspektif Ibnu
Khaldun,” t.t.
“Pemikiran Utama Ibnu Khaldun Soal Pajak | Republika Online.” Diakses 26 Maret
2024. https://ekonomi.republika.co.id/berita/quliwy440/ini-pemikiran-
utama-ibnu-khaldun-soal-pajak.
Wally, Salidin. “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Al Syabani dan Ubaid.”
TAHKIM 14, no. 1 (18 November 2018).
https://doi.org/10.33477/thk.v14i1.580.

Anda mungkin juga menyukai